• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

B. Analisis Data Penelitian 1. Hasil Analisis Pertama :

2. Hasil Analisis Kedua

Dari hasil rekaman pada PON XVI 2004 Palembang, atas nama atlet Nunung Jayadi sebagai pemegang medali emas, dan dari hasil catatan pelompat tinggi galah juara ke-7 olimpiade ’92 Barcelona Spanyol, maka didapat data seperti yang tercantum dalam table 2.

Tabel 2 : Perbandingan Data antara Nunung J dan Collet

Nunung Jayadi C o l l e t

Prestasi Juara PON XVI 2004 Juara 7 Olimpiade ’92

Tinggi Badan 172 cm 176 cm

Kecepatan Lari 8,74 m/dtk 9,70 m/dtk

Tinggi Pegangan Galah 4,50 m 4,80 m

TO1 – MPB 0,300 dtk 0,61 dtk

MPB – PS 0,234 dtk 0,50 dtk

PS – PR 0,501 dtk 0,35 dtk

33

HP (CM Maximum) 5,310 m 5,74 m

Sudut Galah Horizontal 89,70 0 89,70 0

Waktu TD1-HP 1,468 dtk 1,70 dtk

Jarak Box–Proy.Mistar 0,40 cm 0,88 cm

Tinggi lompat 5,00 m 5,55 m

Keterangan :

TD1 = Touchdown langkah saat takeoff. PP = Saat penancapan galah. TO1 = Takeoff. MPB = Lengkung maksimal galah. PS = Ketegakan galah. PR = Pelepaskan galah. HP = Tinggi CM maksimal.

a. Tinggi Badan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tinggi badan keduanya tidak terlalu jauh berbeda, Collet lebih tinggi 4 cm dari Nunung Jayadi. Ini yang menjadi alasan kenapa Collet dipilih sebagai figure pembanding dalam penelitian ini, faktor tinggi badan tidak berbeda jauh apabila dibandingkan dengan atlet-atlet lain sebagai pembanding yang jauh lebih tinggi dari atlet kita. Sehingga pada posisi berlari sampai akan take-off tinggi pusat massa badan tidak terlalu jauh berbeda.

b. Kecepatan Lari

Kecepatan berlari dari data diatas menunjukkan Nunung lebih lambat dibanding dengan Collet, kecepatan berlari (kecepatan horizontal) Nunung Jayadi lebih lambat 0,96 m/dtk dibanding dengan Collet. Dari hasil ini Nunung Jayadi harus dapat meningkatkan kecepatan berlarinya. Namun kecepatan yang diraih tidak secara otomatis menjadi jaminan lompatan akan semakin

34

tinggi, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingginya lompatan.

c. Tinggi Pegangan Galah

Tinggi pegangan galah dari kedua data diatas menunjukkan tinggi pegangan galah Collet lebih tinggi 30 cm dari pegangan galah Nunung Jayadi. Ini berarti panjang jari-jari pendulum besar (long

Pendulum) lebih panjang dan memungkinkan dapat melontarkan

objek lebih jauh karena tenaga yang dihasilkan lebih besar. Tenaga yang lebih besar akan dapat dihasilkan apabila posisi galah dapat ditarik dengan maksimal, dan ditambah dengan posisi tubuh yang membentuk posisi L, sehingga menghasilkan momen inersia gerak berputar yang lebih kecil, sehingga tenaga yang dihasilkan oleh lentingan galah dapat dimanfaatkan secara optimal untuk melontarkan tubuh keatas.

d. Waktu dari Take-off hingga Lengkung Galah Maksimal

Saat fase ini waktu yang dihasilkan oleh Nunung lebih cepat 0,29 detik disbanding waktu yang dicapai oleh Collet. Ini dimungkinkan karena kecepatan awal (kecepatan horizontal) Nunung Jayadi lebih tinggi dari Collet, sehingga mempengaruhi alur gerak pada fase-fase berikutnya. Selain itu panjang galah mempengaruhi waktu yang dicatat dari mulai take-off sampai galah lengkung maksimal. Collet yang mempunyai galah lebih panjang 30 cm dari galah yang digunakan Nunung Jayadi memungkinkan

35

gerakan yang terjadi lebih lambat, karena jari-jari pendulumnya lebih panjang.

e. Waktu dari Lengkung Galah Maksimal hingga Lurus

Pada fase ini terdapat perbedaan waktu antara Nunung Jayadi dan Collet. Nunung lebih cepat 0,266 detik dari pada Collet. Hal ini dimungkinkan oleh panjang galah yang digunakan oleh Nunung Jayadi lebih pendek. Nunung menggunakan galah yang panjangnya 4,70 meter, dan Collet 5,00 meter. Sesuai dengan hukum pendulum yang ada, galah yang lebih panjang akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membawa atlet pada ketinggian maksimal.

f. Waktu dari Galah Lurus hingga Dilepaskan

Dalam fase ini juga terdapat perbedaan waktu antara Nunung Jayadi dan Collet, akan tetapi Nunung lebih lambat 0,151 detik. Waktu yang ditempuh oleh Nunung adalah 0,501 detik, sedang Collet adalah 0,350 detik. Dari hasil pengamatan ini terlihat bahwa kekuatan otot bagian atas tubuh dan lengan Nunung Jayadi lebih lemah dibandingkan dengan Collet. Karena pada fase ini otot-otot tersebut bekerja secara maksimal untuk memutar dan mendorong tubuh ke atas.

g. Waktu dari Galah Dilepaskan hingga Pusat Massa Tertinggi Pada fase ini relative tidak ada perbedaan waktu yang berarti antara Nunung dan Collet. Pada fase ini tidak terlalu membutuhkan

36

kekuatan otot yang besar, oleh karena hanya melepaskan galah saja. Tubuh dapat terlontar dan pusat massa tubuh (CM) berada pada ketinggian maksimal karena tenaga yang beasal dari fase sebelumnya, yaitu saat otot-oto tubuh dan lengan menarik galah sehinga badan berada pada posisi siap melepaskan galah.

h. Pusat Massa Badan Tertinggi

Ketinggian pusat massa badan yang maksimal dari Nunung Jayadi lebih rendah 43 cm dari Collet. Keadaan tersebut akibat dari panjang galah yang digunakan memang berbeda. Nunung menggunakan galah yang lebih pendek 30 cm dari Collet. Faktor lain yang juga mempengaruhi ketinggian pusat massa tubuh adalah tenaga kinetic yang ditranfer ke galah dari awalan sampai dengan galah ditarik untuk mengangkat badan sebelum galah dilepaskan. Kelenturan galah dapat menyerap lebih banyak energi kinetic yang ditransfer dari kecepatan linier berlari, untuk diubah menjadi sebuah gaya pegas yang dapat melontarkan atlet lebih tinggi.

i. Sudut Galah terhadap Bidang Horizontal

Besarnya sudut galah terhapap bidang horizontal dari kedua pelompat terlihat bahwa keduanya mempunyai sudut 89,700, ini memperlihatkan bahwa kedua pelompat tersebut mencoba menolak galah mendekati sudut maksimal 900. Mencapai sudut maksimal adalah upaya untuk mendapatkan jarak vertical maksimal,

37

melontarkan pusat massa badan (CM) melewati mistar. Kedua atlet ini dapat dikatakan relatife sempurna dalam melakukan teknik pada fase ini.

j. Waktu dari Awal Take off hingga Pusat Massa Tertinggi Waktu tempuh yang dilalui untuk melakukan satu siklus lompatan mulai dari awal takeoff sampai dengan posisi pusat massa badan tertinggi kedua pelompat mempunyai perbedaan yang tidak jauh berbeda. Nunung Jayadi lebih cepat 0,232 detik dari Collet, ini disebabkan oleh panjang galah yang digunakan Nunung lebih pendek dari yang digunakan Collet. Atau, kemungkinan berikutnya adalah disebabkan oleh factor kelenturan galah yang digunakan oleh Nunung kurang lentur. Galah yang lebih lentur memiliki potensi yang tinggi dalam menyerap energi kinetic yang ditransfer dari kecepatan linier berlari pada saat takeoff dan penetrasi, oleh karenanya waktu yang diperlukan dari lengkung galah maksimal hingga lurus akan lebih lama.

k. Jarak dari Box ke Proyeksi Mistar

Mengenai hal ini, antara Nunung dan Collet menetapkan jarak antara Box ke Proyeksi Mistar sangat jauh berbeda. Nunung menetapkan sejauh 0,40 meter, sedang Collet sejauh 0,88 meter. Jarak antara box dan proyeksi mistar merupakan ruang gerak bagi atlet pada saat ia memutarkan dan mengangkat tubuhnya ke atas hingga mencapai posisi HP di atas mistar. Semakin tinggi tubuh seorang atlet, semakin jauh pula jarak yang harus diseting antara

38

box dan proyeksi mistar. Perbedaan jarak sejauh 0,48 meter (48 cm) antara Nunung dan Collet merupakan faktor yang relatif sangat menentukan untuk dapat melewati mistar lebih tinggi dari 5,00 meter. Dilihat dari data yang ada, antara Nunung dan Collet memiliki tinggi badan yang relatif sama, yaitu; Nunung 172 cm, dan Collet 176 cm.

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Dokumen terkait