• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.3. Hasil Analisa Data

a. Pengetahuan Pasien PJK di Klinik Bambu Dua Terhadap Rokok

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai pengetahuan terhadap rokok. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.7. di bawah ini.

Tabel 5.7.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

F % f %

1

Merokok dapat membahayakan kesehatan dan menyebabkan penyakit serius

94 96.9 3 3.1

2 Merokok menyebabkan stroke 77 79.4 20 20.6

3 Merokok menyebabkan serangan

jantung 91 93.8 6 6.2

4 Merokok menyebabkan kanker paru 91 93.8 6 6.2 5 Rokok dapat membahayakan ibu

hamil dan janinnya 92 94.8 5 5.2

6 Merokok bisa menurunkan harapan

hidup 76 78.4 21 21.6

7

Orang yang berada disekitar perokok tetapi tidak merokok disebut dengan perokok pasif

64 66 33 34

8 Menjadi perokok pasif berbahaya bagi

kesehatan 85 87.6 12 12.4

9 Wanita bisa lebih berisiko terkena

serangan jantung apabila merokok 83 85.6 14 14.4 10 Nikotin yang terkandung dalam rokok

dapat menyebabkan kecanduan 85 87.6 12 12.4 Berdasarkan tabel di atas, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan mengenai tindakan merokok yang dapat membahayakan kesehatan dan menyebabkan penyakit serius (96.9%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pengertian dari perokok pasif (66%).

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, cukup, dan kurang. Seorang responden dikatakan berpengetahuan baik bila menjawab 8-10 pertanyaan dengan benar, sedangkan bila menjawab 4-7 pertanyaan dengan benar dikatakan berpengetahuan cukup, dan dikatakan berpengetahuan kurang bila menjawab 0-3 pertanyaan pengetahuan dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan pasien PJK di Klinik Bambu Dua dapat dikategorikan pada table 5.8.

Tabel 5.8.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan f (frekuensi) %

Baik 79 81.4

Cukup 14 14.4

Kurang 4 4.1

Total 97 100

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase paling kecil yaitu 4.1%, tingkat pengetahuan dengan kategori cukup memiliki persentase sebanyak 14.4% dan tingkat pengetahuan dengan kategori baik adalah sebesar 81.4%.

b. Sikap Pasien PJK di Klinik Bambu Dua Terhadap Rokok

Pada lembar kuesioner penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai sikap terhadap rokok. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel sikap dapat dilihat pada table 5.9.

Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila skor pertanyaan sikap bernilai 31-40 sedangkan seorang responden dikatakan memiliki sikap cukup bila skor pertanyaan sikap bernilai 16-30 dan dikatakan bersikap kurang bila skor pertanyaan sikap bernilai sama dengan atau di bawah 15. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap pasien PJK rawat jalan di Klinik Bambu Dua dapat dikategorikan pada table 5.10

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

No Pernyataan

Jawaban Responden

SS S TS STS

F % F % f % f %

1 Merokok mengurangi stres

dan membuat relaks 2 2.1 30 30.9 57 58.8 8 8.2 2

Merokok merupakan perilaku

yang tidak terpuji 37 38.1 46 47.4 14 14.4 0 0.0 3

Merokok dapat

membahayakan kesehatan orang disekitar kita

44 45.4 49 50.5 4 4.1 0 0.0 4

Merokok membantu kita

berfikir 3 3.1 27 27.8 52 53.6 15 15.5

5

Merokok membuat kita

diterima di pergaulan 4 4.1 35 36.1 53 54.6 5 5.2 6

Untuk kesehatan lingkungan, merokok harus dilarang di area umum

48 49.5 44 45.4 5 5.2 0 0.0 7

Merokok adalah hak pribadi, orang lain tidak berhak ikut campur

11 11.3 49 50.5 33 35 4 4.1 8

Saya lebih suka berteman dengan orang yang tidak merokok

38 39.2 46 47.4 13 13.4 0 0.0 9

Saya berharap anak saya tidak

merokok 50 51.5 46 47.4 1 1.0 0 0.0

10

Merokok menandakan

Dari tabel di atas, terlihat bahwa pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat setuju adalah pada pernyataan mengenai responden berharap anak mereka tidak merokok (51.5%). Selanjutnya pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan setuju adalah pada pernyataan bahwa merokok itu membahayakan orang disekitar kita dan pernyataan bahwa setiap orang memiliki hak untuk merokok dan orang lain tidak berhak ikut campur (50.5%). Kemudian untuk pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan tidak setuju adalah mengenai kegiatan merokok menandakan kedewasaaan seseorang (59.8%). Sedangkan pernyataan bahwa merokok membantu seseorang untuk berfikir merupakan pernyataan yang paling banyak dijawab dengan sangat tidak setuju yaitu sebesar 15.5%.

Tabel 5.10.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

Sikap f (frekuensi) %

Baik 42 43.3

Cukup 55 56.7

Kurang 0 0

Total 97 100

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan baik (43.3%) memiliki persentasi lebih kecil daripada sikap yang dikategorikan cukup (56.7%) dan pada penelitian ini tidak didapatkan sikap dengan kategori kurang.

c. Tindakan Merokok Pra-PJK di Klinik Bambu Dua

Penilaian tindakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila skor pertanyaan atas tindakan bernilai 22-29 sedangkan seorang responden dikatakan memiliki tindakan cukup bila skor pertanyaan atas tindakan bernilai 12-22 dan dikatakan tindakan kurang bila skor pertanyaan atas tindakan bernilai sama dengan atau di bawah 11. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tindakan merokok Pra-PJK di Klinik Bambu Dua dapat dikategorikan pada table 5.11.

Tabel 5.11.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tindakan Merokok Sebelum PJK Tindakan f (frekuensi) % Baik 35 36.1 Cukup 15 15.5 Kurang 47 48.5 Total 97 100

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa tindakan merokok sebelum PJK yang dikategorikan kurang merupakan persentase yang paling besar yaitu 48.5%, sedangkan tindakan yang dikategorikan baik sebesar 36.1%, dan tindakan yang dikategorikan cukup sebesar 15.5%.

d. Tindakan Merokok Paska-PJK di Klinik Bambu Dua

Penilaian tindakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila skor pertanyaan atas tindakan bernilai 22-29 sedangkan seorang responden dikatakan memiliki tindakan cukup bila skor pertanyaan atas tindakan bernilai 12-22 dan dikatakan tindakan kurang bila skor pertanyaan atas tindakan bernilai sama dengan atau di bawah 11. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tindakan merokok paska-PJK di Klinik Bambu Dua dapat dikategorikan pada table 5.12.

Tabel 5.12.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tindakan Merokok Setelah PJK Tindakan f (frekuensi) % Baik 91 93.8 Cukup 3 3.1 Kurang 3 3.1 Total 97 100

Dari tabel 5.12. dapat dilihat bahwa tindakan merokok sesudah PJK dengan kategori baik merupakan persentase terbesar yaitu 93.8%, sedangkan untuk tindakan dengan kategori cukup dan kurang memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 3.1%.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Dari 97 orang responden, didapatkan karakteristik responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah adalah laki-laki, yaitu sebanyak 74 orang (76.3%). Sedangkan responden perempuan berjumlah 23 orang (23.7%). Hal ini dapat dikaitkan dengan salah satu faktor risiko PJK yaitu jenis kelamin laki-laki lebih berisiko dibandingkan dengan perempuan masa produktif (Young dan Libby, 2007). Sedangkan umur paling banyak didapatkan pada kelompok 51-60 tahun yaitu sebanyak 40 responden (41.2%). Untuk karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan terakhir diperoleh hasil terbanyak adalah kelompok SMA dan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 39 orang (40.2%), selanjutnya adalah SD sebanyak 17 orang (17.5%) dan yang paling kecil adalah SMP yaitu hanya sebesar 2 orang (2.1%).

Dalam penelitian ini juga dilihat karakteristik responden berdasarkan kejadian serangan jantung, dari 97 responden sebanyak 65 orang (67%) pernah mengalami serangan jantung sedangkan yang tidak pernah berjumlah 32 orang (33%). Selain itu dalam kuesioner penelitian juga dilihat mengenai status merokok responden dimana didapatkan hasil berupa 35 responden tidak merokok (36.1%), yang merokok berjumlah 4 responden (4.1%), dan yang berstatus mantan perokok sebanyak 58 responden (59.8%). Mantan perokok merupakan seseorang yang dulunya merokok tetapi setelah didiagnosa PJK memutuskan untuk berhenti merokok, status ini dapat terjadi akibat adanya suatu pemicu/stimulus yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku (berhenti merokok) seperti yang terdapat dalam teori stimulus organisme (SOR) oleh Hosland, et al (1953) dalam Notoatmodjo (2010). Dalam hal ini stimulus dapat berupa penyakit berat tertentu yang diderita seorang individu termasuk PJK.

Status merokok didistribusikan berdasarkan umur dan jenis kelamin, dimana didapatkan hasil pasien PJK dengan jenis kelamin perempuan paling banyak berstatus tidak merokok, hal ini dapat terjadi akibat perempuan akan mengalami faktor resiko yang sama dengan laki-laki apabila sudah berstatus menopause akibat kadar estrogen yang rendah akan mengurangi pembentukan reseptor LDL di hati sehingga kadar LDL akan tinggi di darah (Mitrovic, 2010), jadi bukan karena faktor perilaku merokoknya. Agrinier et al (2009) melaporkan bahwa status menopause meningkatkan resiko kejadian PJK, dan status perimenopause sudah mulai mempengaruhi profil lipid pada seorang perempuan. Penelitian ini menunjukan 20 responden yang tidak merokok itu berada pada kategori umur diatas 40 tahun.

5.2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia (telinga, mata, dsb) terhadap suatu objek. Pengetahuan ini sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek serta mempunyai intensitas atau tingakatan tertentu (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian kuesioner untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan (sebelum dan sesudah PJK) responden terhadap rokok.

Untuk pertanyaan pengetahuan pertama, 94 responden (96.9%) sudah menjawab dengan benar bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan dan menyebabkan penyakit serius, seperti yang dikemukakan rokok, yang merupakan faktor penyebab penyakit dan kematian yang paling dapat dicegah, menempati urutan keempat diantara 20 penyebab penyakit di dunia, dan menempati urutan pertama di negara berkembang (Benowitz dan Hua, 2007). Hal ini juga sesuai dengan pengetahuan responden yang secara umum baik mengenai contoh-contoh masalah kesehatan yang diakibatkan oleh rokok seperti yang akan diuraikan dalam pertanyaan kedua sampai keenam. Untuk pertanyaan kedua, 77 responden (79.4%) menjawab dengan benar bahwa merokok dapat menyebabkan stroke, seperti yang dinyatakan bahwa perokok empat kali lebih berisiko menderita stroke dibandingkan dengan yang tidak merokok (Bonitaa, 1999). Pertanyaan

ketiga dan keempat dijawab dengan benar oleh 91 responden (93.8%) bahwa merokok dapat menyebabkan serangan jantung dan kanker paru-paru, risiko relatif terjadinya serangan jantung meningkat pada perokok (Prescott, 1998) dan seorang perokok lebih berisiko 10 hingga 20 kali terkena kanker paru atau meninggal akibat kanker paru tersebut dibanding dengan orang yang tidak merokok (CDC, 2010). Pertanyaan kelima mengenai bahaya merokok terhadap ibu hamil dan janinya dijawab dengan benar oleh 92 responden (94.8%), hal ini dibuktikan dari penelitian Butler (1973) yang menemukan kelainan fisik dan mental pada anak yang dilahirkan dari ibu hamil yang merokok. Sedangkan untuk pertanyaan keenam dijawab dengan benar oleh 76 responden (78.4%) yaitu pertanyaan mengenai mortalitas akibat merokok, seperti yang dikemukakan Ezzati (2005) bahwa 1 dari setiap 10 kematian akibat kasus kardiovaskular disebabkan oleh rokok.

Aktifitas merokok sebagai faktor risiko PJK tidak hanya melibatkan perokok itu sendiri, tetapi ada yang diistilahkan dengan perokok pasif, yaitu seorang yang tidak merokok tetapi terpapar asap rokok, hal ini dijawab benar oleh 64 responden (66%). Menjadi permasalahan bahwa faktor risiko ini bukan hanya pada perokok aktif saja, perokok pasif juga dalam risiko (World Heart Federation, 2012) dan hal ini dijawab benar oleh 85 responden (87.6%). Wanita yang merokok memiliki risiko relatif lebih besar untuk menderita serangan jantung dibanding dengan laki-laki (Prescott, 1998), hal ini diketahui oleh 83 responden (85.6%).

Pertanyaan kesepuluh mengenai nikotin yang dapat menyebabkan kecanduan dijawab benar oleh 85 responden (87.6%), nikotin merupakan zat utama dalam rokok yang menyebabkan kecanduan, nikotin mengaktifkan brain- reward system melalui pelepasan dopamin yang nantinya akan menyebabkan perasaan tenang dan senang, kemudian kadar nikotin akan turun sampai pada titik tertentu yang hanya dapat diatasi dengan pemasukan nikotin kembali (Sadikin, 2008).

Secara keseluruhan, diperoleh sebanyak 79 responden yang berpengetahuan baik (81.4%), 14 responden yang berpengetahuan cukup (14.4%),

dan 4 responden yang berpengetahuan kurang (4.1%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang rokok pada pasien PJK di Klinik Bambu Dua berada pada tingkat baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Loren (2009), dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Terhadap Rokok”. Di mana hasil penelitian Loren diperoleh mayoritas mahasiswa fakultas kedokteran USU memiliki tingkat pengetahuan sedang (87,3%) terhadap rokok, sedangkan dalam penelitian ini, mayoritas pasien PJK di Klinik Bambu Dua berpengetahuan baik (81.4%). Berdasarkan asumsi peneliti, perbedaan yang signifikan dari gambaran pengetahuan ini akibat responden pada penelitian ini yaitu pasien PJK yang mengalami penyakit tersebut lebih banyak mengetahui dan berusaha mencari tahu permasalahan serta penyebab daripada penyakit termasuk rokok sebagai faktor risiko dan berbagai macam permasalahanya. Sedangkan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, pengetahuan yang sedang mungkin disebabkan banyaknya topik kuliah yang harus dikuasai sehingga pendalaman terhadap rokok itu tidak sebesar pada pasien PJK, dimana bagi pasien PJK informasi tersebut berkaitan langsung dengan kondisi kesehatan mereka.

Dokumen terkait