• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis

Dalam dokumen Yuni Istiqomah R0107082 (Halaman 38-43)

HASIL PENELITIAN

D. Hasil Analisis

Berikut analisis hubungan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan:

Tabel IV.4 Distribusi frekuensi hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan

Tahap Perkembangan

Total Abnormal Meragukan Normal

Pemberian Susu Formula ASI Count 6 6 25 37 Expected Count 15.5 7.0 14.5 37.0 ASI ditambah susu formula Count 20 8 3 31 Expected Count 13.0 5.9 12.1 31.0 Susu formula Count 5 0 1 6 Expected Count 2.5 1.1 2.4 6.0 Total Count 31 14 29 74 Expected Count 31.0 14.0 29.0 74.0 Sumber : Data Primer Diolah, 2011

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa terdapat 3 cells (33,3%) yang memiliki frekuensi harapan kurang dari 5, maka sebelum dilakukan perhitungan dengan uji chi-square harus dilakukan penggabungan cells terlebih dahulu menggunakan Statistical Programs For Social Science (SPSS) for

commit to user

Tabel IV.5 Distribusi frekuensi analisis uji Chi-square

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 29.395a 4 .000

Likelihood Ratio 33.014 4 .000

Linear-by-Linear Association 23.056 1 .000

N of Valid Cases 74

Sumber : Data Primer Diolah, 2011

Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa X2hitung = 29,395 lebih besar dari X 2tabel = 9,488 dengan df = 4, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. Jadi, ada hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong.

Derajat kekuatan hubungan diukur menggunakan koefisien kontingensi dengan hasil Chit = 0,533 dimana interval koefisien antara 0,40-0,599 menunjukkan tingkat hubungan sedang.

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja RSU Assalam Gemolong pada 74 responden yang sesuai kriteria inklusi dengan menggunakan formulir dan tes skrining perkembangan DDST-R. Menurut Notoatmodjo (2007), Formulir yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang variabel yang langsung bisa diidentifikasi. Sedangkan DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi (Nugroho, 2009).

Pengukuran tahap perkembangan dengan DDST dilakukan dengan wawancara kepada ibu dan observasi langsung pada bayi. Subjek penelitian dilakukan pada bayi usia 0-6 bulan karena WHO, UNICEF, begitu juga para ahli kesehatan dan organisasi-organisasi kesehatan sepakat bahwa ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang diperlukan oleh bayi pada 6 bulan pertama kehidupan mereka. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk membandingkan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan susu formula.

commit to user A.Pemberian Susu Formula

Pada penelitian yang dilakukan Fitrisia (2002) yang mengamati tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian susu formula pada bayi umur 0-12 bulan menemukan sebanyuak 70% ibu mendapatkan informasi mengenai susu formula melalui iklan televisi maupun radio. Disamping itu promosi susu formula juga menggunakan petugas-petugas yang mengunjungi ibu dirumah maupun dirumah sakit dan membagi-bagikan contoh susu formula secara cuma-cuma kepada ibu. Bahkan petugas kesehatan dipengaruhi oleh pemberian hadiah, dan sebagainya.

Hal tersebut juga sesuai dengan kenyataan yang peneliti temukan dilapangan saat melakukan penelitian ini. Sebagian besar alasan ibu dalam memberikan susu formula kepada bayinya adalah melanjutkan jatah susu formula yang diberikan dari rumah sakit saat mereka bersalin.

Sedangkan pada penelitian Afifah (2007) yang meneliti tentang faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif menemukan salah satu faktor penguat gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kuatnya pengaruh ibu (nenek) dalam pengasuhan bayi secara non-ASI eksklusif. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian ini, dimana pemberian susu formula juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat maupun pengalaman ibu (nenek) dimasa lalu.

Saraswati (2008) yang menganalisis hubungan sosial ekonomi keluarga

commit to user

dengan endemisitas GAKI di daerah endemis GAKI di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan faktor sosial ekonomi, dimana keluarga dengan ekonomi lemah sering membuat susu formula dengan takaran yang tidak sesuai anjuran. Takaran susu formula umumnya sudah dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan osmolaritas (tingkat kekentalan) yang disesuaikan dengan kemampuan fungsi pencernaan bayi. Jika standar pengenceran itu dilanggar, maka sistem pencernaan bayi tidak bisa menerima, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan pencernaan. Selain itu, fungsi pencernaan bayi juga umumnya belum optimal dan mudah terganggu jika asupan yang diterima tidak sesuai dengan kemampuannya.

B.Tahap Perkembangan

Khasanah (2008) dalam penelitiannya yang mengamati tentang pengaruh lama pemberian bedong terhadap perkembangan motorik pada bayi usia 4 bulan di Desa Jenowo Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali menemukan bahwa stimulasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan. Bayi yang sering dibedong jarang mendapatkan stimulasi sehingga perkembangan pada bayi yang dibedong kurang dapat dioptimalkan.

Selain itu pada penelitian Halimah (2010) yang meneliti pengaruh stimulasi bayi terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-8 bulan juga menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna setelah pemberian stimulasi bayi berupa pijat bayi, senam bayi dan permainan. Untuk itu

commit to user

diharapkan kepada para ibu untuk memberikan stimulasi dan memberikan keleluasaan gerak pada bayinya dan tidak terlalu protektif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan susu formula sebesar 89,19% mengalami keterlambatan perkembangan. Sedangkan bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif sebanyak 67,57% mengalami tahap perkembangan yang normal. Hal ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan Hurlock (2008), bahwa penghisapan ASI dengan adanya refleks mengisap merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak. Perkembangan kecerdasan anak dapat terganggu oleh kondisi lingkungan atau fisik yang kurang mendukung, seperti kekurangan gizi dan stimulasi dari lingkungan.

Dalam dokumen Yuni Istiqomah R0107082 (Halaman 38-43)

Dokumen terkait