BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.5 Hasil Analisis Data
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja tidak mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan auditor di lingkungan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Dugaan sementara penelitian ini adalah semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Budi dkk, (2004) dan Oktavia (2006), tetapi tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002), Kidwell dkk, (1987) dalam Budi dkk, (2004), Suraida (2005), Asih (2006), Purnamasari (2005) dalam Asih (2006), Herliansyah dkk, (2006), Marinus dkk (1997) dalam Herliansyah dkk, (2006) dan Alim dkk, (2007). Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sukriyah dkk, (2009) yang mendapati bahwa pengalaman kerja auditor inspektorat di pulau Lombok mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian Budi dkk, (2004) dan Oktavia (2006) yang menyatakan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap komitmen profesional dan pengambilan keputusan etis, konsisten dengan hasil penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman.
Hasil penelitian ini tidak mendukung pendapat Tubbs (1992) yang melakukan pengujian mengenai efek pengalaman terhadap pengalaman yang dimiliki, semakin
banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1987) yang menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang kompleks, tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan terstruktur. Pengaruh pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks.
Hasil penelitian menunjukan bahwa independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan dalam saat penyusunan program pemeriksaan sudah tidak ada intervensi pimpinan untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang akan diperiksa serta intervensi atas prosedur-prosedur yang dipilih oleh auditor (pernyataan nomor 1, 2 dan 3). Hal ini dilihat dari nilai rata-rata jawaban responden menunjukan nilai di atas 4. Kemudian pada saat pelaksanaan pemeriksaan telah bebas dari usaha- usaha manajerial (objek pemeriksaan) untuk menentukan atau menunjuk kegiatan yang diperiksa, sehingga masih ada auditor yang merasa tidak perlu bekerjasama dengan manajerial (pernyataan nomor 4 dan 5). Walaupun dari pernyataan nomor 8 disimpulkan pada saat penyusunan laporan masih sering menggunakan bahasa atau istilah yang menimbulkan multitafsir. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002), Trisnaningsih (2007) dan Alim dkk, (2007) yang menyatakan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit, tetapi tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukriyah dkk, (2009).
Variabel objektivitas berpengaruh secara positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Hasil penelitian ini mendukung
pernyataan Sunarto (2003) dan Pusdiklatwas BPKP (2005) bahwa prinsip objektivitas mengharuskan auditor bersikap adil, tidak memihak, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.
Integritas yang diukur dalam bentuk kejujuran, keberanian, sikap bijaksana dan rasa tanggung jawab dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukriyah dkk, (2009) yang menyatakan bahwa integritas tidak mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Ketidaksignifikan ini di duga disebabkan adanya pernyataan-pernyataan yang sensitif sehingga responden ragu-ragu dalam memberikan jawaban dan mereka lebih memilih untuk menjawab netral atau ragu- ragu. Di samping itu, auditor mempertimbangkan keadaan pribadi seseorang/ sekelompok orang atau suatu organisasi untuk membenarkan perbuatan melanggar ketentuan atau perundang-undangan yang berlaku, serta bila obyek pemeriksaan melakukan kesalahan maka auditor bersikap menyalahkan yang dapat menyebabkan kerugian orang lain.
Nilai signifikansi untuk variabel kompetensi sebesar 0,000 < 0,05 dengan koefisien regresi 0,729. Hal ini berarti kompetensi berpengaruh secara positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Rai (2008) dan seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002), Suraida (2005), Alim dkk, (2007), Sukriyah dkk, (2009).
Auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, mereka bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, guna mendukung peran yang cukup mulia itu, seorang auditor harus didukung dengan kompetensi yang memadai akan teknik-teknik audit serta kompetensi lain yang mendukung. Kompetensi semacam itu dapat diperoleh melalui baik jenjang pendidikan secara formal maupun informal, serta pengalaman dalam praktik audit Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data karakteristik responden, rata-rata memiliki jenjang pendidikan sarjana, dan mempunyai masa kerja yang relatif lama serta telah mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal. Karena dalam melakukan peran audit, seorang auditor harus mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung judgment yang diberikannya. Dari bukti-bukti yang dikumpulkan ini harus memadai guna meyakinkan auditor dalam memberikan opini.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas:
1. Kompetensi pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman.
2. Bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan (Kanfer dan Ackerman, 1989). 3. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan
bekerjasama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, kemampuan untuk bekerjasama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.