• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.3 Hasil Analisis Bivariat

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 27 6 81,8 18,2 15 18 45,5 54,5 Total 33 100,0 33 100,0

Data Tabel 4.11 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus, prosentase responden yang memiliki sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebesar 81,8% dan responden yang memiliki sarana pembuangan sampah memenuhi syarat sebesar 18,2%. Sedangkan dari 33 responden kontrol, prosentase responden yang memiliki sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebesar 45,5% dan responden yang memiliki sarana pembuangan sampah memenuhi syarat sebesar 54,5%.

4.2.3 Hasil Analisis Bivariat

4.2.3.1 Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan

Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang strata PHBS Tatanan Rumah Tangga responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Leptospirosis

Strata PHBS Kejadian Leptospirosis Nilai P OR 95%CI Kasus Kontrol % % Kurang Baik Baik 24 9 72,7 27,3 12 21 36,4 63,6 0,003 4,667 1,643-13,256 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa prosentase responden kasus dengan strata PHBS kurang baik sebesar 72,7% lebih besar dibandingkan dengan strata PHBS kurang baik yaitu 27,3%, sedangkan prosentase responden kontrol dengan strata PHBS baik sebesar 63,6% lebih besar dibandingkan dengan strata PHBS kurang baik yaitu 36,4%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,003) < α (0,005) sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 4,667 dengan interval 1,643-13,256, yang berarti bahwa responden dengan strata PHBS tatanan rumah tangga kurang baik memiliki risiko 4,667 kali lebih besar menderita Leptospirosis bila dibandingkan responden dengan strata PHBS tatanan rumah tangga baik

4.2.3.2 Hubungan antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang kondisi selokan responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis Kondisi Selokan Kejadian Leptospirosis Nilai

p OR 95%CI Kasus Kontrol % % Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 23 10 69,7 30,3 10 23 30,3 69,7 0,001 5,290 1,851-15,116 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa responden kasus dengan kondisi selokan yang tidak memenuhi syarat sebesar 69,7% lebih besar dibandingkan dengan kondisi selokan yang memenuhi syarat yaitu 30,3%, sedangkan responden kontrol dengan kondisi selokan yang tidak memenuhi syarat sebesar 30,3% lebih kecil dibandingkan dengan selokan yang memenuhi syarat yaitu 69,7%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,001) < α (0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kondisi selokan dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 5,290 dengan interval 1,851-15,116, yang berarti bahwa responden dengan kondisi selokan tidak memenuhi syarat memiliki risiko 5,290 kali lebih besar menderita Leptospirosis bila dibandingkan responden dengan kondisi selokan yang memenuhi syarat

4.2.3.3 Hubungan antara Intensitas Cahaya dalam Rumah dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang intensitas cahaya dalam rumah responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Intensitas Cahaya dalam Rumah dengan Kejadian Leptospirosis

Intensitas Cahaya dalam Rumah

Kejadian Leptospirosis Nilai p OR 95%CI Kasus Kontrol % % Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 16 17 48,5 51,5 20 13 60,6 39,4 0,323 0,612 0,230-1,624 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa responden kasus dengan intensitas cahaya dalam rumah tidak memenuhi syarat sebesar 48,5% lebih kecil dibandingkan dengan intensitas cahaya dalam rumah memenuhi syarat yaitu 51,5%, sedangkan responden kontrol dengan intensitas cahaya dalam rumah tidak memenuhi syarat sebesar 60,6% lebih besar dibandingkan dengan intensitas cahaya dalam rumah memenuhi syarat yaitu 39,4%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,323) > α (0,05) sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dalam rumah dengan kejadian leptospirosis.

4.2.3.4 Hubungan antara Keberadaan Tikus di Rumah Responden dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang keberadaan tikus du rumah responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Keberadaan Tikus di Rumah Responden dengan Kejadian Leptospirosis

Keberadaan Tikus Kejadian Leptospirosis Nilai p OR 95%CI Kasus Kontrol % % Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 27 6 81,8 18,2 14 19 42,4 57,6 0,001 6,107 1,988-18,757 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa responden kasus yang terdapat tikus di rumah sehingga tidak memenuhi syarat sebesar 81,8% lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terdapat tikus sehingga memenuhi syarat yaitu sebesar 18,2%, sedangkan responden kontrol yang terdapat tikus di rumah sehingga tidak memenuhi syarat sebesar 42,4% lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak terdapat tikus sehingga memenuhi syarat yaitu sebesar 57,6%

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,001) < α (0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara keberadaan tikus dengan kejadian leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 6,107 dengan interval 1,988-18,757, yang berarti bahwa responden yang terdapat tikus di rumah sehingga tidak memenuhi syarat memiliki risiko 6,107 kali lebih besar menderita leptospirosis bila dibandingkan responden yang tidak terdapat tikus sehingga memenuhi syarat.

4.2.3.5 Hubungan antara Keberadaan Hewan Peliharaan Responden dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang keberadaan hewan peliharaan responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Keberadaan Hewan Peliharaan Responden dengan Kejadian Leptospirosis

Keberadaan Hewan Peliharaan

Kejadian Leptospirosis Nilai p OR 95%CI Kasus Kontrol % % Kurang Baik Baik 19 14 57,6 42,4 12 21 36,4 63,6 0,084 2,375 0,883-6,390 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa responden kasus yang terdapat hewan peliharaan sehingga tergolong kurang baik sebesar 57,6% lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terdapat hewan peliharaan sehingga tergolong baik yaitu sebesar 42,4%, sedangkan responden kontrol yang terdapat hewan peliharaan sehingga tergolong kurang baik sebesar 36,4% lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak terdapat hewan peliharaan sehingga tergolong baik yaitu sebesar 63,6%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,084) > α (0,05) sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan hewan peliharaan dengan kejadian leptospirosis.

4.2.3.6 Hubungan antara Keberadaan Air Menggenang dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang keberadaan air menggenang di sekitar rumah responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Keberaadaan Air Menggenang dengan Kejadian Leptospirosis

Keberadaan Air Menggenang

Kejadian Leptospirosis Nilai p OR 95%CI Kasus Kontrol % % Kurang Baik Baik 23 10 69,7 30,3 9 24 27,3 72,7 0,001 6,133 2,111-17,824 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa responden kasus yang terdapat air menggenang sehingga tergolong kurang baik yaitu sebsar 69,7% lebih besar dibandingkan dengan tidak terdapat air menggenang sehingga tergolong baik yaitu sebesar 30,3%, sedangkan responden kontrol yang terdapat air menggenang sehingga tergolong kurang baik yaitu sebsar 27,3% lebih kecil dibandingkan dengan tidak terdapat air menggenang sehingga tergolong baik yaitu sebesar 72,7%

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,001) < α (0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara keberadaan air menggenang dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 6,133 dengan interval 2,111-17,824, yang berarti bahwa responden yang terdapat air menggenang di sekitar rumah sehingga tergolong kurang baik memiliki risiko 6,133 kali lebih besar menderita leptospirosis bila dibandingkan responden yang tidak terdapat air menggenang di sekitar rumah sehingga tergolong baik.

4.2.3.7 Hubungan antara Sarana Pembuangan Limbah dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang sarana pembuangan limbah responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Sarana Pembuangan Limbah dengan Kejadian Leptospirosis

Sarana Pembuangan Limbah

Kejadian Leptospirosis Nilai p OR 95%CI Kasus Kontrol % % Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 23 10 69,7 30,3 11 22 33,3 66,7 0,003 4,600 1,631-12,973 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui bahwa responden kasus dengan sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat sebesar 69,7% lebih besar dibandingkan dengan sarana pembuangan limbah memenuhi syarat yaitu 30,3%, sedangkan responden kontrol dengan sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat sebesar 33,3% lebih kecil dibandingkan dengan sarana pembuangan limbah memenuhi syarat yaitu 66,7%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,003) > α (0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara sarana pembuangan limbah dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 4,600 dengan interval 1,631-12,973, yang berarti bahwa responden dengan sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat memiliki risiko 4,6 kali lebih besar menderita leptospirosis bila dibandingkan responden dengan sarana pembuangan

4.2.3.8 Hubungan antara Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang sarana pembuangan sampah responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.19 Tabulasi Silang antara Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian Leptospirosis

Sarana Pembuangan Sampah

Kejadian Leptospirosis Nilai P OR 95%CI Kasus Kontrol % % Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 27 6 81,8 18,2 15 18 45,5 54,5 0,002 5,400 1,764-16,533 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui bahwa responden kasus dengan sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebesar 81,8% lebih besar dibandingkan dengan sarana pembuangan sampah memenuhi syarat yaitu 18,2%, sedangkan responden kontrol dengan sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebesar 45,5% lebih kecil dibandingkan dengan sarana pembuangan sampah memenuhi syarat yaitu 54,5%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,002) > α (0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara sarana pembuangan sampah dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 5,400 dengan interval 1,764-16,533, yang berarti bahwa responden dengan sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat memiliki risiko 5,4 kali lebih besar menderita leptospirosis bila dibandingkan responden dengan sarana pembuangan sampah memenuhi syarat.

4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

Rekapitulasi hasil penelitian mengenai Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Leptospirosis Kecamatan Candisari Kota Semarang (Tabel 4.20).

Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi-Square

No. Variabel Bebas p value OR 95%CI Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga 0,003 4,667 1,643−13,256 Ada hubungan 2. Kondisi Selokan 0,001 5,290 1,851−15,116 Ada hubungan 3. Intensitas Cahaya 0,323 − − Tidak ada

hubungan 4. Keberadaan Tikus 0,001 6,107 1,988−18,757 Ada hubungan 5. Keberadaan Hewan

Peliharaan 0,084 − − Tidak ada

hubungan 6. Keberadaan Air

Menggenang 0,001 6,133 2,111–17,824 Ada hubungan 7. Sarana Pembuangan Limbah 0,003 4,600 1,631−12,973 Ada hubungan 8. Sarana Pembuangan Sampah 0,002 5,400 1,764−16,533 Ada hubungan

5.1 Pembahasan

5.1.1 Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,003) < α (0,05). Dengan nilai OR sebesar 4,667 dan 95%CI=1,463-13,256 maka dapat diketahui bahwa responden dengan strata PHBS kurang baik mempunyai risiko 4,667 kali lebih besar menderita Leptospirosis daripada responden dengan strata PHBS baik. Karena nilai OR>1 dan 95%CI tidak mencakup angka 1, maka dapat dikatakan bahwa strata PHBS merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit Leptospirosis.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan didapatkan bahwa sebagian besar responden kasus dengan strata PHBS yang kurang baik yaitu 24 orang atau 72,7% dan yang baik sebanyak 9 orang atau 27,3% karena pada sebagian besar responden kasus memiliki tingkatan strata PHBS sehat madya sehingga tergolong kurang baik. Sebaliknya pada responden kontrol, dimana strata PHBS yang dicapai sebagian besar yaitu 21 orang atau 63,6% memiliki strata PHBS sehat utama sehingga tergolong baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Pedoman Program PHBS Tatanan Rumah Tangga Tahun 2010 yang menyatakan bahwa PHBS tatanan rumah tangga

mampu melakukan PHBS dengan baik, memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa keadaan kasus dan kontrol memiliki perbedaan dan perbandingan yang cukup jelas. Dimana pada kasus, yang memiliki strata PHBS sehat madya cukup banyak, sedangkan pada kontrol, yang memiliki strata PHBS sehat madya hanya setengah dari jumlah kasus yang memiliki strata PHBS sehat madya. Pada indikator kesehatan lingkungan, banyak responden kasus yang lantai rumahnya tidak kedap air di bagian ruang dapur serta masih banyak yang membuang sampah di sembarang tempat. Kepadatan hunian juga masih banyak menjadi masalah. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan PHBS pada kontrol lebih terjaga bila dibandingkan dengan PHBS pada kasus. Dan sesuai dengan teori yang telah ada bahwa anggota rumah tangga yang mampu melakukan PHBS dengan baik, memelihara dan meningkatkan kesehatannya akan mampu mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ima Nurisa (2005) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara indikator-indikator pada strata PHBS tatanan rumah tangga seperti status gizi, faktor lingkungan, gaya hidup dengan kejadian leptospirosis. Selain itu hasil penelitian Dwi Sarwani (2005) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara faktor lingkungan dan gaya hidup dengan kejadian leptospirosis. Hal yang menyebabkan strata PHBS tatanan rumah tangga ikut berpengaruh terhadap penyakit leptospirosis ini adalah karena sebagian besar indikator-indikator PHBS merupakan faktor yang berhubungan dengan

5.1.2 Hubungan antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis

Dokumen terkait