DESAIN DAN ANALISA HARGA PELAT SATU ARAH
DENGAN MEMAKAI PELAT KOMPOSIT DIBANDINGKAN
DENGAN PELAT BETON BIASA PADA BANGUNAN
BERTINGKAT
TUGAS AKHIR
IRVAN RIKO PASARIBU
07 0404 070
Dosen Pembimbing
Prof.Dr.Ing.Johannes Tarigan
NIP. 1956 12 24 1981 03 1 002
BIDANG STUDI STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
DESAIN DAN ANALISA HARGA PELAT SATU ARAH DENGAN
MEMAKAI PELAT KOMPOSIT DIBANDINGKAN DENGAN PELAT
BETON BIASA PADA BANGUNAN BERTINGKAT
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik
Departemen Teknik Sipil di Universitas Sumatera Utara
Oleh:
IRVAN RIKO PASARIBU
07 0404 070
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Teknik Sipil
Prof.Dr.Ing.Johannes Tarigan
NIP. 1956 12 24 1981 03 1 002
Dosen Pembanding
Prof.Dr.Ing.Johannes Tarigan
NIP. 1956 12 24 1981 03 1 002
Dosen Penguji Dosen Penguji Dosen Penguji
Prof.Dr.I r . Bachrian Lubis,M.Sc I r.Sanci Barus,MT I r . Besman Surbakti,MT NIP. 19480206 198003 1 003 NIP. 19520901 198112 1 001 NIP. 19541012 198003 1 004
BIDANG STUDI STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
Berkembangnya teknologi konstruksi berdampak besar bagi pemilihan material-material yang digunakan pada sebuah bangunan untuk mencapai struktur yang semakin ekonomis dengan keamanan struktur yang tidak perlu diragukan. Pelat lantai adalah komponen struktur bangunan yang memiliki dimensi tertentu untuk menyalurkan beban mati dan beban hidup di atasnya untuk disalurkan kepada penopangnya. Dalam merencanakan pelat lantai sebuah bangunan diperlukan data-data beban yang akan dipikul oleh struktur tersebut sehingga struktur yang direncanakan sanggup melayani gaya-gaya yang bekerja. Dengan perencanaan yang matang diharapkan akan dihasilkan dimensi pelat lantai yang aman dan juga ekonomis.
Pada tugas akhir ini direncanakan dan dianalisa harga dari dua buah pelat yaitu pelat beton komposit (dengan menggunakan ) dan pelat beton konvensional. Adapun yang menjadi acuan adalah SNI 03-2874-2002
SNI 03-1729-2002
serta Daftar Harga Bahan dan Upah untuk kota Medan Tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemerintah Kota Medan.
Dek baja bergelombang atau yang sering disebut menjadi salah satu bagian dari teknologi konstruksi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. mampu menggantikan sekaligus dua fungsi material pada pelat lantai beton biasa yaitu fungsi dari tulangan positif dan fungsi bekisting. Selain itu penggunaan bondek juga mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pembuatan pelat lantai relative lebih singkat.
Puji dan syukur atas Anugerah Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil
bidang struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara, dengan judul
! "! # $ ! $
%&
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang berperan penting yaitu :
1. Bapak Prof.Dr.Ing.Ir.Johannes Tarigan selaku pembimbing sekaligus Ketua
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang
telah banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan tugas akhir
ini.
2. Bapak Ir. Syahrizal,MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof.Dr.Ir.Bachrian Lubis,M.sc, Bapak Ir.Sanci Barus,MT dan Bapak
Ir.Besman Surbakti,MT selaku Dosen Pembanding, atas saran dan masukan
yang diberikan kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini.
4. Bapak dan Ibu staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
5. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini.
6. Buat keluarga penulis, terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak
J.Pasaribu, Ibunda tercinta H.Br.Sihombing yang telah mendoakan, memberikan
motivasi, nasehat dan juga kepada Bang Franky, Bang Robby, Kak Derma, Bang
Alfoint, Kak Rut dan Dek Fridance yang menjadi motivator pribadi bagi penulis.
7. Buat kawan-kawan seperjuangan, Roy, Desmound, Indra, David, Sasuke,
Sinurat, Rodo, Nopandi, Emsiakui, Josua, Lim, Foloe, Redokson, Marcolowey,
Rosalin, Bang Adrianto, Leo, Sinurmaida, Kak Rapi, abang dan kakak senior,
adik-adik junior, teman-teman KMK USU, Kelompok Kecil Immanuel, Gazebo,
Ikatan Mahasiswa Dairi (IMADA), serta semua teman-teman yang tidak dapat
disebutkan seluruhnya, terima kasih atas semangat dan bantuannya selama ini.
8.
Segenap pihak yang belum penulis sebut atas jasa-jasanya dalam mendukungdan membantu penulis dari segi apapun, sehingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari para
pembaca agar tugas akhir ini menjadi lebih baik.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, September 2012
Penulis
(
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& ( &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& ) ( &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& ) ( &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& ) ( &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& )
& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& * &*& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& * &+& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& + &,& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& , &-& . &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& , &/& 0 &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& -&1& !$ &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
-& 2 &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& / &*& ! &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& /
II.1.1. Tumpuan Pelat Lantai ... 6
II.1.2. Sistem Pelat Lantai Satu Arah ... 7
II.1.3. Analisa Lentur Pelat Satu Arah ... 8
&+& ! &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& *3 II.2.1. Konsep Dasar Beton Bertulang... 10
II.2.2. Penulangan Untuk Penyusutan Dan Perubahan Temperatur ... 10
II.2.3. Metode Analisi Pelat Lantai ... 12
&,& ! ! "! &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& *4 II.3.1. Kekuatan Lentur ... 22
II.3.2. Harga Ф Untuk Pelat Komposit ... 23
II.3.3. Lendutan, Tulangan Susut, Kontinuitas ... 23
II.3.4& Analisa Penampang Komposit ... 25
&-& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& ,/ II.4.1. Baja Bergelombang (Bondek) ... 35
II.4.2. Bekisting ... 36
II.4.3. Bekisting Balok dan Pelat ... 37
II.4.4. Wiremesh ... 38
II.4.5. Perancah ... 40
II.4.6. Peralatan ... 41
II.4.7. Perkiraan Biaya ... 41
II.4.8. Biaya Langsung dan Tak Langsung... 42
& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& --&*& 5 ! ! ) ! &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& -/
III.1.1. Penyelesaian Tebal Pelat ... 45
III.1.2. Perhitungan Beban Beban ... 46
III.1.3. Momen Yang Bekerja AKibat Beban terfaktor ... 46
III.1.4. Perhitungan Tulangan ... 48
III.1.5. Kontrol Lendutan ... 52
III.1.6. Kontrol Geser ... 54
III.1.7. Perencanaan ... 55
&+& 5 ! "! ! $ &&&&&&&&&&&&&&&&&&& /4 III.2.1. Analisa Penampang Komposit ... 59
III.2.2. Kontrol Geser ... 63
III.2.3. Perencanaan Tulangan ... 64
III.2.4. Perencanaan Penghubung Geser... 69
III.2.5. Kontrol Lendutan ... 71
III.2.6. Perencanaan Penyangga Sementara ... 73
&,& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& 61 III.3.1. Analisa Harga Pelat Konvensional ... 76
III.3.1.1. Komponen Dan Volume Pelat Konvensional ... 77
III.3.1.2. Harga Pelat Konvensional ... 81
III.3.2. Analisa Harga Pelat Komposit ... 83
III.3.2.1. Komponen Dan Volume Pelat Komposit ... 83
III.3.2.2. Harga Pelat Komposit ... 85
'& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& 77 '&*& 5 &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& 43 '&+& # $ &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& 4,
'& &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& 46
(
Tidak terdapat gambar
Gambar II.1 : Penumpu Pelat ... 7
Gambar II.2 : Skema Hitungan Tulangan Pelat ... 16
Gambar II.3 : Skema Hitungan Pembesaran Dimensi Pelat ... 17
Gambar II.4 : Skema Hitungan Rencana Pelat ... 18
Gambar II.5 : Baja Bergelombang ... 21
Gambar II.6 : Penampang Komposit Untuk Sumbu Netral Pada Pelat Lantai... 27
Gambar II.7 : Penampang Komposit Untuk Sumbu Netral Pada Profil Baja ... 27
Gambar II.8 : Distribusi Tegangan Plastis Pada Daerah Momen Negatif... 29
Gambar II.9 : Persyaratan Untuk Dek Baja Bergelombang ... 32
Gambar III.1 : Denah Pelat dan Potongan ... 45
Gambar III.2 : Sketsa Penulangan ... 51
Gambar III.3 : Potongan Penulangan... 52
Gambar III.4 : Potongan Pelat Lantai ... 52
Gambar III.5 : Sketsa ... 57
Gambar III.6 : Gambar Kerja Pelat Konvensional ... 58
Gambar III.7 : Perletakan penyangga bekisting pelat konvensional ... 58
Gambar III.8 : Dimensi Bondek Yang Digunakan ... 60
Gambar III.9 : Penulangan Pada Wiremesh ... 66
Gambar III.10 : Potongan Pelat Lantai Komposit ... 71
Gambar III.11 : Gambar Kerja Pelat Komposit ... 75
Gambar III.12 : Perletakan Penyangga Bekisting Pelat Komposit ... 75
Gambar III.13 : Luas Dan tebal Pelat Beton... 77
Gambar III.14 : Denah Tulangan, Potongan Memanjang dan Melintang ... `79
Gambar III.15 : Luas Dan tebal Pelat Beton Komposit ... 84
Gambar III.16 : Potongan Pelat lantai komposit ... 84
(
!
!
Tabel III.1 : Penentuan Tebal Pelat Satu Arah ... 45
Tabel III.2 : Pembebanan Pada Pelat Konvensional ... 46
Tabel III.3 : Koefisien Momen ... 47
Tabel III.4 : Penulangan Pelat Lantai Konvensional ... 51
Tabel III.5 : Spesifikasi Profil Bondek ... 60
Tabel III.6 : Pembebanan Pada Pelat Komposit ... 60
Tabel III.7 : Penulangan Pelat Lantai Komposit ... 65
Tabel III.8 : Perencanaan Praktis Lysaght ... 73
Tabel III.9 : Perencanaan Praktis PT.Kerismas ... 74
Tabel III.10 : Perhitungan Volume Beton ... 76
Tabel III.11 : Volume Tulangan Lapangan ... 79
Tabel III.12 : Volume Tulangan Pembagi di Lapangan ... 80
Tabel III.13 : Volume Tulangan Tumpuan ... 80
Tabel III.14 : Volume Tulangan Pembagi di Tumpuan ... 81
Tabel III.15 : Biaya Untuk Membuat 1 m3 pelat konvensional ... 82
Tabel III.16 : Biaya Untuk Membuat 1 m3 pelat komposit ... 87
' Tabel IV.1 : Perbandingan Teknis ... 88
Tabel IV.2 : Perbandingan Harga Untuk Setiap m3 ... 89
Tabel IV.3 : Penulangan Pelat Lantai Konvensional ... 91
Tabel IV.4 : Penulangan Pelat Lantai Komposit ... 92
Tabel IV.5 : Presentase Komponen Pembentuk Harga Pelat Konvensional ... 93
(
E Modulus elastisitas (MPa)
f’c Kuat tekan beton (MPa)
Fy Tengangan ijin profil (MPa)
Vu Gaya geser terfaktor
Pu Beban ultimate
qbs Berat sendiri
Mu Momen ultimate
Mu max Momen ultimate yang paling maksimum
Zx Modulus plastis penampang
Sx Modulus elastis penampang
Ø Diameter
I Momen inersia
Ix Momen inersia arah sumbu x
Iy Momen inersia arah sumbu y
M Momen yang bekerja pada struktur
D Gaya lintang yang bekerja pada struktur
N Gaya normal yang bekerja pada struktur
C Gaya tekan
Asc Luas permukaan
Mn Momen nominal
Mnx Momen nominal arah sumbu x
Mny Momen nominal arah sumbu y
My Momen leleh
Mp Momen plastis
Mr Momen residu/sisa
λ Rasio antara lebar dengan tebal suatu elemen
L Panjang bentang (m)
B Lebar profil (cm)
tw Tebal badan profil IWF
tf Tebal sayap profil IWF
Kx Faktor panjang efektif arah sumbu x
Ky Faktor panjang efektif arah sumbu y
J Sudut punter (rad) δ, ∆ Lendutan (cm)
Berkembangnya teknologi konstruksi berdampak besar bagi pemilihan material-material yang digunakan pada sebuah bangunan untuk mencapai struktur yang semakin ekonomis dengan keamanan struktur yang tidak perlu diragukan. Pelat lantai adalah komponen struktur bangunan yang memiliki dimensi tertentu untuk menyalurkan beban mati dan beban hidup di atasnya untuk disalurkan kepada penopangnya. Dalam merencanakan pelat lantai sebuah bangunan diperlukan data-data beban yang akan dipikul oleh struktur tersebut sehingga struktur yang direncanakan sanggup melayani gaya-gaya yang bekerja. Dengan perencanaan yang matang diharapkan akan dihasilkan dimensi pelat lantai yang aman dan juga ekonomis.
Pada tugas akhir ini direncanakan dan dianalisa harga dari dua buah pelat yaitu pelat beton komposit (dengan menggunakan ) dan pelat beton konvensional. Adapun yang menjadi acuan adalah SNI 03-2874-2002
SNI 03-1729-2002
serta Daftar Harga Bahan dan Upah untuk kota Medan Tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemerintah Kota Medan.
Dek baja bergelombang atau yang sering disebut menjadi salah satu bagian dari teknologi konstruksi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. mampu menggantikan sekaligus dua fungsi material pada pelat lantai beton biasa yaitu fungsi dari tulangan positif dan fungsi bekisting. Selain itu penggunaan bondek juga mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pembuatan pelat lantai relative lebih singkat.
Dalam mendesain suatu bangunan, keekonomisan merupakan hal yang
selalu ingin dicapai semaksimal mungkin. Pemilihan material, metode
pelaksanaan, hingga dimensi komponen – komponen bangunan menjadi
pertimbangan dalam pencapaian tingkat keekonomisan suatu bangunan. Tanpa
mengesampingkan hal kekuatan bangunan, kestabilan bangunan, efisiensi
bangunan, serta waktu pelaksanaan, keekonomisan suatu bangunan dapat dicapai
dengan perencanaan yang matang. Salah satu alternatif pemecahannya adalah
pemilihan material bangunan pada pelat lantai.
Suatu konstruksi bangunan, terutama yang terbuat dari beton, baja, atau
keduanya tidak terlepas dari elemen – elemen pelat, kolom maupun balok kolom.
Masing – masing elemen tersebut akan memikul gaya – gaya seperti momen,
normal, lintang, walaupun persentasenya berbeda antara satu dengan yang lain.
Struktur yang memikul momen pada umumnya adalah kolom, balok dan pelat
lantai. Selain akibat beban sendiri struktur tersebut, beban yang menambah besar
momen yang harus dipikul adalah beban mati dan beban hidup yang pada umunya
berada di atas pelat lantai.
Jika diamati, pelat lantai bangunan beton bertingkat banyak yang
menggunakan tulangan untuk memikul momen positifnya. Sementara untuk
memikul tulangan positif tersebut dapat digunakan bahan lain yaitu bondek yang
Penggunaan bondek sebagai pengganti tulangan positif dalam pelat lantai
akan menghasilkan aksi komposit karena struktur tersebut merupakan struktur
yang terdiri dari dua material dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk
satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik..
Pada keadaan ini, jika gesekan antara pelat lantai dan balok diabaikan,
balok dan pelat masing-masing memikul suatu bagian beban secara terpisah. Bila
pelat mengalami deformasi akibat beban vertikal, permukaan bawahnya akan
tertarik dan memanjang; sedang permukaan atas balok tertekan dan memendek.
Jadi, diskontinuitas akan terjadi pada bidang kontak. Karena gesekan diabaikan,
maka hanya gaya dalam vertikal yang bekerja antara plat dan balok.
Beton merupakan bahan struktur yang sangat luas penggunaannya namun
beton sangat terbatas dalam hal menahan gaya tarik. Dalam hal ini yang dianalisa
adalah pelat lantai. Pelat lantai merupakan struktur yang memikul momen positif
sehingga mengharuskan beton yang menjadi bahan dasarnya dikombinasaikan
dengan bahan lain yang mampu memikul momen positif pelat lantai tersebut.
Adapun bahan konstruksi yang umum dikombinasikan dengan beton untuk
memikul momen positif pelat lantai adalah baja. Wujud baja yang dapat
dikombinasikan dengan beton pun berbeda – beda, ada yang dalam bentuk
tulangan, ada pula dalam bentuk pelat baja yang dikenal dengan sebutan bondek.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka perumusan
1. Bagaimana menentukan dimensi pelat lantai komposit yang memenuhi
kriteria perencanaan struktur
2. Bagaimana menentukan dimensi pelat beton biasa yang memenuhi
kriteria perencanaan struktur.
3. Membandingkan harga yang digunakan untuk pelat lantai komposit
dengan pelat beton biasa.
Agar hasil analisa dapat diterima dengan validitas seperti yang diharapkan,
maka ditentukan batasan – batasan masalah sebagai berikut:
1. Perencanaan struktur meliputi pelat lantai saja, untuk gedung 10 lantai.
2. Beban yang harus dipikul oleh pelat lantai adalah sama (tidak termasuk
berat sendiri)
3. Balok yang menjadi tumpuan pelat lantai adalah balok baja (profil I).
4. Meninjau harga perencanaan kedua jenis pelat.
5. Meninjau metode pelaksanaan yang hanya berkaitan dengan perhitungan
struktur.
Adapun tujuan dari analisa ini adalah dapat merencanakan dan
membandingkan harga pelat lantai komposit dengan pelat beton biasa.
Dalam tugas akhir ini penulis membahas pelat lantai dengan
kemampuannya dalam memikul beban saling sangat mendekati beban rencana.
Dengan demikian akan diperoleh perbandingan anggaran biaya kedua jenis pelat
lantai tersebut sehingga menjadi sebuah kesimpulan atas analisa perbandingan ini
dan menjadi sumber informasi dan referensi bagi masyarakat dalam bidang
konstruksi, baik dalam perencanaan maupun perbandingan harganya.
!
Manfaat yang bisa didapatkan dari analisa ini adalah :
1. Dapat merencanakan pelat lantai komposit dan pelat beton biasa.
2. Dapat membandingkan harga pelat lantai komposit dengan pelat beton
biasa.
3. Dari perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada
saat perencanaan sehingga diperoleh perencanaan yang ekonomis
sekaligus kegagalan struktur bisa dihindarkan.
" #$ % &
Adapun metode penelitian dilakukan dengan metode study literatur, yaitu
mencari solusi untuk permasalahan dengan mengumpulkan data-data dan
keterangan dari buku-buku maupun perjanjian yang telah ada dan jurnal-jurnal
yang dapat diakses melalui searching internet yang berhubungan dengan
'
(
)
# & &
Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati
maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur
.
Pelat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus* (datar atau
melengkung) yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi yang lain.
Lantai secara umum mempunyai fungsi untuk :
1. Memisahkan bagian-bagian dari lantai (kamar-kamar) secara mendatar.
2. Memindahkan beban pada dinding
3. Mendukung dinding pisah yang tidak menerus ke bawah.
4. Menambah kemantapan (kekakuan) sebuah bangunan dengan membentuk satu
kesatuan dengan dinding.
5. Mencegah perambatan gema suara
6. Meredam pantulan suara
7. Isolasi terhadap pertukaran temperatur
Adapun syarat-syarat teknis dan ekonomis yang harus dipenuhi oleh lantai
antara lain :
1. Lantai harus memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban kerja yang
2. Tumpuan pada dinding sedemikian rupa luas yang mendukung harus cukup
besarnya
3. Lantai harus dijangkarkan pada dinding sedemikian rupa sehingga mencegah
dinding melentur
4. Lantai harus mempunyai massa yang cukup untuk dapat meredam gema suara
5. Lantai harus mempunyai susunan yang cukup elastic untuk dapat menyerap
pantulan suara.
6. Porositas lantai sekaligus harus memberikan isolasi yang baik terhadap hawa
dingin dan hawa panas
7. Lantai harus memiliki kualitas yang baik dan harus dapat dipasang dengan
cara yang cepat
8. Lantai harus memerlukan suatu perawatan yang minimal saja
9. Konstruksi lantai harus sedemikian rupa sehingga setelah umur pemakaian
yang cukup panjang tidak kehilangan kekuatan
II.1.1 Tumpuan Pelat Lantai
Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan
tidak hanya pembebanan saja, teapi juga jenis perletakan dan dan jenis
penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antar pelat dan tumpuan
akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat.
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh
balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok-balok dicor bersama-sama (Gambar 2.1a)
sehingga menjadi satu-kesatuan, seperti yang disajikan pada gambar-gambar
bangunan (Gambar 2.1b), atau oleh balok-balok baja dengan sistem komposit
(Gambar 2.1c), atau bahakan didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok
yang dikenal dengan pelat cendawan (Gambar 2.1d) 1).
(a). Ditumpu balok (b).Ditumpu dinding
(c). Ditumpu dengan balok baja (d). Ditumpu langsung
Gambar II.1: Penumpu pelat
II.1.2 Sistem Pelat Lantai Satu Arah
Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantai yang umum
dan dasar adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar). Dimana
permukaan pelat itu dibatasi oleh dua balok yang bersebelahan pada sisi dan dua
gelagar pada kedua ujung. Pelat satu arah adalah pelat yang panjangnya dua kali
balok-balok dan sebagian kecil saja yang akan menyakur secara langsung ke
gelagar 4).
Kondisi pelat ini dapat direncanakan sebagai pelat satu arah dengan
tulangan utama sejajar dengan gelagar atau sisi pendek dan tulangan susut atau
suhu sejajar dengan balok-balok atau sisi panjangnya. Permukaan yang melendut
dari sistem pelat satu arah mempunyai kelengkungan tunggal. Sistem pelat satu
arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus, asal perbandingan panjang
bentang kedua sisi memenuhi.
II.1.3 Analisa Lentur Pelat Lantai Satu Arah
Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban
gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan
terjadi momen lentur. Oleh karena itu pelat juga direncanakan terhadap beban
lentur.
Di suatu pelat satu arah pada dasarnya merupakan sebuah gelagar persegi
dengan harga perbandingan lebar terhadap tinggi yang sangat besar. Namun
demikian pada umunya ada faktor-faktor tertentu yang dipakai pada perencanaan
pelat tersebut tetapi tidak diperhitungkan dalam perencanaan gelagar persegi.
Suatu satuan potongan pelat yang dipotong dalam arah tegak lurus terhadap
gelagar-gelagar penyangganya dapat dianggap sebagai sebuah gelagar persegi
yang mempunyai lebar satu satuandengan tinggi yang sama besarnya dengan tebal
dari pelat dan panjang sama dengan jarak antara kedua perletakannya. Potongan
pelat ini dapat dianalisa dengan memakai metode-metode yang dipakai dalam
membahas persoalan-persoalan gelagar-gelagar persegi, misalnya dalam hal ini
sebagainya. Selanjutnya beban yang bekerja persatuan luas dari pelat yang akan
merupakan beban yang bekerja pada persatuan panjang gelagar yang kita
misalkan. Karena semua beban yang bekerja pada pelat harus disalurkan pada
kedua gelagar yang menyangganya, maka semua baja tulangan harus dipasang
dalam arah yang tegak lurus terhadap gelagar-gelagar tersebut, kecuali untuk arah
tulangan yang dipasang dalam arah lainnya yang diperuntukkan menahan
teganga-tegangan yang terjadi akibat adanya penyusutan dan perubahan temperatur.
Dengan demikian sebuah pelat satu arah terdiri dari serangkaian gelaga-gelagar
persegi yang terletak saling beririsan antara yang satu dengan yang lainnya.
Analisa yang disederhanakan ini yang menganggap besarnya harga perbandingan
Poisson sama dengan nol, merupakan analisa yang bersifat konservatif. Pada
keadaan yang sebenarnya, apabila bagian material yang tertekan tidak ditahan
maka tegangan lentur akan membujur yang terjadi akan menghasilkan terjadinya
regangan tarik dalam arah lateral. Pada gelagar satu arah, devormasi lateral ini
ditahan oleh potongan gelagar yang berada di sebelahnya, yang juga mempunyai
kecenderungan untuk berubah bentuk. Akhirnya hal ini mengakibatkan terjadinya
perkuatan dan bertambah kakunya bagian tersebut dalam arah bentangnya, tetapi
#
II.2.1. Konsep Dasar Beton Bertulang
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi,
tetapi kekuatan tariknya relatif lebih rendah. Sedangakn baja adalah suatu material
yang mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi. Dengan mengkombinasikan
beton dan baja sebagai bahan struktur maka tegangan tekan dipikulkan kepada
beton sementara tegangan tarik dipikulkan kepada baja.
Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang
dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban
yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini
relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar
bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada
bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal
yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada
dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap
beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan
terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).
II.2.2 Penulangan Untuk Penyusutan dan Perubahan Temperatur
Beton akan menyusut dengan mengerasnya semen. Supaya penyusutan
tersebut menjadi sekecil mungkin, dianjurkan untuk memakai jumlah air dan
halnya persyaratan kekuatan rencana yang ditentukan serta kemudahan beton
untuk diolah, dan proses perawatan harus melalui proses pelembapan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Namun demikian, walaupun dilakukan berbagai
usaha dengan teliti, biasanya tetap saja terjadi sejumlah penyusutan yang tidak
dapat dihindari. Apabila sebuah pelat diletakkan bebas di atas perletakannya,
maka pelat tersebut dapat berkontraksi untuk menyesuaikan perpendekan akibat
adanya pengyusutan. Namun demikian biasanya pelat dan elemen struktur lainnya
dihubungkan secara kaku dengan bagian-bagian struktur lainnya sehingga tidak
dapat berkontraksi dengan bebas. Hal ini mengakibatkan terjadinya tegangan tarik
yang dikenal dengan tegangan penyusutan. Suatu penurunan temperatur yang
relative cukup besar dibandingkan dengan temperature pada saat pelat tersebut
dicor, khususnya pada struktur yang berhubungan dengan udara bebas seperti
jembatan, akan menyebabkan suatu efek yang serupa dengan penyusutan. Yaitu ,
pelat tersebut cenderung untuk berkontraksi dan apabila kecenderungan itu
ditahan, maka pelat akan mengalami tegangan tarik.
Karena sifat beton itu lemah menahan tarik,maka tegangan-tegangan yang
disebabkan oleh perubahan temperature dan penyusustan akan mengakibatkan
terjadinya retak. Retak-retak seperti ini tidak selalu merugikan terutama apabila
ukurannya terbatas pada apa yang kita kenal sebagai retak-retak rambut. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan penulangan pada pelat untuk mengatasi
terjadinya kontraksi dan mendistribusikan secara seragam. Karena beton
cenderung menyusut, maka penulangan tersebut harus menahan kontraksi dan
sebagai akibatnya harus mengalami tekan. Penyusutan yang terjadi pada pelat
yang tidak mempunyai tulangan; disamping itu dengan adanya tulangan, lebar
retak yang terjadi akan lebih kecil dan terdistribusi lebih teratur.
Pada pelat satu rah, penulangan yang diberikan untuk memikul momen
lentur mendatangkan efek yang menguntungkan yaitu dapat mengurangi
terjadinya penyusutan dan mendistribusikan retak secar merata. Namun demikian,
apabila kontraksi yang terjadi di semua jurusan besarnya sama, maka perlu
diberikan tulangan khusus untuk mengatasi kontraksi yang terjadi akibat
penyusutan dan temperatur dalam arah yang tegak lurus terhadap arah tulangan
utama. Baja tambahan ini dikenal dengan sebutan tulangan temperature atau
tulangan susut.
II.2.3 Metode Analisis Pelat Lantai
+ #$ &
Metode ini sebagian besar ditentukan pada teori elastis, di mana
pemakaian analisis tingkat tinggi banyak dijumpai. Metode ini didasarkan pada
fenomena fisis pelat, yaitu lenturan pelat. Lenturan dibuat model matematis
dengan menggunakan penyederhanaan-penyederhanaan
,+ #$ $ $ &
Metode garis luluh
Dalam metode ini kekuatan suatu pelat dimisalkan ditentukan oleh lentur
Metode jaringan balok
Metode ini didasarkan pada metode kekakuan (mengubah struktur
kinematis tak tentu menjadi struktur kinematis tertentu). Analisis struktur pelat
didekati dengan pendekatan jaringan balok silang, struktur pelat dianggap
tersusun dari jalur-jalur balok tipis dalam masing-masng arah dengan tinggi balok
sama dengan pelat.
Metode pendekatan PBI 71
Didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan
koefisien-koefisien yang disederhanakan. Momen-momen yang dihasilkan didapat dari
rumus momen yang sudah ada. Besarnya momen ini dipengaruhi oleh besarnya
beban terbagi rata per meter panjang, panjang bentang arah x dan arah y dari panel
pelat. Dari hitungan momen didapatkan Mlx ( momen lapangan pada arah x), Mtx
(momen tumpuan/tepi pada arah x), Mly ( momen lapangan pada arah y), Mty (
momen tumpuan/tepi pada arah y). Perhitungan momen-momen tersebut harus
sesuai dengan perletakan masing-masing sisi struktur pelat yang direncanakan.
Metode pendekatan ( - . /- 00
Ø Metode perencanaan langsung ( Direct Design Method )
Pada metode ini yang didapatkan adalah pendekatan momen dengan
menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan.
Perencanaan Tulangan Pelat
Pada perencanaan pealt beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa
persyaratan/ketentuan sebagai berikut:
2. Panjang bentang (λ) (Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002):
a. Pelat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung:
λ = + h dan λ
b. Pelat yang menyatu dengan struktur pendukung:
Jika 3,0 m, maka λ =
Jika 3,0 m, maka λ = + 2x50 mm (PBI-1971)
3. Tebal minimal pelat (h) (Pasal 11.5 SNI 03-2847-2002):
Untuk pelat satu arah (Pasal 11.5 SNI 03-2847-2002), tebal minimal
pelat dapat dilihat pada Tabel II.1.
4. Tebal selimut beton minimal (Pasal 9.7.1 SNI 03-2847-2002):
Untuk batang tulangan D 36
Tebal selimut beton 20 mm
Untuk batang tulangan D 36
Tebal selimut beton 40 mm
5. Jarak bersih antar tulangan s (Pasal 9.6.1 SNI 03-2847-2002):
s D dan s 25 mm (D adalah diameter tulangan)
Pasal 5.3.2.3: s 4/3 x diameter agregat, atau s 40 mm
(Catatan: Diameter nominal maksimal kerikil
6. Jarak minimal tulangan (as ke as):
Tulangan pokok:
Pelat 1 arah : s 3.h dan s 450 mm (Pasal 12.5.4)
Tulangan bagi (Pasal 9.12.2.2):
s 5.h dan s 450 mm
a) Tulangan pokok (Pasal 12.5.1)8): 31,36 MPa, As
.
b.d dan31,36 MPa, As
.
b.db) Tulangan bagi/tulangan dan suhu (Pasal 9.12.2.1)8):
Untuk 300 MPa, maka 0,0020.b.h
Untuk 400 MPa, maka 0,0018.b.h
Untuk 400 MPa, maka 0,0018.b.h (400/
Tetapi 0,0014.b.h
Untuk penulangan pelat satu arah, harus direncanakan tulangan poko dan
tulangan bagi (atau tulangan susut dan suhu). Untuk mempermudah dalam dalam
perhitungan penulangan pelat, berikut ini dijelaskan tentang langkah hitungannya
dalam bentuk skema yang dilengkapi dengan rumus-rumus sebagai dasar
perencanaan. Skema hitungan tersebut dibuat 3 macam, yaitu untuk: hitungan
penulangan, pembesaran dimensi, dan hitungan momen rencana pelat, sperti terlihat
tidak
ya
Gambar II.2: Skema Hitungan Tulangan Pelat Data: dimensi pelat (h,d,ds), mutu bahan (fc’,fy),
dan beban (Mu) → φ. Mn
K=
!.".#$atau = %
".#$dengan b = 1000 mm
Kmaks=
&' (.
)* .+,- ../ 0+1 – ''( )*.
/ 0+
1 $K Kmaks
a=3* 4 5* 4 8 9:.+, 6.7 ; . <
Ukuran Pelat Dipertebal
Dipilih Luas tulangan pokok dengan memilih yang besar dari As, u , berikut:
1) As, u =
8 9:.+,′. . +1
2) Jika fc’ 31,36 MPa, As, u = . .= +1
Jika fc’ 31,36 MPa, As, u = +,-. +,-.= .+1
Dihitung luas tulangan bagi Asb,u (kalau ada)
dengan memilih yang besar:
1) Asb,u = 20%.As,u
2) Fy 300 MPa, Asb,u = 0,0020.b.h
Fy = 400 Mpa Asb,u = 0,0018.b.h
Fy 400 MPa, Asb,u= 0,0018.b.h.(400/ Fy
Dihitung jarak tulangan s:
s
*.>.?$
@A ; s 450 mm
s 2.h (untuk pelat 2 arah)
s 3.h (untuk pelat 1 arah)
Dihitung jarak tulangan s:
s
*.>.?$
@A ;
s 5.h dan s 450 mm
Tidak Ya
Gambar II.3: Skema hitungan pembesaran dimensi pelat
Data dimensi pelat (h, d, ds), mutu bahan (fc’ dan fy),
Dan beban (Mu) → φ. Mn
Dihitung K = %
".#$ dan Kmaks=
&' (.
)* .+,- ../ 0+1 – ''( )*.
/ 0+
1 $K Kmaks
Dihitung tulangan Pelat Dimensi diperbesar, tentukan d:
Catatan : jika ρH I min , pelat diperkecil
[image:30.595.150.512.93.668.2]jika ρJ I maks pelat diperkecil
Gambar II.4:Skema Hitungan Rencana Pelat
Data dimensi pelat (h, d, ds), mutu bahan (fc’ dan fy),
Dan tulangan pokok terpasang
Dikontrol nilai ρ = As/(b.d), syarat: ρmin I ρmaks
Dengan ρmin = +1 → Jika fc’ 31,36 MPa
atau ρmin = +,-.+1 → Jika fc’J31,36 MPa
ρmaks = 0,75.ρb = &' (.)*
.+,-3/ 0+1;+1
Nilai ρmin dan ρmaks
dilihat dari tabel
Dihitung :
a = @A..
+
1&(
.+,-."Dihitung: Mn = As.fy. (d - a/2)
Ø Metode portal ekivalen ( Eqivalen Frame Method )
Metode ini digunakan untuk memperoleh variasi longitudinal dari momen
dan geser, maka kekakuan relative dari kolom-kolom, berikut sistem lantai
dimisalkan di dalam analisis pendahuluan dan kemudian diperiksa seperti halnya
dengan perencanaan dari struktur statis tak tentu lainnya.
# )# %# &
Pelat-pelat lantai dan atap yang terdiri dari panel-panel lantai baja (steeldeck
panels), yang berfungsi baik sebagai cetakan maupun sebagai tulangan bagi beton
yang terletak di atasnya, telah banyak dipakai pada bangunan-bangunan yang
rangka utamanya terdiri dari konstruksi baja atau konstruksi komposit. Pelat-pelat
komposit seperti ini mempunyai beberapa keuntungan:
1. Lantai baja, yang dengan mudah dapat diletakkan di atas gelagar-gelagar
baja, langsung dapar berfungsi sebagai suatu landasan kerja untuk
menunjang beban-beban konstruksi dan sebagai cetakan untuk beton.
Dengan demikian kebutuhan akan cetakan semetara dapat dihilangkan, ini
berarti penghematan bagi biaya dan waktu pengerjaan konstruksi.
2. Lantai baja tersebut apabila dibentuk dengan baik sehingga dapat dipastikan
terjadinya suatu ikatan yang kuat dengan beton, dapat berfungsi tetap
sebagai tulangan utama dari pelat.
3. Apabila sebagian dari lantaI tersebut dibuat lubang , maka
lubang-lubang ini berfungsi sebagai saluran bagi kabel-kabel listrik dan telepon
tersebut seringkali berfungsi sebagai saluran bagi alat pemanas atau alat
pendingin ruangan.
4. Penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan
bahwa pelat-pelat yang yang diberi tulangan lantai baja seperti ini dapat
dibuat berperilaku secara komposit dengan penumpu girder-girder dan
gelagar-gelagar lantai baja sama seperti perilaku dari pelat beton penuh.
Perencanaan pelat seperti ini dalam beberapa cara berbeda dengan
perencanaan dari pelat lantai beton bertulang yang memakai tulangan yang bersirip
permukaannya. Satu hal yang perlu dicatat ialah bahwa luas penampang dari lantai
bajayang berfungsi sebagai tulangan ini didistribusikan pada sebagian dari tinggi
pelat melalui suatu cara yang bergantung pada bentuk dari lantai baja tersebut. Hal
yang lebih penting lagi ialah kenyataan bahwa keberhasilannya lantai baja tersebut
berfungsi sebagai perkuatan pelat seluruhnya tergantung pada kemampuan ikatan
antara kedua material tersebut pada pernukaan pertemuannya. Seperti juga halnya
pada batang-tulangan yang berfungsi sebagai penulangan, biasanya bahan-bahan
ikatan kimiawi saja tidak cukup untuk dapat menjamin terbentuknya lekatan yang
kuat. Berdasarkan alasan ini, untuk memperkuat ikatan tersebut dipakai
berbagai-bagai alat yang dikenal dengan sebutan alat penyalur gaya geser . Pada kebanyakan
kasus, alat-alat ini terdiri dari tonjolan-tonjolan yang mempunyai jarak antara yang
dekat sekali, salah satu jenis alat ini diperlihatkan pada Gambar 2.5. Alat-alat ini
bekerja dalam cara yang sama seperti fungsi dari batang bersirip dalam
memperbesar kekuatan lekatnya. Disamping itu alat ini juga harus mampu melawan
kcenderungan terpisahnya lantai baja dan beton dalam arah vertikal. Tonjolan–
rah horizontal, sehingg
gaya vertikal (gaya ya
baja lainnya, pada bag
baja dalam arah tranve
berfungsi sesuai dengan
Pada saat dibe
mengalami keruntuhan
dibandingka dengan ke
ikatan antara lantai b
keruntuhan lekatan ges
problem khusus dari pe
Gambar II.5: Ba
ehingga dapat memikul kedua gaya horizontal (ik
ya yang berusaha memisahkan baja dan beton). P
da bagian dari atas rusuk-rusuk lantai tersebut dil
tranversal dengan jarak antara yang dekat sekali
dengan yang diharapkan.
t dibebani pelat-pelat lantai dengan baja kom
ntuhan lentur melalui suatu cara yang tidak b
gan keruntuhan lentur dari pelat-pelat biasa, atau m
ntai baja tersebut dengan beton. Keadaan ini
an geser, dan justru kekuatan lekat geser inilah yan
dari pelat-pelat komposit.
.5: Baja bergelombang / bondek (steeldeck panels
tal (ikatan) dan
gaya-ton). Pada jenis lantai
but dilas kawat-kawat
sekali sehingga dapat
a komposit ini akan
idak banyak berbeda
atau melaui hilangnya
ini dikenal sebagai
ah yang menjadi suatu
II.3.1 Kekuatan Lentur
Tinggi dan tebal dari lantai baja yang berfungsi sebagai tulangan biasanya
ditentukan sesuai dengan kebutuhan yaitu bahwa selama pelaksanaan konstruksi
dan selama beton belum mengeras, lantai tersebut harus mampu memikul berat
sendiri karena beton ditambah dengan beban-beban konstruksi lainnya yang
mungkin diperlukan. Ini berarti walaupun tersebut setelah struktur selesai
dikerjakan berfungsi sebagai perkuatan pelat, tetapi ukuran penampangnya, dengan
demikian ukuran luas As biasanya ditentukan oleh kondisi sementara selama
pembangunan. Akibatnya, lantai tersebut dapat bersifat overreinforced atau
underreinforced, tergantung pada kombinasi bentang, beban, dan kekuatan
material. Dengan demikian kita sukar menghindari terdapatnya pelat yang
overreinforced, berbeda dengan gelagar-gelagar konvensional dan pelat-pelat yang
memakai tulangan yang terdiri dari batang-batang baja.
Untuk lantai-lantai baja yang relative dangkal dan pelat yang tingginya
cukup besar, yaitu apabila tebal pelat h jauh lebih besar dari tinggi lantai baja dd,
maka pelelehan mungkin telah menyebar pada seluruh tinggi lantai baja sebelum
regangan tekan beton mencapai batasnya sebesar 0,003. Selanjutnya gaya tarik baja
akan bekerja pada pusat dari penampang lantai baja. Pada keadaan ini pelat tersebut
jelas bersifat unreinforced dan disini berlaku persamaan yang biasa dipakai untuk
merencanakan penampang yang berbentuk persegi yaitu:
Tinggi balok persegi adalah a - As.fy/(0,85 fc’ b), dan tinggi efektif pelat d
Untuk pelat-pelat dengan tulangan baja seperti ini, kondisi keseimbangan
didefenisikan sebagai keadaan dimana bagian atas dari lantai baja baru saja
mencapai tegangan lelehnya ketika regangan tegangan beton mencapai harga 0,003.
Harga perbandingan baja seimbang untuk kondisi tersebut adalah: h - da
Ρb
= 0,85
β
1 +-,K
L
&M
9N888OK
P
L
Q 4 #a
=
P
Apabila harga perbandingan baja Ρ melalui Ρb, yaitu apabila baja tersebut
overreinforced, maka momen nominal Mn paling baik ditentukan dengan analisa
kompabilitas regangan. Selanjutnya kekuatan perencanaan adalah Md = φ Mn.
II.3.2 Harga φ Untuk Pelat Komposit
Harga lekatan geser φ = 0,80. Harga ini lebih rendah dari harga yang
ditentukan oleh pedoman φ = 0,85 untuk geser.
II.3.3 Lendutan, Tulangan Susut, Kontuinuitas
Ketentuan-ketentuan dalam pedoman untuk pembatasan perhitungan
lendutan, termasuk perhitungan dari efek rangkak, dapat diterapkan dengan cara
yang sama terhadap pelat dengan cara yang sama terhadap pelat dengan tulangan
lantai baja seperti ini. Perbedaan satu-satunya terdapat pada momen inersia efektif
Ie. Harga yang memenuhi untuk inersia efektif Ie adalah:
Dimana Icr adalah momen inersia dari penampang transformasi yang
mengalami retak dan Iu adalah momen inersia dari penampang transformasi yang
tidak mengalami retak. Pada kedua kasus rtersebut momen inersia dari lantai baja
terhadap sumbu pusat dari lantai komposit, baik yang mengalami retak maupun
tidak, harus dicakup.
Pada pelat-pelat komposit harus dberikantulangan susut transversal dan
tulangan temperature dengan cara yang sama seperti yang biasa dilakukan pada
pelat biasa satu arah. Telah diusulkan bahwa tulangan yang dipakai disini dapat
dikurangi sampai sebesar 60 persen dari jumlah tulangan yang diperlukan sebab
lantai itu sendiri mempunyai rusuk, mampu memberikan perlawanan terhadap
penyusutan transversal dan devormasi akubat temperature.
Pelat-pelat komposit dengan lantai baja dapat dipakai pada bentang statis
tertentu di antar gelagar-gelagar baja maupun sebagai bentang yang menerus. Pada
kasus yang pertama harus diberikan tulangan negative di atas perletakan untuk
memperkecil retak pada bagian atas pelat. Untuk pelat-pelat menerus, bagian yang
memikul momen negative secara konvensional seperti juga tulangan pada
pelat-pelat beton, dengan mengabaikan sumbangan tekan dari lantai baja tersebt.
Pembahasan singkat dari suatu jenis konstruksi pelat yang telah dipakai
dengan berhasil selama beberapa decade mencerminkan seni dan metode-metode
II.3.4 Analisa penampang komposit
a. Lebar Efektif
Untuk menghitung sifat penampang komposit secara praktis, konsep lebar
efektif perlu diterapkan. Lebar efektif merupakan lebar dari lempeng beton yang
turut aktif dalam aksi komposit. Menurut Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002), lebar efektif pelat lantai yang
membentang pada masing-masing sisi dari sumbu balok tidak boleh melebihi7) : • Seperdelapan dari bentang balok (jarak antara tumpuan)
• Setengah jarak bersih antara sumbu balok-balok yang bersebelahan
• Jarak ke tepi pelat
b. Perhitungan Momen Kapasitas penampang komposit
Tegangan-tegangan pada penampang komposit biasanya dihitung dengan
menggunakan metode transformasi luas, disini salah satu dari luas material yang
dipakai ditransformasikan menjadi luas yang ekuivalen terhadap luas material
lainnya. Biasanya luas efektif beton yang ditransformasikan menjadi luas baja yang
ekuivalen. Dengan menganggap bahwa pada jarak yang sama dari sumbu netral
besarnya regangan yang terjadi pada kedua material adalah sama, maka besarnya
unit tegangan pada salah satu material adalah sama dengan perkalian antara
regangan yang terjadi dengan modulus elastisitasnya. Unit tegangan baja dengan
Dengan memisahkan perbandingan Es / Ec sebagai perbandingan modulus
n, gaya yang ditahan oleh beton seluas satu satuan luas adalah setara dengan gaya
yang ditahan oleh baja seluas satu satuan luas. Dengan demikian luas efektif beton
(Ac = bef x t), bisa digantikan dengan luas transformasi :
A transformasi = T
dimana :
Ac adalah luas flens beton efektif
n adalah perbandingan modulus baja dengan modulus beton
Pada balok komposit yang berpenampang kompak kapasitas momen
penampang harus dianalisis dengan distribusi tegangan plastis, sedangkan yang
berpenampang tak kompak dianalisis dengan distribusi tegangan elastis. Pada balok
komposit yang berdasarkan distribusi tegangan plastis. Besarnya gaya tekan C pada
pelat beton adalah nilai terkecil dari :
C = As *fy
C = 0,85 *f’c *Ac
C = U Y VW X
VW = kapasitas tarik penghubung geser (hanya untuk balok komposit parsial).
Posisi sumbu netral plastis pada penampang komposit akan dipengaruhi
oleh nilai C. Setelah sumbu netral dari penampang transformasi ditentukan,
- Untuk sumbu netral (N-A) yang berada di pelat lantai
Gambar II.6 Penampang komposit untuk sumbu netral berada pada pelat lantai
Py (T) = As*Fy
Mn = C (d1 + d2)
[image:39.595.182.421.115.302.2]- Untuk sumbu netral (N-A) yang berada di profil baja
Gambar II.7 Penampang komposit untuk sumbu netral berada pada profil baja
Mn = C (d1 + d2) + T (d3 – d2)
Ket :
As = Luas penampang baja (cm2)
Fy = Tegangan leleh baja (kg/cm2)
Ac = Luas pelat beton dengan lebar efektif (cm2)
Fc = Tegangan tekan beton (kg/cm2)
Cs = Gaya tekan pada profil baja IWF (kg)
Py(T) = Gaya tarik pada profil baja IWF (kg)
A = Tinggi tekan efektif pada pelat beton L Z
8 9:[K′ [ \P
Ya = Tinggi tekan pada profil baja (cm)
d1 = Jarak dari C ke tepi atas penampang baja (cm)
d3 = Jarak dari T ke tepi atas penampang baja (cm)
d2 = Jarak dari Cs ke tepi atas penampang baja (cm)
Atr = Luas penampang Transformasi (cm2)
Ytr = Titik berat penampang komposit (cm)
Itr = Momen Inersia penampang komposit (cm4)
Mn = Momen kapasitas
c. Perencanaan Balok Pada Daerah Momen Negatif
Menurut Composite Conctruction Design For Buildings, ASCE, pada daerah
momen negatif, penampang balok dianggap tidak mengalami aksi komposit.
Asumsi yang digunakan pada perencanaan ini adalah bahwa beton tidak memiliki
kekuatan terhadap tarik, terjadi pengurangan penampang baja pada balok dan
dilakukan untuk mengatasi tekuk lokal yang mungkin terjadi pada penampang baja.
Oleh karena itu, diperlukan tulangan pelat pada daerah yang mengalami tarik dan
[image:41.595.209.479.168.346.2]perlu dilengkapi dengan penggunaan penghubung geser yang cocok.
Gambar II.8: Distribusi tegangan plastis pada daerah momen negatif
Dari gambar di atas besarnya T, yaitu kuat tarik pada tulangan pelat beton bertulang
adalah :
T = Ar*Fyr
T = Σ Qn
Ket :
Ar = luas tulangan tarik di daerah lebar efektif pelat beton
Fyr = tegangan leleh tulangan plat (kg/cm2)
d1 = jarak dari centroid tulangan pelat longitudinal ke tepi atas
penampang baja (cm)
d3 = jarak dari C ke tepi atas penampang baja (cm)
d2 = jarak dari pusat gaya tarik di penampang baja ke tepi atas
penampang baja (cm)
I = Momen Inersia penampang pada momen negatif (cm4)
Σ Q = Total kekuatan penghubung geser pada daerah di antara momen
negatif maksimum dan momen nol
Kapasitas momen nominal dapat ditentukan dengan persamaan:
Mn = T (d1 + d2) + Py (d3 – d2)
d. Kekuatan Balok Komposit Dengan Penghubung Geser
Menurut SNI-03-1729-2002 pasal 12.6.1 penghubung geser jenis paku stud
dalam kondisi terpasang harus mempunyai panjang yang lebih besar dari 4 kali
diameternya. Untuk aksi komposit dimana dimana beton mengalami gaya tekan
akibat lentur, gaya horizontal total yang bekerja pada daerah yang dibatasi titik-titik
momen positif maksimum dan momen nol harus diambil sebesar nilai C. Secara
matematik dapat dinyatakan dengan :
Vh = C
Dan untuk gaya horizontal total yang bekerja pada daerah yang dibatasi titiktitik
momen negatif di tumpuan dan momen nol terdekat harus diambil sebesar nilai T.
Menurut SNI-03-1729-2002 pasal 12.6.3 kekuatan nominal satu penghubung geser
jenis paku adalah :
Qn = 0,5 * Asc * fc * Ec ≤ Asc * fu
Dimana :
Asc = Luas penampang penghubung geser jenis paku (mm2)
fu = tegangan putus penghubung geser jenis paku (Mpa)
Ec = modulus elastisits beton Mpa, untuk beton dengan berat normal
besarnya ( Ec = 4700 f 'c )
Pada tugas akhir ini digunakan dek baja. Dek baja bergelombang
merupakan salah satu jenis material baru yang digunakan untuk membuat pelat
lantai. Dalam pembuatan pelat tersebut, dek baja bergelombang dipadukan dengan
beton sehingga akan membentuk pelat komposit. Keuntungan yang dimiliki oleh
pelat komposit ini dibandingkan dengan pelat beton bertulang biasa adalah :
kekakuan dek baja cukup tinggi sehingga memerlukan lebih sedikit penyangga pada
waktu pengecorannya, dapat menghemat jumlah pemakaian adukan beton karena
memiliki ketebalan yang tipis, menghemat biaya dan waktu karena dek baja
berfungsi sebagai formwork untuk pengecoran adukan beton, dan dek baja
bergelombang dapat dimanfaatkan sebagai tulangan tarik sehingga kebutuhan akan
tulangan tarik dapat dikurangi atau dihilangkan. Aksi komposit antara beton dan
dek baja bergelombang terbentuk melalui adanya mekanisme tahanan geser yang
bersumber dan lekatan natural antara kedua bahan, gaya gesekan antara kedua
bahan, dan bentuk profil dek baja bergelombang.
Menurut SNI 03-1729-2002, persyaratan dek baja yang diletakkan di bawah
pelat beton adalah: Tinggi nominal gelombang dek baja tidak boleh lebih dari 75
mm. Lebar rata-rata dari gelombang wr, tidak boleh kurang dari 50 mm, dan tidak
boleh lebih besar dari lebar bersih minimum pada tepi atas dek baja.
1. Pelat beton harus disatukan dengan balok baja melalui penghubung geser
jenis paku yang dilas yang mempunyai diameter tidak lebih dari 20 mm.
Penghubung geser jenis paku dapat dilas pada dek baja atau langsung pada
tidak boleh kurang dari 40 mm di atas sisi dek baja yang paling atas.
[image:44.595.150.489.148.234.2]2. Ketebalan pelat di atas dek baja tidak boleh kurang dari 50 mm.
Gambar II.9 Persyaratan untuk dek baja bergelombang
Berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut maka tipe dek baja yang
digunakan adalah Union Floor Deck W-1000
• Gelombang Dek Baja Yang Arahnya Tegak Lurus Terhadap Balok Penumpu
Untuk gelombang-gelombang dek baja yang arahnya tegak lurus terhadap
balok penumpu, tebal beton yang berada di bawah tepi atas dek baja harus
diabaikan dalam perhitungan karakteristik penampang komposit dan dalam
penentuan luas pelat beton Ac, yang diperlukan untuk kapasitas gaya geser
horizontal balok komposit. Jarak antara penghubung geser tidak boleh lebih dari
900 mm. Kuat nominal penghubung geser jenis paku dikalikan dengan suatu faktor
reduksi, rs, yaitu:
rs = 8 9:]^_ L`_a_PbLac_P 4 * d *
Keterangan :
rs = faktor reduksi
Ns = Jumlah penghubung geser jenis paku pada setiap gelombang pelat
berprofil di perpotongannya dengan balok
hr = Tinggi nominal gelombang pelat baja berprofil
wr = Lebar efektif gelombang pelat baja berprofil
• Gelombang Dek Baja Yang Arahnya Sejajar Terhadap Balok Penumpu
Untuk gelombang dek baja yang arahnya sejajar dengan balok baja, tebal
pelat beton yang berada di bawah tepi atas dek baja dapat diperhitungkan dalam
penentuan karakteristik penampang komposit dan juga dalam luas penampang pelat
beton Ac, yang diperlukan untuk perhitungan kapasitas gaya geser horizontal balok.
Jika tinggi nominal dek baja lebih besar atau sama dengan 40 mm maka lebar
rata-rata dari gelombang yang ditumpu wr, tidak boleh kurang dari 50 mm + 4(ns-1)ds
untuk penampang dengan jumlah penghubung geser jenis paku sama dengan ns
pada arah melintang; dengan ds adalah diameter penghubung geser jenis paku
tersebut.
Kuat nominal penghubung geser jenis paku dikalikan dengan suatu faktor
reduksi, rs, yaitu
rs = / L`_a_PbLac_P 4 * d *
Jumlah penghubung geser pada daerah yang dibatasi titik-titik momen
maksimum dan momen nol adalah:
N1= fec
Dimana:
N1 = jumlah penghubung geser yang diperlukan pada daerah diantara
momen maksimum dan momen nol
Untuk penempatan dan jarak penghubung geser, berdasarkan SNI 03-
didistribusikan secara merata pada daerah tersebut. Ketentuan jarak antar
penghubung adalah sebagai berikut :
1. Tebal minimum selimut beton pada arah lateral 25 mm
2. Jarak minimum antar penghubung geser pada arah sejajar sumbu balok > 6
x diameter
3. Jarak minimum antar penghubung geser pada arah tegak lurus sumbu balok
> 4 x diameter
4. Jarak maksimum antar penghubung geser < 8 x diameter
e. Perhitungan Lenturan / Lendutan
Untuk perhitungan lenturan/lendutan dari gelagar dengan perletakan jepit–
jepit yang menahan beban baik merata dan beban terpusat digunakan rumus sebagai
berikut :
1. Akibat beban merata
δ1 = g[hi
j9 [k[l ≤ δ ijin
2. Akibat beban terpusat
δ2 = m[hij
n6[k[l ≤ δ ijin
Dimana :
δ = besarnya lendutan yang terjadi
δ ijin = besarnya lendutan yang diijinkan = L/360
q = beban merata
P = beban terpusat
E = modulus elastisitas
I = momen inersia
&
Ada banyak komponen pembentuk harga pelatantara lain akan dipaparkan
berikut ini.
II.4.1 Baja Bergelombang (Bondek)
Bondek atau smartdek adalah dek yang dibentuk dari material baja dengan
lapisan Zinc Coated (Z275, yaitu berat lapisan galvanized per meter persegi ± 275
gr/m2) untuk penggunaan pada kondisi lingkungan normal, sedangkan pada kondisi
lingkungan korosif perlu diberikan lapisan perlindungan tambahan. Kekuatan tarik
leleh minimum pelat baja ini adalah 550 MPa. Tebal pelat standar adalah 0,70 mm
BMT dengan pilihan tebal yang lain 1,00 dan 1,2 mm BMT. Penggunaan decking
baja akan memberikan keuntungan bagi struktur secara keseluruhan karena
penghematan dalam penggunaan formwork dan beton. Decking baja ini berfungsi
antara lain sebagai lantai kerja sementara, sebagai bekisting tetap dan tulangan
positif. Smartdek juga memberikan keuntungan yang lain yaitu dari segi waktu
pelaksanaan konstuksi yang lebih cepat yaitu mencapai 400m2/hari/kelompok (3-4
orang) dan menghemat dalam pemakaian perancah dan tiang-tiang penyangga.
Pemasangan panel Smartdek pada pelat beton diletakkan melintang (pada
arah memendek). Pada umumnya panel diletakkan minimum ± 2,5 cm kedalam
II.4.2 Bekisting
Bekisting merupakan struktur sementara yang berfungsi sebagai alat bantu
dalam membentuk beton dimana perkembangannya sejalan dengan perkembangan
beton itu sendiri. Bekisting berfungsi sebagai acuan untuk mendapatkan bentuk
profil yang diinginkan serta sebagai penampung dan penumpu sementara beton
basah selama proses pengeringan.
Dengan adanya inovasi teknologi dalam bidang bekisting, saat ini produksi
dilakukan oleh pabrik dengan disain sedemikian rupa sehingga bekisting mudah
dibongkar, dipasang serta memungkinkan untuk dimanfaatkan lebih dari satu kali.
Proses pengeringan beton saat ini relative lebih cepat dibandingkan pada masa lalu.
Hal ini disebabkan karena telah ditemukannya zat tambah yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatur kecepatan mengerasnya beton. Proses pembongkaran bekisting
bergantung pada kecepatan mengerasnya beton dan baru dibongkar s