• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hari Sabtu, 30 Hari Ketujuh Allah Mencipta

Dalam dokumen Penciptaan Alam Semesta - Ibnu Arabi (Halaman 31-36)

pertama, sedangkan tangan dan lambungnya seperti huruf Mim kedua, dan kedua kakinya merenggang seperti huruf dal. Maka sempurnalah penciptaan Adam dengan bentuk nama Muhammad saw.

30

Allah menciptakan dunia dalam 6 hari; Dimulai pada hari Ahad dan selesai pada hari Jum’ah, tanpa lelah; Sehingga ketika sampai pada hari ketujuh dari tujuh hari (1 minggu), Dia bagaikan seseorang yang ingin beristirahat dari lelahnya. Lalu Dia pun berbaring dan mengangkat satu kaki ke atas kaki-Nya yang lain, lalu berkata, “Aku lah Raja.” Dikatakan sebagai hari keabadian karena pada hari inilah setiap ciptaan dari jenis apapun telah selesai dibentuk dan siap untuk dijalankan tugasnya. Tiada lelah sang Pencipta menciptakan, sehingga hari Sabtu merupakan hari tiada lagi penciptaan dalam level dunia, tetapi tetap saja ciptaan-Nya berlangsung terus-menerus yang dihasilkan oleh manusia yang berkarya, tanpa akhir dan batas. Selama-lamanya hingga hari kiamat. Hanya ada tujuh hari dalam seminggu dan setiap hari memiliki ‘hukum’ yang dirancang oleh Allah. Jadi, begitu perintah mencipta selesai, maka Allah pun merancang hukum dengan kemampuan hari Sabtu untuk menstabilisasi dan memperbaiki, sehingga ia pun mampu menstabilkan debu (al-habaa’).

Sebagai hari terakhir dari tujuh hari, pergerakan hari Sabtu diciptakan dari Nama Allah Kalaam (berbicara), sehingga segala sesuatunya merayakan kesyukuran kepada Sang Pencinta, dengan cara (berbicara) tasbihnya masing-masing. Merupakan hari yang sangat penting dan memiliki makna yang unik, disebut juga sebagai Hari keabadian, walau tentang keabadian sendiri merupakan hal yang masih misterius, belum banyak terungkap jelas. Dalam buku Al-Tanazzulaat Al-Mawsiliyya, dijelaskan bahwa hari Sabtu berjalan melewati sesuatu yang mawjud seperti angka-angka yang dapat dihitung, sesuatu yang permanen atau tetap, dan sesuatu yang berdiri di dalam sesuatu; hari Sabtu bukan sesuatu yang tiada ataupun ada, tiada hadir ataupun hadir. Perumpamaannya bagai haqiiqat al-haqaa’iq sebagai sesuatu yang menjelaskan hubungan Al-Haqq dengan ciptaan-Nya.

Penciptaan alam semesta, dari awal hingga selesai terjadi selama 6 hari, dari awal Hari Pertama (sabtu malam) sampai selesai terjadi pada hari jama’ah (Jum’at), dan hanya tersedia satu hari untuk merubah suatu keadaan ke keadaan yang lain , dari suatu tingkatan ke tingkatan lain, dari satu perubahan bentuk ke bentuk lainnya, secara kontinu. Karena itulah mengapa hari Sabtu memiliki karakter yang dingin dan kering, dan berada di antara planet Saturnus. Hari Sabtu sendiri merupakan orbit bagi siapa saja yang bergerak dalam Atribut Illaahiyyah.

Atribut Illahiyyah: Nama, shifaat, af’aal dan ‘akibat pengaruhnya’ meliputi penciptaan. Seseorang yang bergerak dengan orbit hari Sabtu akan mengenal Al-Haqq dan ciptaan-Nya. Kenyataannya, para quthb – seperti Muhyiiddiin Ibn ‘Arabi – adalah seseorang yang sudah keluar dari ‘waktu’nya, karena mereka telah membuktikan haqq nya hari Sabtu.

Saturnus (Kaywaan) berada dalam objek langit ketujuh dari bumi, dan langitnya diciptakan dengan Nama al-Rabb. Allah sendiri yang menciptakan langitnya, planetnya, dan hari Sabtu dalam lintasan bulan dari konstelasi Khistaan (al-Zabra), dan merupakan lintasan ketujuh dari 28 lintasan bulan, dan Dia menciptakan Saturnus sebagai tempat tinggal Nabi Ibrahim as.

Lintasan Mukawkab tetap dibagi menjadi 28 konstelasi atau manzilah berdasarkan gerak kemunculan Bulan. Bola lintasan bintang-bintang tetap itulah

yang disebut sebagai tujuh lapis langit (al-samawaat).31 Perumpamaan Bumi beserta ketujuh lelangit dengan al-‘Arsy bagaikan sebuah cincin dalam gurun sahara yang luas – sama halnya ‘Arsy yang bagaikan sebuah cincin jika dibandingkan dengan Kursiiy. Ibnu Arabi pernah menyebut Matahari dan Bulan sebagai ‘planet-planet’,32 namun beliau juga membedakan antara sifat-sifat planet (termasuk Bulan) dengan Matahari; bahwa Matahari ‘bertanggung jawab untuk mencahayai semua planet yang berada di atas dan di bawahnya’ (II.170.22).

Secara umum, pandangan kosmologi Ibnu Arabi sama dengan Aristoteles (geosentris), seperti kebanyakan kosmolog kuno (dan juga Qur’an dan al-Hadits). Ibnu Arabi berbicara tentang ‘tujuh bola langit’ yang berada di sekitar bumi. Ketujuhnya disebut sebagai planet (termasuk Matahari dan Bulan). Tetapi juga, Ibnu Arabi menekankan dalam banyak tempat (III.548.21, I.123.17, II.441.33) bahwa itu hanya berdasarkan pandangan seseorang yang sedang berada di bumi, beda dengan kenyataan sebenarnya: bagaimana keberadaan bumi dan pergerakan planet-planet dan bintang-bintang itu sendiri. Jadi, menurut

31

Mujahid, murid Ibnu Abbas menjelaskan, “Satu langit ke langit lain, ibarat lingkaran yang kau gambarkan di tanah lapang. Qatadah menambahkan, “Allah menciptakan tujuh langit dan tujuh bumi. Di setiap langit dan bumi terdapat makhluk-makhluknyaa yang masing-masingnya memiliki urusan dan ketentuan khusus.” Menurut Zamankhsyarii, pada masing-masing langit dan bumi, Allah memberlakukan urusn dan hokum tertentu (yataanazzal al-amr bainahunn), memiliki kekhasan bentuk, ciptaan hokum, pengaturan dan ketentuan (qadha).

Nabi saw. menjelaskan, “Allah menciptakan tujuh langit dengan ketebalan masing-masing sejauh 500 tahun perjalanan; masing-masing antar tujuh lapisan (tibaqon) itu sejauh 500 tahun.” Muhammad bin Hayyaaan Al-Andalusi menjelaskan, bahwa kata tibaaqon (bertingkat, berlapis) menunjukkan sifat terhadap langit yang memiliki lapisan (shoo tibaq), nerrti ubaalaghah (penekanan banyak lapisan), dan juga bernama jam’ (plural), berarti banyaak lapisan/ tingkatan.

Di dalam buku karya Imdad Fahmi Azizi, Menafsir Semesta: Kajian Ilmiah Ulama terhadap Ayat-ayat Astronoomi dalm al-Quran2013, hal. 62): Menurut Ibnu Katsir, kondisi tujuh lapis langit (as-samaawaati) dapat dipahami dari peristiwa Isra’ Mi’raj.

Ibnu Arabi, pandangan Aristoteles adalah sebuah pandangan tentang dunia sebagaimana yang kita lihat dengan mata telanjang, sementara kenyataannya tidaklah sedemikian (III.548.31).Dalam Bab 371 Futuuhat Ibnu Arabi berbicara tentang panjang bagian-bagian dan tingkatan-tingkatan Surga dan Neraka serta gambaran-gambaran lain al-akhirat.

Pada sisi lain, kita tidak bisa memisahkan dengan tegas dunia material dari dunia abstrak atau dunia spiritual. Mereka saling tumpang tindih – atau, keseluruhan dunia-dunia material (dari ‘Kursiiy’ dan Lelangit serta Bumi) berisikan apa-apa

32

Abu Ishaq sepakat dengan perkataan Abu Sa’id Muhammad bin Abdallah bin Hamdun, sumber terpercaya dan kuat, menyampaikan kepada kami ketika aku membaca al-qur’an untuku pada Bulan Safar tahun 944 M. Dia berkata, mengutip dari Abu Hamid Ahmad bin Muhammad bin al-Hasan al-Sharqi al-Hafiz-Abu l-Hasan Ahmad bin Yusuf al-Salami-Abu ‘Ismah Yahya bin Abi Maryam al-Khurasani-Muqatil-‘Ikrimah-Ibnu Abbas:…. Ibnu Abbas melanjutkan, “Rasulullah saw. ditanya tentang itu dan berkata, 'Ketika Allah ingin menyempurnakan ciptaan-Nya, dan hanya Adam yang tersisa untuk diciptakan, maka Dia menciptakan dua matahari dari cahaya ‘Arsy-Nya. Pada matahari yang satu, dengan pengetahuan-Nya, Dia menentukan, bahwa Dia menciptakannya seperti matahari yang tampak di dunia saat ini, bersama tempat-tempat terbit dan terbenamnya. Matahari satunya lagi, dengan pengetahuannya, Dia akan menghancurkan dan mengubah bentuknya menjadi sebuah bulan, dan Dia menciptakan bulan dengan kekuatannya yang lebih sedikit daripada matahari. Tapi seseorang hanya melihat matahari sebagai benda yang kecil dikarenakan begitu jauhnya jarak langit dari bumi. Jika Allah membiarkan matahari kedua sebagaimana dia tercipta awalnya, maka tidak seorangpun dari kita yang pernah mengalami malam ataupun siang dari malam. Para pekerja tidak tahu kapan saatnya bekerja, atau kapan mengambil upahnya. Yang puasa tidak tahu sampai kapan waktunya berpuasa dan kapan berbuka, dan seorang perempuan tidak tahu bagaimana cara menghitung masa ‘iddahnya. Para muslim tidak tahu waktu-waktu shalatnya, atau kapan mengerjakan haji. Tukang kredit tidak tahu kapan waktu untuk menagih, kapan orang ke ladang atau kapan kita mengistirahatkan tubuh kita. Allah Maha Penjaga dan Maha Penyayang kepada abdi-Nya. Dia lalu mengutus Jibril as, dan memerintahkan sayapnya untuk menuup wajah Bulan sebanyak tiga kali, ketika cahayanya seterang Matahari, lalu berkuranglah radiasinya; tapi cahayanya tetap ada di dalamnya.

yang berada di dalam ‘Arsy’, dengan sifat illaahiyyah. Hal itu menjadi alasan mengapa Ibnu Arabi terkadang mencampur kedua pandangan. Secara simbolik, tujuh langit ‘didukung’ oleh tujuh (tingkat atau area-are dari) bumi. Namun Ibnu Arabi tidak berpendapat bahwa itu menjadi gambaran aktual fisik dari sesuatu, karena beliau dengan jelas menggambarkan bumi sebagai bola dan berotasi (berputar) mengelilingi pusatnya.

Mengapa kita tidak bisa merasakan gerakan Bumi dan bintang-bintang? “Tetapi kita tidak dapat merasakan gerak berputar Bumi , dan gerakannya berputar mengelilingi pusatnya karena ia adalah sebuah bola’." (I.123.17). Kita dan makhluk ciptaan lain tidak bisa merasakan gerakan Bumi dan bintang-bintang dikarenakan semuanya bergerak. Matahari merupakan posisi utama, bagaikan qalb, menjadi pusat bagi ketujuh lelangit. Ciptaan-Nya tidak merasakan gerakan kosmos dikarenakan semuanya bergerak, dan dikarenakan Bumi bergerak: berjalan dan berputar mengelilingi Sang Pusat, Matahari.

Kegelapan di dalam Bulan, seperti kerutan-kerutan di dalamnya, tidak lain tidak bukan adalah jejak yang terhapus.. Lalu Allah menciptakan Matahari dari sinar cemerlang Cahaya-Nya. Lalu Allah menciptakan sebuah roda pada Matahari yang padanya terdapat tiga ratus enam puluh jari-jari. Dan dari para malaikat Langit lapis satu, diambil sebanyak tiga ratus enam puluh malaikat yang bertugas atas Matahari dan roda putarannya. Setiap satu malaikat bergantung kepada satu jari roda.

Dalam dokumen Penciptaan Alam Semesta - Ibnu Arabi (Halaman 31-36)

Dokumen terkait