• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitia n 4.1.1 Kondisi Geogr a fis di J a wa Timur

Jawa Timur terletak antara 110.54 dan 115.57 BT , 5.37 dan 8.48 LS. Dengan luas daratan mencapai 46.712,80 km2 dan terbagi dalam 37 wilayah Kabupaten/Kota. Menurut kondisi geografisnya, Jawa Timur dibagi menjadi 3 bagian : dataran tinggi (lebih 100 meter di atas permukaan laut), sedang (45-100 meter), dan rendah (di bawah 45 meter) Jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan sensus bulan Juni 2000 mencapai 34.525.588 jiwa terdiri dari 16.980.594 jiwa laki-laki dan 17.544.944 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 720 jiwa/km2.

Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi alam dan infrastruktur, maka Jawa Timur dibagi 4 bagian:

•Bagian Utara dan Pulau Madura, merupakan daerah pantai dan dataran rendah serta daerah pegunungan kapur yang relatif kurang subur.

• Bagian Tengah merupakan daerah dataran rendah dengan perbukitan dan gunung-gunung berapi yang relatif subur.

•Bagian Selatan-Barat (Daerah Mataraman) merupakan daerah pegunungan dengan gunung-gunung berbatu dan kapur yang relatif kurang subur.

• Bagian Timur, karena posisinya sebagai penghubung dengan Pulau bali dan Indonesia bagian Timur, maka industri dan perdagangan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data serta perkembangan Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Jumlah Produksi tembakau, Jumlah Industri Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau , Kurs Valas, dan Jumlah Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau.

4.2.1. Per kembangan Nilai Ekspor Rokok dan Nilai Ekspor Tembakau

Perkembangan Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau, dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1999 sampai 2008, Nilai Ekspor Rokok terbesar pada tahun 2007 sebesar 65.668.999 US$ dan Nilai Ekspor Rokok yang terendah yaitu pada tahun 1999 sebesar 8.754.973 US$, Perkembangan Nilai Ekspor Rokok terbesar terjadi pada tahun 2001 sebesar 169,54 % dan terendah sebesar - 16,25 % terjadi pada tahun 2008, Nilai Ekspor Tembakau terbesar pada tahun 2001 sebesar 80,8 juta US$ dan Nilai Ekspor Tembakau yang terendah yaitu pada tahun 2003 sebesar 44,5 juta US$. Perkembangan Nilai Ekspor Tembakau terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 37,93 % dan terendah sebesar -33,08 % terjadi pada tahun 2003.

Tabel.1. Per kembangan Nilai Ekspor Rokok dan Nilai Ekspor Tembakau 1999-2008

Tahun Nilai Ekspor Rokok (jutaUS$) Perkembangan (%) Nilai Ekspor Tembakau (juta US$) Perkembangan (%) 1999 875.4973 - 79,0 - 2000 9.899.643 13,07 63,5 - 19,62 2001 26.684.221 169,54 80,8 27,24 2002 41.875.362 56,92 66,5 - 17,69 2003 44.864.321 7,13 44,5 - 33,08 2004 45.876.987 2,25 45,6 2,47 2005 54.876.554 19,61 62,9 37,93 2006 53.776.987 - 2,00 57,3 - 8,90 2007 65.668.999 22,11 56,6 - 1,22 2008 54.997.543 - 16,25 73,7 30,21 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )

4.2.2. Per kembangan J umlah Pr oduksi Rokok dan J umlah Pr oduksi Tembakau Perkembangan Jumlah Produksi Rokok, dan Jumlah Produksi Tembakau, dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1999 sampai 2008, Jumlah Produksi Rokok terbesar pada tahun 2001 sebesar 112.000.000 unit dan Jumlah Produksi Rokok yang terendah yaitu pada tahun 2004 sebesar 106.000.000 unit, Perkembangan Jumlah Produksi Rokok terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 3,28 % dan terendah sebesar - 3,61 % terjadi pada tahun 2003, Jumlah Produksi Tembakau terbesar pada tahun 2008 sebesar 122.457 ton dan Jumlah Produksi Tembakau yang terendah yaitu pada tahun 1999 sebesar 82.204 ton. Perkembangan Jumlah Produksi Tembakau terbesar terjadi pada tahun 2000 sebesar 19,67 % dan terendah sebesar -0,87 % terjadi pada tahun 2006.

Tabel.2. Per kembangan J umlah Pr oduksi Rokok dan J umlah Pr oduksi Tembakau 1999-2008 Tahun J umlah Pr oduksi Rokok (Unit) Perkembangan (%) J umlah Pr oduksi Tembakau (Ton) Perkembangan (%) 1999 111.500.000 - 82.204 - 2000 109.000.000 - 2,24 98.381 19,67 2001 112.000.000 2,75 107.361 9,12 2002 110.500.000 - 1,33 108.515 1,07 2003 106.500.000 - 3,61 111.033 2,32 2004 106.000.000 - 0,46 111.041 0,007 2005 108.000.000 1,88 112.025 0,88 2006 107.000.000 - 0,92 111.041 - 0,87 2007 106.500.000 - 0,46 111.041 0,00 2008 110.000.000 3,28 122.457 10,28 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )

4.2.3. Per kembangan J umlah Industri Rokok dan Tembakau

Perkembangan Jumlah Industri Rokok dan Tembakau dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1999 sampai 2008, Perkembangan terbesar Jumlah Industri Rokok dan Tembakau pada tahun 2006 sebesar 21,36 % karena adanya peningkatan hasil tembakau, jumlah industri Rokok dan Tembakau dan terendah sebesar – 27,62 % terjadi pada tahun 2000 disebabkan pada tahun tersebut tingginya biaya cukai yang diberikan pemerintah sehingga banyak industri Rokok dan Tembakau yang gulung tikar karena pendapatan yang di hasilkan tidak memenuhi, Jumlah Industri Rokok dan Tembakau terbesar pada tahun 1999 sebesar 601 unit dan Jumlah Industri Rokok dan Tembakau yang terendah yaitu pada tahun 2004 dan 2005 sebesar 323 unit.

Tabel.3. Per kembangan J umlah Industri Rokok dan Tembakau Tahun 1999-2008 Tahun Jumlah Industri Rokok dan Tembakau

( unit ) Perkembangan ( % ) 1999 601 - 2000 435 -27,62 2001 429 - 1,37 2002 351 -18,18 2003 336 - 4,27 2004 323 - 3,86 2005 323 0,00 2006 392 21,36 2007 361 - 7,90 2008 392 8,58

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah ) 4.2.4. Per kembangan Kur s Valuta Asing

Perkembangan Kurs Valuta Asing dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1999 sampai 2008, Perkembangan terbesar Kurs Valuta Asing pada tahun 2000 sebesar 31,05 % hal ini dikarenakan pada tahun 2000 terjadi krisis financial di dunia maka Indonesia mendapatkan dampak dari krisis global tersebut dan terendah sebesar – 14,55 % terjadi pada tahun 2002, hal ini dikarenakan sudah membaiknya makro perekonomian di Indonesia sehingga Kurs Valuta Asing mengalami penguatan, Kurs Valuta Asing terbesar pada tahun 2008 sebesar Rp. 11092 dan Kurs Valuta Asing yang terendah yaitu pada tahun 1999 sebesar Rp.7.161.

Tabel.4. Per kembangan Kurs Valuta Asing Tahun 1999-2008 Tahun Kurs Valuta Asing

( Rupiah ) Perkembangan ( % ) 1999 7.161 - 2000 9.385 31,05 2001 10.450 11,34 2002 8.929 - 14,55 2003 8.528 - 4,49 2004 9.361 9,76 2005 9.850 5,22 2006 9.197 - 6,62 2007 9.376 1,94 2008 11.092 18,30 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )

4.2.5 Per kembangan Tenaga Ker ja Rokok dan Tembakau

Perkembangan Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel.5. Per kembangan Tenaga Ker ja Rokok dan Tembakau Tahun 1999-2008 Tahun Tenaga Kerja Rokok dan

Tembakau ( jiwa ) Perkembangan ( % ) 1999 111.289 - 2000 159.751 43,54 2001 161.564 1,13 2002 167.939 3,94 2003 174.304 3,79 2004 173.490 - 0,46 2005 173.813 0,18 2006 174.820 0,57 2007 171.435 - 1,93 2008 174.820 1,97

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau selama 10 tahun ( 1999-2008 ) cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau adalah pada tahun 2000 sebesar 43,54 % hal ini disebabkan hasil tembakau sedang banyak sehingga banyak industri yang menyerap tenaga kerja. dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2007 sebesar -1,93 % yang disebabkan pada tahun tersebut adanya kenaikan biaya cukai yang dilakukan oleh pemerintah. Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 174.820 orang dan Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau terendah pada tahun 1999 sebesar 111.289 orang.

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regr esi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator). Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut :

1. Autokor elasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1995:201). Untuk mengujji variabel-variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau

tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson (dL dan du) dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 (nol) sampai 4 (empat).

Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jika d lebih Rokok dan Tembakau daripada dL atau lebih besar daripada (4-dL), maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi. 2. Jika d teletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima yang

berarti tidak ada autokorelasi.

3. Jika nilai d terletak antara dL dan dU atau antara (4-dL) dan (4-dU) maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai-nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara faktor-faktor penganggu.

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah variabel bebas adalah 4 (k=4) dan banyaknya data adalah (n=10) sehingga diperoleh nilai DW tabel adalah sebesar dL = 0,376 dan dU = 2,414.

Gambar 1. Kurva Statistik Durbin Watson

Daerah Daerah Daerah Daerah

Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis pastian pastian

Tolak Tidak ada Tolak Ho autokorelasi Ho

0 dL= 0,376 dU = 2,414 (4-dU) = 1,586 (4-dL) = 3,624 d

Sumber : (Lampiran 2 pada tabel Model Summary)

Berdasarkan hasil analisis kesembilan sector, maka dalam model regresi ini tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh adalah sebagai berikur :

Tabel 6. Tes Autokor elasi

Variabel

Nilai DW Test

Ketentuan Daerah Keterangan

Sektor Nilai Ekspor Rokok

1,418 0 – 0,376 (ada auto korelasi) 0,376 – 2,414 (daerah ketidak pastian) 2,414 – 1,586 (tidak ada autokorelasi) 1,586 – 3,624 (daerah ketidak pastian) 3,624 - 4 ( ada autokorelasi )

Daerah Ketidakpastian Sektor Nilai Ekspor

Tembakau

1,630 Daerah

ketidakpastian

Sumber :(Lampiran 2 pada table Model summary)

2. Multikolinier

Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi.

Dari dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dengan cara

menghitung Variance Inflation Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier.

Adapun hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel yang dianalisis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7 : Tes Multikolinier

Variabel Y/X (X1) VIF (X2) VIF (X3) VIF (X4) VIF Ketentuan Keterangan Nilai Ekspor

Rokok

9,974 1,351 3,539 1,907 ≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier Nilai Ekspor

Tembakau

2,988 1,318 4,422 1,835 ≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier

Sumber : Lampiran 3 pada tabel Coefficients

Maka hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel dalam variabel Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau, di mana nilai VIF lebih Rokok dan Tembakau dari 10 sehingga dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinier.

3. Heter okedastisitas

Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas (X). Hal ini bisa diidentifikasikan dengan menghitung korelasi rank spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Pembuktian adanya heterokedastisitas dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spear man Variabel Y/X Sig 2-tailed (X1) Sig 2-tailed (X2) Sig 2-tailed (X3) Sig 2-tailed (X4) Ketentuan Keterangan Nilai Ekspor Rokok 0,419 0,933 0,580 0,960 ≥ 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas Nilai Ekspor Tembakau 0,713 0,907 0,829 0,738 ≥ 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh tingkat signifikansi koefisien

korelasi rank spearman untuk variabel terikat Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai

Ekspor Tembakau, keseluruhan residualnya lebih besar dari 0,05 (tidak

signifikan) sehingga tidak mempunyai korelasi yang berarti antara nilai

residual dengan variabel yang menjelaskan. Jadi dapat disimpulkan persamaan

tersebut tidak terjadi heterokedastisitas.

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diatas dapat

disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi pelanggaran asumsi

klasik.

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan dari hasil perhitungan pengolahan data dengan bantuan

komputer program SPSS (Statistical Program for Social Science) maka diperoleh

persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y1 = -74675053 + 2735,530 X1 - 41432,806 X2 - 9733,260 X3 - 435,226 X4

Y2 = -370,599 + 3,67E-006 X1 + 0,037 X2 + 0,005 X3 + 0,000 X4

Dari persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut

a. Konstanta (β0) : Y1 = -74675053, Y2 = -370,599

Menunjukkan, Jika Jumlah Produksi Rokok dan tembakau (X1), Jumlah Industri

Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau (X2), Kurs Valas (X3), dan Jumlah

Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau (X4), konstan, maka Volume Ekspor Rokok,

dan Volume Ekspor Tembakau, (Y) akan mengalami penurunan sebesar

74675053 US$ (Y1), (Y2) sebesar 370,599 juta US$.

b. Koefisien regresi X11) : Y1 = 2735,530, Y2 = 3,67E-006

Menunjukkan apabila Jumlah Produksi Rokok dan tembakau bertambah 1 unit

dan 1 ton maka Volume Ekspor Rokok akan naik sebesar 2735,530 US$ (Y1) ,

dan Volume Ekspor Tembakau akan naik sebesar 3,67E-006 juta US$ (Y2),

dengan asumsi X2, X3 dan X4 konstan.

c. Koefisien regresi X22) : Y1 = - 41432,806, Y2 = 0,037

Menunjukkan apabila Jumlah Volume Industri Tembakau Rokok dan Tembakau

bertambah 1 unit maka Volume Ekspor Rokok akan turun sebesar 41432,806 US$

(Y1), dan Volume Ekspor Tembakau akan naik sebesar 0,037 juta US$ (Y2),

dengan asumsi X1, X3 dan X4 konstan

d. Koefisien regresi X3 3) : Y1 = -9733,260, Y2 = 0,005

Menunjukkan apabila Kurs Valas menguat 1 Rupiah maka Volume Ekspor Rokok

(Y1) akan turun sebesar 9733,260 US$, dan Volume Ekspor Tembakau akan naik

sebesar 0,005 juta US$ (Y2) dengan X1, X2 dan X4 konstan.

Menunjukkan apabila Jumlah Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau menguat 1 jiwa

maka Volume Ekspor Rokok turun sebesar 435,226 US$ (Y1), dan Volume

Ekspor Tembakau bertambah sebesar, Rp. 0,000 juta (Y2) dengan X1, X2 dan X3

konstan

Dalam analisis ini digunakan analisis regresi linier berganda dan untuk

mengolah data yang ada diguanakan alat bantu komputer dengan program SPSS

(Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Untuk mengetahui hasil

analisis secara simultan antara variabel bebas terhadap Volume Ekspor Rokok,

dan Volume Ekspor Tembakau, sebagai variabel terikat digunakan uji F dapat di

lihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Analisis Var ian ( Anova )

Variabel Terikat Tingkat Signifikan (≤ 0,05) Keterangan

Nilai Ekspor Rokok (Y1) ≤ 0,05 Signifikan

Nilai Ekspor Tembakau(Y2) ≤ 0,05 Signifikan

Sumber : Lampiran 2 dan 5

Oleh karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

berarti bahwa secara keseluruhan variabel bebas yaitu Jumlah Produksi Rokok

dan tembakau (X1), Jumlah Industri Tembakau Rokok dan Tembakau (X2), Kurs

Valas (X3), dan Jumlah Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau (X4) berpengaruh

secara simultan dan nyata terhadap nilai Ekspor Rokok, dan nilai Ekspor

4.3.2. Uji Hipotesis Secar a Par sial

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas

Jumlah Produksi rokok dan tembakau (X1), Jumlah Industri Ekspor Tembakau

Rokok dan Tembakau (X2), Kurs Valas (X3) dan Jumlah Tenaga Kerja Rokok

dan Tembakau (X4) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap nilai Ekspor

Rokok, dan nilai Ekspor Tembakau (Y). Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat

dalam tabel analisis sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil Analisis Var iabel J umlah Pr oduksi tembakau (X1), J umlah Industr i Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau (X2), dan Kur s Valas (X3), dan J umlah Tenaga Ker ja Rokok dan Tembakau (X4) ber pengar uh secara simultan dan nyata ter hadap Volume Ekspor Rokok, dan Volume Ekspor Tembakau (Y).

Variabel Y/X Tingkat Signifikan (X1) Keterangan α = 0,05 Tingkat Signifikan (X2) Keterangan α = 0,05 Tingkat Signifikan (X3) Keterangan α = 0,05 Tingkat Signifikan (X4) Keterangan α = 0,05 Nilai Ekspor Rokok

(Y1) 0,060 Tidak Signifikan 0,799 Tidak Signifikan 0,207 Tidak Signifikan 0,639 Tidak Signifikan Nilai Ekspor

Tembakau (Y2) 0,014 Signifikan 0,509 Tidak

Signifikan 0,129

Tidak

Signifikan 0,656

Tidak Signifikan

Sumber : Lampiran 6 pada tabel Coefficient

Dengan melihat dari hasil analisis Variabel Jumlah Produksi tembakau,

Jumlah Industri Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau , Kurs Valas dan Jumlah

Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau terhadap Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai

Ekspor Tembakau tidak signifikan terhadap variabel Nilai Ekspor Rokok. Untuk

Jumlah Nilai Ekspor Tembakau Tembakau yang signifikan terhadap variabel Nilai

Variabel mana sajakah yang paling dominan terhadap variabel dependent tersebut, Untuk itu kita akan melihat tabel koefisien Variabel Independent di bawah ini :

Tabel 11. Hasil Koefisien Var iabel Independen

Variabel Dependent Koefesien Variabel Independen

β0 β1 β2 β3 β4

Sektor Nilai Ekspor Rokok -74675053 2735,530 -41432,806 -9733,260 -435,226 Sektor Nilai Ekspor Tembakau -370,599 3,67E-006 0,037 0,005 0,000

Sumber : Lampiran 7 pada tabel Coefficient

4.3.3. Pembahasan

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Nilai

Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau maka dapat diketahui bahwa Variabel

Jumlah Produksi Rokok dan Tembakau merupakan Variabel yang paling dominan

berpengaruh terhadap Nilai ekspor tembakau hal ini disebabkan karena factor alam

yang bagus sehingga produksi tembakau di Indonesia semakin meningkat sehingga

benyak ekspor tembaku dari pada ekspor rokok.

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Jumlah Produksi

tembakau, jumlah industri rokok dan tembakau, Kurs Valas, dan jumlah tenaga

kerja yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

Jumlah Produksi tembakau yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari

pada Nilai Ekspor Rokok, hal ini menunjukan bahwa Jumlah Produksi tembakau

merupakan faktor yang paling dominan dalam meningkatkan pertumbuhan ekspor

tembakau hal ini disebabkan karena jika jumlah produksi tembakau meningkat

jumlah dari hasil produktif tersebut akan semakin meningkatkan konsumsi

masyarakat terhadap hasil penjualan rokok.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan

antara variabel bebas Jumlah Produksi tembakau (X1), Jumlah Industri

Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau (X2), Kurs Valas (X3) dan

Jumlah Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau (X4) berpengaruh secara

simultan dan nyata terhadap Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau(Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau (Y) .

2. Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Nilai

Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau maka dapat diketahui bahwa Variabel Jumlah Produksi Rokok dan Tembakau merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Nilai ekspor tembakau hal ini disebabkan karena factor alam yang bagus sehingga produksi tembakau di Indonesia semakin meningkat sehingga benyak ekspor tembaku dari pada ekspor rokok.

3. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Jumlah Produksi tembakau, jumlah industri rokok dan tembakau, Kurs Valas, dan jumlah tenaga kerja yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa Jumlah Produksi tembakau yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada Nilai Ekspor Rokok, hal ini menunjukan bahwa Jumlah Produksi tembakau Ekspor Tembakau

merupakan faktor yang paling dominan dalam meningkatkan

pertumbuhan ekspor tembakau hal ini disebabkan karena jika jumlah produksi tembakau meningkat maka bisa dipastikan tingkat konsumsi juga akan naik karena secara otomatis jumlah dari hasil produktif tersebut akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap hasil penjualan rokok.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui

beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah dapat mengambil dan menentukan kebijakan yang akan

ditempuh terutama yang terkait dengan peningkatan ekspor rokok dan ekspor tembakau .

2. Pemerintah harus melakukan stategi subtitusi barang import ke strategi

Amir, 2005,”Perekonomian Indonesia”. Grafindo : Bandung

Anonim, 2008.”Jawa Timur dalam angka”.Badan Pusat Statistik,Surabaya

Anonim, 2009. “Pendapatan Asli Daerah”. Badan Pusat Staistik, Surabaya.

Anonim,2010.”Jawa Timur dalam angka”.Badan Pusat Statistik,Surabaya.

Anonim,2010,”Kontribusi Industri rokok tak sebesar yang didengungkan” .

www.detiknews.com.

Anwar (2009:44), “identifikasi sektor industri dalam peningkatan pendapatan asli

daerah di kabupaten garut”. Jurnal ekonomi

Aslihin, Aslan. 2002, ”Cukai tembakau dan rokok di Indonesia”. Erlangga,

Jakarta

Boediono. 2000. ”Ekonomi Mikro”. BPFE UGM ,Yogyakarta.

Darma. 2008 “Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor karet di

jawa timur”. Skripsi FE Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur,Surabaya.

Hendro, 2003,” “Ekonomi Publik Lanjutan”. Rajawali :Jakarta.

Ivan, Bramasto.2002,” Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Kayu Olahan di Jawa Timur”. Skripsi FE Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”Jawa Timur,Surabaya.

Sukirno, Sadono . 2004, “Pengantar Teori Mikro Ekonomi”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nopirin. 2000,”Ekonomi Publik Desentralisasi dan Pembangunan Daerah” .

Andi : Yogyakarta.

Prawiro, 2003,” “Pembiayaan Pemerintah Daerah”. UI-Press, Jakarta.

Riani, Elsa. 2000,”Beberapa Faktor yang mempengaruhi Ekspor produksi Barang – Barang kulit di Indonesia, Skripsi FE Universitas Pembangunan Nasional” Veteran” Jawa Timur,Surabaya.

Samuelson dan Nordhaus, 2004,”Economics of development”. Salinan ke tiga

Siswoputranto, 2000,” Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori

Mikro dan Makro”. Penerbit Rajawali : Jakarta.

Sobri, 2005.”Ekonomi Internasional”Teori Kebijaksanaan, Penerbit BPFE – UGM , Yogyakarta.

Tabel 1 : Wewenang Pemajakan (Tax Assignment) dan Bagi Hasil – Sesuai UU No.25/1999

Penerimaan Migas C C C 100 0 0 Pajak Penghasilan C C C 100 0 0 PPN C C C 100 0 0 Bea Masuk C C C 100 0 0 Cukai C C C 100 0 0 Pajak Ekspor C C C 100 0 0 PBB 1) C C C,P,L 10% Pusat 90% Daerah BPHTB 2) C C C 20% Pusat 80% Daerah

IHH 3) C C C 20% Pusat 80% Daerah

IHPH 4) C C C 20% Pusat 80% Daerah

Tambang-land rent 5) C C C 20% Pusat 80% Daerah

Tambang-royalties 6) C C C 20% Pusat 80% Daerah

PKB P P P 0 30 70

PBBKB P P P 0 30 70

PBBKB P P P 0 10 90

Pajak Hotel & Resto L L L 0 0 100

Pajak Hiburan L L L 0 0 100

Pajak Reklame L L L 0 0 100

Pajak Penerangan Jalan L L L 0 0 100

Pajak Gol C L L L 0 0 100

Pajak Air Bawah Tanah dan L L L 0 0 100

Permukaan

Sumber : Dispenda Kabupaten Sidoarjo (tahun 2007) Catatan :

C = Pemerintah Pusat ; P = Provinsi (Dati I) ; L = Kabupaten /Kotamadya (Dati II)

Keterangan :

1) 10% bagian Pusat akan dialokasikan kembali kepada seluruh

32% ; Kabupaten/Kota lainnya : 32%

4) 80% bagian daerah = Provinsi : 16% ; Kabupaten/Kota penghasil :

64%

5) 80% bagian daerah = Provinsi : 16% ; Kabupaten/Kota penghasil :

32% ; Kabupaten/Kota lainnya : 32%

6) 80% bagian daerah = Provinsi : 16% ; Kabupaten/Kota penghasil :

Dokumen terkait