• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis menggunakan artikel dan skripsi sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang bekaitan dengan kerjasama pertahanan perbatasan India dan Tiongkok tahun 2013. Bahan perbandingan pertama adalah tesis yang dibuat oleh Johan Svensson dari Universitas Halmstad di Sweddia yang membahas tentang Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship16 tahun 2012.

Tesis ini membahas hubungan India dan Tiongkok dari dua persepsi, yakni neo-realisme dan neo-liberalisme. Dari pandangan neo-realisme hubungan India dan Tiongkok lebih dilihat sebagai dua negara yang saling bersaing dengan kekuatan militer, sedangkan dari persepsi neo-liberalisme hubungan keduanya lebih dilihat sebagai suatu kerjasama yang kemudian dapat menghasilkan kerjasama yang lainnya.17

Neo-realisme melihat konflik yang terjadi antara India dan Tiongkok di Arunachal Pradesh akan mengakibatkan dilema diantara keduanya. Dilema ini terjadi karena ketidakyakinan dari kedua negara dalam menilai kemampuan militer masing-masing negara. Dilemma dan permasalahan yang mudah dipicu ini mengakibatkan kedua negara membangun pertahanan militer di perbatasan. Hal ini diperlukan sebagai strategi persiapan apabila salah satunya melakukan

16

Johan Svensson, Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship,

(Sweden: Halmstad University, 2012) Diunduh 07 Maret 2014 ( http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)

17

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship.Hal

39. Diunduh 07 Maret 2014 (

penyerangan. Keadaan seperti ini akan tetap pada status qou, karena keduanya memiliki kekuatan nuklir.18

Kedua negara mempertahankan kekuatannya di perbatasan ini, neo-realisme memandang bahwa masing-masing negara hendak meningkatkan pengaruhnya tidak hanya di Asia Selatan melainkan menyebar ke wilayah lain. Selain pengaruh, neo-realis memandang hal ini sebagai zero sum game, dimana keuntungan yang didapat adalah dengan bertambahnya jumlah sekutu di kawasan Asia Selatan. Tiongkok memiliki hubungan dekat dengan Pakistan, maka keuntungan Tiongkok akan didapat lebih apabila Tiongkok mencari sekutu lain. Keuntungan relatif yang akan diperoleh adalah bahwa hubungan ini akan memunculkan terjadinya kerjasama perdagangan, dan hal ini akan memperluas distribusi perdagangan Tiongkok.19

Sedangkan neo-liberalisme melihat bahwa kerjasama perdagangan yang terjalin antara kedua negara selain akan menambah keuntungan ekonomi, juga akan memulihkan hubungan kedua negara.20 Selain hubungan dalam bentuk kerjasama perdagangan, kerjasama juga terjalin dalam dimensi lain, seperti militer, antar lembaga bahkan pertemuan yang dilakukan rutin tiap tahun.

Neo-18

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship. Hal

39. Diunduh 07 Maret 2014 (

http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)

19

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship. Hal

40. Diunduh 07 Maret 2014 (

http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)

20

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship.Hal

39. Diunduh 07 Maret 2014 (

liberalisme melihat bahwa kerjasama perdagangan akan menciptakan efek spill overkedua negara.

Kemudian, kedua negara ini percaya bahwa dalam meraih tujuan masing-masing dengan menggunakan cara-cara ekonomi ini akan lebih menguntungkan dan mengurangi resiko dibanding menggunakan cara kekerasan (konflik). Meskipun keduanya memiliki kekuatan nuklir, namun solusi damai yang harus dipilih dalam menjalin hubungan dari masing-masing negara.21

Berbeda dengan penelitian ini, penulis melihat adanya upaya yang dilakukan India dan Tiongkok dalam mengatasi persoalan di perbatasan dengan melakukan berbagai pertemuan dan perundingan yang kemudian membentuk suatu forum Joint Working Group (JWG).JWG merupakan kerangka kerja kedua negara untuk melakukan kerjasama pertahanan pada tahun 1993, 1996, 2005, 2012, dan 2013.

Bahan selanjutkan yang dijadikan perbandingan adalah artikel yang ditulis oleh Mandip Singh dari Intsitute Defence Studies & Analyses (IDSA), New Delhi pada tahun 2012, yang berjudul China's Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next Level?. Artikel ini membahas tentang hubungan

21

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship.Hal

40. Diunduh 07 Maret 2014 (

India dan Tiongkok dalam bidang keamanan yang dicapai dengan melakukan hubungan dengan negara lain.22

India dan Tiongkok melakukan kerjasama untuk tujuan keamanan, ini terjadi karena Tiongkok mendapatkan ancaman teroris Pakistan yang tidak menyetujui kedekatan Tiongkok dengan India. Teroris yang berkembang di Pakistan ini diduga berasal dari Taliban Afganistan. Maka, Tiongkok melalui kerjasama dengan India dapat mengurangi dan mencegah ancaman teroris ini. Ketika India memberikan bantuan dengan jumlah 2 miliar dollar AS kepada Afganistan untuk membantu rekonstruksi dan pengembangan Afganistan, Tiongkok pun berkontribusi sebesar 200 juta dollar AS.23

Hubungan selanjutnya adalah Tiongkok dengan Nepal dan Butan yang mendapat perhatian dari India. Tiongkok memberikan bantuan militer ke Nepal. Keduanya penandatangani perjanjian kerjasama dalam bidang keamanan. Selain itu, Tiongkok pun memberikan bantuan dalam perlengkapan komunikasi, peralatan kesehatan, transportasi untuk angkatan bersenjata Nepal. Kedekatan Tiongkok dan Nepal ini membuat India menghargai perilaku Tiongkok. India juga melihat bahwa kerjasama antara Tiongkok dan Nepal ini akan memberikan pengaruh yang baik dalam sistem politik Nepal. Dengan begitu, sebagai negara

22Mandiph Singh, China’s

Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next Level?, ((New Delhi : IDSA (Institute of Defence Studies & Analyses), 2012). Hal 2. Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.idsa.in/system/files/IB_TiongkokDMIndia.pdf)

23Mandiph Singh, China’s

Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next

Level?. Hal 3. Diunduh 07 Maret 2014

tetangga Nepal, maka India dan Tiongkok akan terjalin hubungan yang damai dan menciptakan stabilitas di negara masing-masing.24

India juga menghargai hubungan Butan yang saat ini mulai mengembangkan demokrasi dengan Tiongkok. India melihat bahwa hubungan baik Butan dan Tiongkok akan menciptakan stabilitas di wilayah Lembah Chumby, yang merupakan wilayah sensitif yang terletak diantara Butan, India dan Tiongkok.25

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penulis menganalisa kepentingan yang akan dicapai India dengan melakukan kerjasama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013 ini adalah perdamaian dan keamanan di perbatasan. India melihat Tiongkok terkait persoalan di perbatasan adalah dari peningkatan kekuatan muliter di perbatasan yang akan mengancam keamanan dan perdamaian. Dengan begitu, kerjasama pertahanan dengan Tiongkok ini akan menghasilkan batasan-batasan pada penggunaan senjata serta upaya-upaya lain demi mencapai keamanan di perbatasan.

Penelitian ketiga yang dijadikan perbandingan adalah mengenai Sino-Indian Border Dispute yang dibuat oleh Hongzhou Zhang and Mingjiang Li, dari ISPI pada tahun 2013, yang menerangkan tentang konflik di perbatasan India dan

24Mandiph Singh, China’s

Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next

Level?. Hal 5. Diunduh 07 Maret 2014

(http://www.idsa.in/system/files/IB_TiongkokDMIndia.pdf)

25Mandiph Singh, China’s

Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next

Level?. Hal 6. Diunduh 07 Maret 2014

Tiongkok, kemudian penyelesaiannya dalam bentuk hubungan kerjasama baik dalam bidang militer maupun dalam bidang ekonomi.

Penelitian ini membahas hubungan India dan Tiongkok pasca konflik 1962, dimana keduanya sepakat untuk memperkuat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dengan tujuan untuk menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan standar hidup masyarakat di masing-masing negara. Stabilitas dan perdamaian yang terjadi di perbatasan merupakan prasyarat negara untuk fokus pada keadaan sosial ekonomi internalnya. Ini mungkin saja penyebab mengapa keduanya melakukan usaha yang serius untuk melakukan negosiasi mengenai perbatasan.

Keduanya pun melakukan pertemuan dalam rangka konsultasi mengenai pertahanan dan latihan militer bersama, meskipun upaya ini dilakukan dalam skala kecil namun mampu mengurangi permasalahan di wilayah yang sensitif. Ketika kedunya memprioritaskan pada pemikiran strategik, maka hasilnya adalah terjadi peningkatan pada perdagangan keduanya. Ini menunjukan bahwa hubungan bilateral yang dekat akan menghasilkan keuntungan dan juga berasal dari espek ekonomi yang lain.26

India dan Tiongkok tergabung dalam RCEP atauRegional Comprehensive Economic Partnership. RCEP merupakan organisasi Kemitraan ini menunjukan bahwa keduanya memiliki keinginan untuk berpasrtisipasi dalam integrasi

26

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 8.Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf)

kawasan Asia Timur. Pada level global, keduanya sepakat bahwa dunia harus menjadi multi-polar dan kekuatan yang sedang berkembang harus memainkan peran yang penting dalam urusan internasional. Keduanya juga memiliki pandangan yang sama mengenai kebijakan dalam merespon fenomena global seperti perubahan iklim, perdagangan dan keuangan inetrnasional, dankebijakan non-interfensi terhadap urusan domestic negara lain.27

Meskipun pada dasarnya terdapat kesamaan dengan penelitian skripsi ini, dimana kedua negara melakukan demi mencapai stabilitas dan perdamaian. Namun, skripsi ini tidak menganalisa kepentingan atau tujuan ekonomi kedua negara, melainkan kepentingan di perbatasan seperti keamanan dan perdamaian, mengatasi penyelundupan, terorisme dan perompakan.

E. Kerangka Pemikiran

Untuk menganalisa hubungan yang terjadi antara India dan Tiongkok, maka penulis menggunakan konsep kepentingan nasional, keamanan dan kerjasama internasional.

Kepentingan Nasional

Sama halnya dengan manusia, negara memiliki kepentingan masing-masing. Dalam memandang konflik, menurut Sorensen dan Jackson negara pun melihat bahwa pencapaian perdamaian bukanlah hal yang mustahil, karena setiap negara akan bertindak secara rasional untuk mencapai kepentingan tersebut dan

27

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li,Sino‐Indian Border Disputes.Hal 9.Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf)

negara-negara akan menundukkan diri pada hukum internasional yang akan mengatur kehidupannya dalam pergaulan internasional.28

Kemudian Jeremy Bentham menambahkan bahwa konflik tidak akan terjadi jika segala kepentingan diberikan wadah.29 Wadah ini berupa kerjasama yang dilakukan dua negara atau lebih untuk menyatukan kepentingan yang kemudian dicapai daalam bentuk praktek kerjasama.

Scott Burchill menambahkan bahwa, dalam hubungan internasional jika diantara negara-negara ditumbuhkan kesadaran untuk saling menghormati kepentingan orang lain dan bahwa kebutuhan itu hanya dapat dipenuhi melalui kerjasama.30Dengan kerjasama memudahkan negara-negara untuk menyampaikan infromasi terkait kepentingan negaranya, sehingga muncul batasan-batasan agar negara-negara saling menghormati.

Konsep kepentingan nasional seperti yang dikutip dari George Kennan pada tahun 1954 menjelaskan mengenai kepentingan sebagai suatu kewajiban yang harus dicapai negara dimana kepentingan ini adalah representasi dari masyarakat.31 Dengan begitu bentuk kebijakan suatu negara merupakan cerminan dari kepentingan dalam negerinya yang berasal dari kepentingan masyarakatnya. Dalam melihat persoalan India dan Tiongkok, kepentingan yang dicapai oleh

28

Robert Jackson dan George Sorensen,Pengantar Study Hubungan Internasional.(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009).

29

Iva Rahcmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012) Hal 81.

30

Iva Rahcmawati,Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional Hal 81. 31

Scott Burchill, ed..Theories of International Relation 3rdEdition. (New York : Palgrave Macmillan, 2005) Hal 50.

India adalah keamanan, maka bentuk kebijakan negaranya adalah kerjasama keamanan.

Kepentingan nasional merupakan kebutuhan negara terhadap unsur-unsur yang membentuk negara yang paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi.32. Dengan begitu, maka biasanya kebijakan suatu negara terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan kebutuhuan negara yang paling penting.

Nuechterlein berpendapat bahwa kepentingan nasional dapat dilihat dari hubungan yang dilakukan dengan negara lain. Nuechterlein menambahkan bahwa dasar kepentingan nasional berasal dari kepentingan pertahanan, kepentingan ekonomi, kepentingan untuk keamanan terhadap tatanan dunia, dan kepentingan ideologi. Kepentingan perthanan meliputi, perlindungan terhadap negara dan masyarakatnya dari ancaman negara lain dan ancaman dari luar yang dapat mengancam sistem pemerintahan. Kepentingan ekonomi meliputi, pencapaian kesejahteraan suatu negara dengn menjalin hubungan dengan negara lain. Kepentingan pencapaian keamana tatanan dunia meliputi pemeliharaan sistem ekonomi dan politik guna mencapai keamanan dalam melakukan inetraksi. Kepentingan ideologi meliputi perlindungan dan dorongan terhadap nilai-nilai yang orang-orang percaya dan yakini guna mencapa keadaan yang lebih baik.33

32

Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y,Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,Hal 35.

33

Donald Nuechterlein, National Interests and Foreign Policy: A Conceptual Framework for Analysis and Decision-Making,British Journal of International Studies,Vol 2(3) (Oct, 1976) pp246-266 dalam Rear Admiral Simon Williams, The Role of the National Interest in the National Security Debate(Inggris :, 2012) Hal 32

Adam Smith mengatakan bahwa konflik dan perang tidak dapat dihindarkan, ketika manusia memakai akal pikirannya mereka dapat mencapai kerjasama yang saling menguntungkan bukan hanya dalam negara melainkan lintas batas internasional.34 Hal ini membuktikan bahwa konflik semata-mata prilaku negara untuk mencapai kepentingan nasional. Namun, ketika manusia berpikir secara rasional dan mempertimbangkan untung dan rugi, maka negara akan memilih cara yang lebih efektif untuk mencapai kepentingan tersebut.

Keamanan

Untuk mencapai tujuan negara berdasarkan kepentingan nasional, maka dibutuhkan keadaan yang aman dari segala bentuk ancaman yang mengganggu. Ancaman dalam persoalan ini adalah berasal dari luar wilayah suatu negara. Penulis menggunakan konsep keamanan untuk menganalisa kepentingan keamanan yang hendak dicapai India dari kerjasama pertahanan yang dilakukan dengan Tiongkok terkait persoalan perbatasan pada tahun 2013.

Bary Buzan mengatakan bahwa keamanan berkaitan dengan masalah kelangsungan hidup. Masalah-masalah yang mengancam kelangsungan hidup suatu unit kolektif tertentu dianggap sebagai ancaman yang eksistensial. Untuk itu diperlukan tindakan untuk memprioritaskan isu tersebut agar ditangani sesegera mungkin dan menggunakan sarana-sarana yang ada dalam menangani masalah tersebut. Keamanan tersebut dibagi ke dalam lima jenis, yaitu politik, milliter,

34

Robert Jackson dan George Sorensen,Pengantar Study Hubungan Internasional.(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009). Hal 144.

ekonomi, sosial, dan lingkungan.35 Dalam melihat persoalan yang dihadapi India maka keamanan yang berkaitan perbatasan adalah keamanan militer. Wilayah perbatasan India dan Tiongkok dilakukan pengawasan dengan menggunakan perlengkapan militer.

Dengan melihat masalah yang dihadapi India dan Tiongkok, dimana masalah perbatasan ini berimplikasi terhadap kedua negara. Maka perlu adanya upaya dari masing-masing negara dan juga upaya keduanya untuk melakukan kerjasama guna menyelsaikan permasalahan di perbatasan India dan Tiongkok ini. Kerjasama tidak hanya dilakukan dalam bidang ekonomi begitu juga keuntungan tidak hanya mutlak di peroleh dengan ekonomi saja, melainkan keamanan dapat menghasilkan keuntungan bagi stabilitas negara.

Cooperative Security berdasarkan kutipan dari buku Anak Agung dan Yanyan menjelaskan bahwa kejasama keamanan dilakukan dalam upaya untuk menciptakan keamanan melalui dialog, konsultasi, pembentukan rasa saling percaya tanpa harus melalui pendekatan-pendekatan formal institusional. Konsep-konsep pelaksanaan Cooperative Security pada dasarnya dibentuk dengan menyusun hubungan-hubungan baru atas dasar nilai-nilai bersama tentang keamanan sebagai suatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan bahwa

35

Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,

masing-masing aktor harus mempunyai komitmen dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat internasional.36

Common Security di perkenalkan oleh Komisi Palme (the Palme Commission) pada akhir tahun 1980-1981 yang percaya bahwa hubungan antar aktor yang saling bermusuhan bisa diubah dengan mencapai dengan menciptakan kebijakan keamanan yang saling transparan dan tidak agresif dikutip dari buku Anak Agung dan Yanyan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa saling curiga akan maksud pihak lain untuk mencegah konflik bersenjata.37 Common Security atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai keamanan bersama, dimana negara merasa perlu adanya keamanan untuk mencapai kepentingan bersama. Dengan begitu pencapaian keamanan ini dapat tercapai jika adanya pandangan yang sama mengenai tujuan masing-masing negara mengenai keamanan.

Kerjasama Internasional

Hubungan internasional dapat berupa kerjasama dan konflik. Dalam kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri. Jeremy Bentham menjelaskan bahwa jika diantara negara-negara ditumbuhkan

36

Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.

(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006). Hal 129.

37

Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.Hal 129.

kesadaran untuk saling menghormati kepentingan nasionalnya dan kebutuhan itu dapat dicapai melalui kerjasama internasional.38

Kerjasama internasional suatu negara berasal dari kepentingan nasional yang dibentuk dalam suatu kebijakan dan dipraktikan dalam bentuk kerjasama dengan negara lain. Pada dasarnya, dalam mencapai tujuan negara memerlukan mitra yang dapat membantu pencapaian tujuan tersebut.

Kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan. Hal ini akan memunculkan kepentingan yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan bebagai masalah sosial. Maka untuk mencari solusinya beberapa negara membentuk suatu kerjasama internasional.39

Berkaitan dengan tujuan dalam bidang pertahanan di perbatasan, India melakukan kerjasama dalam bidang pertahanan di perbatasan dengan Tiongkok. Ini terjadi karena Tiongkok merupakan negara yang berbatasan langsung dengan India dan hubungan kedua negara mengalami hubungan pasang surut.

Immanuel Kant percaya bahwa ada hal yang mendorong manusia untuk menghindari konflik dan menegakan keadila dalam hubungan internasional, yaitu Perpectual Peace atau perdamaian abadi. Perdamaian abadi ini akan dapat diwujudkan dengan jalan mentransformasikan kasadaran individu bahwa

38

Iva Rahcmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2012). Hal 80

39

pengelolaan kebutuhan mereka hanya dapat tercapai dengan jalan pengelolaaan dengan baik hubungan antar mereka dan juga antar negara.40

Selain adanya keamanan yang dicapai, maka pengelolaan dalam bentuk kerjasama pun menciptakan suatu perdamaian yang abadi yang secara langsung mendorong pada stabilitas negara yang aman dari ancaman. Stabilitas negara selain terbentuk karena terbebas dari ancaman, juga mendorong negara dalam mencapai keamanan dalam bidang lain, seperti ekonomi dan politik.

Kerjasama dilihat sebagai kegiatan yang saling menguntungkan daripada sebaliknya. Dengan segala hubungan suatu keanggotaan yang saling bersilangan antara kelompok dengan melewati batas negara maka resiko konflik serius semakin dapat ditekan.41