• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. 3.4 & Analisa Penampang Komposit

III.3.2. Analisa Harga Pelat Komposit

III.3.2.2. Harga Pelat Komposit

Untuk menentukan harga pelat komposit digunakan analisa Badan Standar Nasional Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan. Dalam Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ini tidak terdapat analisa yang persis untuk menghitung harga pelat komposit seperti pada perencanaaan pelat konvensional sebelumnya, namun analisa perancanaan pelatkonvensional tersebut dapat dimodifikasi untuk menghitung biaya yang dibutuhkan untuk membuat pelat komposit dengan pelat bondek. Adapun analisa yang digunakan untuk dimodofikasi adalah analisa " , % , # , Ada beberapa poin yang dihapus, dan juga digantikan oleh bahan lain.

Untuk volume besi yang dibutuhkan telah dihitung sebelumnya dan volume besi yang digunakan hanya mempengaruhi angka volume besi tidak turut mempengaruhi koefisien bahan lain ataupun upah pada analisa yang dipakai.

Berikut perhitungan volume pelat bondek yang diperlukan. Luas pelat = 5m*8m*8 = 320m2

Perkiraan luas bondek untuk 1 M3 beton segar:

88 p‘

¤¥~•¦ €¥¦•§ = 88 = 9,09 m

2

Koefisien rasio luas penampang dengan volume beton tersebut digunakan untuk indeks pelat bondek dalam membuat 1 m3 pelat beton komposit.

Harga pelat bondek produk Lysaght adalah Rp 231.000 / m2 Biaya pengangkutan dari Jakarta ke Medan Rp 5000/kg. Biaya total pemesanan bondek sampai ke tempat adalah:

Berat 1 m2 = 13,79 kg

Biaya pengangkutan stiap 1 m2 = Rp.5.000 * 13,79 = Rp 68.950

Harga total pelat bondek termasuk pengangkutan setiap m2 adalah: Rp 231.000 + Rp 68.950 = Rp 299.950,-

Dari perhitungan sebelumnya disimpulkan bahwa maka tulangan pada pelat dikonversi menjadi wiremesh dengan diameter 8 mm (M8).

Luas pelat lantai adalah 3200 m2. Sedangkan volume beton adalah 352 m3. Dengan demikian diperkirakan setiap 1 m3 beton membutuhkan wiremash seluas:

j688

j:6 = 9,1 m

2

Harga satu pelat (ukuran 5,4 m x 2,1 m) adalah Rp 570.000. Sedangkan harga untuk setiap m2 adalah :N8.888

Tabel III.16: Biaya untuk membuat 1 m3 plat beton bertulang (bondek + wiremash ) ) , ( $ 5=%+ ' 5=%+ Bahan Bondek M2 9.09 299.950 2.726.546 Wiremash M2 9.10 50.264 457.400 PC Kg 336.00 1.225 411.600 PB M3 0.54 101.000 54.540 KR M3 0.81 217.400 176.094

Tenaga kerja Pekerja OH 5.30 55.000 291.500

Tukang batu OH 0.275 80.000 22.000 Tukang kayu OH 1.30 80.000 104.000 Tukang besi OH 1.05 80.000 84.000 Kepala tukang OH 0.265 90.000 23.850 Mandor OH 0.265 80.000 21.200 > Rp 4.372.730

Volume pekerjaan adalah 352 M3 sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pelat beton komposit (pelat beton dengan menggunakan bondek) adalah:

352 M3 * Rp.4.372.730 = Rp. 1.539.200.960

(Satu milyar lima ratus tiga puluh sembilan juta dua ratus ribu sembilan ratus enam puluh rupiah)

?

( (

Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisa harga yang telah didapat pada bab sebelumnya.

Berikut akan disajikan hasil dari analisa kedua pelat yang telah direncanakan.

Tabel IV.1: Perbandingan Teknis

, $& )# 2 &# )# %# &

, 11 cm 11 cm # Tumpuan 4,522 kNm 4,6164 kNm Lapangan 4,975 kNm 5,0781 kNm ? 6,21857 kN 3,9168 kN Tumpuan Tumpuan Ø 10-250 Wiremash Pembagi Ø 8-250 Wiremash Lapangan

Lapangan Ø 10-250 Pelat Bondek

Pembagi Ø 10-333,33 Pelat Bondek

$ 1,60 mm 0,77 mm

Pada tabel tersebut dapat dilihat perbedaan-perbedaan teknis yang terdapat antara pelat konvensional dan pelat komposit. Perbedaan kedua pelat tersebut tidak terlalu signifikan pada semua bagian terkecuali pada bagian As atau tulangan. Pada pelat

komposit, tulangan pada lapangan digantikan oleh pelat bondek yang sekaligus meniadakan tulangan pembagi pada lapangan. Perbedaan material penyusun komponen struktur tersebut terletak pada poin itu saja namun perbedaan non teknis berupa harga yang digunakan untuk mengerjakan pelat tersebut sangat signifikan, seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel IV.2: Perbandingan Harga untuk setiap M3

8 ) )# 2 &# )# %# &

Kayu kelas III 1.107.424 -

Paku 5 cm – 12 cm 57.600 -

Minyak bekisting 40.000 -

Kayu kelas II balok 779.268 -

Plywood 9 mm 344.400 -

Wiremash - 457.400

Bondek - 2.726.546

Besi beton polos 900.000 -

Kawat beton 49.500 -

PC 411.600 411.600

PB 54.540 54.540

KR 176.094 176.094

Dolken kayu galam φ

(8-10) cm, panjang 4 m 640.000 - Pekerja 291.500 291.500 Tukang batu 22.000 22.000 Tukang kayu 104.000 104.000 Tukang besi 84.000 84.000 Kepala tukang 23.850 23.850 Mandor 21.200 21.200 . # Rp 5.106.976 R p.4.372.730

Yang mengakibatkan perbedaan harga yang sangat besar antara kedua pelat tersebut adalah kayu kelas III, kayu kelas II dan plywood. Untuk proyek sekala besar (di atas Rp.1.000.000.000,-) tentunya tidak akan menggunakan analisa tersebut di atas secara utuh, melainkan akan ada pola-pola tertentu sehingga kayu kelas III, kayu kelas II dan plywood yang digunakan di lapangan tidak perlu mencapai angka tersebut. Walaupun demikian, secara umum angka tersebut telah dapat dijadikan menjadi gambaran dalam perencanaan dan perbandingan harga. Untuk lebih jelasnya akan disajikan hasil dan pembahasan tugas akhir ini.

? 1

Perencanaan dilakukan dengan sistem one way slab karena rasio panjang dan lebar pelat yang direncanankan lebih kecil dari 1/3. Penggunaan besi tulangan juga tegak lurus dengan balok terpanjang yang semakin memperkuat sifat one way slab. Memang ada tulangan yang sejajar, yaitu tulangan pembagi, baik di tumpuan maupun lapangan, tetapi tulangan tersebut tidak direncanakan untuk memikul beban yang menghasilkan sistem pelat two way slab dimana lendutan dua arah dapat dipikul pelat, hanya sebagai persyaratan untuk tulangan minimum.

Pada bab III : Perencanaan, didapatkan bahwa tebal pelat yang direncanakan untuk dapat menghasilkan struktur yang diinginkan yaitu pertokoan adalah 11 cm, tetapi pada umumnya tebal minimum pelat konvensional adalah 9 cm. Kemudian dilakukan penghitungan perencanaan tulangan yang memikul momen positif dan negative.

Dimensi tulangan yang dihasilkan dari perhitungan perencanaan pelat lantai konvensional adalah seperti dalam tabel berikut ini:

Tabel IV.3 : Penulangan Pelat Lantai Konvensional Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan Tulangan Pembagi di lapangan Tulangan Pembagi di tumpuan : 0- 0 : 0- 0 : 0- * : .- 0

Bila kita melihat kasus yang terjadi pada proyek-proyek, dapat dilihat bahwa masalah utama yang terjadi pada perencanaan adalah kurang besarnya tebal pelat yang diambil sehingga tidak jarang selimut beton lebih kecil dari yang semestinya, sehingga tulangan mengalami degradasi mutu atau kualitas sehingga daya pikul terhadap momen pun berkurang. Dengan tebal pelat yang diambil sebesar 11 cm, sudah memenuhi syarat lendutan sebagai pertimbangan kenyamanan pemakai, dan juga telah memenuhi persyaratan dimensi ambil minimum SK-SNI03-2002.

Apabila dilihat bahwa lendutan yang terjadi akibat beban yang bekerja pada pelat dengan ketebalan 11 cm tersebut adalah sebesar 0,182 cm pada pelat konvensional dan 0,163 cm pada pelat komposit, sehingga dapat disimpulkam bahwa lendutan masih sangat aman karena jauh dari batas lendutan izin (0,694 cm). Tetapi mungkin saja kejadian yang ada di lapangan, dimana lendutan terjadi sudah melampaui lendutan izin sedangkan struktur belum memikul beban hidup. Dapat disimpulkan ada faktor lain yang salah dalam pelaksanaan. Sekalipun dari segi data perencanaan, antara lain tebal pelat ambil, mutu beton, tebal selimut beton, dan lain sebagainya sudah memenuhi persyaratan, mungkin saja mutu bahan yang dipakai dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan mutu bahan yang dipakai dalam

perencanaan, namun pembahasan penulis tidak sampai ke standard – standard pengecekan bahan pakai yang sampai di lapangan sebelum memulai pekerjaan.

Sementara dimensi tulangan pelat untuk design pelat komposit adalah sebagai berikut:

Tabel IV.4: Penulangan Pelat Lantai Komposit

Tulangan Tumpuan Tulangan Pembagi di tumpuan

;& ;&

Tulangan tersebut dipadukan dengan pelat bondek dengan tujuan yang sama, yaitu untuk memikul gaya tarik baik pada serat atas (oleh besi tulangan) maupun serat bawah (oleh pelat bondek), dengan ketebalan 1 mm dan dimensi sebagai berikut:

Gambar IV.1: Dimensi Pelat bondek

? , $&

Komponen yang sangat berpengaruh dalam pembentukan angka harga pekerjaan untuk jenis pelat konvensional antara lain kayu kelas III, besi beton polos, kayu kelas III balok. Presentase komponen pembentuk harga tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel IV.5: Presentase komponen pembentuk harga pelat konvensional

) , 5@+ ) 3 ". Paku 5 cm – 12 cm 1.13 Minyak bekisting 0.78 & , # %# # / " Kawat beton 0.97 PC 8.06 PB 1.07 KR 3.45

Kayu kelas II balok "

Plywood 9 mm 6.74

Dolken kayu galam φ (8-10) cm, panjang 4 m 12.53

Pekerja 5.71 Tukang batu 0.43 Tukang kayu 2.04 Tukang besi 1.64 Kepala tukang 0.47 Mandor 0.42 Total (%) 100

Untuk harga bahan dan upah diambil dari Daftar Harga Satuan Upah Dan Bahan 2012 Kota Medan yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman kota Medan. Dengan menggunakan analisa sesuai ketentuan SNI 7394:2008 yaitu Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan didapatkan angka Rp.5.106.976

(Lima juta seratus enam ribu Sembilan ratus tujuh puluh enam rupiah) untuk membuat 1 m3 pelat beton konvensional.

Volume pekerjaan dari bangunan yang direncanakan sebelumnya adalah 352 M3 sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pelat beton konvensional (pelat beton bertulang biasa) adalah:

352 M3 * Rp.5.106.976 = Rp. 1.797.655.552,-

(Satu milyar tujuh ratus Sembilan puluh tujuh juta enam ratus lima puluh lima ribu lima ratus dua puluh dua rupiah.)

Perlu diketahui bahwa biaya pekerjaan di lapangan untuk pekerjaan ini dapat dipastikan tidak mencapai angka tersebut. Karena beberapa bahan – bahan pendukung (misalnya kayu, plywood, dan lain sebagainya) yang dibutuhkan dapat digunakan berulang hingga beberapa kali selama memenuhi kriteria fisik yang masih dianggap standard dan dipandang tidak mengurangi kualitas hasil pekerjaan. Namun kebijakan-kebijakan tersebut membutuhkan keterlibatan Tenaga Engineer

yang mampu menganalisa dan mengawasi kelayakan pemakaian ulang bahan tersebut, sehingga dicapai keefisienan dan keefektifan pekerjaan di lapangan.

Untuk pekerjaan pelat lantai komposit, komponen yang sangat berpengaruh dalam pembentukan angka harga pekerjaan adalah kayu kelas pelat bondek, besi beton polos, dolken kayu galam. Presentase komponen pembentuk harga tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel IV.6: Presentase komponen pembentuk harga pelat komposit ) , 5@+ Bondek 62.35 Wiremash 10.46 PC 9.41 PB 1.25 KR 4.02 Pekerja 6.66 Tukang batu 0.50 Tukang kayu 2.38 Tukang besi 1.92 Kepala tukang 0.54 Mandor 0.48 Total 100

Dengan menggunakan harga bahan dan upah yang sama dengan perencanaan pelat komposit, didapatkan angka Rp 4.372.730 (Empat juta tiga ratus tujuh puluh dua ribu tujuh ratus tiga puluh rupiah). Namun perencanaan ini menggunakan analisa hasil modifikasi dari ketentuan SNI 7394:2008 yaitu Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan. Yang membedakan adalah penggunaan dan volume-volume bahan tertentu seperti yang telah dibahas sebelumnya. Adapun bahan-bahan yang digunakan pada pelat konvensional namun tidak digunakan pada pekerjaan pemuatan pelat komposit antara lain: Kayu kelas III, Paku 5 cm – 12 cm, Minyak bekisting, Kayu kelas II balok, Plywood 9 mm. Penggunaan bahan – bahan ini dalam pekerjaan pelat konvensional menyita ,& $ & 0@ biaya yang dibutuhkan. Sementara dalam pelat komposti bahan ini tidak digunakan sehingga sangat menekan angka biaya, sekalipun ada bahan yang digunakan untuk menggantikan fungsi dari bahan tersebut yaitu pelat bondek dengan ketebalan 1

Volume pekerjaan dari bangunan yang direncanakan sebelumnya adalah 352 M3 sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pelat beton komposit adalah:

352 M3 * R p. 4.372.730 = Rp 1.539.200.960

(Satu milyar empat ratus enam puluh delapan juta empat puluh ribu enam ratus empat puluh rupiah)

?

) (

) & % 4

1. Dalam pekerjaan pembuatan pelat beton konvensional, biaya untuk pembuatan bekisting mencapai lebih dari 50% tetapi angka tersebut dapat ditekan dengan manajemen konstruksi yang baik misalnya dengan pemakaian bekisting berulang.

2. Dalam merencanakan pelat komposit yang menggunakan bondek, perlu peninjauan yang matang dalam perhitungan harga bahan dan biaya pengangkutan bondek tersebut karena hanya tersedia hanya di daerah-daerah tetentu saja.

3. Perbandingan harga pelat yang direncanakan adalah Rp. 1.797.655.552,-

(Satu milyar tujuh ratus Sembilan puluh tujuh juta enam ratus lima puluh lima ribu lima ratus dua puluh dua rupiah) untuk pelat beton konvensional, dan Rp. 1.539.200.960 (Satu milyar lima ratus tiga puluh sembilan juta dua ratus ribu sembilan ratus enam puluh rupiah) untuk untuk pelat beton komposit.

A = ( )

1. Asroni, Ir.H.Ali. Balok Dan Pelat Beton Bertulang.Erlangga,Jakarta:2010

2. Daftar Harga Bahan Bangunan Dan Upah Kota Medan Tahun 2012:Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemerintah Kota Medan Tahun,Medan,2012

3. 3.Lysaght Bondek. User’s Guide for composite concrete slab construction:Blue Scope Lysaght,Australia:2012.

4. S.Timoshenko & S. Woinowsky – Krieger. Teori Pelat dan Cangkang :

Erlangga,Jakarta,1992.

5. Setiawan, Agus 2008. Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFP:

Erlangga.

6. SNI 03-1727-1989, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung: Badan Standardisasi Nasional

7. SNI 03-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung: Badan Standardisasi Nasional

8. SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung: Badan Standardisasi Nasional

9. SNI 7394-2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan: Badan Standardisasi Nasional

10. W.C.Vis & Gideon Kusuma. Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang: Erlangga, Jakarta,1997.

Dokumen terkait