• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.2. Hasil analisis data

4.1.2.1 Analisis deskriptif persentase

Analisis deskriptif presentase digunakan untuk mengkaji variable- variable yang ada pada penelitian ini yang terdiri dari kepemimpianan transformasional, motivasi kerja dan kinerja. Hasil dari analisis deskriptif presentase persepsi responden tentang pengaruh kepemimpinan

transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah, adalah sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Transformasional

Tabel 4.3 Kriteria variabel kepemimpinan transformasional Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 5.140,8 – 6.120 84 ≤ 100 Sangat Baik

4.161,6 – 5.140,8 68 ≤ 84 Baik

3.182,4 – 4.161,6 52 ≤ 68 Cukup Baik 2.203,2 – 3.182,4 36 ≤ 52 Kurang Baik

1.224 – 2.203,2 20 ≤ 36 Tidak Baik Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian variabel kepemimpinan transformasional yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 4.889 dan dengan skor maksimal sebesar 6.120, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 4.889 : 6.120 x 100% = 79,89%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.3, variabel kepemimpinan transformasional termasuk di dalam kategori baik. Deskriptif persentase kepemimpinan transformasional berdasarkan karakteristik responden yang dapat dilihat pada lampiran yaitu responden laki-laki dengan persentase sebesar 79,88% dengan kategori baik, perempuan sebesar 79,90% dengan kategori baik, SMP sebesar 64,72% dengan kategori cukup baik, SMA sebesar 75,61% dengan kategori baik, D3 sebesar 83,03% dengan kategori baik, S1

sebesar 82,92% dengan kategori baik dan S2 sebesar 91,73% dengan kategori sangat baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah menurut responden baik berdasarkan karakteritik atau secara keseluruhan termasuk didalam kategori baik. Artinya adalah bahwa pimpinan telah memberikan efek yang positif terhadap karyawannya didalam bekerja. Berikut ini adalah deskriptif persentase dari indikator- indikator kepemimpinan transformasional, yaitu sebagai berikut:

a. Charismatic Leadership / Kharismatik

Tabel 4.4 Kriteria indikator kharismatik

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator kharismatik yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 1.208 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 1.208 : 1.530 x 100% = 78,95%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.4, indikator kharismatik termasuk di dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan

bahwa pimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap karyawannya, karyawan merasa segan terhadap kepemimpinannya dan karyawan juga mempunyai rasa keyakinan dan kepercayaan yang tinggi terhadap pimpinan.

b. Inspirational Motivation / Motivasi inspiratif

Tabel 4.5 Kriteria indikator motivasi inspiratif

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator motivasi inspiratif yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 1.241 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 1.241 : 1.530 x 100% = 81,11%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.5, indikator motivasi inspiratif termasuk di dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pimpinan sangat memotivasi karyawannya sehingga dapat bekerja lebih baik lagi. Karyawan merasa dipercaya oleh pimpinan dapat bekerja lebih baik lagi sehingga termotivasi didalam bekerja.

c. Intellectual Stimulation / Stimulasi intelektual

Tabel 4.6 Kriteria indikator stimulasi intelektual

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator stimulasi intelektual yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 1.214 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 1.214 : 1.530 x 100% = 79,35%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.6, indikator stimulasi intelektual termasuk di dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pimpinan menstimulasi karyawannya secara intelektual dengan cara memberikan pengarahan kepada karyawannya didalam menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan, menyampaikan gagasan atau ide-ide yang yang kreatif yang berkaitan dengan pekerjaan, dan lain sebagainya yang hal ini dapat memacu karyawan agar dapat bekerja lebih kreatif dan inovatif.

d. Individualized Consideration / Konsiderasi individual

Tabel 4.7 Kriteria indikator konsiderasi individual

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator konsiderasi individual yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 1.226 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 1.226 : 1.530 x 100% = 80,13%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.7, indikator konsiderasi individual termasuk di dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pimpinan telah memberikan perhatian yang tinggi terhadap karyawannya, dengan memberikan penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi, memberikan nasehat yang sehinnga karyawan dapat berkembang didalam bekerja, dan lain sebagainnya.

2. Motivasi kerja

Tabel 4.8 Kriteria variabel motivasi kerja

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 7.068,6 – 8.415 84 ≤ 100 Sangat Baik

5.722,2 – 7.068,6 68 ≤ 84 Baik

4.375,8 – 5.722,2 52 ≤ 68 Cukup Baik 3.029,4 – 4.375,8 36 ≤ 52 Kurang Baik

1.683 – 3.029,4 20 ≤ 36 Tidak Baik Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian variabel motivasi kerja yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 6.765 dan dengan skor maksimal sebesar 8.415, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 6.765 : 8.415 x 100% = 80,39%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.8, variabel motivasi kerja termasuk di dalam kategori baik. Deskriptif persentase motivasi kerja berdasarkan karakteristik responden yang dapat dilihat pada lampiran yaitu responden laki-laki dengan persentase sebesar 82,63% dengan kategori baik, perempuan sebesar 76,05% dengan kategori baik, SMP sebesar 70,71% dengan kategori baik, SMA sebesar 72,98% dengan kategori baik, D3 sebesar 71,72% dengan kategori baik, S1 sebesar 86,66% dengan kategori sangat baik dan S2 sebesar 94,27% dengan kategori sangat baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi karyawan pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah

dalam bekerja menurut responden baik berdasarkan karakteritik atau secara keseluruhan termasuk didalam kategori baik. Kebutuhan- kebutuhan karyawan didalam bekerja sudah terpenuhi dengan baik. Berikut ini adalah deskriptif persentase dari indikator-indikator motivasi kerja, yaitu sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisik

Tabel 4.9 Kriteria indikator kebutuhan fisik

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.927,8 – 2.295 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.560,6 – 1.927,8 68 ≤ 84 Baik

1.193,4 – 1.560,6 52 ≤ 68 Cukup Baik 826,2 – 1.193,4 36 ≤ 52 Kurang Baik

459 – 826,2 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator kebutuhan fisik yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 1.816 dan dengan skor maksimal sebesar 2.295, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 1.816 : 2.295 x 100% = 79,13%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.9, indikator kebutuhan fisik termasuk di dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa gaji, tunjangan, jaminan kesehatan dan lain sebagainya yang diperoleh oleh karyawan didalam bekerja sudah sesuai dengan yang diharapkan.

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan

Tabel 4.10 Kriteria indikator kebutuhan keamanan dan keselamatan Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator kebutuhan keamanan dan keselamatanyang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 1.297 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 1.297 : 1.530 x 100% = 84,77%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.10, indikator kebutuhan keamanan dan keselamatan termasuk di dalam kategori sangat baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa karyawan sudah merasa aman didalam bekerja, hal ini dengan adanya alat-alat keamanan dan keselamatan yang memadai.

c. Kebutuhan sosial

Tabel 4.11 Kriteria indikator kebutuhan sosial

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Berdasarkan hasil penelitian indikator kebutuhan sosial yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 1.216 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 1.216 : 1.530 x 100% = 79,48%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.11, indikator kebutuhan sosial termasuk di dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan karyawan didalam didalam bekerja terlajin dengan baik, begitu juga hubungan karyawan dengan pimpinan terjalin dengan baik pula.

d. Kebutuhan penghargaan diri dan pengakuan

Tabel 4.12 Kriteria indikator kebutuhan pengahargaan diri dan pengakuan

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator kebutuhan pengahargaan diri dan pengakuan yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 1.242 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 1.242 : 1.530 x 100% = 81,18%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.12, indikator kebutuhan pengahargaan diri dan

pengakuan termasuk di dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pimpinan memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi dan pimpinan juga memberi kesempatan promosi jabatan atau kenaikan pangkat kepada karyawan jika memenuhi persyaratan.

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Tabel 4.13 Kriteria indikator kebutuhan aktualisasi diri

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator kebutuhan aktualisasi diri yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 1.194 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 1.194 : 1.530 x 100% = 78,04%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.13, indikator kebutuhan aktualisasi diri termasuk di dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pimpinan memeberikan kesempatan kepada karyawan melakukan kreativitas, mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dalam bekerja.

3. Kinerja

Tabel 4.14 Kriteria variabel kinerja karyawan

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 10.281,6 – 12.240 84 ≤ 100 Sangat Baik

8.323,2– 10.281,6 68 ≤ 84 Baik

6.364,8 – 8.323,2 52 ≤ 68 Cukup Baik 4.406,4 – 6.364,8 36 ≤ 52 Kurang Baik

2.448 – 4.406,4 20 ≤ 36 Tidak Baik Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian variabel kinerja yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 7.077 dan dengan skor maksimal sebesar 12.240, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 7.077 : 12.240 x 100% = 57,82%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.14, variabel kinerja termasuk di dalam kategori cukup baik. Deskriptif persentase kinerja karyawan berdasarkan karakteristik responden yang dapat dilihat pada lampiran yaitu responden laki-laki dengan persentase sebesar 58,94% dengan kategori cukup baik, perempuan sebesar 55,72% dengan kategori cukup baik, SMP sebesar 44,17% dengan kategori kurang baik, SMA sebesar 51,78% dengan kategori kurang baik, D3 sebesar 53,75% dengan kategori cukup baik, S1 sebesar 62,40% dengan kategori cukup baik dan S2 sebesar 73,65% dengan kategori baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah

dalam bekerja menurut responden baik berdasarkan karakteritik atau secara keseluruhan termasuk didalam kategori cukup baik. Berikut ini adalah deskriptif persentase dari indikator-indikator kinerja kerja, yaitu sebagai berikut:

a. Kualitas kerja

Tabel 4.15 Kriteria indikator kualitas kerja

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator kualitas kerja yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 905 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 905 : 1.530 x 100% = 59,15%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.15, indikator kualitas kerja termasuk di dalam kategori cukup baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa karyawan didalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kurang memuaskan, kurang tepat, teliti dan cermat dalam mengerjakan pekerjaan yang ada.

b. Kuantitas kerja

Tabel 4.16 Kriteria indikator kuantitas kerja

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator kuantitas kerjayang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 898 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 898 : 1.530 x 100% = 58,69%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.16, indikator kuantitas kerja termasuk di dalam kategori cukup baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa karyawan kurang memenuhi beban pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan.

c. Pengetahuan mengenai pekerjaan

Tabel 4.17 Kriteria indikator pengetahuan mengenai pekerjaan Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Berdasarkan hasil penelitian indikator pengetahuan mengenai pekerjaan yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 885 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 885 : 1.530 x 100% = 57,84%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.17, indikator pengetahuan mengenai pekerjaan termasuk di dalam kategori cukup baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa karyawan kurang memahami pekerjaan yang dibebankan oleh pimpinan sehingga berdampak terhadap hasil pekerjaan.

d. Kerjasama

Tabel 4.18 Kriteria indikator kerjasama

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator kerjasama yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 876 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 876 : 1.530 x 100% = 57,25%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.18, indikator kerjasama termasuk di dalam kategori cukup baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa

karyawan kurang memanfaatkan kerjasama didalam bekerja, baik dengan dengan rekan kerja dalam satu bagian atau dengan rekan kerja di bagian lain di dalam bekerja.

e. Ketepatan waktu

Tabel 4.19 Kriteria indikator ketepatan waktu

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator ketepatan waktu yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 853 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 853 : 1.530 x 100% = 55,75%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.19, indikator ketepatan waktu termasuk di dalam kategori cukup baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa karyawan didalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan sedikit agak lama, sehingga waktu yang dibutuhkan karyawan menyelesaikan pekerjaan semakin lama dan ada sebagian karyawan yang terlambat dalam bekerja.

f. Efektivitas

Tabel 4.20 Kriteria indikator efektivitas

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator efektivitas yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 881 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 881 : 1.530 x 100% = 57,58%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.20, indikator efektivitas termasuk di dalam kategori cukup baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa karyawan yang kurang mampu menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan yang ditentukan. Dan masih kurangnya memanfaatkan sumber daya yang ada untuk digunakan semaksimal mungkin dalam bekerja.

g. Kemandirian

Tabel 4.21 Kriteria indikator kemandirian

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian indikator kemandirian yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 865 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 865 : 1.530 x 100% = 56,54%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.21, indikator kemandirian termasuk di dalam kategori cukup baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa karyawan didalam melaksanakan pekerjaan memerlukan bimbingan atau petunjuk dari pimpinan atau rekan kerja, sehingga tidak adanya kemandirian karyawan didalam bekerja.

h. Komitmen kerja

Tabel 4.22 Kriteria indikator komitmen kerja

Interval Skor Interval ( % ) Kriteria 1.285,2 – 1.530 84 ≤ 100 Sangat Baik

1.040,8 – 1.285,2 68 ≤ 84 Baik

795,6 – 1.040,8 52 ≤ 68 Cukup Baik 550,8 – 795,6 36 ≤ 52 Kurang Baik

306 – 550,8 20 ≤ 36 Tidak Baik

Berdasarkan hasil penelitian indikator komitmen kerja yang terlihat pada lampiran diperoleh skor total sebesar 914 dan dengan skor maksimal sebesar 1.530, jadi dapat dihitung deskriptif persentasenya adalah skor total : skor maksimal x 100% = 914 : 1.530 x 100% = 59,74%. Berdasarkan kriteria pada tabel 4.22, indikator komitmen kerja termasuk di dalam kategori cukup baik. . Jadi dapat disimpulkan bahwa karyawan kurang berkomitmen terhadap tanggung jawab pekerjaan dan tidak mematuhi semua peraturan yang ditetapkan ditempat bekerja, sebagai contoh adalah mangkir didalam bekerja.

4.1.2.2 Analisis regresi linier berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variable bebas dengan variabel terikat yaitu antara variabel kepemimpianan transformasional ( X1 ) dan motivasi kerja ( X2 ) terhadap variabel kinerja ( Y ). Hasil dari analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS 16 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.23 Hasil output SPSS 16 analisis regresi linier berganda Coefficientsa Model Unstandardize d Coefficients Standardiz ed Coefficien ts t Sig . Correlations B Std. Error Beta Zero -

order Partial Part 1 (Constant) .301 3.052 .099 .92 1 Kepemimpinan Transformasio nal .728 .095 .419 7.63 8 .00 0 .627 .529 .384 Motivasi .513 .054 .520 9.46 9 .00 0 .687 .612 .477

a. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 4.23 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 0,301 + 0,728 + 0,513

Persamaan diatas mengandung makna :

1. Konstanta sebesar 0,301. Bahwa tanpa melibatkan variabel kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja, atau dengan kata lain jika skor kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja adalah nol maka kinerja karyawan akan tetap.

2. Koefisien regresi variabel kepemimpinan transformasional sebesar 0,728. Bahwa setiap peningkatan kepemimpinan transformasional

sebesar satu satuan dan motivasi kerja tetap maka kinerja karyawan karyawan akan meningkat.

3. Koefisien regresi variabel motivasi kerja sebesar 0,513. Bahwa setiap peningkatan motivasi kerja sebesar satu satuan dan kepemimpinan transformasional tetap maka kinerja karyawan akan meningkat.

4.1.2.3 Uji hipotesis

a. Uji simultan (Uji f)

Uji simultan (uji F) pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas/independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat/dependen. Kaidah pengambilan keputusan dalam uji F dengan menggunakan program SPSS 16 adalah :

3) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima, jadi variabel bebas dari model regresi linier tidak mampu menjelaskan variabel terikat.

4) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak, jadi variabel bebas dari model regresi linier mampu menjelaskan variabel terikat.

Hasil analisis uji f dengan menggunakan program SPSS 16 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.24 Hasil output SPSS 16 analisis uji f

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regressio

n

4263.989 2 2131.995 122.291 .000a

Residual 2615.070 150 17.434 Total 6879.059 152

a. Predictors: (Constant), Motivasi, KepemimpinanTransformasional b. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil uji simultan (uji f) diperoleh f hitung = 122,291 dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, hal ini menunjukan bahwa yang menyatakan

“ada pengaruh kepemimpianan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan” diterima.

b. Uji partial (Uji t)

Uji partial (uji t) pada dasarnya menunujukan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas/independen secara individual dalam menerangkan varisi variabel terikat/dependen. Kaidah pengambilan keputusan dalam uji t dengan menggunakan program SPSS 16 adalah :

3) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima, jadi variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikat atau tidak ada pengaruh antara variabel yang diuji.

4) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak, jadi variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat atau ada pengaruh antara variabel yang diuji.

Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) (tabel 4.23) untuk variabel kepemimpinan trasnformasional diperoleh t hitung sebesar 7,638 dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, hal ini menunjukan bahwa yang menyatakan “ada

pengaruh kepemimpianan transformasional terhadap kinerja karyawan” diterima.

Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) untuk variabel motivasi kerja diperoleh t hitung sebesar 9,469 dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, hal ini menunjukan bahwa yang menyatakan “ada pengaruh motivasi kerja

terhadap kinerja karyawan” diterima.

c. Uji koefisien Determinasi ( )

Pengujian koefisien determinasi adalah dimasksudkan untuk mengetahui besarnya hubungan atau pengaruh variabel independen (kepemimpianan transformasional dan motivasi kerja) terhadap variabel dependen (kinerja).

1) Simultan

Untuk mengetahui besarnya pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan secara simultan, dapat diketahui berdasarkan nilai Adjusted R Square. Hasil dari analisis uji koefisien determinasi dengan menggunakan program SPSS 16 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.25 Hasil output SPSS 16 analisis uji koefisien determinasi simultan

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .787a .620 .615 4.175 1.904

a. Predictors: (Constant), Motivasi, KepemimpinanTransformasional b. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan tabel 4.25 diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,615. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepemimpianan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 61,5%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 38,5%, menjelaskan bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model sebesar 38,5%.

2) Parsial

Untuk mengetahui besarnya pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan secara parsial, dapat diketahui berdasarkan nilai kuadrat dari Correlations Partial. Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa nilai Correlations Partial dari variabel kepemimpinan transformasional sebesar 0,529 dan variabel motivasi kerja sebesar 0,612. Sehingga besarnya pengaruh

kepemimpinan transformaional terhadap kinerja adalah = 0,2798 atau 27,98%, sedangkan besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja adalah = 0,3745 atau 37,45%.

Dokumen terkait