PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI,
OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI
TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN
TESIS
Oleh
SABRI TARIGAN
077017021/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
SE K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI,
OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI
TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SABRI TARIGAN
077017021/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS
DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS
HASIL PEMERIKSAAN
Nama Mahasiswa : Sabri Tarigan
Nomor Pokok : 077017021
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak) (Drs. Rasdianto, MA., Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Februari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak
Anggota : 1. Drs. Rasdianto, MA., Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh
Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi
terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2011
Yang membuat pernyataan,
PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS
HASIL PEMERIKSAAN
Sabri Tarigan, Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak, dan Drs. Rasdianto, MA., Ak
ABSTRAK
Penelitian tentang pengawasan telah banyak dilakukan, namun sepanjang pengetahuan penulis, penelitian di Pemerintah Daerah tentang kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah relatif masih sedikit. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Unit analisisnya adalah seluruh auditor yang memeriksa keuangan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisa regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan secara parsial pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.
THE INFLUENCE OF JOB EXPERIENCE, INDEPENDENCY, OBJECTIVITY, INTEGRITY, COMPETENCY TO QUALITY
OF AUDIT RESULT
Sabri Tarigan, Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak, and Drs. Rasdianto, MA., Ak
ABSTRACT
Some studies about quality of audit result had been undertaken. However not much studies had been undertaken in local government. This research is to examine how far job experience, independency, objectivity, integrity and competency influence quality of audit result.
This research is conducted by using method survey to internal auditor of government in Provinsi North Sumatera with type research of causality. Data analysis conducted with multiple regression model. The hypothesis tested are revealed as that job experience, independency, objectivity, integrity and competency have influence to quality of audit result as well as partially and simultaneously.
The result of the test revealed that job experience, independency, objectivity, integrity and competency as well as simultaneously influence quality of audit result. Partially, independency, objectivity, integrity and competency have significant influence to quality of audit result. We suggest for future research in order to add more variable like etics, audit risk and than to extend the population.
DAFTAR ISI
1.5 Originalitas Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.2 Review Penelitian Terdahulu... 22
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 23
3.1 Kerangka Konsep... 23
3.2 Hipotesis Penelitian... 25
BAB IV METODE PENELITIAN... 26
4.1 Jenis Penelitian... 26
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 26
4.3 Populasi dan Sampel... 27
4.4 Metode Pengumpulan Data... 27
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 28
4.6 Metode Analisis Data... 31
4.7.1 Uji Validitas... 31
4.7.2 Uji Reliabilitas... 32
4.8 Pengujian Asumsi Klasik... 32
4.8.1 Uji Normalitas... 32
4.8.2 Uji Multikolinearitas... 33
4.83 Uji Heteroskedastisitas... 33
4.9 Pengujian Hipotesis... 34
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 35
5.1 Deskriptif Data... 35
5.1.1 Karakteristik Penelitian... 35
5.1.2 Uji Response Bias... 36
5.2 Analisis Data... 36
5.3 Deskripsi Hasil Penelitian... 37
5.4 Pengujian Asumsi Klasik... 38
5.4.1 Uji Normalitas... 39
5.4.2 Uji Multikolinearitas... 39
5.4.3 Uji Heteroskedastisitas... 40
5.5 Hasil Analisis Data... 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 47
6.1 Kesimpulan... 47
6.2 Keterbatasan... 48
6.3 Saran... 48
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 22
4.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 30
5.1 Data Demografi Responden... 35
5.2 Uji Reliabilitas Variabel... 37
5.3 Deskripsi Statistik... 38
5.4 Uji Multikolinearitas... 39
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian... 52
2 Uji Validitas dan Reliabilitas... 60
3 Hasil Uji Asumsi Klasik... 67
4 Deskriptif Statistik... 69
PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS
HASIL PEMERIKSAAN
Sabri Tarigan, Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak, dan Drs. Rasdianto, MA., Ak
ABSTRAK
Penelitian tentang pengawasan telah banyak dilakukan, namun sepanjang pengetahuan penulis, penelitian di Pemerintah Daerah tentang kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah relatif masih sedikit. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Unit analisisnya adalah seluruh auditor yang memeriksa keuangan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisa regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan secara parsial pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.
THE INFLUENCE OF JOB EXPERIENCE, INDEPENDENCY, OBJECTIVITY, INTEGRITY, COMPETENCY TO QUALITY
OF AUDIT RESULT
Sabri Tarigan, Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak, and Drs. Rasdianto, MA., Ak
ABSTRACT
Some studies about quality of audit result had been undertaken. However not much studies had been undertaken in local government. This research is to examine how far job experience, independency, objectivity, integrity and competency influence quality of audit result.
This research is conducted by using method survey to internal auditor of government in Provinsi North Sumatera with type research of causality. Data analysis conducted with multiple regression model. The hypothesis tested are revealed as that job experience, independency, objectivity, integrity and competency have influence to quality of audit result as well as partially and simultaneously.
The result of the test revealed that job experience, independency, objectivity, integrity and competency as well as simultaneously influence quality of audit result. Partially, independency, objectivity, integrity and competency have significant influence to quality of audit result. We suggest for future research in order to add more variable like etics, audit risk and than to extend the population.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan
daerah. Pemerintah harus melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan
keuangan daerah. Salah satu langkah yang harus dilakukan pemerintah daerah pada
saat ini adalah melakukan reformasi audit baik internal maupun eksternal dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Melalui reformasi audit ini diharapkan kegiatan audit
di lingkungan instansi pemerintah dapat berjalan lebih maksimal, sehingga terjadinya
kesalahan prosedur dan tindak pidana yang sering dilakukan auditee, yang berdampak
pada kerugian negara, dapat semakin berkurang. Melalui reformasi audit ini
diharapkan setiap auditor, selain mampu menjalankan prosedur audit sesuai dengan
standar audit yang berlaku, juga mampu untuk terus mengembangkan kemampuan
auditnya dengan semakin mengembangkan prosedur dan program auditnya sesuai
dengan perkembangan lingkup dan model transaksi keuangan yang dilakukan oleh
auditan.
Diharapkan dengan ada reformasi dalam bidang pengawasan maka kualitas
pengawasan yang dilakukan inspektorat daerah akan semakin baik, sehingga akan
meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan/inspektorat dalam pengawasan pengelolaan
keuangan daerah. Banyak kasus temuan ketidakefektifan dalam pengelolaan
stakeholder terutama DPRD, BPK daerah dan Inspektorat untuk bekerja keras
meningkatkan pengawasan daerah. Penyebab utama terjadinya kasus ketidakefektifan
pengelolaan keuangan daerah di Indonesia adalah masalah pengelolaan barang milik
daerah serta ketidakefektifan penggunaan APBD dan dana bantuan dari pusat.
Banyaknya kasus kebocoran anggaran di daerah juga tidak bisa dilepaskan
dari lemahnya fungsi pengawasan. Karena pengawasan juga bisa dilakukan oleh
tingkat provinsi, lanjutnya, DPRD semestinya memperkuat lagi pengawasannya atas
alokasi anggaran daerah. DPRD diharapkan jangan hanya tertarik dalam aspek
penyusunan anggaran saja. Tapi yang penting juga bagaimana anggaran itu
dilaksanakan, dan bagaimana anggaran itu dipertanggungjawabkan. Selaku institusi
pengendalian internal, sebelum terjadi penyimpangan, inspektorat semestinya sudah
bisa mendeteksi sehingga bisa mencegah hal itu terjadi.
Menurut UU No. 15/2004 dan UU No. 15/2006, BPK adalah institusi yang
melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara
dan daerah. Sementara di daerah dibentuk sebuah SKPD yang berfungsi sebagai
pengawas internal pemerintah daerah yang biasa disebut inspektorat. Pada Pasal 9
dinyatakan bahwa BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan inspektorat dan oleh
karenanya laporan hasil pemeriksaan inspektorat wajib disampaikan kepada BPK.
Berdasarkan hal ini, diharapkan hasil pekerjaan dari inspektorat harus memiliki
kualitas yang baik. Tetapi kenyataan yang didapat berbeda, seperti kasus yang terjadi
di Provinsi Jawa Timur, di mana BPK mendapati adanya penyelewengan penggunaan
dengan memanggil dinas yang diduga bermasalah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
pemeriksaan inspektorat tida dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan olek BPK.
Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) terdiri dari audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
pengawasan lainnya. Pengawasan berfungsi membantu agar sasaran yang ditetapkan
organisasi dapat tercapai, di samping itu pengawasan berfungsi mendeteksi secara
dini terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan wewenang, pemborosan
dan kebocoran.
Pengawasan merupakan suatu tindakan mencari keterangan tentang apa yang
dilaksanakan dalam suatu instansi yang diperiksa, membandingkan hasil dengan
kriteria yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan
rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan. Pemeriksaan yang dilakukan
APIP terkadang menemui kendala dalam pelaksanaannya di mana adanya rasa
kekeluargaan, kebersamaan dan pertimbangan manusiawi yang terlalu menonjol.
Masalah lain yang dihadapi dalam peningkatan kualitas APIP adalah bagaimana
meningkatkan sikap/perilaku, kemampuan aparat pengawasan dalam melaksanakan
pemeriksaan, sehingga pengawasan yang dilaksanakan dapat berjalan secara wajar,
efektif dan efisien (Sukriyah, 2009).
Pengguna laporan hasil pemeriksaan menginginkan adanya aparat
pengawasan yang bersih, berwibawa, tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan
berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit
APIP. Kode etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan
tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit
yang dilaksanakan APIP. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna
laporan dapat menilai sejauhmana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan
standar dan etika yang telah ditetapkan.
Kode Etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara (PERMENPAN) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008, salah satu tujuannya
adalah mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi
prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga terwujud
auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit.
Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain integritas, objektivitas dan
kompetensi. Integritas diperlukan agar auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam
melaksanakan audit; objektivitas diperlukan agar auditor dapat bertindak adil tanpa
dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas
hasil audit; serta kompetensi auditor didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
Standar Audit APIP sebagaimana diatur dalam PERMENPAN Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008, dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam
melaksanakan audit. Standar umum dalam standar audit tersebut antara lain mengatur
tentang independensi APIP dan objektivitas auditor. Disebutkan dalam standar umum
independen dan para auditornya harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya”. Hal ini
mengandung arti bahwa independensi APIP serta objektivitas auditor diperlukan agar
kualitas hasil pekerjaan APIP meningkat.
Tidak mudah menjaga independensi, objektivitas serta integritas auditor.
Pengalaman kerja dan kompetensi yang melekat pada diri auditor bukan jaminan
bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Alim dkk. (2007)
menyatakan bahwa kerjasama dengan obyek pemeriksaan yang terlalu lama
dan berulang bisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor.
Belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan obyek pemeriksaan selama penugasan
dapat mempengaruhi objektivitas auditor, serta bukan tidak mungkin auditor
menjadi tidak jujur dalam mengungkapkan fakta yang menunjukkan rendahnya
integritas auditor. Oleh karena itu merupakan hal menarik untuk mengadakan
penelitian tentang pengaruh faktor-faktor pengalaman kerja, independensi,
objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap peningkatan kualitas hasil
pemeriksaan.
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik
bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi
yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk., 2004).
Pengalaman juga memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam
pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan
yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang
dihasilkan.
Penelitian Budi dkk, (2004) dan Oktavia (2006) tentang pengalaman kerja
memberikan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap
pengambilan keputusan auditor, sementara dari penelitian Suraida (2005) menyatakan
bahwa pengalaman audit dan kompetensi berpengaruh terhadap skeptisisme
profesional dan ketepatan pemberian opini auditor akuntan publik.
Begitu juga penelitian yang dilakukan Asih (2006), menemukan bahwa
pengalaman auditor baik dari sisi lama bekerja, banyaknya tugas maupun banyaknya
jenis perusahaan yang diaudit berpengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam
bidang auditing. Herliansyah dkk, (2006), dari penelitiannya menemukan bahwa
pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor.
Independensi dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit,
pekerjaan dengan kompleksitas rendah berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil
kerja auditor (Christiawan; 2002, Alim dkk; 2007, dan Mardisar dkk; 2007).
Kemudian Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa pemahaman good governance
dapat meningkatkan kinerja auditor jika auditor tersebut selama dalam pelaksanaan
pemeriksaan selalu menegakkan sikap independensi.
Referensi yang digunakan dalam penelitian ini (Christiawan (2002), Budi dkk.
(2004), Suraida (2005), Asih (2006), Herliansyah dkk. (2006), Oktavia (2006), Alim
dkk. (2007), Mardisar dkk. (2007), dan Trisnaningsih (2007)) mengamati
akuntan publik, kecuali penelitian Oktavia (2006) dan Sukriyah dkk (2009) yang
dilakukan pada auditor pemerintah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
kombinasi variabel-variabel independen penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya untuk dianalisa pengaruhnya terhadap peningkatkan kualitas hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada auditor intern pemerintah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: apakah pengalaman kerja, independensi, objektivitas,
integritas, dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas,
integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pikiran dan manfaat yang
berarti yaitu:
a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang
pengawasan keuangan daerah.
b. Memberi kontribusi kepada auditor inspektorat sebagai pengawas keuangan
c. Bagi akademis diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya
pada khususnya dan bidang ilmu akuntansi sektor publik pada umumnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan ide penelitian yang
dilakukan oleh Sukriyah dkk (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukriyah adalah:
1. Populasi penelitian mereka adalah inspektorat kabupaten/kota di Jawa
Tengah. Sedangkan penelitian saat ini populasinya adalah seluruh Auditor
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
2. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Bab ini akan menjelaskan tinjauan pustaa baik definisi, konsep atau hasil
penelitian yang berkaitan dengan kualitas kerja, serta menentukan teori yang
digunakan dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil
pemeriksaan.
2.1.1. Pengalaman Kerja
Pengalaman sangatlah penting diperlukan dalam rangka kewajiban seorang
pemeriksa terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit. Pengetahuan
seorang auditor dimulai dengan pendidikan formal, yang diperluas melalui
pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi
persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis
yang cukup.
Hasil-hasil penelitian yang berpangkal pada pandangan perilaku menunjukkan
bahwa auditor yang berpengalaman tidak berperilaku berbeda dengan akuntan yang
tidak berpengalaman. Kesimpulan seperti ini mungkin tidak dapat diterima secara
umum dikarenakan diperlukan waktu yang lama bagi seorang akuntan untuk dapat
menjadi seorang akuntan pengalaman. Hal ini mungkin dikarenakan kelemahan teori
yang mendukung penelitian-penelitian dengan memakai pandangan perilaku yaitu
variabel-variabel judgment seperti konsensus, stabilitas, self insight dan pentingnya isyarat.
Bisa saja setiap ahli dan peneliti menggunakan strategi yang berbeda dalam proses
judgment sehingga dampak keahlian terhadap variabel-variabel itu tidak seperti yang
diduga.
Marinus dkk, (1997) dalam Herliansyah dkk, (2006) menyatakan bahwa
secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan
terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari (2005) dalam Asih (2006)
memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja
yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya:
1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab
munculnya kesalahan.
Menurut Dr. I Wayan Suartana (2006), berdasarkan penelitian bahwa
pengalaman audit dapat mengurangi efek kekinian pada pertimbangan auditor. Hal itu
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa auditor yang lebih berpengalaman tidak
sensitif terhadap tipe bukti tertentu, dalam hal ini bukti yang bersifat negatif atau
positif. Pengalaman auditor mampu untuk memetakan informasi sehingga tidak
terjebak oleh urutan informasi yang diterimanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pengetahuan auditor
melalui pengalaman audit, diskusi mengenai audit, seminar-seminar, pengawasan dan
review pekerjaan oleh auditor pengawasan, program pelatihan, tindak lanjut, program
pemeriksaan dan penggunaan pedoman audit. Pengetahuan auditor khususnya
kerja. Namun hal tersebut tidak untuk semua aspek pengetahuan tentang kekeliruan
dalam suatu lingkungan audit yang lazim. Ashton, mengemukakan bahwa
pengetahuan frekuensi base rate auditor terhadap kekeliruan laporan keuangan tidak
sangat teliti dan bahwa pengetahuan ini tidak menjadi lebih teliti dengan pengalaman.
Beberapa penelitian sebelumnya, yang mempelajari mengenai pengaruh
pengalaman dalam bidang audit, telah menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini
kemungkinan disebabkan pada penelitian tidak mepertimbangkan faktor pengetahuan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas (Bonner, 1990; Abdolmohammadi dan
Wright, 1987).
Penerapan atau pengulangan penelitian dalam bidang auditing juga
mengungkapkan hasil yang sama. Butt yang dikutip Jeffrey (1992) mengungkapkan
bahwa auditor yang berpengalaman membuat judgment frekuensi relatif yang lebih
baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang auditor yang belum berpengalaman.
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik
bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi
yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dkk., 2004).
Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin
banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan
yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang
Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan
pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula
kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk., 2007). Hasil penelitian Herliansyah dkk.
(2006) menunjukkan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan
terhadap judgment auditor. Kidwell dkk, (1987) dalam Budi dkk, (2004) menemukan
bahwa manajer dengan pengalaman kerja yang lebih lama mempunyai hubungan
yang positif dengan pengambilan keputusan etis. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Budi dkk, (2004) bahwa pengalaman kerja tidak mempunyai pengaruh
terhadap komitmen profesional maupun pengambilan keputusan etis.
Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai
dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hu
bungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel ‘intervening’efek
pengetahuan mengenai pekerja (job knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan
Schmidt et al., 1986), terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner,
1990).
Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa
auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum
(atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan
item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang
kurang berpengalaman.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tubbs (1992) yang melakukan
banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright
(1987) yang menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang
kompleks, tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan terstruktur. Pengaruh
pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks.
Berdasar penelitian-penelitian terdahulu, faktor pengalaman berpengaruh
terhadap kinerja auditor (Ashton, 1991; Choo dan Trotman, 1991; dan Tubbs, 1992).
Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak
yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan
antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel “intervening” efek
pengetahuan mengenai pekerjaan (job knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan
Schmidt et al., 1986), terutama pengethuan tentang tugas secara spesifik (Bonner,
1990).
2.1.2. Independensi
Auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat
diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun (Pusdiklatwas BPKP,
2005). Dalam Arens dkk, (2004) menyatakan nilai auditing sangat bergantung pada
persepsi publik akan independensi yang dimiliki auditor. Sikap independen meliputi
independen dalam fakta (in fact) dan independen dalam penampilan (in appearance).
Hasil penelitian Trisnaningsih (2007) mengindikasikan bahwa auditor yang
hanya memahami good governance tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak
menegakkan independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya.
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor harus dapat mengumpulkan
setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit di mana hal
tersebut harus didukung dengan sikap independen.
Shockley (1981) melakukan penelitian tentang 4 faktor yang berpengaruh
terhadap independensi akuntan publik. Responden penelitiannya adalah kantor
akuntan, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa
konsultasi kepada klien, persaingan antar kantor akuntan publik, ukuran kantor
akuntan publik dan lama hubungan audit. Hasil penelitiannya menunjukkannya
bahwa kantor akuntan publik yang memberikan jasa konsultasi menajemen kepada
klien yang diaudit meningkatkan resiko rusaknya independensi yang lebih besar
dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar kantor
akuntan publik dapat meningkatkan resiko resaknya independensi akuntan publik.
Kantor akuntan publik yang lebih kecil mempunyai resiko kehilangan independensi
yang lebih besar dibandingkan kantor akuntan publik yang lebih besar
Supriyono (1988) telah melakukan penelitian mengenai independensi auditor
di Indonesia. Penelitian ini mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
independensi auditor, yaitu (1) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha
dengan klien; (2) persaingan antar kantor akuntan publik; (3) pemberian jasa lain
selain jasa audit; (4) lama penugasan audit; (5) besar kantor akuntan; (6) besarnya
fee audit. Responden yang dipilih meliputi direktur keuangan perusahaan yang telah
go publik, partner kantor akuntan publik, pejabat kredit bank dan lembaga keuangan
menunjukkan 75% responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan
perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya
independensi. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor
akuntan publik mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh
42% responden, sedangkan 34% responden menyatakan bahwa lama penugasan
audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.
Ukuran kantor akuntan publik yang lebih mudah rusak independensinya disetujui
oleh 27% sedangkan 8% responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa
audit mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.
Beberapa penelitian mengenai independensi sebelumnya menunjukan bahwa
ada banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap independensi, tetapi dalam
penelitian ini faktor yang ingin dipelajari adalah faktor yang terkait dengan auditor.
Faktor ini dikelompokkan dalam lama ikatan dengan auditee (tenure), tekanan dari
auditee, dan telaah dari rekan auditor (peer review). Faktor ini akan digunakan
sebagai indikator dari independensi
2.1.3. Objektivitas
Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan objektivitas sebagai bebasnya
seseorang dari pengaruh pandangan subjektif pihak-pihak lain yang berkepentingan,
sehingga dapat mengemukakan pendapat menurut apa adanya. Unsur perilaku yang
dapat menunjang objektivitas antara lain (1) Dapat diandalkan dan dipercaya,
(2) Tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau
berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain, (4) Dapat
mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi, serta
(5) Dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang
logis.
Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat
mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat
dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas
berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Standar umum
dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas
mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak
mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas
auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.
2.1.4. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani,
bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu
diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan
keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005).
Alim dkk (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor
memiliki kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa
pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah
dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya.
Sunarto (2003) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan
yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan
kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005).
2.1.5. Kompetensi
Auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik
terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, mereka
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,
guna mendukung peran yang cukup mulia itu, seorang auditor harus didukung dengan
kompetensi yang memadai akan teknik-teknik audit serta kompetensi lain yang
mendukung. Kompetensi semacam itu dapat diperoleh melalui baik jenjang
pendidikan secara formal maupun informal, serta pengalaman dalam praktik audit.
Karena dalam melakukan peran audit, seorang auditor harus mengumpulkan serta
mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung judgment yang
diberikannya. Dari bukti-bukti yang dikumpulkan ini harus memadai guna
meyakinkan auditor dalam memberikan opini. Sementara, tanggung jawab
penyusunan dan penyajian laporan keuangan berada di pihak manajemen perusahaan.
kredibel, pihak manajemen memerlukan jasa pihak ketiga yang independen. Dalam
hal ini adalah auditor.
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008). Dalam melakukan audit, seorang
auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta
keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional
yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional
maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari
(2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri
atas:
1. Kompetensi pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu
kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta,
prosedur-prosedur dan pengalaman.
2. Bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan
memberikan kemajuan bagi pengetahuan.
3. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas mampu
bekerjasama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s
(1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, kemampuan untuk
2.1.6. Kualitas Hasil Pemeriksaan
Tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas hasil audit. Tidak adanya
definisi yang pasti mengenai kualitas hasil audit disebabkan tidak adanya pemahaman
umum mengenai faktor penyusun kualitas audit dan sering terjadi konflik peran
antara berbagai pengguna laporan audit (Sutton, 1993). Sutton menjelaskan dengan
mengumpulkan beberapa pendapat peneliti sebelumnya bahwa ada perbedaan
persepsi mengenai kualitas audit. Walaupun demikian, para peneliti mempunyai
kesamaan pendapat mengenai pengukuran audit. Pengukuran kualitas audit tersebut
membutuhkan kombinasi antara hasil dan proses. Pengukuran hasil lebih banyak
digunakan karena pengukuran proses tidak dapat diobservasi secara langsung.
Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian
intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat ayng bertanggung
jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan
hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan
perundang-undungan. Yang menjadi indikator dalam kualitas pemeriksaan yaitu
kelemahan pengendalian intern, penyimpangan dari peraturan-peraturan,
pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, keberhasilan informasi, dan tindak lanjut
dari rekomendasi.
Kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan,
kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa,
variabel-variabel ini merupakan bagian dari kualitas hasil pemeriksaan. Laporan hasil
oleh auditor. Latar belakang pendidikan yang sesuai akan menghasilkan laporan
pemeriksaan yang sesuai dengan standar pemeriksaan. Kecakapan profesional dalam
melakukan pemeriksaan mutlak dilakukan, kualitas laporan pemeriksaan akan sangat
baik karena pada saat pemerikasaan telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang
berlaku. Pendidikan berkelanjutan yang telah diikuti oleh auditor akan menghasilkan
peraturan-peraturan, metode-metode yang baru dalam melakukan pemeriksaan.
Independen dalam pemeriksaan yaitu tidak adanya gangguan dari auditor pada dan
setelah pemeriksaan akan membuat pemeriksa melakukan pekerjaannya secara
profesional.
Penelitian mengenai pengukuran kualitas audit pada tahap proses telah
dilakukan oleh Sutton (1993). Sutton meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas proses audit. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
kesepakatan diantara para responden mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kualitas proses audit mulai dari tahap perencanaan, penugasan, tahap
pekerjaan lapangan, dan pada tahap adminstrasi akhir. Sembilan belas faktor yang
berpengaruh tersebut terdiri dari 6 faktor berbasis klien, 2 faktor berbasis firma/tim
audit, dan 11 faktor berbasis pada prosedur audit actual dan yang terkait dengan
kualitas kinerja kerja audit.
Dalam standar pemeriksaan keuangan negara menyatakan definisi kualitas
hasil pemeriksaan yaitu laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan
dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan
dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.
Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil
pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan
mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas
yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak
hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang
dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan.
Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya.
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa
auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntnsi klien
(dalam Deis dan Giroux, 1992). Deis dan Giroux (1992) menjelaskan bahwa
probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis
auditor, dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi
auditor. Penelitian mereka bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas audit, yaitu dari faktor kemampuan teknis atau keahlian (expertise) dan
faktor independensi auditor.
Kualitas hasil pemeriksaan adalah probabilitas di mana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem
akuntansi kliennya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk
Angelo, 1981, dalam Alim dkk., 2007).
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian
yang telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Tabel berikut ini menyajikan
beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti
Terdahulu
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti
mengidentifikasi 5 variabel independen yaitu pengalaman kerja (X1), independensi
(X2), objektivitas (X3), integritas (X4), dan kompetensi (X5) yang diperkirakan
mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap kualitas hasil pemeriksaan
(variabel dependen = Y). Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini,
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian
Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin Pengalaman Kerja (X1)
Objektivitas (X3)
Integritas (X4) Independensi (X2)
Kompetensi (X5)
banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan
yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang
akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002).
Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan
pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula
kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk., 2007).
Trisnaningsih (2007) mengindikasikan bahwa auditor yang hanya memahami
good governance tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak menegakkan
independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Alim dkk,
(2007) dan Cristiawan (2002) menemukan bahwa independensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap
informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit di mana hal tersebut
harus didukung dengan sikap independen.
Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat
mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat
dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas
berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Standar umum
dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas
mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak
mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas
auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.
memiliki kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa
kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor sebagai ujung tombak
pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah
dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut: “pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan
kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan baik secara parsial dan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk
melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan
desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen di mana
variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat
dampaknya pada variabel dependen secara langsung.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, adapun alasan dipilihnya
Provinsi Sumatera Utara sebagai objek penelitian adalah auditor Inspektorat Provinsi
memiliki tingkat independensi yang lebih tinggi dalam melakukan pengawasan
di kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara, dibandingkan dengan Inspektorat
Kabupaten/Kota itu sendiri.
Adapun rencana waktu penelitian yakni selama 12 Minggu (Oktober s.d
Desember 2010) dengan jadual sebagaimana tercantum pada Lampiran 1.
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada 5 variabel independen yang
diperkirakan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan inspektorat dalam
objektivitas (X3), integritas (X4), dan kompetensi (X5). Adapun jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, alat pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan metode sensus responden dengan memberikan lembaran
kuesioner secara langsung, instrumen dalam kuesioner berisi berbagai pertanyaan/
pernyataan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor inspektorat yang ada
di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jumlah populasi sebanyak 72
populasi. Seluruh populasi dikirimi kuesioner penelitian, jumlah yang kembalikan
dijadikan sampel. Dengan kata lain, teknik pengambilan sampel adalah dengan
metode simple random sampling. Jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 65
eksemplar.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan
dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini adalah
data primer. Indriantoro dan Supomo (1998) menyebutkan data primer merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.
Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode sensus
digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang akan diantar sendiri oleh
penulis (personal administrative).
4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Semua instrumen menggunakan skala likert dengan 5 skala nilai yaitu Sangat
Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Netral (N)
dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5.
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan acuan yang
ditetapkan BPKP kecuali untuk independensi mengadopsi dari Trisnaningsih dengan
modifikasi.
Variabel Independen:
1. Pengalaman kerja adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit yang dilihat
dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang
telah dilakukan.
2. Independensi adalah kebebasan posisi auditor baik dalam sikap maupun
penampilan dalam hubungannya dengan pihak lain yang terkait dengan tugas
audit yang dilaksanakannya. Independensi dilihat dari segi penyusunan program,
pelaksanaan pekerjaan, dan pelaporan.
3. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
4. Integritas merupakan sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab auditor
dalam melaksanakan audit.
5. Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan
audit dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan
umum dan keahlian khusus.
Variabel Dependen:
6. Kualitas Hasil Pemeriksaan adalah kualitas yang ditunjukkan dengan laporan
hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah
Definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Pengukuran
Independensi (X2) Kebebasan posisi auditor baik dalam sikap maupun
Objektivitas (X3) Prinsip objektivitas mengharuskan anggota
Kompetensi (X5) Kualifikasi yang
Model dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
regresi linier berganda. Untuk keabsahan hasil analisis regresi berganda terlebih
dahulu dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data dan uji
asumsi klasik. Pengolahan data menggunakan software SPSS (Statistical Package for
Sosial Sciense). Model analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat
4.7. Uji Kualitas Data
4.7.1. Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini
dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan
kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas
pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson
dengan ketentuan: jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/
pernyatan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka
skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid.
4.7.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil
pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang
berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan
adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha. Menurut Nunnally (1967)
dalam Ghozali (2005) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki
nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6.
4.8. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian
4.8.1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji normalitas data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria
pengujian satu sampel menggunakan pungujian satu sisi yaitu dengan
membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu:
1. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak
normal.
2. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
Selain melihat nilai signifikansi dari uji Kolmogorov-Smirnof, untuk melihat
apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat dilihat dari melihat grafik.
4.8.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak
korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen
maka akan ditemukan adanya masalah multikolinearitas. Suatu model regresi yang
baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinearitas. Untuk itu diperlukan uji
multikolinearitas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan:
1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Jika angka VIF lebih besar dari 10, maka variabel bebas
2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinearitas yang tidak
menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa
tidak terjadi masalah multikolinearitas (Ghozali, 2001).
4.8.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatam lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode
grafik plot, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik
plot dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot
(Studenzized) dibandingkan dengan hasil prodiksi.
Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang,
melebar kemudian menyempit, maka mengidentifikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
4.9. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara menyeluruh
terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini menggunakan
5%. Dengan ketentuan, jika signifikansi dari Fhitung < dari 0,05 maka hipotesis
melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan uji t yaitu dengan melihat nilai signifikansi t hitung, Jika
nilai signifikansi t hitung < dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel independen
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskriptif Data
Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 72
kuesioner dan dilakukan satu tahap. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, kuesioner dijemput kembali. Dari 72 kuesioner yang dikirim/dibagikan
yang kembali sebanyak 65 kuesioner. Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk
melakukan analisis data sebanyak 65 kuesioner. Yang tidak mengembalikan
kuesioner disebabkan beberapa hal: (1) ditugaskan ke luar kota, (2) cuti, dan (3)
mengikuti diklat di luar kota.
5.1.1. Karakteristik Penelitian
Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data
tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari: (1) jenis kelamin, dan
(2) tingkat pendidikan. Tabel 5.1 menyajikan ringkasan demografi responden.
Tabel 5.1. Data Demografi Responden
Keterangan Jumlah Persentase
Jenis kelamin Laki 53 81,5
Perempuan 12 18,5
Pendidikan
SMU/SMK/SLTA
D3 2 3
S1 35 53,8
5.1.2. Uji Response Bias
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang diantar langsung oleh
peneliti (personally administered). Peneliti menemui setiap responden dan
memberikan kuesioner kepada mereka. Semua responden mengembalikan kuesioner
dalam hari yang sama. Karena masa penerimaan kembali kuesioner yang satu dan lain
relatif sama, maka dalam penelitian ini tidak dilakukan pengujian response bias.
5.2. Analisis Data
5.2.1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Sebelum dilakukan pengujian data baik untuk deskripsi data penelitian
maupun untuk pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis, maka perlu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas data. Uji ini perlu dilakukan karena jenis data
penelitian adalah data primer.
5.2.1.1. Uji validitas
Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan software statistik, nilai
validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Berdasarkan
hasil uji validitas dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan untuk mengukur
masing-masing variabel penelitian dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa
r-hitung lebih besar r-tabel, di mana nilai r-tabel untuk sampel sebanyak 65 adalah
5.2.1.2. Uji reliabilitas
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji reliabilitas
menunjukkan alpha cronbach’s lebih besar dari 0,6 maka dapat dinyatakan instrumen
tersebut reliabel. Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach’s alpha. Uji
reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat
dipercaya. Secara umum suatu instrumen dikatakan bagus jika memiliki koefisien
Cronbach’s alpha > 0,6 maka kuesioner penelitian tersebut dinyatakan reliabel. Hasil
pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal
ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel.
Tabel 5.2. Uji Reliabilitas Variabel
Variabel Alpha
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh deskripsi data
Tabel 5.3. Deskripsi Statistik
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 (Pengalaman Kerja) 65 2.25 4.88 3.8154 .94298
X2 (Independensi) 65 2.33 4.33 3.6735 .75483
X3 (Objektivitas) 65 2.38 4.62 3.7558 .79471
X4 (Integritas) 65 2.92 4.72 4.1669 .41229
X5 (Kompetensi) 65 2.33 4.83 3.8821 .97259
Y (Kualitas Hasil Pemeriksaaan) 65 2.50 4.70 3.9338 .87950
Valid N (listwise) 65
Sumber: Lampiran 4
Jika dilihat dari deskriptif statistik, dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas
hasil pemeriksaan relatif rendah, karena nilai rata-rata tidak mencapai nilai 4.
Variabel yang diduga mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan seperti pengalaman
kerja, independensi, objektivitas dan kompetensi juga relatif rendah kecuali variabel
integritas. Indikator integritas yang paling tinggi yaitu kejujuran auditor dan yang
paling rendah integritas dalam hal tanggung jawab auditor (Lampiran 4).
5.4. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu apakah data tersebut bisa
dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk
menentukan model regresi dapat diterima secara ekonometrik. Pengujian asumsi
klasik ini terdiri pengujian normalitas, multikolinearitas, dan pengujian
heteroskedastisitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah
5.4.1. Pengujian Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data
mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 1.227 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,099
(Lampiran 3). Jika signifikansi nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0.05,
maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini juga
didukung dengan grafik di mana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas
dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.4.2. Pengujian Multikolinearitas
Berdasarkan pengujian multikolinearitas yang dilakukan dengan melihat nilai
VIF, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena tidak ada
nilai VIF yang lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1.
Ringkasan pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
X1 (Pengalaman Kerja) .408 2.449
X2 (Independensi) .266 3.759
X3 (Objektifitas) .234 4.282
X4 (Integritas) .379 2.639
X5 (Kompetensi) .202 4.944
5.4.3. Pengujian Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi
tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain terjadi kesamaan varian dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh
dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk
sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.5. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa
model telah dapat digunakan untuk dilakukan pengujian analisa regresi berganda,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang
akan diuji adalah pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas
dan kompetensi auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini.
Sig. F = 0,000 Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai R sebesar 0,975, hal ini
menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas
dan kompetensi mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kualitas hasil
pemeriksaan. Nilai adjusted R2 sebesar 0,946 mempunyai arti bahwa variabel
dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 94,6%. Dengan kata
lain 94,6% perubahan dalam kualitas hasil pemeriksaan mampu dijelaskan variabel
pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi sisanya
sebesar 5,4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung dengan tingkat signifikan
0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi
menunjukkan bahwa ada pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas,
integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial
terhadap kualitas hasil pemeriksaan, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi t-hitung
tersebut. Jika nilai signifikansi dari t-hitung tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat
dinyatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap peran auditor inspektorat
dalam pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan hasil pengujian data, maka dapat
dinyatakan bahwa hanya variabel pengalaman kerja yang tidak berpengaruh secara
5.5. Hasil Analisis Data
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja tidak
mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan auditor di lingkungan Inspektorat Provinsi
Sumatera Utara. Dugaan sementara penelitian ini adalah semakin banyak pengalaman
kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Budi dkk, (2004) dan Oktavia (2006),
tetapi tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002),
Kidwell dkk, (1987) dalam Budi dkk, (2004), Suraida (2005), Asih (2006),
Purnamasari (2005) dalam Asih (2006), Herliansyah dkk, (2006), Marinus dkk (1997)
dalam Herliansyah dkk, (2006) dan Alim dkk, (2007). Hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sukriyah dkk, (2009) yang mendapati
bahwa pengalaman kerja auditor inspektorat di pulau Lombok mempengaruhi kualitas
hasil pemeriksaan. Hasil penelitian Budi dkk, (2004) dan Oktavia (2006) yang
menyatakan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap komitmen profesional dan
pengambilan keputusan etis, konsisten dengan hasil penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa
auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum
(atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan
item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang
kurang berpengalaman.
Hasil penelitian ini tidak mendukung pendapat Tubbs (1992) yang melakukan