• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN NILAI EKSPOR ROKOK DAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN NILAI EKSPOR ROKOK DAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPOR ROKOK DAN TEMBAKAU DI J AWA

TIMUR

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Oleh : ARIF PRASETYA 0611010046/FE/EP

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

Pujidansyukurkehadirat Allah SWT danshalawatsertasalamkepadaNabi Muhammad SAW. HanyaberkatrahmatdanridhoNyapenulisdapatmenyelesaikanpenyusunanpenulisanskripsiinidenganjudul“ ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN NILAI EKSPOR ROKOK DAN TEMBAKAU DI J AWA TIMUR ” inidapatterselesaikan.

PenyusunanskripsiinimerupakansalahsatusyaratmemperolehgelarsarjanaekonomijurusanIlmuEko

1. BapakProf.Dr.Ir. TeguhSoedarto,MP, selakurektorUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur, yang telahmemberikanbanyakbantuanberupasarana, fasilitas, perijinangunapelaksanaanskripsiini.

2. Bapak Dr. DhaniIcshanuddinNur,MM, selakuDekanFakultasEkonomiUnivesitasPembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur,

3. BapakDrs.Ec. Wiwin P.MT, selakuketuajurusanIlmuEkonomiUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

4. BapakdanIbuDosensertastafkaryawanFakultasEkonomiUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur yangtelahmemberikan saran danpengarahanpadapenulisanskripsiini.

5. BapakdanIbustaf BPS ProvinsiJawaTimurcabang Surabaya, yang

telahmemberikanbanyakinformasidan data-data yang

dibutuhkanuntukmengadakanpenelitiandalampenyusunanskripsiini.

(3)

Akhir kata besarharapanbagipenelitisemogaskripsiinidapatbermanfaatbagipembaca, baiksebagaibahankajianmaupunsebagaisalahsatusumberinformasidanbagipihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Surabaya, Mei 2011

(4)

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian perdagangan internasional... 9

2.2.1.1 Timbulnya Perdagangan Internasional ... 10

2.2.1.2 Manfaat Perdagangan Internasional ... 11

(5)

Ekspor ... 13

2.2.2.3 Manfaat dan Tujuan Ekspor ... 14

2.2.2.4 Kendala-kendala Ekspor ... 15

2.2.3 Teori Produksi ... 15

2.2.3.1 Pengertian Produksi ... 15

2.2.3.2 Pengertian Jumlah Produksi ... 16

2.2.3.3 Arti dan Tujuan Produksi ... 16

2.2.4 Teori Industri ... 19

2.2.5 Pengelompokan Industri Hasil Tembakau ... 20

2.2.5.1 Kelompok Industri Hulu... ... 20

2.2.5.2 Kelompok Industri Antara... 20

2.2.5.3 Kelompok Industri Hilir ... ... 20

2.2.5.4 Jumlah Industri Rokok dan Tembakau... 21

2.2.5.5 Nilai Ekspor Rokok dan Tembakau .... ... 21

2.2.6 Teori Nilai Tukar / Kurs Asing... ... 22

(6)

2.2.9 Hipotesa... ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.3.1 Jenis Data... ... 36

3.3.1 Sumber Data... ... 36

3.3.1 Pengumpulan Data... ... 36

3.4 Teknik Analisa Data dan Uji Hipotesis ... 37

3.4.1 Teknik Analisa Data... .... 37

3.3.1 Uji Hipotesis... ... 38

3.5 Uji Asumsi Klasik... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... .. 46

4.1.1 Kondisi Geografis di Jawa Timur... 46

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... .. 47

(7)

Tembakau... ... 49

4.2.4 Perkembangan Kurs Valuta Asing... 50

4.2.5 Perkembangan Tenaga Kerja Tembakau dan Rokok... ... 51

4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik... . 52

4.3.1 Analisi dan Pengujian Hipotesis... .. 56

4.3.2 Uji Hipotesis Secara Parsial... ... 59

4.3.3 Pembahasan... ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... . 64

(8)

Gambar 1 Kurva Produksi Total, marginal, rata-

rata... ... 18 Gambar 2 Pergeseran Kurve Permintaan

kurs... ... 23 Gambar 3 Operasi stabilitas Kurs... . 24 Gambar 4 Komponen Penduduk dan Tenaga

Kerja... ... 28 Gambar 5 Diagram Kerangka Berpikir... 32 Gambar 6 Kurva uji hipotesis secara simultan... 38 Gambar 7 Kurva Uji Hipotesis Secara

(9)

Tabel 1 Perkembangan Volume Ekspor Rokok dan Volume Ekspor

Tembakau 1999-2008... ... 48

Tabel 2 Perkembangan Jumlah Produksi Rokok dan Jumlah Produksi Tembakau1999-2008... 49

Tabel 3 Perkembangan Jumlah Industri Rokok dan Tembakau Tahun 1999-2008... 50

Tabel 4 Perkembangan Kurs Valuta Asing Tahun 1999- 2008... 51

Tabel 5 Perkembangan Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau Tahun 1999-2008... 51

Tabel 6 Tes Autokorelasi... 54

Tabel 7 Tes Multiolinier... 55

Tabel 8 Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman... 56

Tabel 9 Analisis Varian ( Anova )... 55

Tabel 10 Hasil Analisis Variabel... 59

(10)

Tabel Model Summary Tabel Anova

Lampiran 3 : Tabel Coefficients

Tabel Collinearity Diagnostics Lampiran 4 : Tabel Residuals Statistics

Tabel correlations Lampiran 5 : Tabel Anova

Tabel Model Summary Tabel Entered/ Removed Lampiran 6 : Tabel Coefficients

Tabel Collinearity Diagnostics Lampiran 7 : Tabel Residual Statistict

(11)

Rokok dan tembakau adalah dua komoditi yang saling berhubungan dalam industri pembuatan rokok. Selama ini industri rokok memberikan pemasukan yang besar untuk negara indonesia. Adapun pengaruh jumlah produksi rokok dan tembakau, jumlah industri rokok dan tembakau, nilai kurs valas, jumlah tenaga kerja rokok dan tembakau terhadap volume ekspor dan tembakau di Jawa Timur, di mana penelitian ini di tujukan untuk mengetahui pengaruh yang paling dominan dari variabel-cariabel terhadap volume ekspor rokok dan tembakau di daerah Jawa Timur.

Hasil dari penelitian di dapat variabel penelitian yaitu jumlah produksi rokok dan tembakau, jumlah industri rokok dan tembakau, kurs valuta asing dan jumlah tenaga kerja industri rokok dan tembakau berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor rokok dan nilai ekspor tembakau. Dan variabel yang paling mempengaruhi nilai ekspor rokok dan nilai ekspor tembakau adalah jumlah produksi rokok dan tembakau, karena jumlah produksi rokok dan tembakau berkaitan langsung dengan banyaknya tingkat konsumsi rokok dan tembakau dan banyaknya nilai ekspor rokok dan nilai ekspor tembakau.

Kata Kunci : Nilai ekspor rokok dan tembakau, jumlah produksi nilai ekspor

rokok dan nilai ekspor tembakau, jumlah industri nilai ekspor rokok dan

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

Ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat dalam perdagangan dunia dan semakin inovasinya produk-produk barang dan jasa yang dihasilkan, negara indonesia menghadapi tantangan dalam upaya untuk meningkatkan ekspor. Keberhasilan ini sangat strategis karena ekspor merupakan saalah satu sumber bagi pertumbuhan ekonomi terutama di Indonesia. Kedudukan ekspor non migas semakin strategis di dalam perkembangan ekspor negara Indonesia. (Basri, 2003 :200)

Makna strategis pengembangan ekspor non migas bertolak dari kenyataan bahwasannya kondisi makro ekonomi dalam perekonomian masih selalu dibayang bayangi oleh rentannya kinerja di sektor eksternal, khususnya defisit transaksi neraca berjalan yang akut. Selain itu, upaya untuk meningkatkan ekspor non migas juga sangat strategis bagi ekonomi Indonesia. Seiring dengan hal itu, derap industrialisasi yang kian meningkat membutuhkan pembiayaan devisa yang tidak sedikit. Tanpa penerimaan devisa dari sektor non migas. Niscaya sasaran industrialisasi yang telah ditetapkan sulit dicapai. (Basri, 2002 :50)

(14)

sosial. Dari industri rokok, tembakau mampu untuk memasukkan cukai sekitar 1 triliyun rupiah per tahunnya. Angka ini merupakan jumlah penerimaan terbesar dari cukai yang diperoleh pemerintah. Dengan demikian secara keseluruhan tembakau mampu mengeruk perolehan lebih besar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Tembakau berguna sebagai bahan utama pembuatan rokok oleh karena itu tembakau banayak ditanam didekat lokasi pembuatan rokok. Lokasi utana penanaman tembakau terbesar di Indonesia terpusat di tiga provinsi yaitu: Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara. (Dumairy, 2002 : 970)

Ekspor tembakau dari Indonesia biasanya untuk memenuhi tembakau cerutu. Oleh karena itu tembakau virginia yang ditanam di Indonesia jarang di tanam di Indonesia jarang di ekspor, tembakau ini hanya untuk bahan baku sigaret. Tembakau ekspor yang terbaik untuk bahan baku cerutu adalah tembakau. Kelebihan yang juga kelemahan usaha tembakau iakah sifat location spesific. Tanaman tembakau yang dikembangkan di suatu daerah telah beradaptasi dengan iklim daerah tersebut cenderung memiliki penampilan khusus. Bila tanaman tersebut di daerah / lokasi lain maka penampilan tersebut hilang. Itulah sebabnya tembakau merupakan komoditi yang sulit ditanam. (Anonim, 2004:xxiii)

(15)

ekspor tembakau Jawa Timur pada tahun 2004 mencapai USD 44,5 juta, pada tahun 2005 mencapai USD 62,5 juta, pada tahun 2006 mencapai USD 57,3 juta pada tahun 2007 mencapai USD 56,6 juta, pada tahun 2008 mencapai USD 73,7 juta. (Anonim, 2008:35)

Selain tembakau adapun ekspor rokok telah memberikan sumbangan yang besar bagi perekonomian bangsa Indonesia. Bagi sektor industri maupun perkebunan rokok merupakan komoditi yang mempunyai arti manfaat ekonomi dan sosial. Membicarakan ekspor rokok mungkin terdengar aneh karena boleh dibilang usaha perindustrian rokok dalam negeri tergantung dari tembakau. Adapun tahun 2004 nilai ekspor rokok mencapai USD 45.876.987, tahun 2005 USD 54.876.554, tahun 2006 USD 53.776.987 , tahun 2007 mencapai USD 65.668.999, tahun 2008 USD 59.997.543. Berdasarkan data ekspor tahun 2004 sampai 2008 di Jawa Timur. (Anonim, 2008 : 26).

(16)

pada tahun 2005 sebesar 37,93 % dan terendah sebesar -33,08 % terjadi pada tahun 2003.

Sesuai dengan judul penelitian ini, “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Nilai Ekspor Rokok Dan Tembakau di Jawa Timur” maka penelitian dititikberatkan pada faktor- faktor yang mempengaruhi nilai ekspor tembakau dan rokok.

1.2Rumusan Masalah

Dengan mengkaji latar belakang di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:

a. Apakah jumlah produksi rokok dan tembakau, jumlah industri rokok dan tembakau,nilai tukar/kurs dan jumlah tenaga kerja rokok dan tembakau berpengaruh terhadap volume ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur?

b.Manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap volume ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan:

(17)

tukar/kurs,jumlah tenaga kerja rokok dan tembakau terhadap nilai ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur.

b. Untuk mengetahui yang pengaruh paling dominan terhadap nilai ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur

1.3.2 Manfaat Penelitian

Apabila tujuan penelitian ini dapat dicapai, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi nilai ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur. b. Sebagai bahan masukan bagi disperindag dan pemerintah dalam

tentang nilai ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur.

c. Sebagai bahan masukan bagi penelitian volume ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur.

(18)

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan dan bahan yang berkaitan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh :

1. Riani (2000:43)

(19)

2. Ivan(2002:27)

(20)

3. Dar ma (2008:34)

Dalam penelitian dengan judul “Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor karet di jawa timur”. Dimana hasilnya dari hasil uji f menunjukkan bahwa f.hitungnya -145,876 > f.tabel 4,74 yang berarti secara simultan jumlah produksi kurs USD berpengaruh nyata terhadap volume ekspor karet di Jawa Timur. Sedangkan hasil uji t menunjukkan t.hitung 2,543 > 2,354 t.tabel yang berarti bahwa jumlah produksi bepengaruh terhadap volume ekspor karet alam di Jawa Timur.

4. Anwar (2009:44)

Penelitian dengan judul “identifikasi sektor industri dalam peningkatan pendapatan asli daerah di kabupaten garut”. Dalam jurnal ini dilihat dari uji t dapat diketahui bahea variabel investasi pada sektor industri merupakan variabel yang signifikan mempengaruhi di kabupaten Garut. Hal ini bisa dilihat dari signifikasi nya untuk variabel investasi pada sektor industri yang jauh lebih kecil dari 0,05. Yang artinya variabel investasi pada sektor industri berpengaruh positif.

5. Sarwedi (2003 : 12)

(21)

menaikkan kontribusi kelompok sektor sekunder dari 39.80% menjadi 45,69% mendorong perubahan ekspor barang Indonesia diluar migas dari tahun 1983 sebesar US$ 19.816 juta menjadi US$ 51.726 juta pada tahun 1997 atau mengalami peningkatan rata-rata 6,60 % pertahun.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah merupakan dasar penelitian kali ini dengan judul“Analisis Beberapa faktor Yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Rokok dan Tembakau Jawa Timur”. Pada penelitian ini ada sedikit perbedaan yang dilakukan sesuai dengan variabel dan periode penelitian yang berbeda dari penelitian terdahulu.Variabel bebasnya yaitu Jumlah Produksi(X1),Jumlah Industri(X2),Nilai Kurs Valuta asing(X3),Jumlah Tenaga Kerja(X4) sedangkan variabel terikatnya adalah Volume Ekspor Rokok(Y1) dan Volume Ekspor Tembakau(Y2).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian perdagangan internasional

Menurut Boediono (2004 : 11) perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela masing masing pihak. Pada pertukaran masing masing pihak harus saling menguntungkan dalam proses pertukaran tersebut

(22)

sepakat. Dalam teori perdagangan internasional dapat dirumuskan dari dua sisi yang terpenting yaitu:

1. Penaawaran Pernyataan dari David Ricardo dalam bukunya”The Principle of Polytical Economy and Taxation”,yaituperdagangan yang bersifat global dan bebas yaitu perdagangan diantara dua Negara yang perdaganganya akan menimbulkan hubungan yang saling melengkapi satu sama lain.

2. Permintaan Teori ini menyatakan bahwa segi permintaan dari pasar banyak di tentukan oleh selera dan penghasilan dari pemakai produk hasil akhir lebih kecil ditambah denagn keadaan biaya yang dihadapi oleh penawaran produk akhir.Apabila produk tersesbut merupakan barang setengah jadi,karena selera dan penghasilan membatasi banyak jumlah dan akan beraksi terhadap perubahan harga.

( Kind Leberger,2003 : 67)

2.2.1.1 Timbulnya perdagangan Internasional

(23)

Sedangkan menurut Boediono ”pertukaran atau perdagangan ttimbul karena salah satu atau kedua belah pihak melihat adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut. (Boediono , 2004 : 57).

Jadi perdagangan internasional disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Perbedaan Tingkat Kejarangan yaitu apabila pada suatu negara tingkat kejarangannya lebih rendah dari negara lain, maka dari negara tersebut akan mengalir barang-barang yang mempunyai tingkat kejarangan lebih tinggi.

2. Perbedaan faktor produksi yaitu Perbedaan faktor produksi antara satu negara dengan negara lain yang akan menyebabkan negara itu menjadi negara surplus atau negara minus.

3. Perbedaan kooperatif dari harga barang yairu selama ini masih ada perbedaan komparatif dari harga harga maka itu pula akan timbul arus ekonomi yang mengalir antara negara. Perbedaan harga komparatif, yaitu perbedaan harga yang diperbandingkan (Sobri, 2005 : 77).

2.2.1.2 Manfaat Perdagangan Internasional

Pada dasarnya negara-negara melakukan perdagangan internasional dikarenakan:

(24)

2. Negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis dala produksi. Jadi setiap negara hanya dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan efisien. 3. Negara-negara berdagang satu sama lain bertujuan untuk hubungan antar negara.

2.2.1.3 Peranan Perdagangan Internasional

Disamping itu terdapat beberapa factor keuntungan yang menjadi pendorong bagi semua Negara di dunia untuk melakukan perdagangan luar negeri. Dari factor-faktor tersebut empat yang terpenting menurut (Sukirno, 2004 : 344 ), antara lain :

a. Memperoleh barang yang tidak apat dihasilkan didalam negeri. b. Mengimpor teknologi yang lebih modern dari Negara lain. c. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri.

d. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. 2.2.2. Pengertian Ekspor

(25)

Jadi dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah suatu kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa dalam satu negara tetapi tidak untuk dikonsumsi didalam negeri melainkan untuk dikonsumsi diluar batas negara tersebut dengan jalan dikirim kenegara konsumen dalam rangkaian suatu perdagangan.

2.2.2.1 Timbulnya Ekspor

Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:

a. Ekspor merupakan sumber devisa negara.

b. Sektor ekspor menjadi penggerak dari kegiatan perekonomian yang lain yang menyebabkan kegiatan ekonomi disektor lain akan meningkat. c. Adanya perhitungan komparatif (Siswanto dan Priyatno 2003 : 104).

2.2.2.2 Faktor faktor yang dapat meningkatkan ekspor

Keadaan-keadaan atau kejadian yang pada umumnya dapat mengakibatkan ekspor, yaitu :

a. Meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat dunia

(26)

c. Peningkatan efisiensi produksi di dalam negeri artian yang luas, yang dapat mengakibatkan produsen-produsen barang ekspor dengan harga yang sama dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

d. Kegagalan produksi dinegara-negara penghasil produk yan bersaing dengan produk ekspor kita dipasaran dunia.

e. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang serasi disertai dengan kebijakan peningkatan ekspor yang tepat.

f. Adanya peningkatan efisiensi produk secara menyeluruh dalam perekonomian negara pengekspor. (Soediyono, 2004 :194).

2.2.2.3 Manfaat dan Tujuan Ekspor

Menurut Amir (2005 : 325), manfaat dan tujuan ekspor adalah :

a. Meningkatkan pendapatan devisa negara yang akan memperlancar arus barang impor an roda pemerintahan.

b. Memperluas manfaat sumberdaya nasional seperti daya alam, tenaga kerja dan teknologi.

c. Memperluas pasar dari pasar domestik menjadi seluas pasar global sehhingga memungkinkan produksi optimal dan optimalisasi laba. d. Dapat memenfaatkan “idle capity” dari kapasitas terpasang suatu

(27)

e. Terbiasa dalam persaingan yang ketat di pasar internasional, sehingga akan sangat mendorong tingkat efesiaensi, inovasi, produktigitas, pengembangan dan restrukturisi teknologi.

f. Mencicil uang di luar negeri.

2.2.2.4 Kendala-kendala Ekspor

Menurut Amir (2005 : 30 ), kendala ekspor adalah semua hal yang menghalangi kelancaran ekspor, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun yang sengaja diadakan oleh para pengimpor. Contoh dari berbagai kendala tersebut adalah :

Kendala ekspor yang berasal dari dalam negeri, diantaranya : 1. Birokras yaag bertele-tele, menghambat kelancaran perizinan. 2. Pungutan Liar (pungli) yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi,

yang melemahkan daya saing.

3. Rendahbya disiplin nasional, yang menghancurkan produktifitas, integritas, dan bonafiditas eksportir nasional.

2.2.3 Teori produksi

2.2.3.1 Pengertian Produksi

(28)

kata lain bahwa produksi adalah setipa usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. (Hendro, 2003 : 51).

2.2.3.2 Pengertian jumlah produksi

Jumlah produksi adalah hasil produksi yang dapat dihasilkan oleh setiap satuan input untuk memenuhi permintaan konsumen. Untuk melakukan produksi orang melakukan faktor-faktor produksi antara lain:

1. Tanah atau sumber daya alam. 2. Tenaga kerja manusia.

3. Modal.

4. Percakapan tata laksana ( manajerial skill)

Dengan melihat pengelolahan rokok dan tembakau di Indonesia pada umumnya dan di Jawa Timur pada khususnya, tampaknya pemerintah cukup berhati-hati untuk mengendalikannya sebagai sumber devisa. Pertimbangan yang dilakukan bukan saja pada tingkat penerimaan devisa tetapi juga pada kelestarian serta peningkatan tingkat kesejahteraan rakyat. (Boediono, 2000 : 87).

2.2.3.3. Arti dan tujuan produksi

(29)

produsen,dapat dikatakan bahwa tujuan untuk melakukan suatu kegiatan produksi adalah untuk mendapatkankan laba.

Tujuan ini akan dapat tercapai kalau barang atau jasa yang diproduksi sesuai dengan kepentingan masyarakat oleh karena itu,dapat dikatakan bahwa sasaran kegiatan produksi harus ditujukan kearah pelayanan kebutuhan masyarakat.

Pada jaman purba,barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat diambil begitu aja dari alam sekitarnya tanpa pengorbanan yang berarti.Hal itu antara lain karena barang-barang yang tersedia didalam semesta jumlahnya jauh melebihi yang diperlukan.Kecuali itu,kebutuhan hidup masyarakat masih sederhana yang pada umumnya dapat dipenuhi oleh barang-barang yang langsung diambil.dari alam semesta.

(30)

Kurva Produksi total, maeginal, r ata-rata Gambar 2.1

1200 1000

800 TP

600 400 200

0 2 6 8 10

Jumlah Pekerja

Sumber : Suherman Rosyidi, 2004, Pengantar Teori Ekonomi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, hal 58

Keterangan :

(31)

2.2.4 Teori Industri

Industri adalah aktivitas ekonomi yang terorganisasi dan sistematik (Prawir o 2003 : 22). Pembangunan industri diarahkan untuk menuju kemandirian perekonomian nasional, meningkatkan kemampuan bersaing dan menaikkan bursa pasar dalam negeri dan luar negeri dengan selalu memeliharalelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengertian industri pada hakekatnya mengandung arti perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. (Sukirno 2004 : 187).

Industri merupakan usaha produktif terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan peralatan-peralatan yang berhubungan dengan penggunaan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar. (Winardi, 2002: 257).

(32)

2.2.5 Pengelompokan Industri Hasil Tembakau

2.2.5.1. Kelompok Industri Hulu

• Dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun

2005,

• Industri Hasil Tembakau yang tergolong dalam Kelompok Industri

Hulu adalah Industri Pengeringan dan Pengolahan Tembakau (KBLI 16001).

• Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu kegiatan usaha dibidang

pengasapan dan perajangan daun tembakau.

2.2.5.2. Kelompok Industri Antara

Industri Hasil Tembakau yang termasuk dalam kelompok Industri Antara yaitu Industri Bumbu Rokok serta kelengkapan lainnya (KBLI 16009), meliputi: tembakau bersaus, bumbu rokok dan kelengkapan rokok lain seperrti klembak menyan, saus rokok, uwur, klobot, kawung dan pembuatan filter.

2.2.5.3. Kelompok Industri Hilir

(33)

2.2.5.4. J umlah Industri Rokok dan Tembakau

Kontribusi industri rokok dan tembakau terhadap perekonomian nasional sering dipakai sebagai argumen untuk tidak melarang penjualan dan peredaran rokok di indonesia. Akan tetapi, sumbangan industri rokok terhadap perekonomian indonesia itu tidak sebesar yang diperkirakan. Penerimaan negara dari industri ini sebesar sekitar 56 triliun, namun jumlah tersebut hanya 5-7 % dari seluruh penerimaan negara yang tahun ini berjumlah lebih dari 1000 triliun rupiah. Sedangkan jumlah industri tembakau dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan dimana hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya petani tenbakau yang menyokong industri rokok tersebut.(Anonim,2010).

2.2.5.5. Nilai ekspor rokok dan tembakau

(34)

2.2.6. Teori Nilai Tukar / Kurs Valuta Asing

Definisi dari kurs valuta asing adalah harga atau nilai matau uang suatu Negara yang dinyatan dalam nilai mata uang Negara. Atau dapat diartikan sebagai jumlah uang domestic yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperooleh satu unit mata uang asinga. (Sukirno, 2004 : 397)

Kurs valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan. (Samuelson dan Nordhaus, 2004 : 305)

Valuta asing mempunyai beberapa sistem, diantaranya adalah : a. Sistem kurs yang berubah-ubah.

Berarti kurs valuta asing ditentukan oleh adanya penawaran dan permintaan valuta asing. Kebijakan pemerintahh akan menaikkan pendapatan dan harga. Kenaikan pendapatan dan harga ini menyebabkan impor naik yang berarti akan menaiikkan permintaan valuta asing. Akibat selanjutnya, kurs valuta asing akan naik. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pergeseran kurva permintaan dan penawaran.

Pergerakan di dalam satu kurve berari bahwa kenaikan atau penuruunan kurs akan mengakibatkan penurunan atau kenaikan jumlah valuta asing yang diminta. Sedang pergeseran kurve permintaan (

(35)

Gambar 2.2 : Pergeseran Kurve Permintaan kurs D1

Rp

D S

Rp1

Rp1 D1

S

D

0 Eo US $

Sumber : Nopirin.2000, Ekonomi Moneter, Edisi Pertama Cetakan Kesepuluh, Penerbitt BPFE UGM, Yogyakarta, hal. :175. b. System kurs yang stabil atau tetap.

Berarti pemerintah atau Negara yang menjalankan suaatu kebijakan dengan menstabilkan kurs. Kurs stabil dapat timbul sacear aktif yaitu pemerintah menyediakan dana untuk stabilisasii kurs, dan pasif hyaitu di dalam Negara yang menggunakan system standar emas. (Nopirin,2000 :175)

(36)

Gambar 2.3 berikut menjelaskan operasi stabiliisasi kurs tersebut :

R D2 S1 S2

670 D2

600 D1

S D 0 US$

Sumber : Nopirin. 2000, Ekonomi Moneter, Edisi Pertama Cetakan Kesepuluh, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, hal. :177

Pemerintah Iindonesia menghendaki supaya kurs stabil pada tingakat US $ 1 = Rp. 670, karena suatu sebab ekspor naik sehingga penawaran valuta asing bergeser ke kanan (dari ke ). Kalau

permintaan tetap pada , kurs US$ cenderung turun menjadi US$ 1 =

Rp.600. Untuk mencegah penurunan ii pemerintah membeli Dollar di pasar bebas, pembelian ini akan mengakibatkan permintaan naik, yang ditunjukkan dengan pergeseran kurve permintaan ke atas (dari ke ).

Tindakan ini akan terus dilakukan sampai kurs pada tingkat US $ = Rp. 670. (Nopirin, 2000 : 177)

c. Sistem pengawasan devisa (exchange control).

(37)

melindungi pengaruh depresisi dari Negara lain, terutama dalam hal Negara tersebut menghadapi keterbabtasan cadangan valuta asing yang relatife lebih sedikit dibanndingkan permintaanya. Pemerintah perlu mengadakan alokasi di dalam penggunaanya, yakni untuk tujuan yang sesuai dengan program pemerintah. Alokasi biasanya dilakukan dengan menggunakan lisensi impor. (Nopirin, 2000 : 179-180)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kurs, diantaranya : 1. Perubahan harag barang dan impor

Barang-barang luar negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatife murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Dengan demikian perubahann harga-harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang Negara tersebut.

2. Kenaikan harga umum (inflasi)

Inflasi yang bberlaku pada umunya cenderung untuuk menurunkan bilai sesuatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan oleh efek inflasi sebagi beriikut :

a. Inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih nahal darri harag luar negeri. Hal ini menyebabkan berrtmbahnya impor. Keadaan ini juga menyebabkan permintaan atas valuta asing bertambah.

(38)

pebawaran artas valuta asing berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah dan berarti harga mata uang yang mengalami inflasi merosot.

3. Perubahan tingkat suku bunga dan tingkat penegembalian investasi. Apabila banyak modal mengalir ke suatu Negara, permintaan atas uangnya bertambah dan nilai mata uang tersebut juag bertambah. 4. Pertumbuhan ekonomi, apabila pertumbuhan itu disebabkan oleh

ekspor maka permintaan atas mata uang itu bertambah lebih cepat dari penawaranya oleh karenya niali mata uang negara itu naik.(Sukirno, 2004 :402)

2.2.7. Teori Tenaga Kerja

2.2.7.1. Pengertian Tenaga kerja

Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama atau sesudah masa kerja. (Anonim 2000 : 3)

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu proses produksi, karena untuk menghasilkan suatu barang atau produksi tersebut maka manusialah yang menggerakkan sumber-sumber lain dalam menghasilkan barang atau produksi tersebut.

(39)

kegiatan lain seperti bersekolah, mengurus rumah tangga dan golongan-golongan lain atau penerima pendapatan, kerja golongan yang terakhir yaitu kelompok yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan pendapatan, walaupun sedang tidak bekerja mereka dianggap secara fisik sudah mampu dan sewaktu-sewaktu dapat menawarkan jasanya untuk ikut bekerja.

Menurut (Simanjuntak, 2001 : 2) pengertian tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 14 sampai 60 tahun, sedangkan orang yang berumur dibawa 14 tahun atau diatas 60 tahun di golongkan sebagai bukan tenaga kerja.

Pengertian tenaga kerja secara umum adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik dalam maupun luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. (Anonim, 2001 : 3)

Di Indonesia sendiri dipilih batas usia tenaga kerja minimum 10 tahun dan tanpa batas maksimum, sehingga tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja atas umur.

2.2.7.2. Pengertian Angkatan kerja

(40)

memproduksi barang dan jasa. (Kusnowidho, 2001 : 194) Sedangkan menurut (Suroto, 2000 : 28) berpendapat bahwa angkatan kerja adalah sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan. Dengan kata lain juga dapat dikatakan bahwa angkatan kerja adalah bagian-bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan.

(41)

Gambar 1 : Komponen Penduduk dan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak J Payaman, 2001, Pengantar Ekonomi SDM, LPFE -UI, Jakarta, hal 19.

Istilah angkatan kerja disini sama dengan penduduk yang aktif secara ekonomis.

Angkatan kerja atau labour force dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Golongan yang bekerja

Orang yang dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit dua hari dalam seminggu sebelum hari pencacahan.

b. Golongan yang menganggur Angkatan Kerja

Penduduk

Bukan Angkatan Kerja

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

(42)

Orang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

J umlah Tenaga Kerja rokok dan tembakau

Jumlah tenaga kerja industri rokok dan tembakau dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan, hal ini bisa dilihat dari data yang tersedia yaitu pada tahun 2000-2003 jumlah petani tembakau naik lebih dari dua kali lipat dari angka 400.215 pada tahun 2000 dan meningkat menjadi 913.208 ditahun 2003. Pekerja manufaktur tembakau menyerap 258.747 tenaga kerja, namun kini ditahun 2009 telah mencapai angka sekitar 600.000 tenaga kerja. Sedangkan dari keseluruhan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri rokok di Jawa Timur pada tahun 2009 adalah sebanyak 557.887 tenaga kerja. (Anonim 2008 : 23)

2.2.8 Kerangka Pikir

Ekspor merupakan sarana dalam perdagangan internasional yang meliputi barang-barang dan jasa antara negara yang satu dan negara yang lain . Apabila ekspor suatu negara meningkat secara tidak langsung taraf hidup bangsa dapat tercukupi.

(43)

Sedangkan tinggi rendahnya ekspor rokok dan tembakau ini dapat dipengaruhi oleh adanya jumlah produksi rokok dan tembakau, jumlah industri rokok dan tembakau, kurs valas dan jumlah tenaga kerja rokok dan tembakau. Adapun hubungan antara Volume ekspor rokok dan tembakau sebagai berikut :

Apabila jumlah produksi rokok dan tembakau naik maka bisa dipastikan tingkat konsumsi juga akan naik karena otomatis jumlah dari hasil produksi tersebut akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap hasil dari penjualan rokok. (Aslihin, 2002 : 88)

Apabila Industri rokok dan tembakau naik maka otomatis akan menambah penghasilan dan devisa negara. (Aslihin, 2002 : 89) Semakin banyak jumlah industri rokok dan tembakau akan mempengaruhi jumlah pendapatan negara dan mengatasi masalah pengangguran.

Naiknya kurs valas juga turut mempengaruhi peningkatan volume ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur. Apabila nilai tukar dollar terhadap nilai rupiah naik maka nilai rupiah akan mengalami penurunan di pasar internasional. Hal ini akan mengakibatkan permintaan rokok dan tembakau akan naik pula dengan demikian akan mendorong kenaikan volume ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur.(Rosyidi, 2002 : 290)

(44)
(45)

2.2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah satu akan diterima jika fakta-faktanya benar.

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka, hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Diduga bahwa jumlah produksi rokok dan tembaku, jumlah industri rokok dan tembakau, nilai kurs dan jumlah tenaga kerja rokok dan tembakau berpengaruh terhadap nilai ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur.

b. Diduga bahwa yang berpengaruh paling dominan adalah jumlah produksi rokok dan tembakau terhadap nilai ekspor rokok dan tembakau di Jawa Timur.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Oper asional dan Pengukuran Var iabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah pernyataan penelitian tentang arti, batasan, pengertian dan pengukuran variabel dalam operasional berdasarkan teori yang telah ada namun secara empiris.

Definisi operasional`dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Variabel terikat (Y)

Adalah Nilai ekspor rokok (Y1) dan Nilai ekspor tembakau (Y2) merupakan komoditi ekspor yang saat ini sedang berkembang di kalangan masyarakat, terutama di daerah Jawa Timur. Selain tembakau adapun ekspor rokok telah memberikan sumbangan yang besar bagi perekonomian bangsa Indonesia. Bagi sektor industri maupun perkebunan rokok merupakan komoditi yang mempunyai arti manfaat ekonomi dan sosial. (Juta USD)

b. Variabel Bebas (X)

1. A) Jumlah produksi rokok (X1)

Jumlah produksi rokok dan tembakau adalah suatu komoditi yang dihasilkan yang merupakan banyaknya produksi rokok yang telah dihasilkan oleh suatu daerah tertentu dan dengan jumlah tertentu. (unit).

(47)

Jumlah produksi dan tembakau adalah suatu komoditi yang dihasilkan yang merupakan banyaknya produksi tembakau yang telah dihasilkan oleh suatu daerah tertentu dan dengan jumlah tertentu. (Ton).

2. Jumlah industri rokok dan tembakau (X2)

Adalah banyaknya tempat industri roko dan tembakau yang ada pada suatu daerah tertentu. Dimana banyaknya jumlah industri rokok dan tembakau terse4but apakah dapat menyuplai atau tidak industri rokok dan tembakau secara keseluruhan di Daerah tersebut (unit).

3. Nilai Kurs / Valuta asing (X3)

Nilai tukar merupakan harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Nilai kurs juga dapat mempengaruhi bagaimana komoditi ekspor maupun impor suatu barang dan jasa pada suatu Negara. Dinyatakan dengan satuan (Rupiah).

4. Jumlah Tenaga Kerja Industri Rokok Dan Tembakau (X4)

Adalah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk industri rokok dan tembakau (jiwa).

3.2 Teknik Penentuan Sampel

(48)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 J enis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.Data sekunder adalah data yang tidak diambil secara langsung dari lapangan,melainkan data yang diperoleh dengan mengambil data-data laporan, catatan-catatan yang berhubungan langsung dengan masalah yang dibahas, pada kantor-kantor Dinas atau Instansi yang terkait didalamnya

3.3.2 Sumber data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi yaitu:

Badan Pusat Stastitik Propinsi Jawa Timur, Perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, dan perpustakaan-perpustakaan lainnya baik itu milik lembaga pendidikan ataupun pemerintah Popinsi Jawa Timur.

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode : 1. Studi Kepustakaan

(49)

2. Studi Lapangan

Penelitian lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan untuk penulisan skripsi, data – data laporan,catatan – catatan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas pada lembaga – lembaga yang telah disebutkan diatas.

3. 4 Teknik Analisa Data dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisa Data

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan,maka kaitan antar variabel penelitian dapat digambarkan secara spesifik dalam analisis regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Yi = β0 + β1Χ1i + β2Χ2i+ β3Χ3i + εi …………..(Sudjana, 1999:380) Di mana:

Y1 = Volume ekspor rokok Y2 =Volume ekspor tembakau

Χ1 = Jumlah produksi rokok dan tembakau

Χ2 = Jumlah industri rokok dan tembakau

Χ3 = Nilai Kurs / Valuta asing

X4 = Jumlah Tenaga Kerja Industri Rokok Dan Tembakau

β0 = Konstanta regresi

(50)

ε = Variabel penganggu

i = 1,2,3, …,n : pengamatan ke i sampai ke n

3.4.2 Uji Hipotesis

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas dan variabel terikat maka digunakan hipotesis sebagai berikut :

a. Uji F

Disebut juga uji beda varians yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas secara simultan atau serempak terhadap variabel terikat, dengan kriteria sebagai berikut :

HO = β1 = β2 = β3 = 0 (tidak ada pengaruh) H1 = paling tidak salah satu β ≠ 0 (ada pengaruh)

Gambar 3.1 : Kurva uji hipotesis secara simultan

Daerah penolakan

Daerah penerimaan

F (α)

(51)

H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel H0 ditolak jika F hitung ≥ F tabel Fhitung = KT Regresi

KT Galat

Dengan derajat bebas = (k, n – k – 1) Keterangan : n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Parameter Regresi KT = Kuadrat Tengah

Kaidah pengujiannya :

1. Bila F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat secara simultan.

2. Bila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara simultan.

b. Uji t

Yaitu pengujian yang dilakukan untuk mempengaruhi pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial atau individu atau terpisah terhadap variabel terikat dan kriterianya sebagai berikut :

(52)

Gambar 3.2: Kurva Uji Hipotesis Secara ParsiaL

Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak Ho

( -t α / 2 ; n-k-l ) ( t α / 2 ; n-k-l )

Sumber : Sugiyono, 2002. Statistik Untuk Pemula, Penerbit Alfabeta Bandung, Hal : 94)

Ho diterima jika – t tabel ≤ t hitung ≥ t hitung

Ho ditolak jika t hitung ≤ - t tabel atau t hitung ≤ t tabel t hitung = βj

Se(βj)

Dengan derajat kebebasan sebesar n – k – 1 dimana : β = Koefisien Regresi

Se = Standart Error

n = Jumlah sampel

(53)

Kaidah pengujian :

a. Apabila t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

b. Apabila t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.5. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut di atas harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiaseed Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka persamaan regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik ini :

a) Tidak boleh ada autokorelasi b) Tidak boleh ada multikolinearitas c) Tidak boleh ada heteroskedatisitas Rumus Uji BLUE:

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + u ……… (Sulaiman, 2004 : 80)

Sifat BLUE dapat dijelaskan sebagai berikut :

(54)

2. Linear = Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran. 3. Unbiassed = Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira mendekati nilai parameter.

4. Estimated = μ i diharapkan sekecil mungkin.

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Uji Multikolinear itas

Persamaan regresi linier berganda di atas diasumsikan tidak terjadi pengaruh anatar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut: a. Koefisien determinan berganda (R square) tinggi.

b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi. c. Nilai F hitung tinggi (signifikan).

d. Tapi tak satupun (sedikit sekali) di antara variabel-variabel bebas yang signifikan.

(55)

1. Nilai standart error (standart baku) tinggi sehingga taraf kepercayaan (confidence intervalnya) akan semakin melebar. Dengan demikian, pengujian koefisien regresi secara individual menjadi tidak signifikan.

2. Probabilitas untuk menerima hipotesa Ho diterima (tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat) akan semakin besar.

Identifikasi secara statistic ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi product moment atau Variance Inflation Faktor (VIF).

1 VIF =

Q – Rj2

VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varian. Apabila varians lebih besar dari 10. hal ini berarti terdapat multikolinieritas pada persamaan regresi linier.

2. Uji Heter oskedatisitas

Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini biasa diidentifikasikan dengan cara menghitung korelasi rank Spearman

antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus Rank Spearman adalah :

di2

rs = 1-6

N(N2 – 1) Keterangan :

(56)

2 4

Autokorelasi adalah antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu atau menurut urutan tempat/ruang atau korelasi pada dirinya sendiri, dengan symbol yang dapat dinyatakan sebagai berikut :

E (u I u j ) = 0, i=j.

Untuk melihat apakah hasil dari estimasi regresi tidak mengandung korelasi, maka diperlukan uji. Yaitu dengan menggunakan uji Durbin Watson.

Gambar 3.3 : Statistik Durbin-Watson

d

0

Sumber: Suliyanto, 2005, Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, Ghalia Indonesia, hal. 86

Ho : tidak ada autokorelasi positif Ho : tidak ada autokorelasi negatif

(57)

§ Jika Ho : tidak ada autokorelasi positif, maka d<dL : menolak Ho

d>dU : tidak menolak Ho

dL<d>dU : pengujian tidak meyakinkan

§ Jika Ho : tidak ada autokorelasi negatif, maka jika d<4 – dL : menolak Ho

d>4 – dU : tidak menolak Ho

4-dU<4-dL : pengujian Ho tidak meyakinkan

§ Jika Ho : tidak ada autokorelasi positif maupun negative, maka jika d<dL : menolak Ho

d>4 – dL : menolak Ho

dU<d<4-dU : tidak menolak Ho

(58)

BAB IV

HASI L P ENELI TI AN DAN P EMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitia n 4.1.1 Kondisi Geogr a fis di J a wa Timur

Jawa Timur terletak antara 110.54 dan 115.57 BT , 5.37 dan 8.48 LS. Dengan luas daratan mencapai 46.712,80 km2 dan terbagi dalam 37 wilayah Kabupaten/Kota. Menurut kondisi geografisnya, Jawa Timur dibagi menjadi 3 bagian : dataran tinggi (lebih 100 meter di atas permukaan laut), sedang (45-100 meter), dan rendah (di bawah 45 meter) Jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan sensus bulan Juni 2000 mencapai 34.525.588 jiwa terdiri dari 16.980.594 jiwa laki-laki dan 17.544.944 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 720 jiwa/km2.

Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi alam dan infrastruktur, maka Jawa Timur dibagi 4 bagian:

•Bagian Utara dan Pulau Madura, merupakan daerah pantai dan dataran rendah serta daerah pegunungan kapur yang relatif kurang subur.

• Bagian Tengah merupakan daerah dataran rendah dengan perbukitan dan gunung-gunung berapi yang relatif subur.

(59)

• Bagian Timur, karena posisinya sebagai penghubung dengan Pulau bali dan Indonesia bagian Timur, maka industri dan perdagangan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data serta perkembangan Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Jumlah Produksi tembakau, Jumlah Industri Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau , Kurs Valas, dan Jumlah Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau.

4.2.1. Per kembangan Nilai Ekspor Rokok dan Nilai Ekspor Tembakau

(60)

Tabel.1. Per kembangan Nilai Ekspor Rokok dan Nilai Ekspor Tembakau

(61)

Tabel.2. Per kembangan J umlah Pr oduksi Rokok dan J umlah Pr oduksi Tembakau

4.2.3. Per kembangan J umlah Industri Rokok dan Tembakau

(62)

Tabel.3. Per kembangan J umlah Industri Rokok dan Tembakau Tahun 1999-2008 Tahun Jumlah Industri Rokok dan Tembakau

( unit )

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah ) 4.2.4. Per kembangan Kur s Valuta Asing

(63)

Tabel.4. Per kembangan Kurs Valuta Asing Tahun 1999-2008

4.2.5 Per kembangan Tenaga Ker ja Rokok dan Tembakau

Perkembangan Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel.5. Per kembangan Tenaga Ker ja Rokok dan Tembakau Tahun 1999-2008 Tahun Tenaga Kerja Rokok dan

Tembakau

(64)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau selama 10 tahun ( 1999-2008 ) cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau adalah pada tahun 2000 sebesar 43,54 % hal ini disebabkan hasil tembakau sedang banyak sehingga banyak industri yang menyerap tenaga kerja. dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2007 sebesar -1,93 % yang disebabkan pada tahun tersebut adanya kenaikan biaya cukai yang dilakukan oleh pemerintah. Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 174.820 orang dan Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau terendah pada tahun 1999 sebesar 111.289 orang.

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regr esi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator). Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut :

1. Autokor elasi

(65)

tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson (dL dan du) dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 (nol) sampai 4 (empat).

Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jika d lebih Rokok dan Tembakau daripada dL atau lebih besar daripada (4-dL), maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi. 2. Jika d teletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima yang

berarti tidak ada autokorelasi.

3. Jika nilai d terletak antara dL dan dU atau antara (4-dL) dan (4-dU) maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai-nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara faktor-faktor penganggu.

(66)

Gambar 1. Kurva Statistik Durbin Watson

Sumber : (Lampiran 2 pada tabel Model Summary)

Berdasarkan hasil analisis kesembilan sector, maka dalam model regresi ini tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh adalah sebagai berikur : 0,376 – 2,414 (daerah ketidak pastian) 2,414 – 1,586 (tidak ada autokorelasi) 1,586 – 3,624 (daerah ketidak pastian) 3,624 - 4 ( ada autokorelasi )

Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi.

(67)

menghitung Variance Inflation Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier.

Adapun hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel yang dianalisis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7 : Tes Multikolinier

Variabel Y/X (X1) VIF (X2) VIF (X3) VIF (X4) VIF Ketentuan Keterangan Nilai Ekspor

Rokok

9,974 1,351 3,539 1,907 ≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier Nilai Ekspor

Tembakau

2,988 1,318 4,422 1,835 ≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier

Sumber : Lampiran 3 pada tabel Coefficients

Maka hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel dalam variabel Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau, di mana nilai VIF lebih Rokok dan Tembakau dari 10 sehingga dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinier.

3. Heter okedastisitas

(68)

Tabel 8. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spear man

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh tingkat signifikansi koefisien

korelasi rank spearman untuk variabel terikat Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai

Ekspor Tembakau, keseluruhan residualnya lebih besar dari 0,05 (tidak

signifikan) sehingga tidak mempunyai korelasi yang berarti antara nilai

residual dengan variabel yang menjelaskan. Jadi dapat disimpulkan persamaan

tersebut tidak terjadi heterokedastisitas.

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diatas dapat

disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi pelanggaran asumsi

klasik.

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan dari hasil perhitungan pengolahan data dengan bantuan

komputer program SPSS (Statistical Program for Social Science) maka diperoleh

persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y1 = -74675053 + 2735,530 X1 - 41432,806 X2 - 9733,260 X3 - 435,226 X4

Y2 = -370,599 + 3,67E-006 X1 + 0,037 X2 + 0,005 X3 + 0,000 X4

(69)

Dari persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut

a. Konstanta (β0) : Y1 = -74675053, Y2 = -370,599

Menunjukkan, Jika Jumlah Produksi Rokok dan tembakau (X1), Jumlah Industri

Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau (X2), Kurs Valas (X3), dan Jumlah

Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau (X4), konstan, maka Volume Ekspor Rokok,

dan Volume Ekspor Tembakau, (Y) akan mengalami penurunan sebesar

74675053 US$ (Y1), (Y2) sebesar 370,599 juta US$.

b. Koefisien regresi X1 (β1) : Y1 = 2735,530, Y2 = 3,67E-006

Menunjukkan apabila Jumlah Produksi Rokok dan tembakau bertambah 1 unit

dan 1 ton maka Volume Ekspor Rokok akan naik sebesar 2735,530 US$ (Y1) ,

dan Volume Ekspor Tembakau akan naik sebesar 3,67E-006 juta US$ (Y2),

dengan asumsi X2, X3 dan X4 konstan.

c. Koefisien regresi X2 (β2) : Y1 = - 41432,806, Y2 = 0,037

Menunjukkan apabila Jumlah Volume Industri Tembakau Rokok dan Tembakau

bertambah 1 unit maka Volume Ekspor Rokok akan turun sebesar 41432,806 US$

(Y1), dan Volume Ekspor Tembakau akan naik sebesar 0,037 juta US$ (Y2),

dengan asumsi X1, X3 dan X4 konstan

d. Koefisien regresi X3 (β3) : Y1 = -9733,260, Y2 = 0,005

Menunjukkan apabila Kurs Valas menguat 1 Rupiah maka Volume Ekspor Rokok

(Y1) akan turun sebesar 9733,260 US$, dan Volume Ekspor Tembakau akan naik

sebesar 0,005 juta US$ (Y2) dengan X1, X2 dan X4 konstan.

(70)

Menunjukkan apabila Jumlah Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau menguat 1 jiwa

maka Volume Ekspor Rokok turun sebesar 435,226 US$ (Y1), dan Volume

Ekspor Tembakau bertambah sebesar, Rp. 0,000 juta (Y2) dengan X1, X2 dan X3

konstan

Dalam analisis ini digunakan analisis regresi linier berganda dan untuk

mengolah data yang ada diguanakan alat bantu komputer dengan program SPSS

(Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Untuk mengetahui hasil

analisis secara simultan antara variabel bebas terhadap Volume Ekspor Rokok,

dan Volume Ekspor Tembakau, sebagai variabel terikat digunakan uji F dapat di

lihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Analisis Var ian ( Anova )

Variabel Terikat Tingkat Signifikan (≤ 0,05) Keterangan

Nilai Ekspor Rokok (Y1) ≤ 0,05 Signifikan

Nilai Ekspor Tembakau(Y2) ≤ 0,05 Signifikan

Sumber : Lampiran 2 dan 5

Oleh karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

berarti bahwa secara keseluruhan variabel bebas yaitu Jumlah Produksi Rokok

dan tembakau (X1), Jumlah Industri Tembakau Rokok dan Tembakau (X2), Kurs

Valas (X3), dan Jumlah Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau (X4) berpengaruh

secara simultan dan nyata terhadap nilai Ekspor Rokok, dan nilai Ekspor

(71)

4.3.2. Uji Hipotesis Secar a Par sial

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas

Jumlah Produksi rokok dan tembakau (X1), Jumlah Industri Ekspor Tembakau

Rokok dan Tembakau (X2), Kurs Valas (X3) dan Jumlah Tenaga Kerja Rokok

dan Tembakau (X4) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap nilai Ekspor

Rokok, dan nilai Ekspor Tembakau (Y). Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat

dalam tabel analisis sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil Analisis Var iabel J umlah Pr oduksi tembakau (X1), J umlah

Industr i Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau (X2), dan Kur s

Valas (X3), dan J umlah Tenaga Ker ja Rokok dan Tembakau (X4)

ber pengar uh secara simultan dan nyata ter hadap Volume Ekspor Rokok, dan Volume Ekspor Tembakau (Y).

Variabel Y/X Tingkat

Dengan melihat dari hasil analisis Variabel Jumlah Produksi tembakau,

Jumlah Industri Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau , Kurs Valas dan Jumlah

Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau terhadap Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai

Ekspor Tembakau tidak signifikan terhadap variabel Nilai Ekspor Rokok. Untuk

Jumlah Nilai Ekspor Tembakau Tembakau yang signifikan terhadap variabel Nilai

(72)

Variabel mana sajakah yang paling dominan terhadap variabel dependent tersebut, Untuk

itu kita akan melihat tabel koefisien Variabel Independent di bawah ini :

Tabel 11. Hasil Koefisien Var iabel Independen

Variabel Dependent Koefesien Variabel Independen

β0 β1 β2 β3 β4

Sektor Nilai Ekspor Rokok -74675053 2735,530 -41432,806 -9733,260 -435,226 Sektor Nilai Ekspor Tembakau -370,599 3,67E-006 0,037 0,005 0,000

Sumber : Lampiran 7 pada tabel Coefficient

4.3.3. Pembahasan

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Nilai

Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau maka dapat diketahui bahwa Variabel

Jumlah Produksi Rokok dan Tembakau merupakan Variabel yang paling dominan

berpengaruh terhadap Nilai ekspor tembakau hal ini disebabkan karena factor alam

yang bagus sehingga produksi tembakau di Indonesia semakin meningkat sehingga

benyak ekspor tembaku dari pada ekspor rokok.

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Jumlah Produksi

tembakau, jumlah industri rokok dan tembakau, Kurs Valas, dan jumlah tenaga

kerja yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

Jumlah Produksi tembakau yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari

pada Nilai Ekspor Rokok, hal ini menunjukan bahwa Jumlah Produksi tembakau

merupakan faktor yang paling dominan dalam meningkatkan pertumbuhan ekspor

tembakau hal ini disebabkan karena jika jumlah produksi tembakau meningkat

(73)

jumlah dari hasil produktif tersebut akan semakin meningkatkan konsumsi

masyarakat terhadap hasil penjualan rokok.

(74)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan

antara variabel bebas Jumlah Produksi tembakau (X1), Jumlah Industri

Ekspor Tembakau Rokok dan Tembakau (X2), Kurs Valas (X3) dan

Jumlah Tenaga Kerja Rokok dan Tembakau (X4) berpengaruh secara

simultan dan nyata terhadap Nilai Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor

Tembakau(Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi

diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel

bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Nilai Ekspor

Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau (Y) .

2. Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Nilai

Ekspor Rokok, dan Nilai Ekspor Tembakau maka dapat diketahui bahwa

Variabel Jumlah Produksi Rokok dan Tembakau merupakan Variabel

yang paling dominan berpengaruh terhadap Nilai ekspor tembakau hal ini

disebabkan karena factor alam yang bagus sehingga produksi tembakau di

Indonesia semakin meningkat sehingga benyak ekspor tembaku dari pada

(75)

3. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Jumlah Produksi

tembakau, jumlah industri rokok dan tembakau, Kurs Valas, dan jumlah

tenaga kerja yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa Jumlah Produksi tembakau yang mempunyai hasil

koefesien yang lebih besar dari pada Nilai Ekspor Rokok, hal ini

menunjukan bahwa Jumlah Produksi tembakau Ekspor Tembakau

merupakan faktor yang paling dominan dalam meningkatkan

pertumbuhan ekspor tembakau hal ini disebabkan karena jika jumlah

produksi tembakau meningkat maka bisa dipastikan tingkat konsumsi juga

akan naik karena secara otomatis jumlah dari hasil produktif tersebut akan

semakin meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap hasil penjualan

rokok.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui

beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah dapat mengambil dan menentukan kebijakan yang akan

ditempuh terutama yang terkait dengan peningkatan ekspor rokok dan

ekspor tembakau .

2. Pemerintah harus melakukan stategi subtitusi barang import ke strategi

(76)

Amir, 2005,”Perekonomian Indonesia”. Grafindo : Bandung

Anonim, 2008.”Jawa Timur dalam angka”.Badan Pusat Statistik,Surabaya

Anonim, 2009. “Pendapatan Asli Daerah”. Badan Pusat Staistik, Surabaya.

Anonim,2010.”Jawa Timur dalam angka”.Badan Pusat Statistik,Surabaya.

Anonim,2010,”Kontribusi Industri rokok tak sebesar yang didengungkan” .

www.detiknews.com.

Anwar (2009:44), “identifikasi sektor industri dalam peningkatan pendapatan asli

daerah di kabupaten garut”. Jurnal ekonomi

Aslihin, Aslan. 2002, ”Cukai tembakau dan rokok di Indonesia”. Erlangga,

Jakarta

Boediono. 2000. ”Ekonomi Mikro”. BPFE UGM ,Yogyakarta.

Darma. 2008 “Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor karet di

jawa timur”. Skripsi FE Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”

Jawa Timur,Surabaya.

Hendro, 2003,” “Ekonomi Publik Lanjutan”. Rajawali :Jakarta.

Ivan, Bramasto.2002,” Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai

Ekspor Kayu Olahan di Jawa Timur”. Skripsi FE Universitas

(77)

Sukirno, Sadono . 2004, “Pengantar Teori Mikro Ekonomi”. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Nopirin. 2000,”Ekonomi Publik Desentralisasi dan Pembangunan Daerah” .

Andi : Yogyakarta.

Prawiro, 2003,” “Pembiayaan Pemerintah Daerah”. UI-Press, Jakarta.

Riani, Elsa. 2000,”Beberapa Faktor yang mempengaruhi Ekspor produksi Barang

– Barang kulit di Indonesia, Skripsi FE Universitas Pembangunan

Nasional” Veteran” Jawa Timur,Surabaya.

Samuelson dan Nordhaus, 2004,”Economics of development”. Salinan ke tiga

Siswoputranto, 2000,” Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori

Mikro dan Makro”. Penerbit Rajawali : Jakarta.

Sobri, 2005.”Ekonomi Internasional”Teori Kebijaksanaan, Penerbit BPFE – UGM

, Yogyakarta.

(78)

Tabel 1 : Wewenang Pemajakan (Tax Assignment) dan Bagi Hasil –

Sesuai UU No.25/1999

(79)

Penerimaan Migas C C C 100 0 0

C = Pemerintah Pusat ; P = Provinsi (Dati I) ; L = Kabupaten /Kotamadya

(Dati II)

Keterangan :

1) 10% bagian Pusat akan dialokasikan kembali kepada seluruh

(80)

32% ; Kabupaten/Kota lainnya : 32%

4) 80% bagian daerah = Provinsi : 16% ; Kabupaten/Kota penghasil :

64%

5) 80% bagian daerah = Provinsi : 16% ; Kabupaten/Kota penghasil :

32% ; Kabupaten/Kota lainnya : 32%

6) 80% bagian daerah = Provinsi : 16% ; Kabupaten/Kota penghasil :

Gambar

Gambar 1     Kurva Produksi Total, marginal, rata-
Tabel 1     Perkembangan Volume Ekspor Rokok  dan  Volume Ekspor
Gambar 2.1
Gambar 2.2 : Pergeseran Kurve Permintaan kurs
+7

Referensi

Dokumen terkait

Verba merupakan kelas kata yang paling kompleks. Bentuknya yang ber- variasi menentukan jenis kalimat yang berbeda, sebagai contoh dikotomi antara verba yang berafiks dan tanpa

Täydentävässä opetuksessa opettajat opettavat yhdessä koko luokkaa niin, että opettajilla on omat tehtävänsä, joista on sovittu etukäteen. Tässä mallissa opet- tajat eivät

Pada akhir bulan Februari 2018, terjadi banjir yang cukup besar di daerah Irigasi Rawa Seputih Surabaya, banjir ini diakibatkan curah hujan yang tinggi yang

• Saksi mengaku tidak pernah menggunakan handphone Terdakwa (berbeda dengan suradi yang pernah menggunakan handphone untuk keperluan dinas). Saksi mengaku pernah dititipkan

Mereview produk (buku) dengan memberikan angket kepada 10 orang siswa dan 1 orang guru biologi di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal untuk mengetahui persepsi siswa

Pada penelitian ini, informan utama adalah empat bidan konselor ASI, informan triangulasi adalah kepala puskesmas dan bidan koordinator masing-masing empat orang, kepala seksi

Kandungan sia yang relatif tinggi pada kolostrum (susu yang diperoleh pada awal masa laktasi, ≈1,415 mg/mL) dibandingkan dengan susu yang diperoleh pada 7 bulan masa laktasi

Hasil pada pelaksanaan observasi aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada kegiatan pendahuluan, inti, dan kegiatan penutup pada lembar observasi aktivitas