• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berikut tabel yang menyajikan profil responden berdasarkan fakultas, jenis kelamin dan suku atau etnis.

Tabel 2 Profil Responden

Profil Responden Jumlah Prosentase

Fakultas

Ekonomika dan Bisnis 77 38.50%

Hukum 11 5.50%

FKIP 24 12.00%

Psikologi 54 27.00%

Teknologi dan

Informatika 21 10.50%

Bahasa dan Sastra 13 6.50%

Total 200 100.00% Jenis Kelamin Laki-laki 87 43.50% Perempuan 113 56.50% Total 200 100.00% Suku/Etnis Jawa 94 47.00% Luar Jawa 51 25.50%

11

China 55 27.50%

Total 200 100.00%

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, senbagian besar responden berasal dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebeasr 38,50 %. Hal ini wajar karena peneliti merupakan mahasiswa dari fakultas FEB sehingga peneliti lebih memiliki banyak teman di FEB dibandingan dengan fakultas lain. Sementara itu sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan 56,50 % dan laki-laki 43,50%. Jika dilihat dari suku atau etnis, sebagian besar responden berasal dari suku Jawa sebesar 47 %, kemudian China 27,50% dan suku atau etnis dari luar Jawa sebesar 25,50 %.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil uji validitas variabel intercultural effectivity, intercultural sensitivity dan intercultural awareness diperoleh nilai Item-Total Correlation tiap indikator lebih besar dari 0,3 artinya data valid dan dapat dianalisis lebih lanjut (Lampiran 3). Hasil uji reliabilitas berdasarkan pada nilai Cronbach Alpha (α), menunjukkan dari masing-masing variabel intercultural sentivity, intercultural effectivity dan intercultural awareness memenuhi unsur reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha (α) lebih besar dari 0,60. Dengan demikian, maka semua indikator dari variable intercultural sensitivity, intercultural effectivity dan intercultural awareness dapat digunakan dalam pengolahan data selanjutnya (Lampiran 4).

Hasil Penelitian

Berikut hasil analisis kompetensi berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015 berdasarkan intercultural sensitivity, intercultural effectivity dan intercultural awareness.

12

Tabel 3

Intercultural Sensitivity

No Intercultural Sensitivity Rata-rata

1 Suka berinteraksi dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang

budaya berbeda 6.795

2 Orang-orang dari latar belakang budaya berbeda cenderung berpikiran

sempit 5.475

3 Tidak suka bersama dengan orang-orang dari latar belakang berbeda 5,796

4 Menghormati nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang dari latar belakang

budaya berbeda 8.560

5 Berpandangan terbuka terhadap orang-orang dari latar belakang berbeda 7.395

6 Menghormati cara-cara yang dilakukan oleh orang-orang dari latar

belakang budaya berbeda 7.650

7 Tidak akan menerima pendapat orang-orang dari latar belakang budaya

berbeda 5,845

8 Budaya saya lebih baik dari budaya lainnya 6,350

9 Menghindari situasi yang mengharuskan saya terlibat dengan orang-orang

dari latar belakang budaya berbeda 5,630

10a Merasa yakin dengan kemampuan diri saya 7.090

10b Selalu mengetahui apa yang harus dikatakan 6.255

10c Dapat bersosialisasi dengan bebas 6.485

10d Cenderung mengamati 6.190

10e Sering merasa tidak mampu berperan dengan baik 5.375

10f Berusaha memperoleh informasi sebanyak mungkin 7.685

10g Peka terhadap makna tersamar yang diungkapkan oleh lawan bicara 5.520

10h Mudah kesal 6.815

10i Merasa percaya diri 6.760

10j Cenderung menahan diri sebelum menunjukkan kesan adanya perbedaan 6.065

13

10l Sering menunjukkan bahwa saya memahami melalui isyarat verbal dan

nonverbal 6.400

10m Sering memberi tanggapan positif terhadap perbedaan budaya 7.630

10n Mengganggap wajar adanya perbedaan 8.005

Total Rata-rata 6.198

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, kompetensi berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015 berdasarkan intercultural sensitivity berdasarkan tiga hal utama dari hasil penelitian yaitu mahasiswa akan menghormati nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang dari latar belakang budaya berbeda sebesar 8.560, kemudian mahasiswa akan menghormati cara-cara yang dilakukan oleh orang-orang dari latar belakang budaya berbeda sebesar 7.650 dan mahasiswa akan berpandangan terbuka terhadap orang-orang dari latar belakang berbeda sebesar 7.395. Hasil statistik deskriptif juga menunjukan dalam ERA MEA ini mahasiswa setuju jika akan menerima pendapat orang-orang dari latar belakang budaya berbeda sebesar 5,485.

Tabel 4

Intercultural Effectivity

No Intercultural Effectivity Rata-rata

1 Mudah bagi saya untuk berbincang dengan orang dari latar belakang

budaya berbeda 6.400

2 Mudah bagi saya untuk bergaul dengan orang-orang dari latar belakang

budaya berbeda 6.805

3

Dalam keseharian, saya tidak selalu berperilaku seperti yang saya tampilkan ketika berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang berbeda

6,055

4a Mampu menyampaikan ide-ide dengan jelas 6.285

4b Mampu menjawab pertanyaan dengan efektif 6.630

4c Melakukan kontak mata yang sesuai 6.910

14

dan persuasif

4e Selalu mengetahui cara memulai pembicaraan 6.450

4f Sering tidak memahami arah pembicaraan 5,535

4g Merasa senang 7.030

4h Tidak berani menujukkan pribadi saya yang sebenarnya 5,945 4i Selalu menunjukkan perhatian terhadap lawan bicara 6.810

4j Mengalami kesulitan dalam hal tata bahasa 5.855

4k Sering bertindak sebagai pribadi yang berbeda 5.375

4l Selalu menghormati pendapat lawan bicara saya 7.850

4m Menemukan banyak kesamaan 5.905

4n Memiliki cara untuk menjadi diri sendiri 7.085

4o Mudah bagi saya mengidentifikasi sesuatu 7.125

4p Sulit bagi saya untuk merasa sama antara saya dan lawan bicara saya 6.430

4q Selalu merasakan adanya jarak 6.140

Total Rata-rata 6.357

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, kompetensi berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015 berdasarkan intercultural effectivity diperoleh nilai tertinggi yaitu mahasiswa mudah untuk bergaul dengan orang-orang dari latar belakang budaya berbeda sebesar 6.805 dan nilai terendah dalam keseharian, mahasiswa tidak selalu berperilaku seperti yang saya tampilkan ketika berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang berbeda sebesar 5.965.

Tabel 5

Intercultural Awareness

No Intercultural Awareness Rata-rata

1 Meyakini bahwa budaya saya berbeda dengan orang lain 7.000 2 Meyakini bahwa budaya saya berbeda dengan orang lain 5.735

3 Merasa nyaman berada bersama orang yang memiliki nilai dan keyakinan

15

4 Pernyataan yang bersifat rasial harus diabaikan 7.310

5

Menghindari tindakan memaksakan nilai-nilai tertentu yang berpotensi menimbulkan konflik atau nilai-nilai yang tidak konsisten dengan kelompok budaya tertentu

7.805

6 Penting untuk mengetahui latar belakang etnis dari seseorang yang kita

jumpai atau kita ajak berbicara 6.890

7 Tidak mendukung perilaku dan tindakan apapun yang melecehkan etnis

atau ras tertentu 4,655

8 Keluarga dimaknai secara berbeda pada masing-masing budaya

(contohnya, anggota keluarga besar, kerabat) 7.360

9 Peran pria-wanita dalam keluarga berbeda pada masing-masing budaya 7.340

10 Usia dan senioritas menjadi pertimbangan dalam interaksi dengan individu

atau keluarga 6.850

11 Agama dan bentuk keyakinan lainnya dapat mempengaruhi reaksi

seseorang 7.460

12 Kebiasaan dan keyakinan dalam kehidupan sehari-hari diterapkan berbeda

pada masing-masing budaya 7.725

Total Rata-rata 7.087

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, kompetensi berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015 berdasarkan intercultural awareness berdasarkan tiga hal utama dari hasil penelitian yaitu mahasiswa akan menghindari tindakan memaksakan nilai-nilai tertentu yang berpotensi menimbulkan konflik atau nilai-nilai yang tidak konsisten dengan kelompok budaya tertentu sebesar 7.805, kemudian mahasiswa tidak akan Tidak mendukung perilaku dan tindakan apapun yang melecehkan etnis atau ras tertentu sebesar 4,655 dan mahasiswa akan melakukan kebiasaan dan keyakinan dalam kehidupan sehari-hari diterapkan berbeda pada masing-masing budaya sebesar 7.725. Hasil statistic deskriptif juga menunjukan dalam ERA MEA ini mahasiswa tidak setuju jika mahasiswa meyakini bahwa budaya saya berbeda dengan orang lain dengan nilai terendah sebesar 5.735.

16

Pembahasan

Kompetensi berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015 berdasarkan intercultural sensitivity menunjukan bahwa mahasiswa akan menghormati nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang dari latar belakang budaya berbeda, kemudian mahasiswa akan menghormati cara-cara yang dilakukan oleh orang-orang dari latar belakang budaya berbeda dan mahasiswa akan berpandangan terbuka terhadap orang-orang dari latar belakang berbeda. Dengan diberlakukannya MEA pada tahun 2015 mahasiswa akan melakukan interaksi ketika berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang budaya berbeda seperti masasiswa akan mengganggap wajar adanya perbedaan, dengan adanya perbedaan tersebut mahasiswa merasa jika mahasiswa yakin dengan kemampuan diri mahasiswa dapat menerima perbedaan, selain itu mahasiswa juga akan berusaha memperoleh informasi sebanyak mungkin mengenai perbedaan budaya yang ada (Tabel 2).

Sementara itu kompetensi berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015 berdasarkan intercultural effectivity diperoleh nilai tertinggi yaitu mahasiswa mudah untuk bergaul dengan orang-orang dari latar belakang budaya berbeda. Hal ini mencerminkan bahwa mahasiswa di UKSW yang mana banyak yang berasal dari suku yang ada di Indonesia, dalam kehidupan keseharian di kampus UKSW serta di era MEA ini mereka tidak menganggap perbedaan suku merupakan halangan bagi mereka untuk belajar dan mengembangkan kemampuan untuk menghadapi MEA ini. Di era MEA ini, mahasiswa akan berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang budaya berbeda yaitu dengan menghormati pendapat lawan bicara, mampu menyampaikan ide-ide yang jelas dan selalu menunjukan perhatian pada lawan bicara (Tabel 2)

Kompetensi berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015 berdasarkan intercultural awareness seperti mahasiswa akan menghindari tindakan memaksakan nilai-nilai tertentu yang berpotensi menimbulkan konflik atau nilai-nilai yang tidak konsisten dengan kelompok budaya tertentu, kemudian mahasiswa dan mahasiswa tidak akan mendukung perilaku dan tindakan apapun yang melecehkan etnis atau ras tertentu dan mahasiswa akan melakukan kebiasaan dan keyakinan dalam kehidupan sehari-hari diterapkan berbeda pada masing-masing budaya.

17

Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban responden mengenai kompetensi berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015 berdasarkan intercultural sensitivity, intercultural effectivity dan intercultural awareness hasil ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Dwiatmadja (2014) yang menyatakan bahwa keinginan untuk terlibat dan berinteraksi dengan individu yang berasal dari latar belakang budaya berbeda cukup tinggi. Melalui proses interaksi, dapat diperoleh pengetahuan baru tentang keunikan budaya menyangkut bahasa, kebiasaan, pola pikir sehingga dapat meningkatkan wawasan dan lebih memahami individu yang berasal dari latar belakang budaya berbeda. Keinginan untuk berinteraksi ini juga didukung dengan kemampuan untuk memulai atau berinisiatif dalam memulai proses interaksi. Sebagian besar responden berpendapat bahwa mereka cenderung tanggapan positif terhadap hal-hal yang diamati ketika berinteraksi. Perilaku, cara berbicara dan cara pandang menjadi aspek yang diamati ketika berinteraksi dengan individu dari latar belakang budaya berbeda (Dwiatmadja ,2014).

Jika di era MEA ini mahasiswa beranggapan jika mahasiswa dengan budaya yang berbeda itu memiliki pemikiran yang sempit itu tidak benar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Dwiatmadja (2014) bahwa jika dalam menanggapi adanya anggapan bahwa individu dari latar belakang berbeda cenderung berpikiran sempit, mayoritas, mayoritas responden menilai bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Hal itu lebih disebabkan karena belum memahami secara baik dan belum sering terlibat dalam interaksi bersama individu yang berasal dari latar belakang budaya berbeda.

Dalam dimensi perilaku (intercultural effectiveness), sebagian responden berpendapat bahwa mudah bagi mereka untuk bergaul dan berinteraksi dengan individu dari latar belakang budaya berbeda. Hal ini didukung dengan kemampuan untuk bertukar informasi meskipun sebagian besar responden menganggap bahwa factor bahasa menjadi kendala utama dalam berinteraksi dengan orang dari latar belakang budaya berbeda.

Tanggapan dalam hal kognitif yang terkait dengan pengetahuan tentang budaya menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa perlu untuk memiliki pemahaman tentang latar belakang individu yang berbeda budaya sehingga dapat menjalin interaksi dengan baik dan tidak melanggar nilai-nilai etika atau melakukan hal-hal yang berpotensi menimbulkan konflik. Mayoritas responden menyadari bahwa budaya yang berbeda dapat mempengaruhi cara seseorang dalam bertindak.

18

KESIMPULAN Kesimpulan

Untuk dapat berkompetensi dalam berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi Y sebagai bentuk kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015 berdasarkan intercultural sensitivity, intercultural effectivity dan intercultural awareness diperlukan adanya rasa saling menghormati nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang dari latar belakang budaya berbeda kemudian mudah untuk bergaul dengan orang-orang dari latar belakang budaya berbeda serta menghindari tindakan memaksakan nilai-nilai tertentu yang berpotensi menimbulkan konflik atau nilai-nilai yang tidak konsisten dengan kelompok budaya tertentu, kemudian mahasiswa.

Implikasi Teoritis

Hasil ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Dwiatmadja (2014) yang menyatakan bahwa keinginan untuk terlibat dan berinteraksi dengan individu yang berasal dari latar belakang budaya berbeda cukup tinggi. Melalui proses interaksi, dapat diperoleh pengetahuan baru tentang keunikan budaya menyangkut bahasa, kebiasaan, pola pikir sehingga dapat meningkatkan wawasan dan lebih memahami individu yang berasal dari latar belakang budaya berbeda.

Implikasi Terapan

Dengan Adanya MEA tahin 2015, terutama bagi generasi Y untuk meningkatkan komunikasi lintas budaya baik dengan sesama mahasiswa dari suku manapun. Hal ini perlu menjadi perhatian utama dalam mempersiapkan sumberdaya manusia khususnya generasi Y. Kompetensi berkomunikasi lintas budaya menjadi komponen yang harus dimiliki sehingga mampu bersikap proaktif dalam mendukung keberhasilan pembangunan di kawasan ASEAN.

Keterbatasan dan Penelitian Mendatang

Penelitian ini hanya difokuskan pada mahasiswa UKSW saja. Untuk memperoleh gambaran yang lebih baik, penelitian ini bisa diperluas dengan melibatkan elemen mahasiswa dari luar UKSW seperti STAIN, bahkan mahasiswa dari universitas lain baik yang ada di Jawa Tengah maupun se Indonesia.

xii

Daftar Pustaka

Amstrong, Michael dan H.Murlis 2003. Manajemen Imbalan. Terjemahan Ramelan. Buku 1. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

ASEAN, 2007. .ASEAN Economic Community Blueprint. Available online at: http://www.13thaseansummit.sg/asean/index.php/web/documents/docume nts/asean_econo mic_blueprint. Diunduh tanggal 13 Maret 2016.

Beamer, L. 1992. Learning Intercultural Communication Competency, “Journal of Business Communication”, Vol. 29 No. 3, pp. 285-289.

Chen, G. M., and Starosta, W. J. 1998. A review of the concept of intercultural awareness. Human Communication

Chaisrakeo, Sunanta and Mark Speece. 2004. Culture, Intercultutal Communication Competence, and Sales Negotiation: a Qualitative Approach,“ Journal of Bisiness and Industrial Marketing”, Vol.19, No. 4, h. 267-282.

Dwiatmaja, C & Ade Irma Anggraeni, 2014. Kompetensi Berkomunikasi Lintas Budaya Sebagai Bentuk Kesiapan Sumberdaya Manusia Indonesia Dalam Menghadapi Asean Community 2015. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Eviena B., Aldi, E. & Madhyaratri, A. 2014.Pandangan Pelaku Pendidikan Di Universitas Terhadap Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Bandung: Universitas Parahyangan

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

xiii

Liliweri, A. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Malhotra, Naresh K., 1999. Marketing Research: An Applied Orientation, Third Edition, Prentice Hall International Inc, New Jersey.

Ni Wayan. 2014. Menghadapi Asean 2015 : Tantangan Baru Bagi Generasi Muda. Akses online www.suaramahasiswa.com. Akses 2 Febuari 2016

Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss. 2001. Human Communication. Bandung : Remaja rosda karya. Supramono & Sugiarto, 1993. Statitiska, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta

Wahjosumidjo, 2003, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Zakaria, N. 2000. The Effect of Cross-Cultural Training on The Acculturation Process of The Global Workforce, International Journal of Manpower”, Vol. 21 No. 6 pp 452-510.

xiv

LAMPIRAN 1

Dokumen terkait