• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harga Saham

Dalam dokumen SKRIPSI PENGARUH RETURN ON (Halaman 25-33)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Harga Saham

Menurut Sunariyah (2011) harga saham merupakan harga selembar saham yang berlaku dalam pasar saat ini dibursa efek. Harga saham mengalami perubahan naik atau turun dari satu waktu ke waktu lain. Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran, apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga cenderung naik. Sebaliknya jika terjadi kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memilikiklaim (hak tagih) atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (Bursa Efek Indonesia, 2017).

Menurut Rusdin (2008) harga saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar-menawar di bursa. Makin banyak orang membeli, maka harga saham tersebut cenderung naik.

Sebaliknya, makin banyak orang ingin menjual saham tersebut, maka saham tersebut akan bergerak turun. Ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan harga suatu saham mengalami fluktuasi (Fahmi, 2012), yaitu:

1. Kondisi makro dan mikro ekonomi

2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub

brand office), baik dibuka domestic maupun luar negeri,

3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.

4. Adanya direksi atau pihak perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.

5. Kinerja perusahaan yang mengalami penurunan dalam setiap waktunya, 6. Risiko sistematis, yaitu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan

telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.

7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham.

Menurut Darmadji & Fakhrudin (2012), bahwa dalam melakukan analisis harga saham, terdapat dua pendekatan yang sering digunakan, yaitu:

1. Analisis Fundamental

Analisis fundamental dangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahan. Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan. Dengan demikian, analasis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham.

2. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan cara menganalisis saham berdasarkan observasi pergerakan saham di masa lalu. Analisis teknikal salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham, dimana dengan metode ini para analisis

13

melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi. Nilai atau harga selembar saham dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Harga atau nilai Nominal

Harga nominal merupakan nilai yang tertera pada lembaran surat saham yang besarnya ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Harga nominal sebagian besar merupakan harga dugaan yang rendah, yang secara abitrer dikenakan atas saham perusahaan. Harga ini berguna untuk menentukan harga saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini merupakan harga yang dicatat pada bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi dan emiten.

Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat.

c. Harga pasar

Harga ini merupakan harga yang ditetapkan di bursa efek bagi saham perusahaan publik atau estimasi harga untuk perusahaan yang tidak memiliki saham. Dalam bursa saham, angka ini berubah setiap hari sebagai respon terhadap hasil aktual sebagaimana tercermin dalam indeks harga saham. Hal ini juga menunjukkan harga sebaik mungkin dalam kondisi apapun.

2.1.1 Manfaat dan Risiko Investasi Saham

Adapun manfaat investasi saham menurut Syahyunan (2015) pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal (investor) dengan membeli atau memiliki saham, yaitu:

1. Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan (emiten) dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa bunga tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividend) yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen

sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

2. Capital gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital Gain

terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

2.1.2 Return on Assets (ROA)

Menurut Kasmir (2012) rasio return on assets adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.

Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari sejumlah aset yang dimiliki. ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba (Prastowo, 2010). Menurut Rivai

15

(2013) return on assets menunjukkan kemampuan dalam mengelola aset yang menghasilkan laba sebelum pajak. Return on Assets dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Menurut Munawir (2010) ada beberapa keunggulan dan kelemahan ROA dibandingkan rasio keuangan lainnya, yaitu:

1. Keunggulan Return on Assets (ROA)

a. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka management dengan menggunakan teknik analisa ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja.

b. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri maka akan dapat diperoleh ratio industri, dengan analisa ROA ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama atau di atas rata-ratanya.

c. Analisa ini pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan.

d. Analisa ini juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Kelemahan Return on Assets (ROA)

a. Kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan

dengan perusahaan lain yang sejenis mengingat bahwa kadang-kadang praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda.

b. Kelemahan lain yaitu terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu tidak ada inflasi, dan hal ini akan berpengaruh dalam menghitung profit margin.

c. Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

2.1.3 Pengaruh Return On Asset Terhadap Harga Saham

ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasillkan laba yang berasal dari aktivitas investasi.

Semakin besar ROA semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut senakin diminati inestor karena adanya kepercayaan terhadap prospek perusahaan yang baik dimasa mendatang. Tingginya minat investor atas saham suatu perusahaan berdampak pada harga saham perusahaan tersebut di pasar modal (Mardiyanto, 2009). Sedangkan menurut Ratih, Prihatin, & Saryadi (2013) bahwa rasio ini menghubungkan laba bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Semakin tinggi tingkat rentabilitas

17

keuangan perusahaan maka semakin kuat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan semakin tinggi juga tingkat kepercayaan investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan saham perusahaan tersebut di pasar modal yang secara langsung berpengaruh terhadap tingginya harga saham.

2.1.4 Price Earning Ratio (PER)

Menurut Fahmi (2013), pengertian price earning ratio adalah perbandingan antara market price per share (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share (laba perlembar saham) terhadap kenaikan pertumbuhan laba yang

diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Bagi para investor semakin tinggi nilai rasio harga terhadap laba (PER) maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Sedangkan menurut Sudana (2011) rasio ini mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan.

Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio (PER) suatu saham adalah membagi harga saham perusahaan terhadap earning per lembar saham.

Secara matematis, rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut (Tandelilin, Pasar Modal: Manajemen Portofolio & Investasi, 2010):

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi nilai PER, yaitu (Husnan, 2009):

1. Tingkat pertumbuhan laba, semakin tinggi pertumbuhan laba (dividen) maka semakin tinggi pula PER apabila faktor-faktor lainnya sama.

2. Dividend Pay Out Rat, merupakan perbandingan antara DPS dan EPS, jadi perspektif yang dilihat adalah pertumbuhan Dividend Per Share (DPS) terhadap pertumbuhan Earning Per Share (EPS). Apabila faktor-faktor lain diasumsikan konstan, maka meningkatnya Pay Out Ratio akan meningkatkan PER.

3. Deviasi Tingkat Pertumbuha, investor dapat mempertimbangkan ratio tersebut guna memilah-milah saham, mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar dimasa yang akan datang, perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER yang besar.

Perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (Low Growth) biasanya memiliki PER yang rendah. PER yang terlalu rendah bisa jadi saham tersebut tidak laku. Sebaliknya, PER terlalu tinggi bisa jadi harga saham memang sudah kemahalan. Atau PER terlalu tinggi, bisa jadi saham tersebut memang banyak pemintanya, sehingga saham tersebut bisa dikatakan likuid. Di samping itu juga dapat berarti bahwa semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin baik, demikian juga sebaliknya.

2.1.5 Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham

Menurut Brigham & Houston (2010) Price Earning Ratio adalah rasio harga per saham terhadap laba per saham menunjukkan jumlah yang rela dibayarkan oleh investor untuk setiap dolar laba yang dilaporkan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu investor bersedia membayar dengan harga yang mahal.

Sedangkan menurut Darmadji & Fakhruddin (2012) Price Earning Ratio

19

menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi Price Earning Ratio artinya semakin tinggi juga harga saham demikian sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena investor menilai bahwa semakin tinggi nilai PER suatu perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi pula yang menghasilkan minat investor terhadap saham tersebut juga tinggi. Tingginya minat investor terhadap suatu saham akan meningkatkan harga saham tersebut.

Dalam dokumen SKRIPSI PENGARUH RETURN ON (Halaman 25-33)

Dokumen terkait