CR (X
1)
DER (X
2)
ROA (X
3)
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan mengacu pada landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Diduga bahwa Current Ratio (CR) mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di BEI.
2. Diduga bahwa Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di BEI.
3. Diduga bahwa Return On Assets (ROA) mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di BEI.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dalam variabel ini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk obyek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi. Definisi operasional variabel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1.1 Variabel Dependen Harga Saham (Y)
Variabel yang diteliti adalah harga saham penutupan (closing price) yang diperoleh berdasarkan rata-rata harga saham setelah laporan keuangan dipublikasikan. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio, yaitu skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Satuan ukuran yang digunakan adalah Rupiah (Rp). 3.1.2 Variabel Independen
a. Current Ratio (X1)
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio, yaitu skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai
nilai nol mutlak. Satuan yang digunakan variabel Current Ratio (X1) adalah persen (%) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek dikalikan 100%.
Rumus CR sebagai X1 :
Aktiva Lancar
Rumus CR = x 100% Kewajiban Jangka Pendek
(Wild, Subramanyam, dan Halsey 2005:4)
b. Debt to Equity Ratio (X2)
Menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio, yaitu skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Satuan yang digunakan variabel Debt to Equity Ratio (X2) adalah persen (%) yaitu perbandingan antara total hutang dengan modal pemilik dikalikan 100%.
DER sebagai X2 :
Total Hutang
Rumus DER = x 100%
Modal (Equity) (Riyanto 2008:22)
c. Return on assets (X3)
Merupakan alat ukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan sumber daya (aktiva). Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio, yaitu skala pengukuran yang paling tinggi di
mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Satuan yang digunakan variabel Return on assets (X3) adalah persen (%) yaitu perbandingan antara laba bersih dengan aktiva dikalikan 100%.
ROA sebagai X3 :
Laba Bersih
Rumus ROA = x 100%
Aktiva (Horne dan Wachowicz, 2005:224) 3.2 Teknik Pengumpulan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 22 perusahaan mulai tahun 2008 sampai 2011 dan telah menerbitkan laporan keuangan yang meliputi neraca dan laporan laba rugi secara terus menerus.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi penelitian ini dalam menentukan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu mengambil secara tidak acak dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
Adapun kriteria pemilihan sampel perusahaan yang dipakai adalah :
1. Perusahaan pertambangan yang memiliki data yang lengkap dari tahun 2008 sampai 2011.
Dari sejumlah populasi, berdasarkan kriteria yang diperoleh sampel sebanyak 20 perusahaan antara lain :
1. PT. Indo Tambang Raya Megah, Tbk 2. PT. Perdana Karya Perkasa, Tbk 3. PT. Sugih Energy, Tbk
4. PT. Delta Dunia Makmur, Tbk 5. PT. Citatah Industri Makmur, Tbk 6. PT. Exploitasi Energy Indonesia, Tbk 7. PT. Bayan Resources, Tbk
8. PT. Adaro Energy, Tbk 9. PT. Aneka Tambang, Tbk 10.PT. Renuka Coalindo, Tbk 11.PT. ATPK Resources, Tbk 12.PT. Energy Mega Persada, Tbk 13.PT. Bumi Resources, Tbk 14.PT. Vale Indonesia, Tbk
15.PT. Medco Energy Internasional, Tbk 16.PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk
17.PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk 18.PT. Timah (Persero), Tbk
19.PT. Elnusa, Tbk
20.PT. Indika Energy, Tbk 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 J enis Data
Data merupakan faktor penting dalam penyusunan penelitian ini. Adapun data yang akan digunakan adalah data sekunder yaitu berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008 sampai 2011. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca konsolidasi serta laporan laba rugi masing-masing perusahaan pertambangan. 3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari data ICMD (Indonesia Capital Market Directory) mulai tahun 2008 sampai 2011.
3.3.3 Pengumpulan Data
Untuk meperoleh data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.
3.4 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah melakukan analisi regresi linier berganda. Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah penelitian secara individu atau parsial dan secara bersama-sama atau simultan. Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian ini berusaha untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikat karena secara teoritis keduanya mempunyai hubungan fungsional atau memiliki pengaruh.
Model hubungan yang diduga atau diperkirakan akan terbentuk pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3 X3 + ei Dimana : Y = Harga Saham
β1 = Koefisien Regresi CR β2 = Koefisien Regresi DER β3 = Koefisien Regresi ROA X1 = CR
X2 = DER X3 = ROA
ei = Variabel Pengganggu
Berdasarkan model yang terbentuk, akan dapat diketahui apakah semua variabel bebas secara individu dan bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap harga saham sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi agar dapat menunjukkan hubungan yang signifikan dan representative atau yang disebut BLUE (Best linear Unbiased Estimator) harus memenuhi asumsi dasar klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X) mempunyai
distribusi normal atau tidak. Proses uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Adapun cara mendeteksi normalitas suatu distribusi adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal probability, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Santoso, 2001: 214).
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Bertujuan untuk menguji apakah CR, DER, dan ROA memiliki korelasi satu dengan yang lain. Jika terdapat hubungan, maka sulit untuk melihat pengaruh CR, DER, dan ROA terhadap harga saham.
Untuk mendeteksi adanya multikoloniaritas dapat diartikan dengan menghitung VIF ( Varience Inflation Factor) dengan menggunkan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1995:171) :
VIF = Var (β)
VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinearitas pada persamaan regresi linier.
Dasar pengambilan keputusan :
1. VIF > 10 Antar variabel terjadi korelasi 2. VIF < 10 Antar variabel tidak terjadi korelasi c. Uji Heterokedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Spearman’s Rank Corelation Test. Pengujian adanya fenomena heteroskedastisitas ini akan didasarkan pada hipotesis berikut ini (Gujarati, 1995 : 188) :
rs= 1-6
Keterangan :
di= perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke i. N= banyaknya data
Dasar pengambilan keputusan :
• Jika probabilitas > 0,05 Bebas dari Heterokedastisitas • Jika probabilitas < 0,05 Terkena Heterokedastisitas
d. Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi memiliki korelasi kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi disebut ada masalah autokorelasi.
Menurut Gujarati (2000: 201), autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diturunkan menurut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross section). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Y obsevasi – Y prediksi) pada waktu ke-t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelum (et-1). Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat di tes dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes) dengan persamaan : (Gujarati, 2000:215)
Keterangan :
d = Nilai Durbin Watson et = Residual pada waktu ke-t
et-1 = Residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelunnya) N = Banyaknya data
Banyaknya data time series minimal yang dapat dihitung dengan Durbin Watson adalah enam buah data dengan satu variabel. Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva berikut :
Gambar 3.1 Statistik d Durbin-Watson (Gujarati, 2000: 216)
Diagnosis adanya autokorelasi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (DW).
Dasar pengambilan keputusan menurut Trihendradi (2008) : 1) 1,65 < DW < 2,35 Tidak terjadi autokorelasi 2) 1,21 < DW <1,65 Tidak dapat disimpulkan
3) 2,35 < DW < 2,79 Tidak dapat disimpulkan 4) DW <1,21 atau DW> 2,79 Terjadi autokorelasi
3.4.3 Uji Hipotesis
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data dengan teknik analisis regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut :
3.4.3.1Uji Anova (Uji F)
Uji Anova atau uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh CR, DER, dan ROA secara simultan (menyeluruh) terhadap harga saham.
Rumusan hipotesis :
1. H0 : β1 = β2 = β3 = 0
CR, DER, dan ROA secara simultan tidak berpengaruh terhadap harga saham
2. H1 : β1 = β2 = β3 ≠ 0
CR, DER, dan ROA secara simultan berpengaruh terhadap harga saham 3. Level of signifikan (α) = 0.05 dengan derajat bebas [n-k]
Dimana : n = jumlah data pengamatan k = jumlah variabel bebas
f hitung =
Dimana : f hitung = F hasil perhitungan R2 = koefisien determinasi K = jumlah variabel bebas N = jumlah data
5. Dasar pengambilan keputusan :
• Jika Fhitung < 0,005 H0 diterima • Jika Fhitung > 0,005 H0 ditolak
Berdasarkan nilai probabilitas, dasar pengambilan keputusannya adalah : • Jika probabilitas > 0,05 H0 diterima
•
Jika probabilitas < 0,05 H0 ditolak3.4.3.2Uji t (Parsial)
Uji parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh CR, DER, dan ROA secara parsial (individual) terhadap harga saham.
Rumusan hipotesis :
H0 : β1 = 0 CR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham H1 : β1 ≠ 0 CR berpengaruh signifikan terhadap harga saham 2. Variabel DER mempunyai pengaruh terhadap harga saham
H0 : β2 = 0 DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham H2 : β2 ≠ 0 DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham 3. Variabel ROA mempunyai pengaruh terhadap harga saham
H0 : β3 = 0 ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham H3 : β3 ≠ 0 ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham 4. Menentukan Level of Significant = 5% dengan derajat bebas =
(n-k), dimana n: jumlah data dan k: jumlah variabel bebas.
t
hitungKeterangan :
t
hitung = t hasil perhitungan Βi = koefisien regresi Se (βi) = standar eror 5. Dasar pengambilan keputusan :• Jika thitung > ttabel H0 ditolak
Berdasarkan nilai probabilitas, dasar pengambilan keputusannya adalah : • Jika probabilitas > 0,05 H0 diterima
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskr ipsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat PT. Bur sa Efek Indonesia (BEI)
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke – 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia di dirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama perang dunia pertama dan kemudian di buka lagi pada tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah colonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa Saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang Dunia.Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisme pada tahun 1956.Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksanaan Pasar
Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan.Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta.Pada tanggal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas PT. Bursa Efek Surabaya.Pada tahun 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Selanjutnya, pada tahun 1993 pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi diluar bursa ( Over The Counter ). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995 BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan menengah kecil serta obligasi/ surat hutang.
Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah system perdagangan otomotisasi yang menggantikan system perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual. Pada tanggal 10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang- Undang no. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Pada Juli 2000, Bursa Efek Jakarta menerapkan perdagangan tanpa warkat ( Scripless Trading ) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari
peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untukmempercepat proses penyelesaian transaksi. Pada tahun 2002, Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdagangan jarak jauh ( Remote Trading ) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
Sejak tahun 2002 hingga sekarang, emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan dibidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami kemajuan berarti.Kondisi ini mendorong perlunya perhatian pemerintah, dalam hal ini BAPEPAM dan pelaku pasar, perlu melakukan sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat diperdagangkan di bursa.Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh pemerintah sebagaimana dituangkan dalam
Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu penggabungan BES dan
BEJ.Penggabungan kedua Bursa ini diyakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisiensi pasar modal dapat tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
4.1.1.1 Visi dan Misi PT. Bur sa Efek Indonesia (BEI) a. Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki
kinerja baiksehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat Internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.
b. Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor local maupun asing.Menjadi lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas yang tinggi serta sebagai insitusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.
4.1.2 Gambar an Umum Sampel 4.1.2.1 PT. Sugih Ener gy, Tbk
PT Sugih Energy Tbk (dahulu PT Sugi Samapersada Tbk) (SUGI) didirikan dengan nama PT Saranatama Unimada Gunabina Internasional tanggal 26 Maret 1990 dan mulai beroperasi pada tahun 1993. Kantor pusat SUGI terletak di Menara BCA, 38 Floor, Suite 3801B Jl. MH. Thamrin No. 1, Grand Indonesia Jakarta Pusat – 10310.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SUGI meliputi usaha dalam bidang perdagangan, jasa, industri, dan pertambangan. Bidang
usaha utama saat ini adalah menjalankan usaha dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak, gas bumi serta energi sedangkan pada tahun buku 2009 dan 2008 adalah perdagangan suku cadang industri pertambangan minyak dan gas bumi.
Pada tanggal 29 Mei 2002, SUGI memperoleh pernyataan efektif atas dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SUGIkepada masyarakat sejumlah 100.000.000 saham yang disertai dengan penerbitan waran dengan jumlah yang sama kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp120,- per saham dan harga pelaksanaan sebesar Rp150,- per saham dengan jangka waktu waran adalah 6 bulan setelah diterbitkan sesi 1 terhitung mulai 29 Mei 2003. Jumlah waran yang telah dieksekusi pada tahun 2003 sebesar 4.537.500 lembar saham.
Tabel 4.1
Tahun CR DER ROA Harga Saham
2008 1159.12 0.12 9.65 225
2009 6942.74 0.01 - 5.39 215
2010 9007.51 0.03 5.51 157
2011 8515.59 0.08 - 12.20 157
4.1.2.2 PT.Delta Dunia Makmur , Tbk
PT. Delta Dunia Makmur, Tbk (dahulu PT Delta Dunia Property Tbk) didirikan tanggal 26 Nopember 1990 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1992. Kantor pusat DOID beralamat di Cyber 2 Tower, Lantai 28, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 No. 13, Jakarta.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DOID adalah jasa, pertambangan, perdagangan dan pembangunan. Saat ini kegiatan utama DOID adalah jasa kontraktor penambangan.Pada tanggal 29 Mei 2001, DOID memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 72.020.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp150,- per saham dan disertai 9.002.500 Waran seri I dan batas akhir pelaksanaan tanggal 14 Juni 2004 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp150,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Juni 2001.
Tabel 4.2
4.1.2.3 PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk (ANTM) didirikan dengan nama"Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" tanggal 05 Juli 1968 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Kantor pusat ANTM berlokasi di Gedung Aneka Tambang, Jl. Letjen T.B. Simatupang No. 1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta, Indonesia.
Tahun CR DER ROA Harga Saham
2008 1742.40 0.19 1.45 500
2009 307.67 33.04 9.47 1690
2010 255.73 10.85 7.66 1610
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ANTM adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan galian tersebut.Pada tanggal 27 Nopember 1997, ANTM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ANTM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan Harga Penawaran Perdana sebesar Rp1.400,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Nopember 1997.
Tabel 4.3
4.1.2.4 PT. ATPK Resour ces, Tbk
PT. ATPK Resources Tbk / ATPK (d/h PT Anugrah Tambak Perkasindo Tbk) didirikan tanggal 12 Januari 1988. Perubahaan nama PT Anugeraha Tambak Perkasindo Tbk. menjadi PT ATPK Resources Tbk dan susunan pemegang saham serta perubahan domisili dari Medan ke Jakarta dan Pengembangan kegiatan usaha pada bidang pertambangan, energi dan pembangkit listrik pada tanggal 7 Juni 2006.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan
Tahun CR DER ROA Harga Saham
2008 801.65 0.26 18.84 1090
2009 727.31 0.21 7.89 2200
2010 381.77 0.28 18.46 2450
adalah bergerak dalam usaha perkebunan, pertambangan batubara, power dan energi serta menjalankan tugas di bidang perdagangan, distribusi dan jasa lainnya.
Tabel 4.4
4.1.2.5 PT. Bumi Resour ces, Tbk
PT. Bumi Resources, Tbk (BUMI) didirikan 26 Juni 1973 dan mulai beroperasi secara komersial pada 17 Desember 1979. Kantor pusat BUMI beralamat di Lantai 12, Gedung Bakrie Tower, Rasuna Epicentrum, Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan 12940.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BUMI meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kandungan batubara (termasuk pertambangan dan penjualan batubara) dan eksplorasi minyak.Pada tanggal 18 Juli 1990, BUMI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1990.
Tahun CR DER ROA Harga Saham
2008 386.87 0.21 - 11.81 129
2009 280.77 0.34 - 17.57 225
2010 234.20 0.70 - 12.40 187
Tabel 4.5
4.1.2.6 PT. Vale Indonesia, Tbk
Pada tahun 1901, Nikel mula-mula ditemukan oleh seorang Belanda bernama “Kruyt” pada saat meneliti bijih besi di pegunungan Verbeek, Sulawesi.Dan pada tahun 1937, Seorang ahli geologi INCO LIMITED bernama Flat Elves diundang oleh sebuah perusahaan eksplorasi Belanda untuk melanjutkan studi endapan nikel laterit di Sulawesi. Pada tahun 1967, pemerintah mengundang perusahaan – perusahaan dari seluruh dunia untuk mengajukan proposal bagi explorasi dan pengembangan endapan mineral di pulau Sulawesi. INCO LIMITED mengirim tim ahli geologi ke Sulawesi untuk mengumpulkan data dan menjelaskan kemampuan-kemampuan INCO.
Pada bulan Januari 1968, PT. VALE Indonesia, Tbk terpilih dari enam perusahaan untuk merundingkan sebuah kontrak karya dan pada tanggal 25 Juli 1968 akta pendirian disahkan dan didaftarkan,dan dari sinilah sebuah perusahaan baru mula – mula terbentuk yang di beri nama PT. VALE Indonesia, Tbk dan pada tanggal 27 Juli 1968, kontrak karya di tanda tangani oleh Pemerintah Republik Indonesia dan PT. VALE Indonesia, Tbk sendiri. Kegiatan eksplorasi berskala penuh dimulai segera setelah penandatanganan Kontrak Karya. Daerah explorasi mula-mula seluas 6,6 juta
Tahun CR DER ROA Harga Saham
2008 117.21 2.02 19.41 910
2009 96.99 3.95 6.99 2425
2010 156.06 4.06 11.39 3025
hektar yang mencakup beberapa bagian dari tiga propinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
Tes pemboran di daerah Pomalaa merupakan awal ahli teknologi yaitu ketika ahli-ahli geologi dari INCO LIMITED mulai mendidik rekan-rekan kerjanya dari Indonesia begaimana secara sistematis mengambil contoh endapan laterit dan menganalisanya.Pada tahun 1970 Contoh bijih dari Sulawesi dalam jumlah besar pertama sebanyak 50 ton dikirim ke fasilitas riset INCO Kanada di Port Colborne, Ontario. Sebuah pabrik Pereduksi-Pelebur baru dalam skala kecil menunjukkan bahwa bahan dari Soroako dapat diolah dengan hasil yang baik.Pada tahun 1971