• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA

2.3 Harga Diri Anak

Harga diri didefinisikan evaluasi individu terhadap bagaimana ia menilai dan menghargai dirinya sendiri secara keseluruhan baik secara positif atau negatif pada diri sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri secara positif maupun negatif tersebut relatif menetap sepanjang hidup (Rosenberg, 1965).

Harga diri yaitu respon emosional dari pengalaman, merenungkan atau mengevaluasi sesuatu yang berbeda tentang dirinya. (Heatherton & Wyland, 2003). Guindon (2010) mendefinisikan harga diri sebagai sikap, komponen evaluasi diri, penilaian afektif terhadap konsep diri individu yang terdiri dari perasaan berharga dan diterima yang berkembang dan dijaga sebagai konsekuensi dari kesadaran akan kompetensi diri dan timbal balik dari lingkungan luar. Selain itu, Coopersmith (1967, dalam Burns, 1993) menyatakan bahwa harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh individu terkait dengan hal-hal yang ada pada dirinya yang diekspresikan sebagai sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu tersebut memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri yang mampu, penting dan juga berharga. Sehingga dapat disimpulkan harga diri merupakan suatu penilaian untuk diri sendiri baik secara positif maupun negative sehinga bersifat subjektif.

2.3.2Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri 1. Faktor internal

Harga diri seseorang dapat terbentuk dari perasaan diterima oleh orang lain sebagai penilaian mengenai seberapa berharga dirinya dan hal tersebut dapat menandakan bahwa orang tersebut dinilai baik di mata orang lain (Mruk, 2006). Keberhasilan seseorang untuk mencapai sesuatu juga dapat meningkatkan harga diri dan diyakini kegagalan akan menurunkan tingkat harga diri seseorang (Emler, 2001). Selain itu, nilai yang dianut menjadi faktor yang mempengaruhi harga diri seseorang. Nilai tersebut adalah bagaimana ia menetapkan apa yang ia ingin dicapainya akan mempengaruhi bagaimana ia memandang keberhasilan yang ia raih dan biasanya hal ini dipengaruhi oleh nilai dari lingkungan sosialnya seperti keluarga maupun lingkungan sekitarnya, namun, nilai pribadi yang dipegang lebih mempengaruhi (Murk, 2006).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa harga diri yang ditunjukkan laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam sumber utama dalam harga diri. Pada perempuan, harga diri lebih dipengaruhi oleh hubungan penerimaan atau penolakan dari lingkungan sosial, sedangkan pada laki- laki, harga diri dipengaruhi oleh kesuksesan atau keberhasilan yang dimilikinya (Lyumbomirsky, Tkach, & Dimatteo, 2005)

2. Faktor eksternal

Faktor sosial dan budaya dapat membuat individu untuk mengukurevaluasi dirinya dan pembentukan mereka melaluii pengalaman seperti adanya sebuah

arah (nilai positif atau negatif dari sikap), intensitas (Kekuatan afektif sebagai sikap atau seberapa kuat itu dimunculkan), stabilitas (berapa lama sikap dapat bertahan) dan tentunya konten dari sikap tersebut (Rosenberg, 1965 dalam Murk, 2006). Selain faktor lingkungan sosial dan budaya, posisi seseorang dalam suatu strata sosial dapat mempengaruhi pandangan atau penilaian terhadap dirinya (Emler, 2001). Orangtua sebagai lingkungan terdekat anak juga mempengaruhi tinggi rendahnya harga diri seseorang, karena orangtua memiliki pengaruh emosional yang paling signifikan terhadap anak-anaknya sejak anak masih balita (Emler, 2001)

2.3.3Sumber-sumber harga diri

Menurut Coopersmith (1967, dalam Mruk, 2006), terdapat 4 sumber pemicu tinggi rendahnya harga diri, yakni :

1. Kekuasaan

Kemampuan individu untuk mempengaruhi, mengontrol dan mengatur tingkah laku diri sendiri maupun orang lain. Individu yang merasa mampu mengontrol orang lain secara berlebihan akan lebih rentan memulai kekerasan 2. Keberartian

Keberartian ditunjukkan dengan adanya kepedulian, perhatian, dan afeksi yang diterima individu dari orang lain. Penilaian yang dilakukan orang lain ditunjukkan dengan adanya penerimaan dan penolakan diri

3. Kebajikan

Kepatuhan dan ketaatan individu terhadap nilai-nilai moral, etika dan agama dan tercermin dari sikap dan perilaku yang ia perlihatkan.

4. Kemampuan

Kemampuan lebih memfokuskan pada bagaimana seseorang memandang dirinya sebagai seorang yang mampu meraih kesuksesan. Hal ini terlihat dari keberhasilannya dalam menjalankan berbagai tugas perkembangan yang ia lewati

2.3.4 Karakteristik harga diri

Harga diri terbagi menjadi tiga karakteristik yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat harga diri dan tiap tingkat memiliki kekhasan masing-masing, yaitu : 1. Harga diri tinggi

Rogers (1959, dalam Interzar dan Farooqi, 2009) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki harga diri tinggi akan memiliki penilaian positif terhadap dirinya, percaya diri akan kemampuan yang ia miliki, menerima dirinya, optimis, dan tidak takut akan kritik dari orang lain. Menurut penelitian yang dilakukan Guindon (2010) mengenai harga diri pada siswa, terlihat bahwa siswa dengan harga diri tinggi memiliki keyakinan terhadap dirinya, ramah, bahagia, bersikap optimis, memiliki motivasi yang tinggi, memiliki target pencapaian yang jelas, kompetitif, berani mengambil resiko, aktif dalam berbagai kegiatan, merasa aman, mampu menyesuaikan diri dengan baik, bersikap tegas, mandiri dan bertanggung jawab. Seseorang yang memiliki harga diri tinggi lebih terlihat menarik dan atraktif (Mruk, 2006).

2. Harga diri sedang

Setiap orang pada dasarnya memiliki kesamaan dalam penerimaan diri, namun individu yang memiliki harga diri sedang, kurang mampu meyakini apa yang ia miliki sehingga masih merasa ragu-ragu dan kurang yakin terhadap kemampuan yang dimiliki dibandingkan dengan orang lain (Mruk, 2006)

3. Harga diri rendah

Harga diri yang rendah lebih peka terhadap kritik, karena kritik dianggap sebagai pengabsahan lenih lanjut mengenai inferioritas mereka, kelemahan atau kesalahan yang ada pada dirinya ditujukan pada orang lain, sering memiliki respon yang berlebihan terhadap pujian dan berusaha mendapatkan pujian, serta sikap malu-malu dan tidak ada minat persaingan (Burns, 1993 dalam Rosyadah, 2015). Coopersmith (1967 dalam Mruk, 2006) juga menyatakan bahwa seseorang dengan harga diri yang rendah akan cenderung kehilangan kepercayaan diri dan tidak mampu menilai kemampuan dan atribut yang dimilikinya. Harga diri yang rendah juga menjadi indikator gangguan psikologis seperti gangguan memiliki respon yang berlebihan terhadap pujian dan berusaha mendapatkan pujian, serta sikap malu-malu dan tidak ada minat persaingan (Burns, 1993 dalam Rosyadah, 2015). Coopersmith (1967 dalam Mruk, 2006) juga menyatakan bahwa seseorang dengan harga diri yang rendah akan cenderung kehilangan kepercayaan diri dan tidak mampu menilai kemampuan dan atribut yang

dimilikinya. Harga diri yang rendah juga menjadi indikator gangguan psikologis seperti gangguan

2.4 Usaha Kesehatan Sekolah

Dokumen terkait