• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

Harga saham merupakan cerminan dari nilai suatu perusahaan bagi para investor. Semakin baik suatu perusahaan mengelola usahanya dalam memperoleh keuntungan, semakin tinggi juga nilai perusahaan tersebut di mata para investor. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para investor berupa capital gain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap citra perusahaan.

b. Efficient Market Hypothesis

Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Semakin banyak investor yang berminat terhadap saham suatu perusahaan, semakin tinggi harga dari saham tersebut. Sebaliknya, jika minat terhadap saham tersebut menurun, maka harga saham tersebut juga akan bergerak turun.

Hal tersebut sejalan dengan Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) yang menjelaskan tentang reaksi harga pasar saham terhadap informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis tersebut, informasi direfleksikan dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik.

c. Signalling Theory dan Information Content of Dividend

Dividen merupakan salah satu return yang paling dinanti-nantikan oleh investor sekaligus juga merupakan sinyal bahwa perusahaan berada pada tingkat profitabilitas tinggi. Pada dasarnya, perusahaan akan meningkatkan pembayaran dividen apabila manajemen yakin bahwa perusahaan akan mencapai tingkat profitabilitas tinggi di masa depan dan akan menurunkan dividen apabila tidak terdapat arus kas yang mencukupi.

Signalling theory menyatakan bahwa perusahaan melakukan penyesuaian dividen untuk menunjukkan sinyal akan prospek perusahaan. Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham

akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai Teori Isi Informasi dari Dividen (Information Content of Dividend). Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang.

Untuk memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis Fundamental

Menurut Ang (1997 : 18) analisis fundamental merupakan ”suatu studi yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan keuangan suatu bisnis dengan maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan yang menerbitkan saham biasa tersebut”.

Salah satu aspek penting dari analisis fundamental adalah analisis laporan keuangan, karena dari situ dapat diperkirakan keadaan, atau posisi dan arah perusahaan. Analisis fundamental dilakukan untuk mengidentifikasi prospek perusahaan (melalui analisis terhadap faktor yang mempengaruhinya, seperti aktiva, laba, dividen, prospek manajemen perusahaan), yaitu mengidentifikasi saham mana saja yang memiliki prospek yang baik di masa depan atau mengidentifikasi saham mana saja yang tidak mempunyai harga tepat di pasar.

Analisis fundamental berdasarkan atas kepercayaan bahwa harga saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Jika prospek suatu perusahaan sangat baik, maka harga sahamnya diperkirakan akan merefleksikan kekuatan perusahaan tersebut. Oleh karena itu diperkirakan harga saham tersebut akan meningkat, begitu juga sebaliknya. Dalam analisis fundamental menyatakan setiap saham yang diperdagangkan memiliki nilai yang sebenarnya (nilai intrinsik). Bertitik tolak dari nilai intrinsik ini para investor akan dapat menentukan pilihan investasinya terhadap saham-saham yang diperdagangkan di pasar modal.

Selain kinerja keuangan dan prospek perusahaan, nilai intrinsik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi seperti tingkat pendapatan masyarakat, tingkat bunga, kurs atau nilai tukar, tingkat inflasi, keseimbangan neraca perdagangan dan dasar fundamental ekonomi lainnya termasuk kebijakan fiskal dan moneter.

Proses analisis keputusan investasi berdasarkan pendekatan Analisis Fundamental meliputi :

a. Mengetahui kinerja keuangan emiten melalui analisis laporan keuangan emiten, termasuk analisis laporan keuangan yang diproyeksikan ke periode yang akan datang, yaitu dengan membandingkan laporan keuangan emiten melalui perbandingan internal dan eksternal (emiten lain atau industri). Perusahaan yang kinerjanya dianggap lebih baik akan dipilih untuk investasi.

b. Menentukan nilai intrinsik efek emiten melalui analisis sekuritas individu, dengan membandingkan apakah harga pasar saham suatu emiten tidak tepat (terlalu rendah atau terlalu tinggi).

c. Pengambilan keputusan investasi berdasarkan rekomendasi : Beli, Tahan, Jual.

2. Analisis Teknikal

Menurut Ang (1997 : 17) analisis teknikal merupakan ”suatu studi yang dilakukan untuk mempelajari berbagai kekuatan yang berpengaruh di pasar modal dan dampak yang ditimbulkannya pada harga saham”.

Dalam pandangan analisis teknikal, semua faktor fundamental sudah masuk ke dalam dan dipresentasikan oleh harga yang terbentuk, sehingga tidak lagi perlu mempertimbangkan segi fundamental suatu saham. Setelah terjadi pembentukan harga, maka adalah mubazir untuk memperhatikan segi fundamental yang menyebabkannya. Yang diperlukan adalah justru kemampuan membaca dengan benar arah yang akan diambil oleh harga.

Analisis teknikal juga didasarkan pada anggapan bahwa harga saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Pendekatan ini menekankan pentingnya perilaku investor di masa yang akan datang dan berdasarkan masa lalu, sehingga para analisis teknikal mempelajari perubahan harga saham dengan menggunakan data historis perdagangan. Analisis teknikal dapat dilakukan dengan penilaian terhadap saham menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham seperti harga saham, volume perdagangan,

permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Salah satu cara yang paling sering digunakan oleh para analis teknikal adalah dengan charting (gambar dan grafik). Dari grafik dapat diketahui bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas, atau future komoditas yang akan dipilih dalam investasi. Para analis melakukan studi dengan menggunakan grafik (chart) dengan harapan mereka dapat menemukan suatu pola pergerakan harga sehingga mereka dapat mengeksploitasinya untuk mendapatkan keuntungan. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis teknikal, yaitu :

a. Market Price Discounts Everything

Yaitu harga yang terbentuk di pasar merupakan refleksi dari seluruh factor yang ada di pasar. Analis teknikal hanya peduli pada apa yang terjadi dengan harga yaitu jika permintaan meningkat dan penawaran menurun atau tetap, maka harga akan naik, begitu juga sebaliknya, mereka tidak peduli dengan kenaikan inflasi atau hal lain karena semua itu sudah tercermin di harga.

b. Price Moves in Trend

Analis teknikal tidak berkeyakinan bahwa pergerakan harga adalah acak dan tidak dapat diprediksi karena harga akan bergerak dalam suatu arah (trend) tertentu dan akan berlanjut beberapa saat.

c. History Repeats Itself

Analisis teknikal percaya bahwa perilaku investor di masa lalu terjadi secara berulang-ulang dan dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perilaku investor di masa yang akan datang.

d. Faktor-faktor Eksternal yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Saham

Banyak faktor eksternal yang bersifat khusus yang mempengaruhi fluktuasi harga saham. Beberapa faktor khusus tersebut antara lain:

1. Kebijakan pemerintah dan dampaknya

Kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan bidang bisnis perusahaan emiten sangat berpengaruh terhadap harga saham. Misalnya, kebijakan pembatalan proyek-proyek pemerintah, swastanisasi perusahaan negara, dan lain-lain.

2. Pergerakan suku bunga

Tingginya suku bunga merupakan pukulan bagi industri jasa perbankan dan properti. Akibat suku bunga yang meningkat tajam, proporsi operating leverage pada banyak emiten mengalami peningkatan yang signifikan.

Tingginya suku bunga juga merupakan pukulan bagi emiten yang bergerak di sektor properti. Proyek properti bersifat jangka panjang, dengan kontrak bunga yang tidak seluruhnya ditetapkan secara flat. Ketika suku bunga perbankan

menjadi amat tinggi, perusahaan properti mengalami kesulitan yang lebih besar untuk mengembalikan pinjamannya.

3. Fluktuasi nilai tukar mata uang

Melambungnya kurs rupiah terhadap dolar AS secara otomatis meningkatkan volume utang luar negeri perusahaan-perusahaan emiten. Fluktuasi nilai tukar mata uang internasional juga mempengaruhi indeks pasar bursa di Indonesia. 4. Rumor dan sentimen pasar

Faktor rumor atau sentimen pasar merupakan variabel yang bersifat intangible. Rumor sering muncul di BEI, misalnya gosip likuidasi bank, atau kebijakan-kebijakan kontroversial, dan lainnya. Sedangkan sentimen pasar terbentuk oleh pemicu seperti kebijakan pemerintah atau statement pejabat-pejabat tertentu.

e. Klasifikasi Saham Biasa

Menurut Lubis (2006 : 61), ada beberapa klasifikasi dari saham biasa, yaitu : 1. Blue Chips. Merupakan klasifikasi dari saham yang penerbitannya memiliki

reputasi yang baik. Emiten mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan konsisten membayar dividen yang tinggi. Di sini emiten sudah dalam keadaan stabil.

2. Income Stock. Merupakan income yang diperoleh dari dividen yang lebih tinggi dari dividen rata-rata yang dibayarkan tahun sebelumnya. Emiten seperti ini lebih suka membayarkan dividen dari pada diendapkan dalam bentuk P/E ratio, return earning. Mereka ini merupakan kelompok investor berusia lanjut dan indeks beta dari perusahaan ini biasanya kurang dari 1. 3. Growth Stock (Well Known). Hal ini terjadi bila emiten merupakan pemimpin

di dalam industrinya. Dalam beberapa tahun perusahaan mampu mendapatkan hasil di atas rata-rata.

4. Growth Stock (Lesser Known). Emiten saham ini umumnya tidak merupakan pemimpin dalam industrinya, tetapi, namun demikian saham ini tetap mempunyai ciri-ciri seperti growth stock well known, yaitu mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penghasilan rata-rata tahun terakhir. 5. Saham Spekulasi (Speculative Stock). Merupakan saham yang emitennya tidak

dapat menghasilkan dividen/penghasilannya konsisten dari tahun ke tahun. Tetapi emiten ini mempunyai potensi untuk mendapatkan penghasilan yang baik di masa-masa mendatang.

6. Saham Bersiklus (Cyclical Stocks). Perkembangan saham jenis ini sesuai dengan perkembangan dan pergerakan kondisi ekonomi makro dan kondisi bisnis secara umum. Penerbit saham jenis ini biasanya bergerak dalam bidang ekonomi dasar, perumahan, otomotif, baja dan industri.

7. Saham Bertahan (Defensive/countercyclical Stocks). Harga saham ini tidak berpengaruh kepada situasi dan kondisi ekonomi makro dan kondisi bisnis pada umumnya. Emiten ini bergerak dalam penjualan/memproduksi produk yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen, misalnya rokok, sabun, dan sebagainya.

Dokumen terkait