Hasil penelitian menunjukkan perlakuan konsentrasi ekstrak daun picung kontak dan anti-feedant berpengaruh nyata terhadap mortalitas walang sangit.
Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi 2,5%-15% dan 15% diberikan secara anti-feedant tidak berbeda dengan pestisida sintetik metomil 1%, yaitu sebesar 96% hingga 100%. Ekstrak daun picung sebagai anti-feedant dengan konsentrasi 2,5% hingga 10% menunjukkan tingkat mortalitas yang lebih rendah dibanding pestisida sintetik metomil 1%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun picung maka semakin tinggi tingkat mortalitas yang dihasilkan (Tabel 1).
Tabel 1. Tingkat Mortalitas dan Kecepatan Kematian Hama Walang Sangit pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Picung
Perlakuan Mortalitas Kecepatan Kematian (%) (ekor/hari)
2,5% ekstrak daun picung (kontak) 96,00 a 2,95 b 5% ekstrak daun picung (kontak) 100,00 a 2,39 bc 10% ekstrak daun picung (kontak) 100,00 a 2,91 b 15% ekstrak daun picung (kontak) 100,00 a 2,98 b 2,5% ekstrak daun picung (anti-feedant) 64,00 c 0,75 e 5% ekstrak daun picung (anti-feedant) 84,00 b 1.10 de 10% ekstrak daun picung (anti-feedant) 84,00 b 1.89 cd 15% ekstrak daun picung (anti-feedant) 96,00 a 2,45 bc 1% Pestisida sintetik metomil (kontak) 100,00 a 4,50 a 1% Pestisida sintetik metomil (anti-feedant) 100,00 a 4,06 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada
taraf α 5 %.
Pestisida ekstrak daun picung menghasilkan tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Meskipun aplikasi ekstrak daun picung anti-feedant menghasilkan tingkat mortalitas walang sangit yang sudah melebihi 50%, namun jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintetik metomil 1%, tingkat mortalitas walang sangit dengan ekstrak daun picung sebagai anti-feedant masih lebih rendah. Hal ini disebabkan karena pestisida dengan aplikasi anti-feedant atau anti-makan berpengaruh pada berkurangnya keinginan makan yang disebabkan oleh bau dan rasa dari kandungan atsiri pada daun picung sedangkan pestisida aplikasi kontak membunuh hama dengan cara mengenai langsung ke tubuh hama. Pestisida tersebut masuk ke tubuh hama melalui kulit, mulut atau alat pernapasan hama. Hama akan mati jika tubuhnya bersentuhan langsung dengan pestisida dan
menyebabkan hama mengalami kerusakan saraf pusat dan terganggu pernafasannya. Menurut Burkill (1935) dalam Rusman (2002) asam sianida yang dibebaskan tanaman juga dapat mempengaruhi enzim pernapasan sitokrom oksidase sehingga proses tranfor elektron pada rantai pernapasan terhenti dan proses oksidasi serta fosforilasi dihambat dan hama mati karena tidak mampu menukar atau menggunakan oksigen darah seperti halnya terjadi pada walang sangit yang diuji dengan ekstrak daun picung pada penelitian ini.
Senyawa racun lainnya pada daun picung antara lain alkaloid, glikosida, senyawa protein, alkohol, asam organik non amino, resinoid, tannin, fenol dan terpenoid (Rubatzky, 1998 dalam Rusman, 2002). Alkaloid merupakan jenis racun yang paling sering ditemukan dalam tanaman dan racun tersebut berpengaruh terhadap sistem saraf hama. Glikosida sering menyebabkan penghambatan pernapasan. Senyawa protein yang terdapat dalam picung menghambat berbagai proses metabolisme dan merupakan allergen (penyebab alergi). Alkohol bersifat racun syaraf pembuluh (neurovaskular). Asam organik yang berasosiasi dengan garam terlarut seperti natrium oksalat merupakan racun yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ion dan kerusakan ginjal. Resinoid, tannin, fenol dan terpenoid adalah senyawa yang menyebabkan iritasi kulit. Tanin dapat menurunkan ketercernaan protein. Racun mineral memiliki berbagai peranan, sering mengganggu fungsi vitamin dan penyerapan zat gizi tertentu. Penumpukan nitrat dapat mengganggu fungsi pernapasan dan timbunan selenium, air raksa atau kadmium dalam jumlah banyak sangat beracun.
Sama halnya dengan tingkat mortalitas, hasil penelitian menunjukkan konsentrasi ekstrak daun picung berpengaruh nyata terhadap kecepatan kematian walang sangit.
Ekstrak daun picung kontak dengan konsentrasi 2,5% hingga 15% dan ekstrak daun picung anti-feedant 15% menunjukkan tingkat kecepatan kematian yang tidak berbeda satu sama lain dan tingkat kecepatan kematian tersebut lebih rendah dari pestisida sintetik metomil 1%. sedangkan tingkat kecepatan kematian walang sangit terendah pada perlakuan ekstrak daun picung anti-feedant konsentrasi 2,5% (tabel 1).
Kecepatan kematian walang sangit dipengaruhi oleh kecepatan pengaruh racun ekstrak daun picung dalam mematikan walang sangit dilihat dari jumlah kematian hama per harinya. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun picung yang diberikan pada masing-masing perlakuan memberikan hasil yang berbeda terhadap jumlah kematian walang sangit disebabkan oleh kandungan senyawa organik pada daun picung yang keluar dan terlarut dalam bahan pelarut (metanol) dalam jumlah banyak karena pada proses ekstraksi. Daun picung dikeringkan terlebih dahulu untuk memudahkan kandungan senyawa organik untuk keluar dari dalam lapisan daun. Pada permukaan daun yang kering, akan memudahkan bahan
aktif yang terkandung dalam daun picung untuk keluar sehingga bahan aktif racun dapat bekerja secara efektif dalam membunuh hama walang sangit. Seperti yang dikatakan Lakitan (1999) dalam Iman Stuad (2009) bahan kering memiliki kandungan kimia organik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bahan segar. Semakin banyak konsentrasi ekstrak daun picung maka semakin kental atau semakin banyak bahan aktif yang terkandung dalam ekstrak tersebut.
Namun pestisida ekstrak daun picung memiliki kecepatan yang masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pestisida sintetik metomil 1%. Dapat diasumsikan bahwa tingkat konsentrasi yang tinggi memiliki jumlah kandungan yang lebih banyak sehingga dapat menyebabkan tingkat kecepatan kematian walang sangit semakin tinggi.
Keefektifan pestisida organik dibuktikan dari pengaruh racun yang terkandung di dalam pestisida tersebut mampu membunuh hama dengan cepat dan memiliki daya bunuh yang tinggi antara sebelum dan sesudah disemprot pestisida. Dari hasil penelitian ini, pestisida ekstrak daun picung merupakan pestisida yang termasuk efektif untuk mengendalikan walang sangit, dibandingkan dengan pestisida sintetik metomil 1% yang dikenal petani mampu mengendalikan hama walang sangit pada tanaman padi. Ditunjukkan dari tingkat mortalitas tertinggi menghasilkan 100% dan mampu mematikan walang sangit dengan kecepatan kematian 2,98 ekor/hari.
PENUTUP
Kesimpulan. Pestisida ekstrak daun picung dengan konsentrasi 15% yang diberikan secara kontak paling efektif untuk mengendalikan hama walang sangit dengan tingkat mortalitas 100% dan kecepatan kematian 2,98 ekor/hari.
Saran. Perlu diteliti lebih lanjut pengaruh ekstrak daun picung untuk mengendalikan walang sangit pada tanaman padi di sawah.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djunaedy. 2009. Biopestisida Sebagai Pengendali Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) yang Ramah Lingkungan. Jurnal Fakultas
Pertanian UNIJOYO.pdf
Anggun Fitri Radziah, Priyo Wahyudi dan Hadi Sunaryo. 2016. Uji Aktivitas Insektisida Nabati Fraksi Metanol, Etil Asetat Dan NheksanDari Ekstrak Metanol Biji Sirsak (Anonna Muricata L.)Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti L.. Fakultas Farmasi Dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.pdf
Balittra. 2012. Hama pun Mabuk Kepayang. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra).ccc. Diakses tanggal 4 Mei 2015.
Dilah Nita Rikara dan Sari Yanti Hayanti. 2012. Teknologi Pembuatan Pestisida Organik dan Cara Penggunaannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.pdf
Dwi Wulandari. 2011. Pangium edule Reinw. Bina Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Sulawesi.pdf
Ernest H. Sakul, Jacklin S.S. Manoppo, DalvianTaroreh, Revfly I.F. Gerungan
danSanusi Gugule. 2012. Pengendalian Hama Kumbang Logong
(Sitophylus Oryzae L.)Dengan Menggunakan Ekstrak Biji Pangi (Pangium EduleReinw.). Jurnal Departemen Biologi FMIPA Univeristas Negeri Manado.pdf
Hatta Sunanto. 1993. Budidaya Picung : Usaha Produksi Picung dan Minyak Kepayang. Yogyakarta: Kanisius.
Liliana Monica DaConceicao. 2009. Efektifitas Penggunaan Bangkai Yuyu, Katak dan Tikus Sebagai Atraktan Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunberg.). Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.pdf
Rusman. 2002. Penapisan Senyawa Insektisida Dari Ekstrak Daun Picung (Pangium edule Reinw). Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Institut Pertanian Bogor.pdf
Septiana Anggraini, Siti Herlinda, Chandra Irsan dan Abu Umayah. 2014. Serangan Hama Wereng dan Kepik pada Tanaman Padi di Sawah Lebak Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014.pdf
Soekadar Wiryadiputra, Iftitachiatur Rusda dan Iis Nur Asyiah. 2014. Pengaruh Ekstrak Tanaman Picung (Pangium edule) sebagai Pestisida Nabati
Terhadap Mortalitas Penggerek Buah Kopi. Peneliti Perlindungan
Tanaman, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.Program Studi Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.pdf Solikhin. 2000. Ketertarikan Walang Sangit (Leptocorisa Oratorius F.)Terhadap Beberapa Bahan Organik Yang Membusuk. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika.pdf
Wiwin Setiawati, Rini Murtiningsih, Neni Gunaeni dan Tati Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Organik dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Balai Penelitian Tanaman Sayuran.pdf