• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM

A. Harian Umum Republika

a. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya

Harian Umum Republika berdiri atas prakarsa Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI). ICMI yang dibentuk pada 5 Desember 1990 memiliki program 5K yaitu kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas pikir. Demi mewujudkan program-program tersebut ICMI membetuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yang kemudian menyusun tiga program utamanya yaitu pengembangan Islamic Center; Pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies); dan Penerbitan Harian Umum Republika.1

Yayasan Abdi Bangsa didirikan oleh beberapa menteri, pejabat tinggi negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Diantaranya adalah Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, H. Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie dan lain-lain. Sementara presiden pada saat itu H. M. Soeharto berperan sebagai pelindung yayasan. Dan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie menjadi Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa yang juga tengah menjabat sebagai Ketua Umum ICMI.2

Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian, pada 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa. Melalui proses, yayasan kemudian memperoleh Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia.

1

Company Profile Republika 2

Sebagai modal awal penerbitan Harian Umum Republika, SIUPP itu bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992. Nama

Republika sendiri atas usul Presiden Soeharto yang sebelumnya dinamakan antara

lain “Republik”.3

b. Visi dan Misi Republika

Republika adalah surat kabar yang lahir di tengah Indonesia yang berubah secara cepat dalam sisi politik, ekonomi, Iptek, sosial, dan budaya. Dari perubahan tersebut Republika memiliki “keterbukaan” sebagai kata kunci.

Republika memilih berposisi untuk turut mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki masa dinamis ini, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas yang telah dimilikinya.

Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” menunjukkan semangat

mempersiapkan masyarakat memasuki era baru itu. Keberpihakan Republika

terarah kepada sebesar-besar penduduk Indonesia yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Republika sebagai Media Massa hanya menjadi penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.

Dari latar belakang tersebut Republika memiliki misi dalam berbagai bidang. Dalam bidang politik, Republika mendorong demokratisasi, dan optimalisasi lemabaga-lembaga negara, partisipasi politik semua lapisan masyarakat, dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik.

Dalam bidang ekonomi, keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian Republika, memosisikan profesionalisasi yang mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam manajemen, menekankan perlunya pemerataan

3 Ibid.

sumber daya ekonomi, dan mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis.

Pada bidang kebudayaan Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, darimanapun datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani; serta bersikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam bidang agama, republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer, mempromosikan semangat toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik temu diantara agama-agama.

Corak Jurnalisme Republika dilandasi keinginan untuk menyajikan informasi yang selengkapnya bagi para pembacanya. Republika berupaya mengembangkan

corak jurnalisme yang “enak dibaca” (readable). Bahasa dan gaya penuturannya diupayakan popular, renyah dan tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa.

Sejak terbit sejak 4 januari 1993, penjualan oplahnya terus meningkat. Hanya dalam sepuluh hari sejak terbit, oplah koran ini sudah mencapai 100.000 eksemplar. Ini berarti peningkatan 2,5 kali lipat dari rencana awal terbit dengan oplah rata-rata 40.000 eksemplar perhari pada semester pertama tahun 1993. Hingga akhir semester kedua, pada Desember 1993, oplah Republika sudah mencapai 130.000 eksemplar perhari.

Rubrik Kick Off adalah sebuah rubrik olahraga yang dibuat pertama kali pada tahun 2010. Rubrik ini merupakan subrubrik dari rubrik Rekor yang tentunya bersifat olahraga. Sejarah dari rubrik Rekor pertama kali dimulai tahun 1995, kemudian dalam perkembangannya rubrik Rekor ini begitu pesat mengalami kepopuleran sehingga dibuatlah tabloid yang berisi 16 halaman dan dibagikan secara gratis setiap sabtu dan minggu. Kemudian pada tahun 2005 Rekor menjadi majalah yang berisi 32 halaman namun Rekor bukan lagi milik Republika

melainkan Mahaka Group (Holding Republika). Pada tahun 2011 Republika mencoba mengembalikan Rekor. Dan baru muncul rubrik Kick Off yang menjadi bagian dari rubrik Kick Off. Rubrik Kick Off sendiri merupakan rubrik olahraga yang mengulas perihal olahraga „santai‟ namun beritanya sedang populer. Sedangkan Rekor merupakan rubrik yang mencakup keseluruhan berita dari dunia olahraga.

c. Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)

Di Malang pada tanggal 6 Desember 1990 diselenggarakan Simposium Nasional Cendikiawan Muslim dengan tema, “Membangun Masyarakat Indonesia Abad 21”. Dari simposium tersebut dilahirkanlah sebuah organisasi bernama,

Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia pada 7 Desember 1990. Dan tak lama kemudian, diputuskan tampuk Ketua Umum dipegang oleh Menristek B.J. Habibie.

ICMI didirikan sebagai wadah bagi kalangan Islam untuk bergerak memajukan masyarakat. Seperti umumnya orang-orang Indonesia kebanyakan lainnya, mereka merupakan kaum terpelajar menurut keahlian masing-masing dari

berbagai ragam ilmu. Tugas cendikiawan terhadap bangsa sangat besar, terutama untuk membangun Indonesia untuk masa depan dengan menyumbangkan kreasi dan ide-ide yang brilian.4

Salah satu langkah ICMI adalah mendirikan sebuah Yayasan Abdi Bangsa pada 7 Agustus 1992 dan tak lama kemudian mendirikan sebuah Harian bernafas Islam, Republika.

d. Mahaka Media

PT. Mahaka Media Tbk adalah sebuah grup media yang berdiri sejak tahun 1992 dan salah satu pendirinya adalah seorang pengusaha muda bernama Erick Thohir yang juga pemilik klub sepak bola asal Italia, Inter Milan. Di bidang media cetak, Mahaka Media memiliki majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia, dan Republika. Di media elektronik, Mahaka Media memiliki Radio Jak FM, Radio Delta FM, Gen FM, FeMale Radio, dan Prambors serta stasiun televisi Jak tv dan Alif tv.5

Mahaka Media membeli Republika pada tahun 2001 saat diambang kebangkrutan. Setelah berada di bawah kendali Mahaka, Republika mulai bangkit dari keterpurukan. Media menurut Erick Thohir adalah sebuah bisnis, dan bisnis baginya harus menghasilkan keuntungan meski ada kalanya ancaman kerugian selalu membayangi, namun hal itu bukan masalah karena di situlah tantangan bagi seorang pembisnis. Namun meski begitu, Erick Thohir berusaha tidak

4

Muhammad Abrar, ICMI dan Harapan Umat, (Jakarta: YPI Ruhama, 1991), h. 5-7. 5

Tulisan ini diakses melalui website: //Wikipedia.com dengan judul tulisan: Mahaka Media. Tulisan ini diakses pada 4 Mei 2014.

mengenyampingkan idealisme Republika dan kaidah-kaidah jurnalistik yang berlaku.6

B. Biografi Endro Yuwanto Penulis Berita “Madrid untuk Palestina, Warga