• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F. Analisis Ekonomi

2. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah harga terendah dari produk yang tidak mengakibatkan kerugian bagi produsen. Harga pokok penjualan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

commit to user Harga Pokok Penjualan (HPP) =

ln Produksi/b Jumlah ln Produksi/b Biaya Total

3. Kriteria Kelayakan Perusahaan

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah break event point (BEP), Return On Investment (ROI), net benefit cost (Net B/C), dan pay back period (PBP).

a. Break Event Point (BEP)

BEP dipakai untuk menentukan besarnya volume penjualan di mana perusahaan tersebut sudah dapat menutup semua biaya-biaya tanpa mengalami kerugian maupun keuntungan.

BEP adalah suatu titik kesinambungan dimana pada titik tersebut jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau perusahaan tersebut tidak mengalami laba atau rugi. Jika penjualan berjumlah kurang dari pada jumlah yang ditunjukkan oleh titik ini, maka akan diperoleh kerugian bersih (Astawan, 1999).

Perhitungan rumus BEP atas dasar unit produksi adalah sebagai berikut: BEP (unit) = ÷÷ ø ö çç è æ -ln Produksi/b Kapasitas Tetap Tidak Biaya @ Jual Harga (FC) Tetap Biaya

Perhitungan rumus BEP atas dasar unit rupiah adalah sebagai berikut: BEP (Rp) = ÷÷ ø ö çç è æ -Produksi Jumlah X @ Jual Harga Tetap Tidak Biaya 1 (FC) Tetap Biaya

b. Return On Investment (ROI)

Return On Investment (ROI) adalah perbandingan antara besarnya laba per tahun dengan besarnya modal, yang dinyatakan persent per tahun. x100% Produksi Biaya Total laba ROI=

commit to user

hasil penjualan dengan biaya produksi keseluruhan (belum dikurangi pajak pendapatan) atau berdasarkan laba bersih yaitu laba dikurangi pajak pendapatan. Demikian juga dengan besarnya modal dapat dinyatakan sebagai modal tetap atau modal keseluruhan modal tetap + modal kerja.

c. Net Benefit Cost (Net B/C)

Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pula kriteria yang disebut benefit cost ratio-BCR. Penggunaannya amat dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Meskipun penekanannya ditujukan kepada manfaat bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan financial perusahaan, namun bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan kriteria ini.

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah nilai perbandingan antara pendapatan dan biaya. Jika nilai B/C lebih besar dari 1 maka perusahaan memenuhi salah satu kriteria untuk dikatakan layak. Jika nilai B/C lebih kecil dari 1 maka perusahaan tidak layak berdiri (rugi). Jika nilai B/C = 1 maka perusahaan berada dalam keadaan impas (Astawan dan Made, 2006).

B/C Ratio

produksi Biaya

Keuntungan =

d. Pay Back Period (PBP)

Pay Back Period merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa prosentase maupun waktu (baik tahun maupun bulan). Pay back periode tersebut harus lebih (<) dari nilai ekonomis proyek. Untuk industri pertanian diharapkan nilai tersebut lebih kecil 10 tahun atau sedapat mungkin kurang dari lima tahun.

commit to user

Rumus penentuannya adalah sebagai berikut :

Ab I Periode Back

Pay =

Dimana I : Jumlah modal

Ab : Penerimaan bersih per tahun (Sutanto, 1994).

commit to user

METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Produksi yang berjudul “Pemanfaatan Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima) dalam Pembuatan Selai Sebagai Diversifikasi Pangan” dilaksanakan mulai bulan April sampai Juli 2011 di Laboratorium Rekayasa Proses dan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Metode Pelaksanaan

1. Observasi

Metode observasi merupakan langkah pertama dalam melaksanakan praktek produksi. Observasi atau pengamatan dilaksanakan di tempat perbelanjaan atau pasar mengenai produk apa yang sekiranya belum ada di pasaran.

2. Studi Pustaka

Setelah mengetahui atau menentukan jenis produk apa yang akan dibuat, selanjutnya melakukan pembelajaran yang lebih lanjut mengenai produk tersebut yang berhubungan dengan bahan baku, cara pembuatan, dan juga parameter mutu dari produk tersebut. Hal-hal tersebut dapat diperoleh melalui buku-buku yang ada di perpustakaan atau di dalam sarana komunikasi yang lain seperti internet.

3. Percobaan

Percobaan merupakan praktek cara pembuatan produk yang dilakukan dengan beberapa formula, kemudian dipilih tiga formula yang paling baik.

4. Praktek Produksi

Membuat produk di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pengolahan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

commit to user

Maret Surakarta berdasarkan hasil analisis sensori dengan metode uji kesukaan skoring yang diperoleh.

5. Pegujian Produk

Produk yang telah dibuat kemudian dilakukan pengujian yaitu analisis sensori dengan uji kesukaan skoring. Dari hasil pengujian akan didapatkan produk yang diterima dan yang paling disukai oleh konsumen. Kemudian produk yang telah dinalisis sensori selanjutnya akan dilakukan analisis kimia yaitu analisis antioksidan dengan metode DPPH dan analisis vitamin C. Produk dengan formula inilah yang akan dibuat dalam praktek produksi dan dikembangkan lebih lanjut.

6. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi bertujuan untuk menghitung biaya produksi (biaya tetap, biaya variable), BEP (Break Event Point), Payback Period (PP), ROI, dan Benefit Cost Ratio (B/C)

C. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang digunakan dalam pembuatan Selai Kulit Jeruk Bali adalah pisau, timbangan, panci untuk merebus, blender, baskom untuk merendam, wajan, pengaduk, kompor gas, dan botol pengemas. Sedangkan alat yang digunakan pada uji kimia Selai Kulit Jeruk Bali adalah vortex, pipet volume 25 ml, pipet ukur 5 ml, buret 50 ml, labu takar 100 ml, erlenmeyer 250 ml, spektrofotometer, pipet volume 10 ml, dan pipet volume 1 ml. 2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam Praktek Produksi “Substitusi Kulit Jeruk Bali dalam Pembuatan Selai” adalah kulit jeruk bali, gula pasir, asam sitrat, vanili, dan air. Sedangkan bahan yang digunakan pada uji kimia Selai Kulit Jeruk Bali adalah selai kulit jeruk bali, indikator amilum 1%, larutan iodine 0,01 N, aquadest, larutan metanol, dan larutan DPPH 0,1 mM.

commit to user

Tabel 3.1 Formulasi Pembuatan Selai Kulit Jeruk Bali Bahan Formulasi I (2:1) Formulasi II (3:4) Formulasi III (1:1) Kulit Jeruk Bali 100 gr 100 gr 100 gr Gula 50 gr 75 gr 100 gr Air 100 ml 100 ml 100 ml Vanili 1 gr 1 gr 1 gr Asam Sitrat 0,02 gr 0,02 gr 0,02 gr

commit to user

D. Cara Kerja

Proses pembuatan Selai Kulit Jeruk Bali meliputi delapan tahap proses, yaitu tahap pengupasan kulit jeruk, pencucian, perebusan, perendaman, penghancuran, pemasakan, pendinginan, dan pengemasan.

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Selai Kulit Jeruk Bali Direndam 24 jam dengan air matang

Dihancurkan selama 3 menit Kulit jeruk

bali

Dicuci dengan air bersih

Direbus 30 menit, T=85-100oC

Dimasak 30 menit, T=100oC Gula, vanili, asam sitrat Air

Dikemas

Dikupas dan diambil bagian dalam yang berwarna putih

Didinginkan sampai suhu 40oC selama 2 jam Ditiriskan

commit to user

adalah pengupasan kulit jeruk. Pengupasan kulit jeruk dilakukan dengan cara mengambil kulit jeruk bagian tengah yang menyerupai gabus putih. Setelah dikupas kulit jeruk dicuci dengan air bersih agar kotoran dan getahnya hilang. Proses selanjutnya adalah perebusan kulit jeruk untuk membantu membersihkan dan menghilangkan getah yang masih menempel dan menghilangkan kandungan minyak atsiri pada kulit yang meyebabkan rasa getir dan pahit. Kulit jeruk direbus pada suhu suhu 85-100oC selama 30 menit. Kemudian setelah direbus kulit jeruk direndam selama 24 jam dengan air matang untuk mendapatkan tekstur yang lebih lunak. Proses kelima adalah penghancuran dengan menggunakan blender selama 3 menit dan ditambah dengan air agar mempermudah proses penghancuran. Kulit jeruk yang sudah dihancurkan dimasak dengan menambahkan bahan-bahan lain yaitu gula, asam sitrat dan vanili selama 30 menit dengan suhu 100oC. Setelah 30 menit selai didinginkan kurang lebih selama 2 jam sampai suhunya kurang lebih 40oC. Selai yang sudah dingin kemudian dikemas dengan menggunakan cup selai yang telah disterilkan yang terbuat dari bahan plastik PP (Polypropylene) yang berfungsi untuk melindungi produk agar tidak mudah rusak.

E. Persiapan Bahan

Untuk menghasilkan produk yang baik dan berkualitas, perlu dilakukan seleksi atau pemilihan terlebih dahulu. Pada pembuatan selai kulit jeruk bali perlu ada persiapan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan selai kulit jeruk bali yaitu meliputi pemilihan bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan selai kulit jeruk bali, penimbangan, perebusan, dan perendaman.

commit to user 1. Pemilihan Bahan

a. Kulit Jeruk Bali

Kulit jeruk bali yang digunakan dalam pembuatan selai adalah kulit jeruk bali yang berwarna putih yang menyerupai gabus, masih segar, tidak kotor dan tebal.

b. Gula Pasir

Gula pasir yang digunakan dalam pembuatan selai adalah berbentuk kristal, tidak basah, tidak ada noda, warna putih, dan tidak berbau.

c. Asam Sitrat

Asam sitrat yang digunakan dalam pembuatan selai adalah berwarna putih dan tidak bernoda.

d. Air

Air yang digunakan dalam pembuatan selai adalah air yang terbebas dari kontaminan logam, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa.

e. Vanili

Vanili yang digunakan dalam pembuatan selai adalah yang berbentuk serbuk, berwarna putih, dan berbau harum.

2. Penimbangan

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan selai kulit jeruk bali ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan formulasi agar dihasilkan produk yang baik dan seragam.

3. Perebusan

Perebusan merupakan pemanasan dalam air panas yang bertujuan untuk membantu membersihkan dan menghilangkan getah yang masih tertinggal pada kulit jeruk bali. Perebusan kulit jeruk bali dilakukan selama 30 menit.

commit to user

Perendaman kulit jeruk bali dilakukan selama 24 jam untuk mendapatkan tekstur yang baik (lebih lunak), selain itu juga untuk menimbulkan aroma jeruk yang sebelumnya belum ada aromanya.

F. Analisis Kimia

Produk selai rosella yang telah dibuat kemudian dilakukan anlisis sensori dengan uji kesukaan, analisis kimia yaitu analisis vitamin C dan analisis antioksidan yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Metode Analisis

No Macam

Analisis Metode

1 Sensori Uji Skoring (Rahayu, 2001) 2 Vitamin C Titrasi Iodin (Sudarmadji et al.,

1997)

commit to user BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktek Produksi Selai Kulit Jeruk Bali

Hasil praktek produksi Selai Kulit Jeruk Bali dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Selai Kulit Jeruk Bali

Selai Kulit Jeruk Bali yang dibuat dari komposisi kulit jeruk bali, gula, asam sitrat, vanili, dan air ini dihasilkan warna kuning kecoklatan. Selai Kulit Jeruk Bali dikemas dengan berat bersih 150 gram per cup selai. Pengemasan Selai Kulit Jeruk Bali ini dikemas dengan menggunakan cup yang terbuat dari plastik PP (Polypropilen) dengan tutup yang disealer sebelum ditutup dengan penutup cup selai yang berfungsi untuk melindungi produk dari kontaminasi.

B. Proses Pembuatan Selai Kulit Jeruk Bali

Pada proses pembuatan selai, bahan yang digunakan adalah kulit jeruk bali. Kulit jeruk bali yang digunakan adalah kulit jeruk bali yang berwarna putih yang menyerupai gabus, masih segar, tidak kotor, dan tebal. Dalam pembuatan selai dipilih kulit jeruk karena selama ini kulit jeruk dianggap sebagai limbah dan tidak bisa dimanfaatkan, dan ternyata kulit jeruk dapat digunakan untuk bahan pembuat selai. Selain itu dipilih kulit jeruk karena

commit to user memanfaatkan kulit jeruk dalam pembuatan selai.

Proses pembuatan selai kulit jeruk bali meliputi pengupasan kulit jeruk bali, pencucian kulit jeruk bali, perebusan, perendaman, penghancuran, pemasakan, pendinginan, dan pengemasan. Untuk penjelasan dari masing-masing tahapan proses pembuatan selai kulit jeruk bali dapat dilihat di bawah ini :

1. Pengupasan Kulit Jeruk

Pengupasan kulit jeruk dilakukan dengan cara mengambil kulit jeruk bagian tengah atau dalam yang menyerupai gabus putih dan ada juga yang berwarna kemerah-merahan. Kemudian kulit bagian dalam dipisahkan dengan kulit bagian luar yang berwarna hijau. Kulit yang digunakan untuk pembuatan selai harus kulit yang tebal agar hasil selai lebih bagus. Kulit jeruk yang dipakai adalah kulit jeruk yang berasal dari buah jeruk bali yang tua dan sebaiknya berumur dua bulan setelah panen.

Gambar 4.2 Pengupasan Kulit Jeruk bali 2. Pencucian

Setelah dilakukan pengupasan kulit jeruk, dilakukan pencucian dengan air bersih terhadap kulit jeruk. Pencucian kulit jeruk ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan getah yang masih menempel.

commit to user

Gambar 4.3 Kulit Jeruk Bali yang telah Dicuci 3. Perebusan

Perebusan merupakan pemanasan dalam air panas untuk membantu membersihkan dan menghilangkan getah yang masih tertinggal dan menghilangkan kandungan minyak atsiri pada kulit yang menyebabkan rasa pahit dan getir setelah dilakukan pencucian. Kulit jeruk direbus selama 30 menit dengan suhu 85-100oC.

Gambar 4.4 Proses Perebusan Kulit Jeruk bali 4. Perendaman

Perendaman kulit jeruk dilakukan selama 24 jam untuk mendapatkan tekstur yang lebih baik (lebih lunak). Kulit jeruk direndam dengan air matang.

commit to user

Gambar 4.5 Proses Perendaman Kulit Jeruk bali 5. Penghancuran

Kulit jeruk yang telah direndam selama 24 jam kemudian ditiriskan dan dihancurkan dengan menggunakan blender selama 3 menit dan ditambah dengan air agar mempermudah proses penghancuran. Pada proses penghancuran, kulit dihancurkan jangan terlalu halus dan jangan terlalu kasar. Jika terlalu halus selai yang dihasilkan akan encer, sedangkan jika terlalu kasar selai yang dihasilkan akan menggumpal karena serat-serat kulit jeruk masih belum halus.

commit to user 6. Pemasakan

Pemasakan dilakukan dengan mencampur semua bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama dalam pembuatan selai ini adalah kulit jeruk bali yang telah dihancurkan, sedangkan bahan tambahan yang digunakan adalah gula, asam sitrat, dan vanili. Pemasakan dilakukan selama 30 menit dengan suhu 100oC sampai selai mengental.

Pemanasan dan pemasakan sangat berpengaruh terhadap mutu selai. Pemanasan dan pemasakan yang terlalu lama akan menyebabkan hasil selai terlalu keras dan membentuk kristal gula. Sedangkan apabila terlalu cepat atau singkat, selai yang dihasilkan akan encer. Pengadukan juga berpengaruh terhadap mutu selai, apabila pengadukan dilakukan terlalu cepat akan menimbulkan gelembung udara yang akan merusak tekstur dan penampakan akhir.

Gambar 4.7 Proses Pemasakan Selai Kulit Jeruk Bali 7. Pendinginan

Setelah dilakukan pemasakan, selai didinginkan. Pendinginan dilakukan kurang lebih selama 2 jam hingga suhunya menjadi kurang lebih 40oC. Setelah didinginkan, tekstur selai menjadi menggumpal dan tidak lembek. Jika pendinginan kurang dari 2 jam, selai masih panas dan jika dikemas akan menimbulkan uap. Sedangkan jika pendinginan lebih dari 2 jam selai akan keras atau menggumpal dan sulit untuk dikemas.

commit to user

Pengemasan dilakukan untuk melindungi produk dari kotoran dan kontaminan. Selai yang telah dingin dikemas dengan menggunakan cup selai yang terbuat dari bahan plastik jenis PP (Polypropilen) karena plastik jenis Polipropilen ini lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, dan stabil terhadap suhu tinggi, sehingga produk akan lebih awet. Cup selai yang digunakan harus benar-benar bersih.

C. Analisis Sensori

Analisis sensori dilakukan dengan uji organoleptik yaitu dengan menggunakan uji skoring untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap mutu selai kulit jeruk bali yang dibuat dengan perbedaan konsentrasi gula yang berbeda. Parameter yang diuji antara lain adalah warna, rasa, tekstur, dan penilaian secara keseluruhan (overall). Hasil analisis sensori selai kulit jeruk bali dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Sensori Selai Kulit Jeruk Bali

Pada uji organoleptik ini penelis diminta untuk memberikan penilaian tingkat kesukaan untuk tiap-tiap atribut mutu yang diujikan seperti warna, rasa, tekstur, dan overall.

Skala nilai : 1 = Tidak Suka 2 = Kurang Suka 3 = Agak Suka 4 = Suka

5 = Sangat Suka

Sampel Warna Rasa Tekstur Overall

Selai dengan perbandingan 2:1 3,16a 3,08a 2,52a 3,00a Selai dengan perbandingan 3:4 3,40a 3,96b 3,60b 3,88b Selai dengan perbandingan 4:1 3,56a 3,28a 3,80b 3,48b

commit to user

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa selai kulit jeruk bali dengan konsentrasi penambahan gula 50 %, 75% dan 100% memiliki nilai rerata yang berbeda-beda. Dari hasil uji statistik dapat diketahui tingkat penerimaan konsumen terhadap selai :

1. Warna

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa konsentrasi penambahan gula pada selai tidak memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap penerimaan warna selai yang dihasilkan. Penerimaan warna selai dengan penambahan gula 50%, selai dengan penambahan gula 75%, dan selai dengan penambahan gula 100% tidak berbeda nyata yang artinya dari ketiga konsentrasi selai tidak ada perbedaan warna. Tetapi dari rerata, warna selai yang paling disukai adalah selai dengan penambahan gula 100%.

2. Rasa

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa konsentrasi penambahan gula pada selai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap penerimaan rasa selai yang dihasilkan. Penerimaan rasa selai dengan penambahan gula 50% tidak berbeda nyata dengan selai dengan penambahan gula 100%. Akan tetapi penerimaan rasa selai dengan penambahan gula 75% berbeda nyata dengan penerimaan rasa selai dengan penambahan gula 50% dan 100%. Pada parameter rasa, selai yang terpilih adalah selai dengan penambahan gula 75%, yaitu tidak terlalu asam dan tidak terlalu manis.

3. Tekstur

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa konsentrasi penambahan gula pada selai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap penerimaan tekstur selai yang dihasilkan. Penerimaan tekstur selai dengan penambahan gula 75% tidak berbeda nyata dengan selai dengan penambahan gula 100%. Akan tetapi penerimaan tekstur selai dengan penambahan gula 50% berbeda nyata dengan penerimaan tekstur selai

commit to user

yang terpilih adalah selai dengan penambahan gula 100%. 4. Overall (Keseluruhan)

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa konsentrasi penambahan gula pada selai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap penerimaan secara keseluruhan selai yang dihasilkan. Penerimaan secara keseluruhan selai dengan penambahan gula 75% tidak berbeda nyata dengan selai dengan penambahan gula 100%. Akan tetapi penerimaan secara keseluruhan selai dengan penambahan gula 50% berbeda nyata dengan penerimaan secara keseluruhan selai dengan penambahan gula 75% dan 100%. Tetapi jika dilihat dari rerata yaitu 3,88 maka sampel selai dengan penambahan gula 75% paling disukai oleh konsumen secara keseluruhan yaitu dari warna, rasa, dan tekstur.

D. Analisis Kimia

Selain analisis sensori, proses produksi ini juga dilakukan analisis kimia untuk mengetahui kandungan pada selai kulit jeruk bali yang meliputi vitamin C dan antioksidan. Hasil analisis kimia vitamin C dan antioksidan dalam selai kulit jeruk bali dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Analisis Kimia Selai Kulit Jeruk Bali

Analisis Hasil

Vitamin C (mg) Antioksidan (%)

8,40245 15,41665

Vitamin C adalah vitamin yang berguna untuk memelihara dan menambah daya tahan tubuh. Oleh karena itu vitamin C sangat dibutuhkan di dalam tubuh. Sumber vitamin C biasanya dari buah-buahan yang berwarna kuning atau pada buah-buahan yang berwarna merah. Fungsi lain dari vitamin C adalah untuk mengurangi kadar lemak dalam tubuh.

commit to user

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa rerata vitamin C adalah 8,40245 mg. Menurut Bohm et al (1995), kadar vitamin C pada jeruk bali adalah 43 mg/100 gram, tetapi didalam tubuh vitamin C akan bersinergi dengan vitamin E, dan berperan sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Vitamin C juga berperan dalam menghambat reaksi oksidasi yang berlebihan dalam tubuh dengan cara bertindak sebagai antioksidan. Pada hasil selai kulit jeruk bali tersebut, vitamin C mengalami kerusakan karena pemanasan yang terlalu lama.

Menurut Kumalaningsih (2006), antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus reaksi berantai dan radikal bebas. Antioksidan didefinisikan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil. Akan tetapijika dikaitkan dengan radikal bebas yang menyebabkan penyakit, antioksidan didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif.

Kandungan senyawa antioksidan pada selai kulit jeruk bali perlu dilakukan analisa adanya penangkapan radikal bebas dengan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Berdasarkan Tabel 4.2 rerata kadar antioksidan yang terkandung pada selai kulit jeruk bali adalah 15,41665%. Semakin besar prosentase penangkapan radikal DPPH, semakin besar pula aktivitas antioksidannya.

Kekurangan antioksidan dalam tubuh membutuhkan asupan dari luar. Produk-produk yang memiliki aktivitas antioksidan seperti Selai Kulit Jeruk Bali ini akan sangat membantu dalam mengurangi resiko keracunan akibat radikal bebas. Keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas menjadi kunci utama pencegahan stress oksidatif dan penyakit-penyakit kronis yang ditimbulkan.

commit to user

Setelah diketahui formulasi produk selai kulit jeruk yang paling disukai konsumen dengan metode uji kesukaan (uji skoring) serta kandungan vitamin C dan antioksidan pada selai kulit jeruk bali dengan analisis kimia, kemudian akan diperhitungkan analisis ekonomi untuk mengetahui harga jual dari produk selai kulit jeruk bali. Analisis ekonomi ini akan digunakan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan selai kulit jeruk bali baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap dengan perhitungan sebagai berikut:

Perhitungan :

1 bulan = 25 hari kerja

1 hari = 1 kali produksi menghasilkan 300 cup @ 150 gram. Kapasitas Produksi / bulan = 300 cup x 25 hari

= 7500 cup

1. Biaya Tetap (Fixed Cost) a. Biaya Usaha

Tabel 4.3 Biaya Usaha

No Uraian Rp/bulan

1 Gaji Karyawan 6 orang @ Rp.

750.000/bln 4.500.000

2 Biaya Promosi 100.000

3 Biaya Administrasi 100.000

commit to user b. Biaya Penyusutan

Tabel 4.4 Biaya Penyusutan

Nama Alat Jumlah

Rp@ Harga (P) Nilai Sisa Umur/thn Depresiasi (Rp/thn) satuan (Rp) (S) (N) (P-S)/N Pisau 3 3.000 9.000 180 1 8.820 Timbangan 3 32.000 96.000 1920 8 11.760 Panci 4 50.000 200.000 0 2 100.000 Blender 3 88.000 264.000 0 4 66.000 Baskom 5 10.000 50.000 1000 1 49.000 Wajan Besar 4 70.000 280.000 5600 2 137.200 Pengaduk 6 3.000 18.000 0 1 18.000 Kompor Gas 3 190.000 570.000 0 4 142.500 Sendok 5 2.500 12.500 0 2 6.250 Cup Sealer 1 1.500.000 1.500.000 30.000 3 490.000 Jumlah 2.999.500 1.029.530

Jumlah depresiasi per tahun = Rp. 1.029.530 Jumlah depresiasi per bulan = Rp. 1.029.530 : 12

= Rp. 85.794,16

c. BungaModal/bulan

Bunga Modal = 12% x Pembelian Alat = 12% x Rp. 2.999.500 = Rp. 359.940/bulan

commit to user Tabel 4.5 Amortisasi

No Harta Tak

Berwujud Rp/bulan

1 Pajak Reklame 50.000 2 Biaya Trial dan Eror 50.000

Jumlah 100.000

e. Pajak Usaha dan Asuransi

Pajak Usaha dan Asuransi = 5% x Pembelian Alat

Dokumen terkait