KEPENTINGAN INDIA DALAM KERJASAMA PERTAHANAN
DENGAN TIONGKOK PADA TAHUN 2013 TERKAIT PERSOALAN DI
PERBATASAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos)
Disusun oleh :
Uum Humairoh
1110113000072
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRAK
Nama : Uum Humairoh
NIM : 1110113000072
Kepentingan India dalam Kerjasama Pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013
Terkait Persoalan di Perbatasan
Penelitian ini berisi tentang analisa kepentingan India dalam kerjasama
pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013 terkait persoalan di perbatasan.
Analisa kepentingan dengan melihat artikel atau pasal yang terdapat dalam perjanjian
kerjasama India dan Tiongkok pada tahun 2013. Penulisan penelitian ini
menggunakan studi pustaka dari berbagai sumber dan media. Metode yang digunakan
dalam penulisan ini adalah kualitatif analisis deskriptif.
Kepentingan India dalam kerjasama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun
2013 terkait persoalan di perbatasan adalah demi mencapai keamanan di perbatasan
dan mengatasi persoalan penyelundupan atau smuggling. Analisa kepentingan ini
menggunakan kerangka pemikiran dari berbagai konsep, yakni konsep keamanan,
kepentingan nasional dan kerjasama keamanan.
Keyword : Kepentingan nasional, kerjasama pertahanan, perbatasan, India dan
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Allhamdulillahi rabbilalamin
Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan dan segala rahmat penulis
ucapkan karena telah diberi kelancaran dalam penulisan skripsi yang berjudul
Kepentingan India dalam Kerjasama Pertahanan dengan Tiongkok 2013 Terkait
Persoalan di Perbatasan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai proses yang harus
dihadapi demi kelancaran penulisan ini. Namun, kelancaran proses ini tak lepas dari
dukungan dan bantuan keluarga dan para sahabat dan para dosen yang senantiasa
menemani hingga penulis mampu melewati berbagai kendala dan hambatan. Untuk
itu, dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu, yakni :
1. Kedua orang tua penulis yakni ayahanda Alm Agus Salim yang saat ini
telah berada disamping Allah SWT dan ibunda Samaah yang telah
memberikan segala bentuk dukungan. Serta kepada keluarga besar penulis
yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
2. Bapak Teguh Santosa selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
memberikan dukungan, bimbingan dan arahan selama proses penulisan
3. Ibu Debbie selaku ketua jurusan hubungan internasional dan dosen di
fakultas ilmu sosial dan ilmu politik yang telah memberikan pengalaman
dan ilmu serta kemudahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Teman hidup selama masa perkuliahan yakni Heni Lupita Sari, Fauziah
Hayatunnufus, Zathira Meca, Meri Silvita, Aji Nadia, Tiara Wenti, Ulfah
Fauziah, Disa Fajria dan Meylia yang selalu memberi semangat.
5. Sahabat dekat penulis yakni Khalilah Mukarramah, Rifkah Nurulita, Sri
Windy Rizki, Siskawati, Dede Rifaatul Mahmudah, Dwi Meli, dan Rizka
Dhiany. Senantiasa menemani dan mendukung dalam suka maupun duka.
6. Sahabat perkumpulan penulis yakni Dessy Iryanti, Yuni Budiawati, Saman
al Yamani, Bella Handayanti, Herri Heryanto, Albert Ferdinan, Kamil,
Fiki dan Fajar Fuadi yang selalu mendukung dan menghibur penulis.
7. Sahabat HI B yakni Fini Rubianti, Fahmi Ramadani, Asri Kusumastuti,
Shofia Nida, Rahmi Kamilah yang senantiasa memberikan masukan dalam
pembuatan skripsi.
8. Kepada sahabat dan pihak lain yang tidak disebutkan namanya satu
persatau. Penulis mengucapkan banyak terima lasih atas dukungan dan
dorongan sehingga mampu menyelesaikan penulisan ini.
Tangerang, 22 September 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………...v
KATA PENGANTAR ………..vi
DAFTAR ISI ………viii
DAFTAR TABEL ………..xi
DAFTAR SINGKATAN ……….xii
DAFTAR LAMPIRAN ………xiii
BAB I PENDAHULUAN ………...1
A. Latar Belakang Masalah ………...1
B. Pertanyaan Penelitian ………..…9
C. Tujuan Penelitian ……….10
D. Manfaat penelitian ……….11
E. Kerangka Pemikiran ……….18
F. Metode Penelitian ……….24
G. Sistematika Penulisan……….25
BAB II DINAMIKA HUBUNGAN INDIA DAN TIONGKOK ……….28
A. Hubungan Sebelum Konflik Perbatsan tahun 1962 ……….30
B. Konflik India dan Tiongkok tahun 1962 ……….…32
C. Permasalahan Penyelundupan /Smuggling ……….……48
D. Permasalahan Terorisme ……….………50
E. Permasalahan Perompak ……….53
A. Rangkaian Pertemuan dan Perjanjian ……….56
B. Capaian Keamanan Terkait Persoalan Perbatasan Hingga Tahun 2012...63
C. Perjanjian Pertahanan India dan Tiongkok pada tahun 2013 Terkait Persoalan di Perbatasan ……….66
BAB IV ANALISIS KEPENTINGAN INDIA DALAM KERJASAMA PERTAHANAN DENGAN TIONGKOK PADA TAHUN 2013 TERKAIT PERSOALAN DI PERBATASAN ……….70
A. Kepentingan Keamanan dan Perdamaian di Perbatasan ……….71
B. Kepentingan untuk Mengatasi Penyelundupan/Smuggling ……….78
C. Kepentingan untuk Mengatasi Terorisme ………...…..84
D. Kepentingan untuk Mengatasi Perompak /Piracy ………..87
BAB V KESIMPULAN ………90 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
BDCA Border Defense Agreement
CBM Confidence Building Measure
JWG Joint Working Group
LAC Line Actual Control
PLA People Liberation Army
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Agreement on the Maintenance of Peace along the Line of
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
India dan Tiongkok adalah dua negara tempat Asia Selatan Asia Timur
bertemu di sepanjang Pegunungan Himalaya. Kedua negara ini memulai
hubungan diplomatik pada 30 Desember 1949 yang ditandai dengan pengakuan
India yang pada masa itu dibawah kepemimpinan Jawaharlal Nehru, terhadap
pemerintahan Republik Rakyat Tiongkok. Pengakuan ini menempatkan India
sebagai negara non-sosialis pertama yang menjalin hubungan diplomatik
denganTiongkok.1Perbedaan mendasar sistem politik Tiongkok yang sentralistis dan sosialis dengan sistem politik India yang demokratis tidak menjadi
penghalang bagi keduanya untuk saling berhubungan.
Namun demikian, India dan Tiongkok masih memiliki sejumlah persoalan
bilateral, termasuk konflik di kawasan perbatasan. Bagaimanapun juga, batas yang
jelas dengan negeri tetangga penting bagi setiap negara berdaulat. Persoalan di
kawasan perbatasan yang masih belum tuntas hingga mendorong India dan
Tiongkok menjalin kerjasama di perbatasan termasuk dalam bidang pertahanan.
Dinamika hubungan India dan Tiongkok dirangkum dalam empat fase
yang dimulai sejak tahun 1949 hingga saat ini. Fase pertama adalah pada rentang
1
waktu 1950 hingga 1960. Pada tahun 1949 India melakukan pengakuan terhadap
RRC atau saat ini disebut Tiongkok namun kedua negara melakukan hubungan
kerjasama pada tahun 1950 an. Pada fase ini keduanya memiliki hubungan yang
baik hingga memunculkan istilahHindi-Chini Bhai-Bhaiatau India dan Tiongkok
yang Bersaudara. Sikap saling mempercayai dan memahami di antara kedua
negara berkembang pada saat itu dan didasarkan pada lima prinsip atauPancsheel
yang berasal dari perjanjian pembukaan hubungan dagang antara Tiongkok yang
melingkupi wilayah Tibet dengan India. Perjanjian tersebut ditandatangani
Dutabesar India Nedyam Raghavan dan Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok
Chang Han Fu pada 29 April 1954 di Beijing. Kelima prinsip itu adalah sikap
saling menghormati integritas wilayah dan kedaulatan masing-masing negara,
tidak saling menyerang, tidak saling ikut mencampuri terhadap urusan dalam
negeri, mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan, serta hidup
berdampingan secara damai.2
Fase kedua adalah tahun 1960 hingga tahun 1962. Pada Fase ini mulai
muncul persoalan perbatasan yang disebabkan keduanya memiliki perspektif yang
berbeda mengenai batas negara.Puncak dari fase ini adalah konflik bersenjata
selama 31 hari yang terjadi pada Oktober hingga November 1962. Konflik
berakhir setelah Tiongkok secara sepihak menghentikan serangan. Fase
selanjutnya dari 1962 hingga 1980. Ketegangan di antara kedua negara menurun,
namun, masih dipenuhi rasa saling curiga terkait persoalan perbatasan. Kemudian,
2
hubungan baik muncul kembali menyusul perpecahan Uni Soviet pada tahun
1991. Pembubaran Uni Soviet ini mengurangi pengaruh kubu komunis di
Tiongkok. Pada fase ini hubungan perdagangan dan ekonomi secara umum kedua
negara meningkat hingga tahun 2000.3
Kedua negara ini masing-masing memiliki pandangan yang berbeda untuk
garis perbatasan India dan Tiongkok. Tiongkok mengklaim bahwa tidak ada batas
yang jelas disepanjang bukit Himalaya. Dengan begitu dibutuhkan garis batas
yang jelas untuk memisahkan India dan Tiongkok. Sedangkan India mengklaim
bahwa sudah adanya garis perbatasan yang jelas yang ditentukan sejak
pemerintahan Inggris di India.4
India merdeka dari Inggris tahun 1947, dengan begitu Inggris memberikan
warisan yang salah satunya adalah mengenai warisan teritorial. Isi warisan
territorial itu adalah Garis McMahon5 sebagai garis perbatasan antara India dan Tiongkok. Tiongkok menolak batas tersebut, dengan alasan bahwa yang
menandatangani adalah Tibet dan Inggris sedangkan Tiongkok tidak ikut serta
dalam pembuatan kesepakatan tersebut.6 Sejak saat itu keduanya menggunakan dasar masing-masing untuk mempertahankan klaim masing-masing.
3
Vishaka Sharma dan A.K.Ghildial, Relevance of Five Principles of Peaceful Coexistence (Panchsheel) in Post Cold War Era,Asian Journal of Multidisciplinary Studies 2 (Mei 2014) :61
4
Zhang Li,Tiongkok India Relations : Strategic Engagement and Challenges.Hal 77.
5
Garis ini berada di antara India dan Tiongkok bagian timur, garis ini berada terluar wilayah Aksai Chin yang mengarah ke Tiongkok.
6
Aldo Abitbol D,Causes Of The 1962 Sino-Indian War: A Systems Level Appraoch(University
of Denver) Hal 76. Diunduh 07 Maret 2014..
Konflik antara India dan Tiongkok pecah tahun 1962.7 Konflik ini memperebutkan tiga wilayah, yakni wilayah bagian timur, tengah dan barat. Pada
wilayah bagian timur meliputi garis McMahon yang membentang dari jalur atau
garis penghubung antara India, Tiongkok dan Butan. Wilayah tersebut saat ini
disebut Arunachal Pradesh. Sedangkan untuk Bagian Barat dimulai dari
Karakoram di Utara ke jalur Administrasi Tibet Ngari, La Dwags dan Himachal
Pradesh.8(gambar 1)
Berbagai upaya dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Hingga
tahun 2013 pun upaya tetap dilakukan, hal ini terjadi karena kedua negara
menginginkan hubungan yang lebih erat tdalam bidang keamanan di perbatasan
serta masih munculnya persoalan di perbatasan.
7
Konflik ini terjadi antara India dan Tiongkok pada Oktober 1962, terjadi selama 31 hari dan konflik dimenangkan Tiongkok.
8
Gambar 1 Wilayah Konflik India dan Tiongkok
Sumber :www.heritage.org
Penyelesaian permasalahan diawali pada Desember 1988, dimana PM
India Rajiv Gandhi mengunjungi Tiongkok. India mengajak Tiongkok untuk
membentuk JWG atauJoint Working Groupdan ini menjadi kerangka dasar untuk
melakukan kerjasama pertahanan dan keamanan di perbatasan kedua negara.
Selama pertemuan berlangsung, keduanya menyepakati pertukaran pengembangan
akademik, militer, ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya, Menteri
Pertahanan India Sharad Pawar mengunjungi Tiongkok pada Juli 1992 yang
mengawali untuk melakukan hubungan dalam bidang militer. Selain itu,
Perdamaian dan Keamanan di sepanjang Garis Kontrol Aktual atau LAC yang
ditandatangani pada 7 September 1993 .9
Kemudian dibuat pula kerangka CBM atau Confidence Building Measures
pada 29 November 1996 untuk menyatakan dan menegaskan kembali perjanjian
yang di buat pada tahun 1993. Implementasi dan pelaksanaan CBM dalam
penerapan disepanjang LAC ini, maka dibentuk dalam bentuk protokol. Protokol
ini dilaksanakan setelah kunjungan PM Tiongkok Wen Jiabao ke India pada April
2005 dan menandatangani pada 11 April 2005. Dalam protokol ini diuraikan
ketentuan yang harus dilakukan untuk implementasi CBM yang ditandatangani
pada 1996. Hal ini semakin menjelaskan komitmen keduanya untuk meningkatkan
hubungan alam bidang pertahanan dan keamanan.
Dalam kesepakatan CBM ini keduanya menyepakati untuk membatasi
penggunaan peralatan militer seperti tank, kendaraan militer, senjata-senjata
dengan standar tinggi, penggunaan misil darat, misil udara dan sistem
persenjataan lain. Kemudian keduanya melakukan pertukaran data dan informasi
dalam bidang pertahanan untuk mengurangi dan melindungi wilayah atau zona
pengawasan di sepanjang perbatasan India dan Tiongkok.10
Pertemuan selanjutnya dilakukan dalam rangka kewajiban untuk menjalin
hubungan secara berlanjut semenjak perjanjian sebelumnya disepakati. Kunjungan
ini dilakukan oleh Menteri Pertahanan India, Praneb Mukherjee ke Tiongkok pada
9
Rup Narayan Das, India-Tiongkok Defence Cooperation and Military Engagement. (New Delhi: Institute for Defence Studies and Studies and Analyises, 2010) Hal 110.
10
Mei 2006 dan menghasilkan poin penting yakni ditandatanganinya MoU. MoU ini
membahas tentang mekanisme dan waktu mengenai kunjungan-kunjungan yang
dilakukan Menteri Pertahanan. MoU ini kemudian dipertegas dengan
ditandatanganinya Joint Declaration pada 21 November 2006. Joint Declaration
ini pada dasarnya membahas tentang diperkuatnya rasa saling percaya dan rasa
saling memahami diantara kedua negara.
Kemudian pada tahun 2012 India dan Tiongkok membuat mekanisme
untuk membangun rasa saling percaya antara kedua negara di sepanjang garis
LAC dan memperkuat kemampuan komandan yang bertugas di sepanjang wilayah
guna menghilangkan kesalahpahaman.11 Hal ini dilakukan agar pelaksanaan perjanjian-perjanjian sebelumnya berjalan lancar.
Kemudian, India dan Tiongkok kembali melakukan kerjasama pertahanan
terkait persoalan di perbatasan. Ini dilakukan untuk meningkatkan kembali
kerjasama demi mencapai keamanan dan perdamaian di wilayah perbatasan.
Wilayah perbatasan sesungguhnya sangat mudah bagi keduanya memicu dalam
memunculkan masalah12, karena hal ini terkait dengan kedaulatan wilayah suatu negara.
Penulis memilih masalah ini untuk dijadikan bahan penelitian karena
persoalan perbatasan menjadi bagian yang vital bagi suatu negara. Perbatasan
memilik peran yang sangat krusial karena sebagai jalur dalam menjalin hubungan
11
Mandiph Singh, China’s Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next Level?, ((New Delhi : IDSA (Institute of Defence Studies & Analyses), 2012). Hal 3
12
dengan negara luar. Batas suatu negara dengan negara lain akan menyediakan
berbagai kesempatan dalam manjalin hubungan dalam bidang ekonomi dan sosial
budaya dengan negara lain.13 Dengan begitu kerjasama India dan Tiongkok ini menjadi persoalan yang penting utuk dibahas karena berkaitan dengan perbatasan
dengan kerjasama yang dilakukan secara terus menerus.
Penelitian ini merujuk pada perjanjian kerjasama di perbatasan India dan
Tiongkok pada tahun 2013, karena perjanjian ini merupakan bentuk lanjutan dari
kesepakatan atau perjanjian yang sebelumnya dibuat. Sehingga perjanjian ini
terdiri dari poin-poin penting yang sebelumnya tecantum dalam perjanjian
sebelumnya dan poin penting yang baru ditambahkan. Penulis akan mengenalisa
kepentingan India dalam melanjutkan untuk melakukan kerjasama keamanan di
perbatasan dengan Tiongkok. Pada dasarnya kepentingan ini tidak hanya
bertujuan pertahanan di perbatasan saja, melainkan kepentingan lain yakni
kepentingan untuk memerangi permasalahan lintas batas seperti penyelundupan,
terorisme dan perompakan disekitar perairan Samudera Hindia.
Penulis mengambil sudut pandang India dalam melihat kepentingan dalam
perjanjian ini adalah karena India memiliki kemampuan untuk berperan dalam
tataran global dengan melakukan hubungan baik dengan negara tetangga.14 Kemudian karena India berbatasan dengan beberapa negara yang selain
memudahkan untuk melakukan hubungan kerjasama, memudahkan pula untuk
13
Shreesh K.Pathak, India’s Border and Cross-Border Issues: Problems and Prospect, (New Delhi: Centre for South Asian Studies) Hal 4.
14
masuknya ancaman dari negara lain. Dengan begitu, kerjasama keamanan perlu
dilakukan dengan negara tetangga. Hal ini pun berlaku bagi India untuk
melakukan kerjasama dengan negara yang memiliki sejarah terkait persoalan
perbatasan.
Perdana Menteri India Manmohan Singh mengatakan bahwa “India will
not be able to realize its own destiny without the partnership of its South Asian
neighbours”. 15 Hal ini semakin menegaskan bagi India untuk melakukan kerjasama dengan Tiongkok. Hubungan baik dapat tercapai apabila keduanya
menjalin rasa saling percaya dan menghilangkan rasa saling curiga.
Kemudian konsep yang digunakan penulis adalah konsep keamanan yang
merupakan tujuan utama India dalam menjalin kerjasama ini. Tujuan keamanan
dapat tercapai dengan melakukan kerjasama dalam bidang pertahanan karena hal
ini berkaitan dengan pencapaian keamanan dan perdamaian di perbatasan.
B. Pertanyaan Penelitian
Penulis melihat potensi ancaman yang di hadapi India di perbatasan yang
tidak hanya terkait keamanan wilayah perbatasan saja, melainkan ancaman lain
yang muncul yang bersifat lintas batas. Maka perlu bagi India untuk melakukan
kerjasama pertahanan di perbatasan. Persoalan di perbatasan India perlu di
selesaikan adalah dengan dilakukannya kerjasama pertahanan di perbatasan
dengan Tiongkok. Dengan begitu pertanyaan penelitian ini adalah :
15
Mengapa India Ingin melanjutkan kerjasama pertahanan dengan
Tiongkok pada tahun 2013 terkait persoalan di perbatasan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibuat untuk mengetahui beberapa poin yang berkaitan
dengan hubungan antara India dan Tiongkok. Tujuan tersebut adalah :
1. Mengetahui dinamika hubungan India dan Tiongkok.
2. Untuk mengetahui kerjasama pertahanan di perbatasan India dan
Tiongkok pada tahun 2013.
3. Untuk mengetahui kepentingan India dalam melakukan kerjasama
pertahanan di perbatasan India dan Tiongkok pada tahun 2013.
Selain tujuan, penelitian ini ditujukan untuk memberikan manfaat, yakni :
1. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh di perguruan tinggi dan untuk menambah wawasan mengingat
adanya proses pengumpulan berbagai referensi.
2. Untuk civitas akademik dapat menjadi sumber informasi ilmiah
dan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk studi Hubungan Internasional.
3. Sebagai informasi serta dapat dijadikan bahan perbandingan bagi
D. Tinjauan Pustaka
Penulis menggunakan artikel dan skripsi sebagai bahan perbandingan
terhadap penelitian yang bekaitan dengan kerjasama pertahanan perbatasan India
dan Tiongkok tahun 2013. Bahan perbandingan pertama adalah tesis yang dibuat
oleh Johan Svensson dari Universitas Halmstad di Sweddia yang membahas
tentang Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship16
tahun 2012.
Tesis ini membahas hubungan India dan Tiongkok dari dua persepsi, yakni
neo-realisme dan neo-liberalisme. Dari pandangan neo-realisme hubungan India
dan Tiongkok lebih dilihat sebagai dua negara yang saling bersaing dengan
kekuatan militer, sedangkan dari persepsi neo-liberalisme hubungan keduanya
lebih dilihat sebagai suatu kerjasama yang kemudian dapat menghasilkan
kerjasama yang lainnya.17
Neo-realisme melihat konflik yang terjadi antara India dan Tiongkok di
Arunachal Pradesh akan mengakibatkan dilema diantara keduanya. Dilema ini
terjadi karena ketidakyakinan dari kedua negara dalam menilai kemampuan
militer masing-masing negara. Dilemma dan permasalahan yang mudah dipicu ini
mengakibatkan kedua negara membangun pertahanan militer di perbatasan. Hal
ini diperlukan sebagai strategi persiapan apabila salah satunya melakukan
16
Johan Svensson, Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship,
(Sweden: Halmstad University, 2012) Diunduh 07 Maret 2014 ( http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)
17
Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship.Hal
39. Diunduh 07 Maret 2014 (
penyerangan. Keadaan seperti ini akan tetap pada status qou, karena keduanya
memiliki kekuatan nuklir.18
Kedua negara mempertahankan kekuatannya di perbatasan ini,
neo-realisme memandang bahwa masing-masing negara hendak meningkatkan
pengaruhnya tidak hanya di Asia Selatan melainkan menyebar ke wilayah lain.
Selain pengaruh, neo-realis memandang hal ini sebagai zero sum game, dimana
keuntungan yang didapat adalah dengan bertambahnya jumlah sekutu di kawasan
Asia Selatan. Tiongkok memiliki hubungan dekat dengan Pakistan, maka
keuntungan Tiongkok akan didapat lebih apabila Tiongkok mencari sekutu lain.
Keuntungan relatif yang akan diperoleh adalah bahwa hubungan ini akan
memunculkan terjadinya kerjasama perdagangan, dan hal ini akan memperluas
distribusi perdagangan Tiongkok.19
Sedangkan neo-liberalisme melihat bahwa kerjasama perdagangan yang
terjalin antara kedua negara selain akan menambah keuntungan ekonomi, juga
akan memulihkan hubungan kedua negara.20 Selain hubungan dalam bentuk kerjasama perdagangan, kerjasama juga terjalin dalam dimensi lain, seperti
militer, antar lembaga bahkan pertemuan yang dilakukan rutin tiap tahun.
Neo-18
Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship. Hal
39. Diunduh 07 Maret 2014 (
http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)
19
Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship. Hal
40. Diunduh 07 Maret 2014 (
http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)
20
Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship.Hal
39. Diunduh 07 Maret 2014 (
liberalisme melihat bahwa kerjasama perdagangan akan menciptakan efek spill
overkedua negara.
Kemudian, kedua negara ini percaya bahwa dalam meraih tujuan
masing-masing dengan menggunakan cara-cara ekonomi ini akan lebih menguntungkan
dan mengurangi resiko dibanding menggunakan cara kekerasan (konflik).
Meskipun keduanya memiliki kekuatan nuklir, namun solusi damai yang harus
dipilih dalam menjalin hubungan dari masing-masing negara.21
Berbeda dengan penelitian ini, penulis melihat adanya upaya yang
dilakukan India dan Tiongkok dalam mengatasi persoalan di perbatasan dengan
melakukan berbagai pertemuan dan perundingan yang kemudian membentuk
suatu forum Joint Working Group (JWG).JWG merupakan kerangka kerja kedua
negara untuk melakukan kerjasama pertahanan pada tahun 1993, 1996, 2005,
2012, dan 2013.
Bahan selanjutkan yang dijadikan perbandingan adalah artikel yang ditulis
oleh Mandip Singh dari Intsitute Defence Studies & Analyses (IDSA), New Delhi
pada tahun 2012, yang berjudul China's Defence Minister in India: Raising
Military Relations to the Next Level?. Artikel ini membahas tentang hubungan
21
Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship.Hal
40. Diunduh 07 Maret 2014 (
India dan Tiongkok dalam bidang keamanan yang dicapai dengan melakukan
hubungan dengan negara lain.22
India dan Tiongkok melakukan kerjasama untuk tujuan keamanan, ini
terjadi karena Tiongkok mendapatkan ancaman teroris Pakistan yang tidak
menyetujui kedekatan Tiongkok dengan India. Teroris yang berkembang di
Pakistan ini diduga berasal dari Taliban Afganistan. Maka, Tiongkok melalui
kerjasama dengan India dapat mengurangi dan mencegah ancaman teroris ini.
Ketika India memberikan bantuan dengan jumlah 2 miliar dollar AS kepada
Afganistan untuk membantu rekonstruksi dan pengembangan Afganistan,
Tiongkok pun berkontribusi sebesar 200 juta dollar AS.23
Hubungan selanjutnya adalah Tiongkok dengan Nepal dan Butan yang
mendapat perhatian dari India. Tiongkok memberikan bantuan militer ke Nepal.
Keduanya penandatangani perjanjian kerjasama dalam bidang keamanan. Selain
itu, Tiongkok pun memberikan bantuan dalam perlengkapan komunikasi,
peralatan kesehatan, transportasi untuk angkatan bersenjata Nepal. Kedekatan
Tiongkok dan Nepal ini membuat India menghargai perilaku Tiongkok. India juga
melihat bahwa kerjasama antara Tiongkok dan Nepal ini akan memberikan
pengaruh yang baik dalam sistem politik Nepal. Dengan begitu, sebagai negara
22Mandiph Singh, China’s
Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next Level?, ((New Delhi : IDSA (Institute of Defence Studies & Analyses), 2012). Hal 2. Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.idsa.in/system/files/IB_TiongkokDMIndia.pdf)
23Mandiph Singh, China’s
Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next
Level?. Hal 3. Diunduh 07 Maret 2014
tetangga Nepal, maka India dan Tiongkok akan terjalin hubungan yang damai dan
menciptakan stabilitas di negara masing-masing.24
India juga menghargai hubungan Butan yang saat ini mulai
mengembangkan demokrasi dengan Tiongkok. India melihat bahwa hubungan
baik Butan dan Tiongkok akan menciptakan stabilitas di wilayah Lembah
Chumby, yang merupakan wilayah sensitif yang terletak diantara Butan, India dan
Tiongkok.25
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penulis menganalisa kepentingan
yang akan dicapai India dengan melakukan kerjasama pertahanan dengan
Tiongkok pada tahun 2013 ini adalah perdamaian dan keamanan di perbatasan.
India melihat Tiongkok terkait persoalan di perbatasan adalah dari peningkatan
kekuatan muliter di perbatasan yang akan mengancam keamanan dan perdamaian.
Dengan begitu, kerjasama pertahanan dengan Tiongkok ini akan menghasilkan
batasan-batasan pada penggunaan senjata serta upaya-upaya lain demi mencapai
keamanan di perbatasan.
Penelitian ketiga yang dijadikan perbandingan adalah mengenai
Sino-Indian Border Dispute yang dibuat oleh Hongzhou Zhang and Mingjiang Li, dari
ISPI pada tahun 2013, yang menerangkan tentang konflik di perbatasan India dan
24Mandiph Singh, China’s
Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next
Level?. Hal 5. Diunduh 07 Maret 2014
(http://www.idsa.in/system/files/IB_TiongkokDMIndia.pdf)
25Mandiph Singh, China’s
Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next
Level?. Hal 6. Diunduh 07 Maret 2014
Tiongkok, kemudian penyelesaiannya dalam bentuk hubungan kerjasama baik
dalam bidang militer maupun dalam bidang ekonomi.
Penelitian ini membahas hubungan India dan Tiongkok pasca konflik
1962, dimana keduanya sepakat untuk memperkuat pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi dengan tujuan untuk menurunkan angka kemiskinan dan
meningkatkan standar hidup masyarakat di masing-masing negara. Stabilitas dan
perdamaian yang terjadi di perbatasan merupakan prasyarat negara untuk fokus
pada keadaan sosial ekonomi internalnya. Ini mungkin saja penyebab mengapa
keduanya melakukan usaha yang serius untuk melakukan negosiasi mengenai
perbatasan.
Keduanya pun melakukan pertemuan dalam rangka konsultasi mengenai
pertahanan dan latihan militer bersama, meskipun upaya ini dilakukan dalam
skala kecil namun mampu mengurangi permasalahan di wilayah yang sensitif.
Ketika kedunya memprioritaskan pada pemikiran strategik, maka hasilnya adalah
terjadi peningkatan pada perdagangan keduanya. Ini menunjukan bahwa
hubungan bilateral yang dekat akan menghasilkan keuntungan dan juga berasal
dari espek ekonomi yang lain.26
India dan Tiongkok tergabung dalam RCEP atauRegional Comprehensive
Economic Partnership. RCEP merupakan organisasi Kemitraan ini menunjukan
bahwa keduanya memiliki keinginan untuk berpasrtisipasi dalam integrasi
26
kawasan Asia Timur. Pada level global, keduanya sepakat bahwa dunia harus
menjadi multi-polar dan kekuatan yang sedang berkembang harus memainkan
peran yang penting dalam urusan internasional. Keduanya juga memiliki
pandangan yang sama mengenai kebijakan dalam merespon fenomena global
seperti perubahan iklim, perdagangan dan keuangan inetrnasional, dankebijakan
non-interfensi terhadap urusan domestic negara lain.27
Meskipun pada dasarnya terdapat kesamaan dengan penelitian skripsi ini,
dimana kedua negara melakukan demi mencapai stabilitas dan perdamaian.
Namun, skripsi ini tidak menganalisa kepentingan atau tujuan ekonomi kedua
negara, melainkan kepentingan di perbatasan seperti keamanan dan perdamaian,
mengatasi penyelundupan, terorisme dan perompakan.
E. Kerangka Pemikiran
Untuk menganalisa hubungan yang terjadi antara India dan Tiongkok,
maka penulis menggunakan konsep kepentingan nasional, keamanan dan
kerjasama internasional.
Kepentingan Nasional
Sama halnya dengan manusia, negara memiliki kepentingan
masing-masing. Dalam memandang konflik, menurut Sorensen dan Jackson negara pun
melihat bahwa pencapaian perdamaian bukanlah hal yang mustahil, karena setiap
negara akan bertindak secara rasional untuk mencapai kepentingan tersebut dan
27
negara-negara akan menundukkan diri pada hukum internasional yang akan
mengatur kehidupannya dalam pergaulan internasional.28
Kemudian Jeremy Bentham menambahkan bahwa konflik tidak akan
terjadi jika segala kepentingan diberikan wadah.29 Wadah ini berupa kerjasama yang dilakukan dua negara atau lebih untuk menyatukan kepentingan yang
kemudian dicapai daalam bentuk praktek kerjasama.
Scott Burchill menambahkan bahwa, dalam hubungan internasional jika
diantara negara-negara ditumbuhkan kesadaran untuk saling menghormati
kepentingan orang lain dan bahwa kebutuhan itu hanya dapat dipenuhi melalui
kerjasama.30Dengan kerjasama memudahkan negara-negara untuk menyampaikan infromasi terkait kepentingan negaranya, sehingga muncul batasan-batasan agar
negara-negara saling menghormati.
Konsep kepentingan nasional seperti yang dikutip dari George Kennan
pada tahun 1954 menjelaskan mengenai kepentingan sebagai suatu kewajiban
yang harus dicapai negara dimana kepentingan ini adalah representasi dari
masyarakat.31 Dengan begitu bentuk kebijakan suatu negara merupakan cerminan
dari kepentingan dalam negerinya yang berasal dari kepentingan masyarakatnya.
Dalam melihat persoalan India dan Tiongkok, kepentingan yang dicapai oleh
28
Robert Jackson dan George Sorensen,Pengantar Study Hubungan Internasional.(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009).
29
Iva Rahcmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012) Hal 81.
30
Iva Rahcmawati,Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional Hal 81. 31
India adalah keamanan, maka bentuk kebijakan negaranya adalah kerjasama
keamanan.
Kepentingan nasional merupakan kebutuhan negara terhadap unsur-unsur
yang membentuk negara yang paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer,
dan kesejahteraan ekonomi.32. Dengan begitu, maka biasanya kebijakan suatu negara terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan kebutuhuan negara yang
paling penting.
Nuechterlein berpendapat bahwa kepentingan nasional dapat dilihat dari
hubungan yang dilakukan dengan negara lain. Nuechterlein menambahkan bahwa
dasar kepentingan nasional berasal dari kepentingan pertahanan, kepentingan
ekonomi, kepentingan untuk keamanan terhadap tatanan dunia, dan kepentingan
ideologi. Kepentingan perthanan meliputi, perlindungan terhadap negara dan
masyarakatnya dari ancaman negara lain dan ancaman dari luar yang dapat
mengancam sistem pemerintahan. Kepentingan ekonomi meliputi, pencapaian
kesejahteraan suatu negara dengn menjalin hubungan dengan negara lain.
Kepentingan pencapaian keamana tatanan dunia meliputi pemeliharaan sistem
ekonomi dan politik guna mencapai keamanan dalam melakukan inetraksi.
Kepentingan ideologi meliputi perlindungan dan dorongan terhadap nilai-nilai
yang orang-orang percaya dan yakini guna mencapa keadaan yang lebih baik.33
32
Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y,Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,Hal 35.
33
Adam Smith mengatakan bahwa konflik dan perang tidak dapat
dihindarkan, ketika manusia memakai akal pikirannya mereka dapat mencapai
kerjasama yang saling menguntungkan bukan hanya dalam negara melainkan
lintas batas internasional.34 Hal ini membuktikan bahwa konflik semata-mata prilaku negara untuk mencapai kepentingan nasional. Namun, ketika manusia
berpikir secara rasional dan mempertimbangkan untung dan rugi, maka negara
akan memilih cara yang lebih efektif untuk mencapai kepentingan tersebut.
Keamanan
Untuk mencapai tujuan negara berdasarkan kepentingan nasional, maka
dibutuhkan keadaan yang aman dari segala bentuk ancaman yang mengganggu.
Ancaman dalam persoalan ini adalah berasal dari luar wilayah suatu negara.
Penulis menggunakan konsep keamanan untuk menganalisa kepentingan
keamanan yang hendak dicapai India dari kerjasama pertahanan yang dilakukan
dengan Tiongkok terkait persoalan perbatasan pada tahun 2013.
Bary Buzan mengatakan bahwa keamanan berkaitan dengan masalah
kelangsungan hidup. Masalah-masalah yang mengancam kelangsungan hidup
suatu unit kolektif tertentu dianggap sebagai ancaman yang eksistensial. Untuk itu
diperlukan tindakan untuk memprioritaskan isu tersebut agar ditangani sesegera
mungkin dan menggunakan sarana-sarana yang ada dalam menangani masalah
tersebut. Keamanan tersebut dibagi ke dalam lima jenis, yaitu politik, milliter,
34
ekonomi, sosial, dan lingkungan.35 Dalam melihat persoalan yang dihadapi India maka keamanan yang berkaitan perbatasan adalah keamanan militer. Wilayah
perbatasan India dan Tiongkok dilakukan pengawasan dengan menggunakan
perlengkapan militer.
Dengan melihat masalah yang dihadapi India dan Tiongkok, dimana
masalah perbatasan ini berimplikasi terhadap kedua negara. Maka perlu adanya
upaya dari masing-masing negara dan juga upaya keduanya untuk melakukan
kerjasama guna menyelsaikan permasalahan di perbatasan India dan Tiongkok ini.
Kerjasama tidak hanya dilakukan dalam bidang ekonomi begitu juga keuntungan
tidak hanya mutlak di peroleh dengan ekonomi saja, melainkan keamanan dapat
menghasilkan keuntungan bagi stabilitas negara.
Cooperative Security berdasarkan kutipan dari buku Anak Agung dan
Yanyan menjelaskan bahwa kejasama keamanan dilakukan dalam upaya untuk
menciptakan keamanan melalui dialog, konsultasi, pembentukan rasa saling
percaya tanpa harus melalui pendekatan-pendekatan formal institusional.
Konsep-konsep pelaksanaan Cooperative Security pada dasarnya dibentuk dengan
menyusun hubungan-hubungan baru atas dasar nilai-nilai bersama tentang
keamanan sebagai suatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan bahwa
35
Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,
masing-masing aktor harus mempunyai komitmen dan tanggung jawab sebagai
anggota masyarakat internasional.36
Common Security di perkenalkan oleh Komisi Palme (the Palme
Commission) pada akhir tahun 1980-1981 yang percaya bahwa hubungan antar
aktor yang saling bermusuhan bisa diubah dengan mencapai dengan menciptakan
kebijakan keamanan yang saling transparan dan tidak agresif dikutip dari buku
Anak Agung dan Yanyan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa saling
curiga akan maksud pihak lain untuk mencegah konflik bersenjata.37 Common Security atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai keamanan bersama,
dimana negara merasa perlu adanya keamanan untuk mencapai kepentingan
bersama. Dengan begitu pencapaian keamanan ini dapat tercapai jika adanya
pandangan yang sama mengenai tujuan masing-masing negara mengenai
keamanan.
Kerjasama Internasional
Hubungan internasional dapat berupa kerjasama dan konflik. Dalam
kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari
berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri.
Jeremy Bentham menjelaskan bahwa jika diantara negara-negara ditumbuhkan
36
Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006). Hal 129.
37
kesadaran untuk saling menghormati kepentingan nasionalnya dan kebutuhan itu
dapat dicapai melalui kerjasama internasional.38
Kerjasama internasional suatu negara berasal dari kepentingan nasional
yang dibentuk dalam suatu kebijakan dan dipraktikan dalam bentuk kerjasama
dengan negara lain. Pada dasarnya, dalam mencapai tujuan negara memerlukan
mitra yang dapat membantu pencapaian tujuan tersebut.
Kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional
meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan
hidup, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan. Hal ini akan memunculkan
kepentingan yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan bebagai masalah
sosial. Maka untuk mencari solusinya beberapa negara membentuk suatu
kerjasama internasional.39
Berkaitan dengan tujuan dalam bidang pertahanan di perbatasan, India
melakukan kerjasama dalam bidang pertahanan di perbatasan dengan Tiongkok.
Ini terjadi karena Tiongkok merupakan negara yang berbatasan langsung dengan
India dan hubungan kedua negara mengalami hubungan pasang surut.
Immanuel Kant percaya bahwa ada hal yang mendorong manusia untuk
menghindari konflik dan menegakan keadila dalam hubungan internasional, yaitu
Perpectual Peace atau perdamaian abadi. Perdamaian abadi ini akan dapat
diwujudkan dengan jalan mentransformasikan kasadaran individu bahwa
38
Iva Rahcmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2012). Hal 80
39
pengelolaan kebutuhan mereka hanya dapat tercapai dengan jalan pengelolaaan
dengan baik hubungan antar mereka dan juga antar negara.40
Selain adanya keamanan yang dicapai, maka pengelolaan dalam bentuk
kerjasama pun menciptakan suatu perdamaian yang abadi yang secara langsung
mendorong pada stabilitas negara yang aman dari ancaman. Stabilitas negara
selain terbentuk karena terbebas dari ancaman, juga mendorong negara dalam
mencapai keamanan dalam bidang lain, seperti ekonomi dan politik.
Kerjasama dilihat sebagai kegiatan yang saling menguntungkan daripada
sebaliknya. Dengan segala hubungan suatu keanggotaan yang saling bersilangan
antara kelompok dengan melewati batas negara maka resiko konflik serius
semakin dapat ditekan.41
F. Metodologi Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Penelitian menggunakan metode ini berkembang di abad 19
yakni penelitian yang dilakukan Engel, The Condition of Working Class in
England. Menurut Sugiyono, dalam buku Metode Penelitian Kuantitif Kualitatif
dan R&D menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif disebut juga penelitian
interpretif karena hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap
40
Iva Rahcmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional’, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012) . Hal 80.
41
data yang ditemukan di lapangan.42 Penelitian kualitatif dilakukan guna mencari makna yang sebenarnya. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan secara
gabungan, dimana pengumpulan data yang utama dilakukan dengan Library
Research dan pengumpulan data lainnya hanya sebagai pelengkap untuk
penelitian. Pengumpulan data dengan proses kepustakaan, peneliti akan
mengumpulkan data dari berbagai instansi yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian ini.
Kemudian teknik selanjutnya adalah referensi media. Meskipun secara
akademik tidak termasuk dalam materi, namun media pers dalam hal ini majalah,
koran, radio dan televisi menjadi bahan pertimbangan apabila itu adalah
satu-satunya sumber informasi terbaru tentang permasalahan dan kejadian politik.
Sumber yang digunakan penulis untuk melakukan analisis adalah dari internet.
Internet berguna dalam menyediakan ulasan buku, artikel jurnalonline,kelompok
diskusi, data statistik dan sumber daya lain yang di peroleh secara online. 43 Internet membantu penulis dalam menemukan referensi ketika munculnya
kesulitan untuk mencari data dalam bentuk cetak.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini berisi tentang gambaran secara umum isi dari
penelitian ini. Yakni berupa bab dan sub-sub bab yang disusun sesuai urutan
dalam pembuatan penelitian.
42
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2012) Hal 7.
43
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
pertanyaan penelitian yang kemudian akan dipaparkan dalam bab analisa yakni
bab IV, serta tujuan dan manfaat dari penelitian. kemudian yaitu tinjauan pustaka
dari penelitian sebelumnya, kerangka pemikian yang berisi konsep-konsep yang
akan digunakan dalam menganalisa kepentingan serta metode yang digunakan
dalam penelitian ini.
BAB II DINAMIKA HUBUNGAN INDIA DAN TIONGKOK
Pada bab dinamika hubungan India dan Tiongkok ini akan dijelaskan
mengenai hubungan India dan Tiongkok sebelum konflik 1962 dimana India dan
Tiongkok memiliki hubungan baik. Kemudian akan dijelaskan pula mengenai
konflik yang terjadi antara India dan Tiongkok pada tahun 1962 dengan melihat
unsure yang menjadi penyebab konflik, wilayah yang menjadi penyebab konflik,
serta solusi dalam menyelesaikan konflik. Solusi konflik ini adalah dengan
melakukan berbagai pertemuan atau Join Working Group (JWG) yang
berlangsung hinga tahun 2013 yakni dalam bentuk kerjasama pertahanan India
dan Tiongkok. Dalam pembahasan ini terdapat pula persoalan perbatasan yang
dihadapi India dan Tiongkok, yakni penyelundupan atau smuggling, terorisme,
dan perompak.
BAB III KERJASAMA PERTAHANAN INDIA DAN TIONGOK
Dalam pembahasan kerjasama pertahanan ini akan dipaparkan mengenai
perjanjian yang disepakati pertama kali terkait persoalan perbatasan yakni pada
tahun 1993, kemudian 1996, 2005, 2012, dan 2013. Pada tahun 2013 merupakan
rangkaian Join Working Group yang kelima. Namun, sebelum pada pembahasan
kerjasama pertahanan India dan Tiong pada tahun 2013, akan dijelaskan pula
mengenai capaian yang diraih kedua negara terkait persoalan perbatasan.
BAB IV ANALISA KEPENTINGAN INDIA DALAM KERJASAMA
PERTAHANAN DENGAN TIONGKOK PADA TAHUN 2013 TERKAIT
PERSOALAN DI PERBATASAN
Analisa ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dilihat
dari kerjasama pertahanan India dan Tiongkok pada tahun 2013. Analisa ini berisi
kepentingan India dalam kerajama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013.
Berdasarkan pada isi perjanjian dan persoalan yang dihadapi India pada tahun
2013 maka kepentingan dari kerjasama ini adalah untuk mencapai keamanan dan
perdamaian di perbatasan dan mengatasi persoalan penyelundpan atau smuggling.
Pemaparan analisa ini dengan menggunakan kerangkan pemikiran yang terdiri
dari kepentingan nasional dan kerjasama keamanan.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan penelitian mengenai
kepentingan India dalam kerjasama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013
terkait persoalan di perbatasan dengan menggunakan konsep pemikiran dan
BAB II
DINAMIKA HUBUNGAN KEAMANAN PERBATASAN INDIA DAN
TIONGKOK
Dinamika hubungan India dan Tiongkok tidak terlepas dari berbagai
permasalahan yang terkadang menjadi hambatan dalam menjalin hubungan
kerjasama. Hubungan keduanya dibayangi oleh sejarah, sehingga sejarah dapat
membentuk kedua negara untuk melakukan kerjasama di masa depan.
Hubungan India dan Tiongkok dipengaruhi oleh berbagai persitiwa. Tahun
1950 Tiongkok melakukan invasi ke Tibet, invasi ini disebabkan karena adanya
kedekatan sejarah antara India dan Tibet, sehingga pada saat itu India memiliki
pengaruh di Tibet. Tahun 1959 Tibet melakukan perlawanan terhadap Tiongkok
yang ketika itu masih berkuasa. Pasukan pembebasan rakyat Tiongkok atau PLA
meningkatkan pemberontakan di ibukota Tibet, Lhasa. Akibat perlawanan
Tiongkok, pada 30 Maret 1959 Dalai Lama melarikan diri dari Tibet ke India,
kemudian India memberikan suaka kepada pemimpin Tibet tersebut. Tiongkok
mengutuk perbuatan India terhadap Dalai Lama dan dianggap telah merusak isi
dari perjanjianPanchshellpada tahun 1954.44
Peristiwa lain yang mempengaruhi hubungan India dan Tiongkok adalah
pembuatan keputusan mengenai status Sikkim45. Sikkim merupakan wilayah yang memiliki hubungan dekat secara budaya dengan Tibet dan wilayah ini dibawah
44
Aldo D. Abitbol,Cause of the 1962 Sino-Indian War: A System Level Aproach.(University of Denver) Hal 76.
45
pengawasan pemerintah Inggris sejak tahun 1888. Secara de facto 46 Sikkim
dimiliki Inggris dan secara de jure 47 dimiliki Tibet. Untuk status Sikkim ini
kemudian dilakukannya negosiasi.
Tahun 1890 dibuat perjanjian mengenai status Sikkim antara pemeritah
Inggris dan Tiongkok.48 Hasil perjanjian itu menunjukan adanya batas jalur air Himalaya yang memisahkan Tibet dan Sikkim. Posisi pemerintah Inggris di
Sikkim adalah sebagai negara perwalian dimana Pemerintah Inggris melakukan
pengawasan terhadap Sikkim baik dalam urusan internal maupun dalam urusan
eksternal. Setelah perjanjian tahun 1890, otoritas Sikkim masuk ke dalam wilayah
Tibet.
Muncul permasalahan ketika Tiongkok tidak menyerahkan hak Sikkim
kepada pemerintah Inggris. Tiongkok menunjukan sikap tidak konsisiten dari
perjanjian sebelumnya terhadap posisi Inggris di Sikkim. Hal ini memunculkan
persoalan tidak hanya pada Pemerintah Inggris melainkan juga terhadap
Pemerintah India pasca merdeka dari Inggris pada tahun 1947.
Pada tahun 1950, hubungan antara India dan Sikkim mengalami kemajuan
yang dibuktikan dalam sebuah perjanjian yang berisi tentang pemberian hak
otonomi kepada Sikkim untuk mengurusi urusan dalam negeri sedangkan India
bertanggung jawab dalam mengawasi pertahanan wilayah territorial Sikkim.
46
Diakui secara wilayah dan kedaulatan.
47
Diakui secara hukum.
48
A. Konflik Perbatasan
1. Hubungan Sebelum Konflik Perbatasan tahun 1962
Hubungan suatu negara tidak lepas dari alasan dan latar belakang sejarah.
Dalam hal ini baik berupa kerjasama maupun perang. Berkaitan dengan penelitian
ini, hubungan yang terjadi antara India dan Tiongkok adalah kerjasama yang
terbentuk karena adanya latar belakang sejarah.
Sebelum keduanya menjalin hubungan kejasama seperti sekarang ini, India
dan Tiongkok telah melakukan hubungan ekonomi(dagang) sejak jaman kerajaan.
Pada masa kerajaan Wu (222-280) M, Tiongkok menjalin hubungan dagang
dengan India dengan menggunakan jalur laut.49 Bahan dagang pada masa itu adalah sutra, garam, dan hasil pertanian lainnya. Hubungan pada masa kerajaan
ini membuktikan bahwa kedua negara telah melakukan kerjasama dalam bidang
ekonomi.
Setelah hubungan pada masa kerajaan dimana keduanya telah menjadi
negara, India dan Tiongkok melakukan hubungan diplomatik pada 30 Desember
1949. India menjadi negara non-sosialis pertama yang melakukan hubungan
diplomatik dengan Tiongkok. India membuktikannya dalam memberikan
dukungan serta dorongan dalam pencapaian Tiongkok, yakni India memediasi
dalam Perang Korea serta mendukung Tiongkok terkait permasalahannya dengan
Taiwan.50
49
Ivan Taniputera,History of China,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Gropu, 2008) Hal 231.
50
Hubungan kerjasama yang terbentuk pada awal mula India dan Tiongkok
menjadi suatu negara, merupakan titik pembuka keduanya melakukan kerjasama
pada tingkat dan jangkauan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukan bahwa
kerjasama antara India dan Tiongkok terbentuk berdasarkan sejarah.
Pada tahun 1952, Pandit Jawaharlal Nehru sebagai Perdana Menteri
disingkat PM India melakukan kunjungan ke Tiongkok dan menghasilkan
berbagai pencapaian. Dalam kunjungan tersebut, ia mengatakan bahwa perlu
adanya kerjasama pada ukuran dan tingkat yang lebih tinggi. PM Nehru pada saat
itu melihat Tiongkok sebagai negara yang memiliki kemampuan untuk
meningkatkan keuntungan bagi India.51 Setelah kunjungan tersebut, India mengirimkan perwakilan untuk mempelajari metode dan pengaturan dalam bidang
pertanian.
Pada tahun 1954 secara resmi India mengakui kedaulatan Tiongkok
melingkupi wilayah Tibet. Kemudian kedua melakukan hubungan ekonomi
melalui penggunaan jalur Himalaya.52 Jalur Himalaya merupakan jalur yang membentang yang memisahkan India dan Tiongkok. Penggunaan jalur ini dalam
hubungan dagang (ekonomi) merupakan bukti bahwa dalam keduanya sudah
terbentuk rasa saling percaya untuk melakukan kerjasama.
Pada tahun yang sama, tahun 1954 India dan Tiongkok melakukan
kesepakatan untuk berhubungan dan kerjasama dagang di Tibet, kesepakatan ini
51
Zhang Li, Tiongkok India Relations : Strategic Engagement and Challenges, (Tiongkok : Center fi Asian Stidies, Sichuan University, 2010) Hal 10.
52
menciptakan Five Principles of Peaceful Co-existence atau lima prinsip dalam
palaksanaan hidup berdampingan secara damai. 53 Lima prinsip itu adalah saling menghormati masing-masing wilayah dan kedaulatan, tidak saling melakukan
serangan, tidak saling mecampuri urusan masing-masing, saling menguntungkan,
dan hidup berdampingan secara damai.
B. Konflik India dan Tiongkok (1962)
Dengan melihat hubungan India dan Tiongkok sebelumnya dimana
keduanya memiliki pandangan yang sama mengenai manfaat yang akan dicapai
jika dengan melakukan kerjasama. Hal ini pun menunjukan adanya kesamaan
pandangan mengenai pencapaian tujuan ekonomi melalui kerjasama. Dengan
begitu, ketika muncul perbedaan pandangan dalam tujuan dan kepentingan maka
akan ada perubahan dalam bentuk kerjasama. Berkaitan dengan perbatasan
dimana India dan Tiongkok merupakan neagar yang berbatasan langsung,
keduanya memiliki perbedaan persepsi mengenai garis dan wilayah. Perbedaan ini
menimbulkan persoalan dan kemudian berkembang menjadi konflik.
1. Penyebab Terjadinya Konflik 1962
Kerjasama pertahanan India dan Tiongkok terkait persoalan di perbatasan
dilatarbelakangi adanya perbedaan persepsi mengenai batas wilayah perbatasan.
Permasalahan di perbatasan ini dimulai jauh sebelum India merdeka dan juga
sebelum Tiongkok menjadi negara republik. Hubungan yang di jelaskan
53
sebelumnya, mengenai hubungan India dan Tiongkok sebelum konflik
sesungguhnya tidak terlepas dari persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
masalah di perbatasan. Hal ini terjadi karena hubungan baik yang terjadi dan
persoalan perbatasan berjalan seiringan.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai konflik yang terjadi antara India
dan Tiongkok terkait permasalahan di perbatasan, terdapat dasar dari keduanya
dalam mempertahankan klaim wilayah perbatasan masing-masing. Klaim yang
dikeluarkan India berdasarkan pada :54
1. Klaim yang dikeluarkan India ini berdasarkan keabsahan dari
perjanjian yang tidak di ratifikasi oleh pemerintahan Tiongkok, seperti Perjanjian
Simla55 pada tahun 1914 yang hanya diratifikasi oleh pemerintahn Tibet, dan perjanjian 1842 yang membahas tentang Ladakh yang ditandatangani oleh
perwakilan dari Kerajaan Tiongkok namun tidak diratifikasi oleh Tiongkok
2. Klaim India pun berdasarkan pada sejarah yang kemudian
membentuk prilaku dan nilai terkait persoalan perbatasan. Misalnya, India
melakukan aktivitas dan deklarasi secara sepihak terkait kedaulatan wilayah yang
disengketakan dan tidak diikuti oleh Tiongkok. Dalam sudut pandang India,
alasan Tiongkok untuk tetap diam adalah terkait dengan pernyataan Nehru pada
tahun 1950 mengenai status McMahon Line sebagai batas timur laut India, dan
54
Yaacov Vertzberger,India’s Border Conflict with Tiongkok: A Perpectual Analysis.Journal of Contemporary History (London and Beverly Hills:,SAGE,1982) Hal 608.
55
Tiongkok tidak menunjukan ketidaksetujuannya mengenai hal ini pada pertemuan
yang dilakukan oleh Nehru dan Chou Enlai tahun 1954 dan 1956.
3. Klaim selanjutnya berdasarkan pada sejarah kepemilikan teritori
atau pengakuan terhadap wilayah yang disengketakan.
4. Kemudian berkaitan dengan keadaan geografi di garis perbatasan.
Keadaan ini dengan melihat secara fisik dari topografi dan garis perbatasan pun
harus mengikuti bentuk tanahnya, seperti garis batas air dan batas pegunungan.
5. Klaim berdasarkan pada pengaruh dari perubahan rezim yang dapat
saja membatalkan perjanjian. Namun, dalam sudut pandang India perubahan
rezim tidak merubah pada keptusan perjanjian.
6. Klaim yang berhubungan dengan kondisi atau keadaan pada saat
penandatangan dan dapat berubah pada saat yang lain.
Pemerintah India menggunakan perjanjian dan dokumen sebagai dasar
untuk mendukung klaim perbatasan yang berada pada wilayah barat, tengah dan
timur sebagai batas yang sah dan diakui.
Sedangkan Tiongkok, menggunakan dasar yang menjelaskan yang
berdasarkan pada sejarah, terutama pada wilayah barat dimana India tidak
mempelajari konstruksi jalan antara Tibet dan Sinkiang hingga akhir tahun 1957.
Mereka menolak klaim ini karena Tibet memiliki hak untuk menandatangani dan
meratifikasi perjanjian kapan saja.56 Dasar yang diungkapkan Tiongkok ini berdasarkan pada bentuk geografis yang membentang dan secara jelas
56
memisahkan India dan Tiongkok dan terlihat jelas pula pada garis atau kontur
tanah dan jalur yang dialiri air.
Persoalan perbedaan persepsi mengenai perbatasan dimulai pada tahun
1913-1914, dimana pada saat itu diadakannya Konferensi Simla yang dihadiri tiga
negara yakni, delegasi Tibet, perwakilan dari Tiongkok dan sekretaris pemerintah
Inggris yang bekuasa di India, Sir Henry McMahon. Pihak Inggris dan Tibet
menadatangani perjanjian mengenai Garis McMahon atau McMahon Line, yakni
garis batas negara yang memisahkan India dan Tibet. Meskipun secara wilayah,
sebagian besar wilayah Tiongkok tidak berbatasan langsung dengan Garis
McMahon, namun Tiongkok masih memiliki kekuasaan atas Tibet. Hal ini yang
membuat Tiongkok menolak mengenai keputusan letak Garis McMahon tersebut.
Secara resmi Inggris mencantumkan Garis McMahon pada bagian peta India pada
tahun 1937 dan mempublikasikan pada tahun 1938. Selama masa Perang Dunia II,
Inggris berusaha untuk memperluas daerah pengawasannya dengan mengklaim
Garis McMahon. Pada 1947 India merdeka dan Garis McMahon menjadi batas
timurlaut India.57
Pada 23 Mei 1951, perjanjian mengenai status Tibet mulai tercatat di
pemerintahan Tibet di Lhasa dan di Pemerintahan Komunis Tiongkok di Peking.
Secarade jureTibet merupakan bagian dari kedulatan Tiongkok. Status ini diakui
oleh India pada 1954. Kemudian untuk memperbaharui status Tiongkok di Tibet,
maka diadakannya konferensi antara PM India dan dan PM Tiongkok pada April
57
1954. Pada pertemuan ini pun menghasilkan pula mengenai batas wilayah India
dan Tiongkok. Setelah konferensi pada Juli 1954, mulai muncul ketidaksepakatan
mengenai garis batas India dan Tiongkok.58
Secara ekonomi hubungan keduanya dituangkan dalam bentuk kerjasama.
Namun, terkait garis perbatasan keduanya memiliki pandangan yang berbeda yang
mengakibatkan timbulnya permasalahan. Permasalahan ini timbul karena sejarah
atau awal mula ketika penentuan garis perbatasan India dan Tiongkok sebelum
India merdeka dan sebelum Tiongkok menjadi suatu negara republik.
Perselisihan mengenai perbatasan dimulai diwilayah tengah kemudian ke
barat dan terakhir ke timur dan di timur menyebabkan terjadinya konflik 1962.
Awal mula persoalan perbatasan muncul di wilayah tengah, dimana pada tahun
1954 pasukan India mendirikan pos pengawasan di wilayah tengah.59 Hal ini bertujuan untuk mengawasi seluruh wilayah perbatasan dengan Tiongkok.
Pada tahun 1958, Duta Besar Tiongkok untuk India mengrimkan dua
memo kepada Menteri Luar Negeri India yang berisi tentang ajakan negosiasi dan
permintaan terhadap pasukan India untuk meninggalkan pos wilayah tengah.60Hal ini terjadi karena pasukan India menempatkan pos dalam wilayah yang
disengketakan.
58
Alfred P. Rubin,The Sino-Indian Boder Disputes.(Columbia University : Research Student in International Law, 1960) Hal 96
59
Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 5.
60
Perselisihan kemudian menyebar ke wilayah barat, dimana Tiongkok
mempublikasikan mengenai proyek pembangunan jalan yang melintasi Aksai
Chin dan menghubungkan Sinkiang dan Tibet Barat. Pembangunan jalan ini
dibawah administrasi dan pengawasan pemerintah Tiongkok yang dimulai pada
1953 hingga 1957. Berdasarkan peta terbaru yang dimiliki pada 1954 menunjukan
wilayah teritorial India dilalui pembangunan jalan oleh Tiongkok. Kemudian
India mengirimkan memo tidak setuju karena pembangunan jalan dan juga
mengenai batas negara yang tergambar pada peta Tiongkok.61
Tensi meningkat ke wilayah barat dimana wilayah yang dijadikan
Tiongkok untuk mendirikan projek pembangunan jalan raya (1953-1957) guna
menegaskan kedudukannya di Tibet.62Wilayah barat ini mencakupi daerah Aksai Chin.
Tensi meningkat menjadi konflik terjadi di wilayah timur, yakni di
Aruchnachal Pradesh dimana hal ini dipicu oleh India yang mengklaim garis
McMahon dan menempatkan bagian utara sebagai garis batas dengan Tiongkok.
Konflik ini di Longu pada Agustus 1959.63
Pada dasarnya kedua negara telah melakukan berbagai protes sejak 18
Oktober 1958, dimana Pemerintah India mengirimkan memo atau catatan kepada
Pemerintah India dan mengatakan bahwa secara resmi wilayah barat yakni Aksai
61
Naville Maxwell,Sino-Indian Border Dispute Reconsidered,(Economic and Political Weekly, 1999) Hal 911
62
Alfred P. Rubin,The Sino-Indian Boder Disputes.(Columbia University : Research Student in International Law, 1960) Hal 96.
63
Chin merupakan bagian dari wilayah India. Pada Januari 1959 Zhou dari
pemerintah Tiongkok membalas memo tersebut dengan mengatakan bahwa:64
1. Batas wilayah kedua negara secara formal belum terbentuk.
2. Masih adanya perselisihan mengenai batas wilayah antara India
dan Tiongkok.
3. Wilayah Aksai Chin merupakan bagian dari Tiongkok dan selalu
menjadi wilayah yuridiksi Tiongkok.
4. Tiongkok akan mempertimbangan untuk menerima garis
McMahon apabila India mengubah klaimnya atas Aksai Chin.
Pengajuan Zhou ini kemudian di tolak oleh Nehru dan dibalas dengan
mengirimkan pasukan militer ke wilayah yang diklaim oleh India. Melihat hal ini,
Zhou mengunjungi India dan mengharapkan untuk menyelesaikan permasalahan
di perbatasan dengan jalur negosiasi. Pada saat itu Zhou mengajukan untuk
adanya timbal balik untuk saling menerima kedua wilayah dan konstitusi yang
dibuat oleh Komisi Perbatasan.65
Upaya PM Tiongkok, Zhou Enlai ini menunjukan bahwa negosiasi
merupakan cara yang dapat diterima untuk menyelesaikan permasalahan di
perbatasan ini. Pada dasarnya permasalahan timbul akibat adanya benturan
kepentingan antara India dan Tiongkok mengenai wilayah perbatasan.
64
Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 5.
65
Melihat upaya yang dilakukan Zhou gagal, maka tahap selanjutnya adalah
dengan dilakukannya kunjungan secara diplomatik dimana keduanya
mengungkapkan pendapat mengenai wilayah perbatasan berdasarkan sejarah dan
geografi.66 Hal ini dianggap sangat menentukan mengenai penentuan garis perbatasan karena awal mula timbulnya klaim-klaim dari masing-masing negara
yakni India dan Tiongkok adalah berdasarkan sejarah. Sejarah sebelum Tiongkok
menjadi negara republik dan sejarah sebelum India merdeka, yakni ketika
pemerintahan Inggris masih menduduki India. Kemudian berdasarkan geografi
adalah dengan melihat aliran air dan pegunungan yang membentang yang
memisahkan kedua negara tersebut.
Kunjungan ini kemudian menemui jalan buntu dan India menerapkan
Forward Policy67 atau kebijakan untuk masa depan pada 1961 dan 1962.
Kebijakan ini mengakibatkan munculnya konfrontasi, bentrokan senjata dan
berakhir pada perang. Kebijakan India ini membuat pihak Tiongkok
meningkatakan pasukan militernya disemua wilayah yang diklaim. Tensi
meningkat disemua wilayah perbatasan India dan Tiongkok.68
Pada Oktober 1962, konflik ini terjadi di sektor barat dan pasukan militer
India mendirikan pos-pos mliter di wilayah yang diklaim Tiongkok. Peningkatan
66
Navile Maxwell,Sino-Indian Border Dispute Reconsidered.(Economic and Political Weekly : 1999) Hal 912.
67
Kebijakan pada 2 November 1961, dalam kebijakan ini India meningkatkan kekuatan militernya di wilayah perbatasan sebagai bentuk respon terhadap kekuatan militer Tiongkok di wilayah yang disengketakan.
68
tensi militer India ini mengakibatkan Tiongkok untuk menutup pintu negosiasi.69 Keputusan ini diambil ketika dilihat tidak terbukanya pintu negosiasi dari India.
bisa dikatakan ini merupakan bentuk prilaku balasan terhadap India yang terus
menerus meningkatkan kekuatan militernya di wilayah yang menjadi masalah.
Pada 20 Okteober 1962, Tiongkok meningkatkan kekuatan militer yang
lebih ofensif dan hal ini merupakan titik awal terjadinya perang India dan
Tiongkok. Kemudian Tiongkok menunda serangannya dan secara pribadi Zhou
menemui Nehru untuk mengupayakan dilakukannya gencatan senjata dan
penarikan pasukan dari wilayah yang disengketakan.70 Zhou masih berupaya untuk menyelesaikan permasalahan perbatasan ini dan menghindari terjadinya
perang dalam skala besar.
Namun, Nehru menolak upaya yang diajukan oleh Zhou. Setelah
penolakan upaya tersebut, tiga minggu kemudian Tiongkok meningkatkan
kekuatan militernya secara besar-besaran dan hanya dalam waktu tiga hari
pasukan Tiongkok berhasil mengalahkan pasukan militer India.71
Perang berkahir pada 22 November 1962 dengan kemenangan di Tiongkok
dan secara unilateral atau sepihak memutuskan untuk melakukan gencatan senjata
di perbatasan yang disengketakan. Satu bulan kemudian, pasukan militer
69
Navile Maxwell,Sino-Indian Border Dispute Reconsidered.(Economic and Political Weekly : 1999) Hal 911
70
Yaacov Vertzberger,India’s Border Conflict with Tiongkok: A Perpectual Analysis(London: Sage) Hal 619.
71