commit to user
HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 0-6 BULAN
DI RSU ASSALAM GEMOLONG
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Yuni Istiqomah
R0107082
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user ABSTRAK
Yuni Istiqomah, R0107082. Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan di RSU Assalam Gemolong, Program Studi D1V Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011
Latar Belakang: Proses tumbuh kembang bayi menentukan masa depan anak sebagai generasi penerus masa depan bangsa, maka perhatian terhadap keadaan gizi dan kesehatan merupakan hal yang penting. Salah satu upaya untuk mencapai tumbuh kembang optimal adalah dengan memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya sebesar 32%. Bayi yang mendapatkan ASI memiliki tahap perkembangan yang lebih baik dari pada bayi dengan susu formula. Tujuan: Mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong.
Metode: Penelitian mengunakan observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Variabel dalam penelitian ini adalah pemberian susu formula sebagai
variabel bebas dan untuk variabel terikatnya adalah tahap perkembangan. Jumlah sample terdiri dari 37 subjek kasus dan 37 subjek kontrol diambil dengan teknik
purosive sampling. Sedangkan untuk analisisnya menggunakan uji chi square
dengan software SPSS 16.
Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong, dimana ditunjukkan dari hasil probabilitas hitung adalah 0,001.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Ada hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong dengan derajat kekuatan hubungan sedang yang ditunjukkan dari nilai koefisien kontingensi 0,533.
commit to user ABSTRACT
Yuni Istiqomah, R0107082. Formula Feeding Relationships with Developmental Stages of Infants aged 0-6 Months at General Hospital Assalam Gemolong, Program Studi D1V Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011
Background: Growth process determining the future baby as the nation’s future generations, so attention to nutrition and health situation is very important. One way to achieve an optimal growth and development is to provide exclusively breastfeeding from birth until baby is 6 months old. And the coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia is only 32%. Babies who are breastfed have better developmental stages than babies with formula fed. Objective: To find out the correlation between formula feeding and developmental stages of infants aged 0-6 months at general hospital Assalam Gemolong.
Methods: The study uses an observational analytic with cross sectional approach. In this study were formula feeding as an independent variable and for the dependent variable are developmental stages. The number of sample consists of 37 case subjects and 37 control subjects taken with a purposive sampling technique. For the analysis using chi square test with SPSS 16.
Results: There was a significant correlation between formula feeding and developmental stages of infants aged 0-6 months at general hospital Assalam Gemolong, which is shown from the results of probability count is 0,001.
The conclusion of this study is: There was a significant correlation between formula feeding and developmental stages of infants aged 0-6 months at general hospital Assalam Gemolong with the degree of correlations are medium shown from the contingency coefficient is 0,533.
Keywords: Formula Feeding, Developmental Stages, Infant
commit to user KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan di RSU Assalam Gemolong”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti pendidikan program studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat disusun dengan lancar tidak lepas dari bantuan yang diberikan oleh semua pihak baik secara moril maupun material. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi M.S, Rektor Univesitas Sebelas Maret Surakarta
2. Prof. dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR FINASIM, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K), Ketua Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret Surakarta 4. Sri Mulyani, S.Kep. NS, M.Kes, Sekretaris Program Studi DIV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret Surakarta 5. Erindra Budi C, S.Kep. Ns, M.Kes. Selaku Ketua Tim Karya Tulis
Ilmiah
6. Suhanantyo, drg.Msi Med. Selaku pembimbing utama yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan
7. Agus Eka NY, S.ST, M.Kes. Selaku pembimbing pendamping yang sabar dalam memberikan bimbingan dan dukungan
8. Seluruh dosen pengajar dan staf program studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran pelaksanaan pembuatan skripsi ini
9. Teman-teman mahasiswa program studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2007
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk memperbaiki karya ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua. Amien
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN VALIDASI ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Konsep Susu Formula a. Pengertian ... 5
b. Tujuan dan Manfaat Pemberian Susu Formula ... 5
commit to user
d. Perbandingan komposisi zat gizi antara ASI dan
susu formula……….. ... 6
e. Keadaan yang memungkinkan Ibu untuk memberi susu formula pada bayi ... 7
f. Resiko pemberian susu formula ... 8
2. Konsep Perkembangan a. Pengertian ... 8
b. Tujuan penilaian perkembangan ... 9
c. Ciri-ciri perkembangan ... 9
d. Aspek-aspek perkembangan ... 10
e. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ... 12
f. Penyebab gagalnya tumbuh kembang anak ... 13
3. Konsep Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan... 13
B. Kerangka Konsep ... 15
C. Hipotesis……….. ... 15
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 16
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
C. Populasi Penelitian ... 17
D. Sampel dan Teknik Sampling ... 17
E. Estimasi Besar Sampel ... 18
commit to user
G. Definisi Operasional Variabel ... 19
H. Cara Kerja ... 20
I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data... 22
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden ... 24
B. Pemberian Susu Formula ... 26
C. Tahap Perkembangan ... 26
D. Hasil Analisis ... 27
BAB V. PEMBAHASAN A.Pemberian Susu Formula ... 29
B.Tahap Perkembangan ... 30
C.Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan……… . 31
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 33
B. Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Perbandingan Komposisi Zat Gizi antara ASI dan Susu Formula .. 6
Tabel III.1 Koefisien Kontingensi ... 23
Tabel IV.1 Distribusi Usia Bayi……... ... 25
Tabel IV.2 Distribusi Makanan Bayi ... 26
Tabel IV.3 Distribusi Tahap Perkembangan ... 26
Tabel IV.4 Distribusi frekuensi hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan ... 27
commit to user DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1. Bagan Kerangka Konsep Hubungan Pemberian Susu Formula
dengan Tahap Perkembangan Bayi ... 15
Gambar III.1. Bagan Desain Penelitian Hubungan Pemberian Susu
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Formulir Pemberian Susu Formula
Lampiran 4. Lembar Pengamatan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan
Lampiran 5. Lembar Pengamatan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan
Lampiran 6. Lembar pengamatan tes psikomotorik DDST-R
Lampiran 7. Petunjuk Penilaian
Lampiran 8. Kriteria Penilaian Abnormal
Lampiran 9. Kriteria Penilaian Meragukan
Lampiran 10. Kriteria Penilaian Normal
Lampiran 11. Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data
Lampiran 12. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Hubungan Pemberian Susu Formula dengan
Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan
Lampiran 14. Jadwal Penelitian
Lampiran 15. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 16. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Proses tumbuh kembang bayi merupakan proses yang penting untuk
diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak
baik fisik, jiwa, maupun perilakunya. Mengingat bayi dan anak-anak adalah
generasi pewaris masa depan bangsa, maka perhatian terhadap keadaan gizi
dan kesehatan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup mereka.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy
for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan
empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu
ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua
memberikan ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
ketiga memberikan MP-ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan
keempatmeneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Menurut WHO cakupan pemberian ASI eksklusif di Asia pada tahun
2008 sebesar 43% dan di Indonesia sebesar 32%. Berdasarkan data Survey
Kesehatan Nasional 2009, provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat kedua
terendah yaitu 52,2% dalam cakupan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan
commit to user
Tengah tahun 2006 cakupan pemberian ASI eksklusif di kota Surakarta sebesar
65%.
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif disebabkan karena masih
kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun
tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Masih
banyak pula Rumah Sakit yang belum mendukung peningkatan pemberian ASI
eksklusif, yang ditandai dengan belum melakukan rawat gabung antara ibu dan
bayinya dan masih bebas beredarnya susu formula di lingkungan Rumah Sakit.
Studi di Kota Bogor (2002) pada bayi usia 5-10 bulan sebanyak 54,6 %
sudah mulai diberikan susu formula. Data SDKI tahun 2002 menunjukkan pada
bayi berusia kurang dari 6 bulan yang menggunakan susu formula dan sudah
tidak disusui sebanyak 76,6% sedangkan yang menggunakan susu formula
tetapi masih disusui sebanyak 18,1%.
Studi kasus serupa pernah dilakukan oleh Drane, DL, & Logemann, JA
(2000) dengan judul “A Critical Evaluation of The Evidence on The
Association Between Type of Infant Feeding and Cognitive Development”. Hal
yang membedakan dengan studi kasus sebelumnya yaitu mereka melakukan
kompilasi meta-analisis dari semua studi yang telah dipublikasikan selama dua
puluh tahun terakhir untuk mengevaluasi hubungan antara jenis makanan bayi
dan efek pada perkembangan kognitif. Mereka menyimpulkan bahwa bayi
yang diberi ASI menunjukkan tingkat IQ dua sampai lima poin lebih tinggi jika
commit to user
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul Hubungan Pemberian Susu
Formula dengan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan di RSU Assalam
Gemolong.
B.Rumusan Masalah
Adakah hubungan pemberian susu formula dengan tahap
perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong?
C.Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan tahap
perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong
2) Tujuan Khusus
a) Mengetahui dampak pemberian susu formula terhadap perkembangan
bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong
b) Mengetahui tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam
Gemolong
c) Menganalisis hubungan pemberian susu formula dengan tahap
perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong
D.Manfaat Penelitian
a) Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan
tentang hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan
commit to user b) Aplikatif
a) Bagi institusi
Menambah bahan pustaka dan kajian tentang susu formula dan tahap
perkembangan serta sebagai referensi bagi pihak lain yang ingin meneliti
hal yang sama di kemudian hari.
b) Bagi masyarakat
Meningkatkan pengetahuan tentang dampak pemberian susu formula
serta penilaian tahap perkembangan anak dan mampu
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Konsep Susu Formula
a. Pengertian
Susu formula adalah susu yang dirancang khusus untuk meniru
ASI dan memiliki kandungan nutrien yang hampir sama walaupun tidak
mengandung antibodi yang terdapat dalam ASI (Handayani, 2005).
b. Tujuan dan Manfaat Pemberian Susu Formula
Susu formula dibuat dengan komposisi yang diterapkan
mendekati atau hampir sama dengan komposisi ASI guna memenuhi
segala kebutuhan nutrisi bayi (Krisnatuti, 2008). Susu formula tidak
dapat dipergunakan sebagai pengganti ASI, tetapi dipergunakan sebagai
pelengkap makanan bayi.
c. Menurut Pudjiadi (2005), Jenis susu formula antara lain:
1) Formula adaptasi
Susu yang disesuaikan untuk bayi baru lahir sampai umur 6
bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI
sehingga tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal bayi yang
commit to user 2) Formula awal lengkap
Formula awal lengkap (complete starting formula) berarti
susunan zat gizinya lengkap dan pemberiannya dapat dimulai setelah
bayi dilahirkan. Serta dibuat dengan kadar protein yang lebih tinggi
dan tidak disesuaikan dengan ASI.
3) Formula Follow-Up
Formula follow-up (follow-up diartikan lanjutan, mengganti
formula bayi yang sedang dipakai dengan formula tersebut). Formula
ini diperuntukan bagi bayi berumur 6 bulan keatas.
d. Perbandingan komposisi zat gizi antara ASI dan susu formula
Tabel II.1 Perbandingan Komposisi Zat Gizi antara ASI dan Susu
Formula (Krisnatuti, 2008)
Komposisi (g/100ml) ASI (g/100ml) Susu Formula (g/100ml)
Lemak (g) 3,0-5,5 1,3-3,6
Protein (g) §whey §kasein 1,1 0,7 0,4 3,3 0,6 2,7
Karbohidrat (kkal) 6,6-7,1 7,32-9,6
Mineral §Na (mg) §K (mg) § Ca (mg) §P(mg) §Cl (mg) §Mg (mg) §Fe (mg) §Cu (g) §Zn (mg) §Mn (g)
commit to user Vitamin
§A (SI) §D (SI) §B1 (mg)
§B2 (mg) §C (mg) §B6 (mg) § B12(g) §Niasin
§pantotenat A (g) §asam Folat (g) §biotin (mg)
150-270 6 0,017 0,03 4,4 0,02 0,04 0,17 0,24 0,2 0,2 60 2 0,03 0,17 1 0,07 0,3 0,1 0,34 0,2 3,0 Keterangan:
SI : standar internasional
g : gram
mg : miligram ϻg : mikrogram
e. Menurut Pudjiadi (2005), keadaan yang memungkinkan Ibu untuk
memberi susu formula pada bayi antara lain:
1) Berhubungan dengan penyakit ibu dan dilarang oleh dokter untuk
menyusui
2) Bayi yang dilahirkan dengan kelainan metabolik bawaan yang akan
bereaksi jelek jika bayi tersebut mendapat ASI
3) Ibu sedang di rawat di rumah sakit dan di pisahkan dari bayinya
4) Produksi ASI tidak cukup atau bahkan tidak keluar sama sekali
commit to user f. Resiko pemberian susu formula
1) Untuk bayi dan anak-anak: Meningkatkan risiko asma, alergi, ISPA,
oklusi gigi pada anak, kurang gizi atau gizi buruk, kanker pada anak,
penyakit kronis, diabetes, kardiovaskuler, obesitas, infeksi saluran
pencernaan, kematian, otitis media dan infeksi saluran telinga, efek
samping kontaminasi lingkungan serta menghambat perkembangan
kognitif.
2) Untuk ibu : meningkatkan risiko kanker payudara, kelebihan berat
badan, kanker ovarium dan kanker endometrium, osteoporosis,
rheumatoid arthritis, stress dan kecemasan, diabetes, serta mengurangi
jarak alami kelahiran anak.
2. Konsep Perkembangan
a. Pengertian
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang
terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Jadi perkembangan
bukan sekedar penambahan beberapa centimeter pada tinggi badan
seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu
proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks (Hurlock,
2008). Tujuan perkembangan adalah untuk memungkinkan orang
commit to user
Perkembangan tidak diatur oleh pendewasaan internal ataupun
pendewasaan dari luar tetapi merupakan sebuah proses konstruktif yang
aktif dimana anak-anak lewat aktivitas-aktivitas mereka sendiri
membangun struktur-struktur kognitif yang semakin berbeda dan
komprehensif (Crain, 2007).
b. Tujuan penilaian perkembangan
Perkembangan kesehatan memiliki rentang “normal’ yang lebar.
Menurut Meadow (2005), tujuan dari penilaian perkembangan adalah:
1) Deteksi dini jika terjadi keterlambatan sehingga dapat segera
diberikan pertolongan (saran, fisioterapi, alat bantu penglihatan, alat
bantu pendengaran) sedini mungkin
2) Untuk lebih meyakinkan kedua orang tua.
Ada 2 bagian penting dalam penilaian perkembangan, riwayat yang
didapat dari orang tua dan hasil observasi dokter
c. Ciri-ciri perkembangan
1) Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti
dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan
diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin
2) Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu
perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kearah kaudal
commit to user
3) Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari
kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan
melakukan hal yang sempurna
4) Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian
perkembangan yang berbeda
5) Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya
dimana tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap
(Hidayat, 2009).
d. Aspek-aspek perkembangan
1) Perkembangan fisik (motorik):
Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak
merupakan pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan
system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan motorik
meliputi:
a) Perkembangan motorik kasar
Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses
kematangan anak. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh
anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan
tubuh. Misalnya: kemampuan anak untuk duduk, berlari dan
commit to user b) Perkembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus dipengaruhi oleh kesempatan
anak untuk belajar dan berlatih. Perkembangan motorik halus
merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan
otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Misalnya
kemampuan menilis, menggunting dan menyusun balok.
2) Perkembangan emosi
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk
mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut dan marah serta
bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini anak sangat dipengaruhi
oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang disekitarnya.
3) Perkembangan kognitif
Pada aspek kognitif, perkembangan anak nampak pada
kemampuannya dalam menerima, mengolah dan memahami
informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif
berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun
isyarat), memahami kata dan berbicara.
4) Perkembangan psikososial
Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk
commit to user
e. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak menurut Hidayat
(2009), antara lain:
1) Faktor herediter
Meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Ras atau
suku bangsa memiliki peran dalam mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu yang
memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi.
2) Faktor lingkungan
a) Lingkungan prenatal: merupakan lingkungan dalam kandungan
mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi : gizi pada waktu
ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin, dan
hormonal.
b) Lingkungan post natal: lingkungan setelah lahir yang meliputi
budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim dan
cuaca
c) Olahraga atau latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, status
kesehatan.
3) Faktor hormonal:
a) Somatotropin: mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan
menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal.
b) Tiroid: menstimulasi metabolisme tubuh
c) Glukokortikoid: menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari
commit to user f. Penyebab gagalnya tumbuh kembang anak
1) Asupan makanan tidak adekuat: masalah/kesulitan makan atau tidak
diperhatikan, buruknya selera makan, masalah mekanis seperti:
sumbing palatum, palsi serebral
2) Muntah-muntah: refluks gastroesofageal, stenosis pilori, masalah
pemberian makanan, intoleransi makanan
3) Gangguan/defek pada sistem pencernaan atau sistem penyerapan:
fibrosis kistik, intoleransi makanan, diare infektif kronis
4) Gagal fungsi: infeksi kronis, gagal jantung, gagal ginjal, gangguan
metabolik
5) Gangguan emosional
(Meadow, 2005)
3. Konsep Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap
Perkembangan
Pasca kelahiran menuntut bayi untuk mandiri. Semua pasokan
oksigen, sari-sari makanan, sirkulasi darah, proses pembuangan serta
pengaturan temperatur masih tergantung pada ibu. Ketika dilahirkan, bayi
harus berusaha melakukan berbagai hal tersebut dengan upayanya sendiri.
Oleh karena itu bayi harus mengembangkan diri (Pratisti, 2008).
Air susu ibu dan susu formula memberikan nutrien bagi bayi untuk
mendukung setiap tahap perkembangannya. Namun, air susu ibu adalah
commit to user
perkembangan yang cepat dan sehat dari otak dan sistem saraf bayi,
pematangan sistem pencernaan, dan perkembangan sistem kekebalan
tubuhnya (imunitas). Meskipun ada susu formula bayi yang difortifikasi
dengan zat besi, namun ternyata setelah diteliti hal tersebut tidak
meningkatkan pertumbuhan maupun perkembangan pada bayi.
Hasil studi analisis statistik di Provinsi Sumatra Selatan (2003) pada
bayi usia 6-12 bulan menunjukkan ada hubungan bermakna riwayat
pemberian kolostrum dengan perkembangan bayi (p=0,039), ada hubungan
bermakna pola pemberian ASI dengan perkembangan bayi (p=0,025) dan
ada hubungan bermakna pola pemberian MP-ASI dengan perkembangan
bayi (p=0,028).
Menyusui terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang,
karena memiliki pengaruh positif pada pendidikan dan perkembangan
kognitif di masa kanak-kanak, tegas sebuah penelitian di Inggris. Analisis
regresi yang dilakukan pada sebuah penelitian menyatakan bahwa menyusui
secara signifikan berkorelasi positif dengan pendidikan dan kecerdasan.
(Richards, 2002).
Selain itu dikatakan oleh The American Academy of Pediatric
(AAP), cara pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi sangat mempengaruhi
kesejahteraan fisik, sosial, dan emosional. Memberi makanan bayi dengan
penuh kasih sayang dan cinta dapat meningkatkan pertumbuhan dan
commit to user B.Kerangka Konsep
Keterangan:
Diteliti Tidak diteliti
Gambar II.1. Bagan Kerangka Konsep Hubungan Pemberian Susu Formula
dengan Tahap Perkembangan
C.Hipotesis
Ada hubungan antara pemberian susu formula dengan tahap
perkembangan bayi usia 0-6 bulan.
Variabel Dependen:
Tahap Perkembangan
Variabel Independen:
Pemberian Susu Formula Lingkungan
Asupan Makanan
1. Lingkungan Prenatal ·Gizi waktu ibu hamil ·Lingkungan mekanis ·Zat kimia atau toksin
3. Latihan fisik dan status kesehatan
Hormonal
Asupan Zat Gizi 2. Lingkungan Postnatal
·Budaya lingkungan ·Sosial ekonomi keluarga ·Perilaku/sikap orangtua ·Iklim dan cuaca
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan
sesaat atau dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya
dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian (Machfoedz, 2009).
Gambar III.1. Bagan Desain Penelitian Hubungan Pemberian Susu Formula
dengan Tahap Perkembangan Bayi 0-6 Bulan
Populasi Sampel Susu Formula Pemberian Uji Square
Chi-(X²) ASI
Susu Formula
Abnormal
Meragukan
Normal
ASI ditambah
Susu Formula
Abnormal
Meragukan
Normal
Abnormal
Meragukan
commit to user B.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Assalam Gemolong pada bulan
Mei-juli 2011
C.Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti (Sugiyono,2009).
1. Populasi Target
Semua ibu dan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong.
2. Populasi Aktual
Semua ibu dan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong pada bulan
Mei-Juli 2011.
D.Sampel dan Teknik Sampling
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu dan bayi usia 0-6 bulan
di RSU Assalam Gemolong pada bulan Mei-Juli 2011 yang memenuhi kriteria
restriksi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri
commit to user E.Estimasi Besar Sampel
Karena jumlah populasi kurang dari 10.000 maka besar estimasi sampel
penelitian ditentukan menurut Notoatmodjo (2007), dengan rumus:
1
²
41 1 41 0,05
41 1,1025
37,19 37
Keterangan:
n : besar sampel penelitian
N : besarnya populasi
d : penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan
Sedangkan pemilihan subjek kontrol menurut Arief (2008) dapat
dilakukan dengan:
1) Memilih kontrol dari populasi yang sama dengan kasus, dalam penelitian ini
subjek kontrol dapat diperoleh di RSU Assalam Gemolong
2) Secara matching yaitu setiap menemukan 1 subjek sampel penelitian dicari
commit to user
3) Memilih kontrol dapat dilakukan lebih dari 1 kelompok. Dalam penelitian
ini jika kontrol tidak dapat diperoleh di RSU Assalam Gemolong maka
kontrol dicari didaerah asal kasus.
Dalam penelitian ini perbandingan antara subjek kasus dan kontrol
adalah 1:1, jadi jumlah sampel kasus sama dengan jumlah sampel kontrol yaitu
37:37. Namun, ukuran sampel yang diperoleh dari rumus ukuran sampel
apapun tetap saja bukan merupakan harga mati, boleh kurang atau boleh lebih
dari perhitungan rumus sebab peneliti memiliki diskresi untuk memilih nilai
elemen-elemen dalam rumus sesuai keinginannya dan adanya sejumlah kriteria
lain diluar masalah statistik yang perlu dipertimbangkan antara lain etika, biaya
dan waktu (Murti, 2010).
F. Kriteria Retriksi
1) Kriteria inklusi
a) Semua ibu dan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong pada
bulan Mei-Juli 2011
b) Ibu yang bersedia menjadi responden
2) Kriteria eksklusi
a) Bayi yang menderita kelainan bawaan
b) Ibu yang menolak untuk menjadi responden
G.Definisi Operasional
1) Variabel Independen : Pemberian susu formula
Definisi :Susu formula adalah susu buatan yang
commit to user Skala Pengukuran : Nominal polikotomik
a) Diberikan ASI eksklusif
b) Diberikan susu formula ditambah ASI
c) Diberikan susu formula
2) Variabel Dependen : Tahap Perkembangan
Definisi : Tahapan bertambahnya kemampuan fungsi tubuh
dari sederhana menjadi lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
proses pematangan.
Skala Pengukuran : Ordinal
a) Abnormal
b) Meragukan
c) Normal
H.Cara Kerja
1) Alat Ukur
a) Variabel Independen (Pemberian Susu Formula)
Pemberian Susu Formula diukur menggunakan formulir atau
disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Formulir berisi
pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang variabel yang langsung bisa
diidentifikasi (Notoatmodjo, 2007). Jenis pertanyaan dalam formulir,
yakni pertanyaan terbuka, disini responden diberikan kebebasan penuh
commit to user
atas apa yang ditanyakan peneliti. Sehingga peneliti dapat melihat
bagaimana dan mengapa jawaban responden serta alasan-alasannya.
b) Variabel Dependen (Tahap Perkembangan)
Cara pengukuran tahap perkembangan dilakukan dengan
observasi langsung dan wawancara. Menurut Hidayat (2007), Observasi
merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan
atau hal-hal yang akan diteliti. Sedangkan wawancara dilakukan dengan
berinteraksi atau komunikasi secara langsung antara peneliti dengan
orang tua bayi. Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan tes
psikomotorik DDST-R (Denver Developmental Screening Test -
Revised).
Cara melakukan penilaian DDST adalah sebagai berikut:
(1) Tetapkan terlebih dahulu umur bayi dengan menggunakan patokan
30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Umur
kurang dari 15 hari dibulatkan keb dan sama dengan atau lebih dari
15 hari dibulatkan keatas.
(2) Kemudian garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang
memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor.
(3) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P
(pulse) dan berapa yang F (failed) selanjutnya berdasarkan pedoman,
commit to user 2) Cara Pengukuran
Pada pengukuran variable pemberian susu formula dilakukan dengan
pengisian formulir oleh ibu, sedangkan variable tahap perkembangan diukur
dengan cara melakukan observasi langsung pada bayi usia 0-6 bulan dengan
panduan formulir DDST-R.
I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
1) Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :
a) Editing
Editing adalah meneliti kembali data untuk mengetahui apakah
data itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses
berikutnya.
b) Coding
Coding adalah memindahkan data dari daftar pertanyaan ke daftar
yang akan memberi informasi. Data yang diubah menjadi bentuk angka
untuk mempermudah perhitungan selanjutnya.
c) Tabulasi
Tabulasi adalah mengelompokkan data kedalam suatu tabel
tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya.
(Budiarto, 2002)
d) Entry data
Memasukkan data yang telah dikumpulkan untuk diolah memakai
commit to user 2) Analisa data
a) Analisa Univariat
Menganalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi
frekuensi tiap variabel penelitian. Variabel yang dianalisa secara
univariat pada penelitian ini adalah karakteristik responden, variabel
pemberian susu formula dan variabel tahap perkembangan bayi.
b) Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti
yaitu pemberian susu formula dan tahap perkembangan pada bayi.
Variabel tersebut menggunakan skala nominal dan ordinal, maka
analisis data yang digunakan adalah uji chi-kuadrat (X2) dengan taraf
signifikansi ( 0,05) dan dk = 4. Titik kritis X2 (0,05; 4) = 9,488.
Kriteria pengujian menolak Ho apabila X2 hitung > 9,488.
Untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut maka peneliti
menggunakan teknik interpretasi koefisien kontingensi dan penghitungan
data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 seperti pada tabel
[image:35.595.144.513.251.489.2]dibawah ini:
Tabel III.1
Koefisien kontingensi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja RSU Assalam Gemolong yang
tersebar di Kecamatan Gemolong, Plupuh, Miri, Andong, Tanon dan
Sumberlawang. Subjek penelitian yaitu ibu yang mempunyai bayi usia 0-6
bulan di wilayah kerja RSU Assalam Gemolong pada bulan Mei-Juli 2011.
Jumlah responden adalah 74 ibu dan bayinya. Terdiri dari subjek kasus, yaitu
37 (50%) ibu serta bayi yang mendapatkan susu formula dan bayi tidak
menderita kelainan bawaan. Sedangkan subjek kontrol terdiri dari 37 (50%) ibu
dan bayinya yang mendapatkan ASI secara eksklusif dengan distribusi usia
[image:36.595.134.497.527.741.2]bayi sebagai berikut:
Tabel IV.1 Distribusi Usia Bayi
Usia Bayi (Bulan)
Subjek Kasus Subjek Kontrol
Frekuensi % Frekuensi %
1 7 9,46 7 9,46
2 5 6,76 5 6,76
3 6 8,11 6 8,11
4 6 8,11 6 8,11
5 5 6,76 5 6,76
6 8 10,8 8 10,8
Jumlah 37 50,0 37 50,0
commit to user B.Pemberian Susu Formula
Klasifikasi data makanan bayi dari formulir pemberian susu formula
[image:37.595.129.512.238.502.2]adalah sebagai berikut :
Tabel IV.2 Distribusi Makanan Bayi
Makanan Bayi Frekuensi Persentase (%)
ASI 37 50
ASI ditambah susu formula 31 41,9
Susu formula 6 8,1
Jumlah 74 100,0
Sumber : Data Primer Diolah, 2011
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI
secara eksklusif sejumlah 50%, bayi yang mendapatkan ASI ditambah susu
formula sejumlah 41,9% dan bayi yang hanya mendapatkan susu formula saja
sejumlah 8,1%.
C.Tahap Perkembangan
Dari data hasil observasi tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan
dengan tes skrining perkembangan DDST diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel IV.3 Distribusi Tahap Perkembangan
Perkembangan Frekuensi Persentase (%)
Abnormal 31 41,9
Meragukan 14 18,9
Normal 29 39,2
Jumlah 74 100,0
commit to user
Dari hasil penelitian diperoleh distribusi perkembangan meliputi
perkembangan yang abnormal sejumlah 41,9%, perkembangan yang
meragukan sejumlah 18,9% dan perkembangan yang normal sejumlah 39,2%.
D.Hasil Analisis
Berikut analisis hubungan antara pemberian susu formula dengan tahap
[image:38.595.109.513.356.568.2]perkembangan bayi usia 0-6 bulan:
Tabel IV.4 Distribusi frekuensi hubungan pemberian susu formula dengan tahap
perkembangan bayi usia 0-6 bulan
Tahap Perkembangan
Total Abnormal Meragukan Normal
Pemberian Susu Formula
ASI Count 6 6 25 37
Expected Count 15.5 7.0 14.5 37.0 ASI
ditambah susu formula
Count 20 8 3 31
Expected Count
13.0 5.9 12.1 31.0
Susu formula
Count 5 0 1 6
Expected Count 2.5 1.1 2.4 6.0
Total Count 31 14 29 74
Expected Count 31.0 14.0 29.0 74.0
Sumber : Data Primer Diolah, 2011
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa terdapat 3 cells (33,3%) yang
memiliki frekuensi harapan kurang dari 5, maka sebelum dilakukan
perhitungan dengan uji chi-square harus dilakukan penggabungan cells terlebih
dahulu menggunakan Statistical Programs For Social Science (SPSS) for
commit to user
Tabel IV.5 Distribusi frekuensi analisis uji Chi-square
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 29.395a 4 .000
Likelihood Ratio 33.014 4 .000
Linear-by-Linear Association 23.056 1 .000
N of Valid Cases 74
Sumber : Data Primer Diolah, 2011
Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa X2hitung = 29,395 lebih
besar dari X 2tabel = 9,488 dengan df = 4, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan
hipotesis kerja (Ha) diterima. Jadi, ada hubungan yang signifikan antara
pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di
RSU Assalam Gemolong.
Derajat kekuatan hubungan diukur menggunakan koefisien kontingensi
dengan hasil Chit = 0,533 dimana interval koefisien antara 0,40-0,599
commit to user BAB V
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan pemberian susu formula
dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja RSU Assalam
Gemolong pada 74 responden yang sesuai kriteria inklusi dengan menggunakan
formulir dan tes skrining perkembangan DDST-R. Menurut Notoatmodjo (2007),
Formulir yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh
data tentang variabel yang langsung bisa diidentifikasi. Sedangkan DDST adalah
salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. DDST
memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik.
Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan
validitas yang tinggi (Nugroho, 2009).
Pengukuran tahap perkembangan dengan DDST dilakukan dengan
wawancara kepada ibu dan observasi langsung pada bayi. Subjek penelitian
dilakukan pada bayi usia 0-6 bulan karena WHO, UNICEF, begitu juga para ahli
kesehatan dan organisasi-organisasi kesehatan sepakat bahwa ASI adalah
satu-satunya makanan dan minuman yang diperlukan oleh bayi pada 6 bulan pertama
kehidupan mereka. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk membandingkan
tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan
commit to user A.Pemberian Susu Formula
Pada penelitian yang dilakukan Fitrisia (2002) yang mengamati tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian susu formula pada bayi
umur 0-12 bulan menemukan sebanyuak 70% ibu mendapatkan informasi
mengenai susu formula melalui iklan televisi maupun radio. Disamping itu
promosi susu formula juga menggunakan petugas-petugas yang mengunjungi
ibu dirumah maupun dirumah sakit dan membagi-bagikan contoh susu formula
secara cuma-cuma kepada ibu. Bahkan petugas kesehatan dipengaruhi oleh
pemberian hadiah, dan sebagainya.
Hal tersebut juga sesuai dengan kenyataan yang peneliti temukan
dilapangan saat melakukan penelitian ini. Sebagian besar alasan ibu dalam
memberikan susu formula kepada bayinya adalah melanjutkan jatah susu
formula yang diberikan dari rumah sakit saat mereka bersalin.
Sedangkan pada penelitian Afifah (2007) yang meneliti tentang faktor
yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif menemukan
salah satu faktor penguat gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kuatnya
pengaruh ibu (nenek) dalam pengasuhan bayi secara non-ASI eksklusif. Hal
tersebut juga sesuai dengan penelitian ini, dimana pemberian susu formula juga
dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat maupun pengalaman ibu (nenek)
dimasa lalu.
Saraswati (2008) yang menganalisis hubungan sosial ekonomi keluarga
commit to user
dengan endemisitas GAKI di daerah endemis GAKI di Kecamatan Parbuluan
Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara juga menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara pemberian susu formula dengan faktor sosial ekonomi,
dimana keluarga dengan ekonomi lemah sering membuat susu formula dengan
takaran yang tidak sesuai anjuran. Takaran susu formula umumnya sudah
dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan osmolaritas (tingkat
kekentalan) yang disesuaikan dengan kemampuan fungsi pencernaan bayi. Jika
standar pengenceran itu dilanggar, maka sistem pencernaan bayi tidak bisa
menerima, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan pencernaan. Selain
itu, fungsi pencernaan bayi juga umumnya belum optimal dan mudah
terganggu jika asupan yang diterima tidak sesuai dengan kemampuannya.
B.Tahap Perkembangan
Khasanah (2008) dalam penelitiannya yang mengamati tentang
pengaruh lama pemberian bedong terhadap perkembangan motorik pada bayi
usia 4 bulan di Desa Jenowo Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali
menemukan bahwa stimulasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan. Bayi yang sering dibedong jarang mendapatkan stimulasi
sehingga perkembangan pada bayi yang dibedong kurang dapat dioptimalkan.
Selain itu pada penelitian Halimah (2010) yang meneliti pengaruh
stimulasi bayi terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-8 bulan
juga menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna setelah pemberian
commit to user
diharapkan kepada para ibu untuk memberikan stimulasi dan memberikan
keleluasaan gerak pada bayinya dan tidak terlalu protektif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan susu
formula sebesar 89,19% mengalami keterlambatan perkembangan. Sedangkan
bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif sebanyak 67,57% mengalami
tahap perkembangan yang normal. Hal ini juga sesuai dengan teori yang
diungkapkan Hurlock (2008), bahwa penghisapan ASI dengan adanya refleks
mengisap merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak.
Perkembangan kecerdasan anak dapat terganggu oleh kondisi lingkungan atau
fisik yang kurang mendukung, seperti kekurangan gizi dan stimulasi dari
lingkungan.
C.Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan
Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi
usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong. Hal ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Hidayat (2009) bahwa perkembangan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan postnatal, salah satunya nutrisi.
Pada penelitian yang dilakukan Zakiyah (2010) tentang pengaruh lama
pemberian ASI terhadap tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia
1-3 tahun dengan analisa uji regresi linier sederhana juga didapatkan hasil
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara lama pemberian ASI dan
commit to user
terhadap perkembangan motorik kasar antara lain gizi, pola pengasuhan anak,
dan lingkungan. Lama pemberian ASI berkaitan dengan faktor gizi. Sama
halnya pemberian susu formula yang berkaitan dengan faktor gizi
mempengaruhi tahap perkembangan.
Dan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2003) pada bayi usia
6-12 bulan di Sumatra Selatan yang juga menemukan hubungan yang signifikan
antara pola pemberian ASI dengan perkembangan bayi. Hal ini terlihat dari
nilai probabilitas 0,025 < 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya, maka peneliti berpendapat bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6
commit to user BAB VI
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari hasil penelitian hubungan antara pemberian susu formula dengan
tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja RSU Assalam
Gemolong, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan berdampak negatif
terhadap perkembangan bayi. Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh
distribusi bayi yang mendapatkan susu formula dan mengalami
keterlambatan perkembangan sejumlah 89,19%.
2. Tahap perkembangan yang dicapai bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja
RSU Assalam Gemolong masih mengalami banyak keterlambatan, dengan
distribusi perkembangan abnormal sejumlah 41,9%, perkembangan yang
meragukan sejumlah 18,9% dan perkembangan yang normal sejumlah
39,2%.
3. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square
diperoleh hasil yang membuktikan bahwa terdapat hubungan antara
pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan
commit to user B.Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Melakukan tindakan promotif pemberian ASI secara eksklusif yaitu dengan
melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
2. Bagi masyarakat
Melakukan tindakan preventif terjadinya keterlambatan perkembangan
dengan meningkatkan pengetahuan tentang dampak pemberian susu formula
serta penilaian tahap perkembangan anak dan mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang tertarik melanjutkan penelitian ini disarankan agar
melibatkan faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi tahapan
perkembangan bayi karena masih banyak faktor yang diperkirakan memiliki