BAB IV ANALISIS KEJENUHAN
4.2 Hasil Analisis Kejenuhan
4.2.1 Analisis Kejenuhan Sarana Kesehatan
Analisis kejenuhan sarana kesehatan menemukan bahwa 96%
kabupaten/kota di seluruh Indonesia sudah memiliki kelengkapan sarana Puskesmas di atas 70%. Hal ini mengindikasikan bahwa menu-menu yang memiliki keterkaitan dengan sarana berpotensi jenuh yang dapat dipertimbangkan agar menu tersebut hanya dibuka untuk 4% kabupaten/kota dengan kelengkapan sarana Puskesmas di bawah 70% melalui skema penugasan. Menu-menu terkait sarana bertujuan mendorong terciptanya
21 fasilitas yang sudah tersedia secara lengkap di hampir seluruh kota dan
kabupaten di Indonesia.
Gambar 4. Kejenuhan Kelengkapan Sarana Puskesmas
Sumber: Dit KGM Bappenas, 2019i | Catatan: Grafik Pie menggambarkan persentase total kabupaten dan jumlah kabupaten untuk setiap klasifikasi
Tabel 3. Kejenuhan Kelengkapan Sarana Puskesmas
Kabupaten
Nilai Proposal DAK (Juta Rupiah) perbandingan data tahun yang ada dengan tahun sebelumnya.
5
Tabel 3 di atas merangkum temuan kejenuhan di bidang sarana Puskesmas di beberapa daerah. Daerah dengan kapasitas fiskal tinggi dan sangat tinggi1 cenderung tidak mengajukan DAK untuk peningkatan sarana Puskesmas.
Walaupun hal ini mengindikasikan bahwa DAK Kesehatan berfungsi dengan baik yaitu digunakan di daerah-daerah yang mengalami kesulitan pembangunan di bidang kesehatan, namun terdapat daerah kapasitas fiskal rendah yang tidak mengajukan DAK Kesehatan dalam beberapa tahun terakhir walaupun kelengkapan sarananya masih sekitar 60%.
Di sisi lain, daerah-daerah dengan kelengkapan yang cukup tinggi seperti Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Bengkulu Utara tetap mengajukan proposal DAK Kesehatan di bidang sarana Puskesmas dan mendapatkan pagu yang meningkat secara drastis dari tahun sebelumnya, walaupun pagu tersebut memiliki angka yang jauh lebih kecil dari proposal yang diajukan. Sebagai upaya perbaikan ke depan, perlu dilaksanakan proses verifikasi dan validasi terhadap kondisi sarana di Puskesmas, sehingga penilaian usulan daerah melalui DAK dapat lebih tervalidasi dan sesuai dengan kondisi kebutuhan daerah.
Di tingkat nasional, kelengkapan sarana Puskesmas berdasarkan data ASPAK telah mencapai hampir 93%, namun daerah tetap mengajukan proposal sehingga terdapat kenaikan hampir 200% pada proposal pengajuan DAK Kesehatan di bidang Sarana. Dengan meninjau kembali urgensi memasukkan menu DAK di bidang Sarana dalam daftar menu DAK Kesehatan, salah satu nilai positifnya selain potensi penghematan anggaran juga dapat membantu mengarahkan pemerintah daerah untuk mengajukan proposal pada bidang lain yang kelengkapannya lebih rendah. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam penggunaan menu sarana adalah mengalihkan menu tersebut dari DAK regular menjadi DAK Penugasan yang dapat ditujukan hanya untuk daerah-daerah dengan kelengkapan sarana yang rendah. Studi ini tidak merekomendasikan menu tersebut secara eksplisit dihilangkan dalam menu DAK ke depan, namun diarahkan penggunaannya dengan membatasi pada daerah-daerah tertentu yang membutuhkan menu tersebut.
1 Klasifiksasi Indeks Kapasitas Fiskal Daerah mengacu pada Peraturan Kementerian Keuangan di tahun Indeks Kapasitas Fiskal Daerah berlaku.
23 4.2.2 Analisis Kejenuhan Prasarana Kesehatan
Analisis kejenuhan pada bidang prasarana menunjukkan bahwa 75%
kabupaten/kota di Indonesia memiliki kelengkapan prasarana Puskesmas dibawah 50% (Gambar 5). Walaupun sebagian besar daerah memiliki kelengkapan prasarana rendah, namun daerah-daerah tersebut cenderung tidak mendapatkan pagu dan/atau mendapatkan pagu yang bernilai rendah di tahun 2019. Hal ini ditunjukkan oleh Kota Surabaya dan Kabupaten Bengkulu Utara. Di sisi lain, daerah dengan kelengkapan prasarana yang cukup tinggi seperti Kota Bengkulu, mendapatkan alokasi pagu yang cukup tinggi. Semua temuan ini menunjukkan bahwa menu yang terkait dengan penyediaan prasarana sebenarnya belum jenuh, ditunjukkan oleh kelengkapan prasarana yang rendah. Hal tersebut mengindikasikan menu-menu terkait prasarana belum sepenuhnya diarahkan ke daerah yang membutuhkan, baik dari segi status kapasitas fiskal yang rendah maupun kelengkapan prasarana yang rendah.
Gambar 5. Kejenuhan Kelengkapan Prasarana Puskesmas
Sumber: Dit. KGM Bappenas, 2019 | Catatan: Grafik Pie menggambarkan persentase total kabupaten dan jumlah kabupaten
387 (75%) 113
(22%) 10 (2%)
4 (1%)
<50% 50%-70% 70%-90% >90%
Tabel 4. Kejenuhan Kelengkapan Prasarana Puskesmas
Nilai Proposal DAK
(Juta Rupiah) Growth Pagu
Sumber: Dit. KGM Bappenas | Catatan: Growth pagu dan growth proposal merupakan perbandingan data tahun yang ada dengan tahun sebelumnya. Nilai Pagu dan Proposal DAK dalam satuan miliar rupiah.
Analisis kejenuhan juga difokuskan pada empat komponen prasarana Puskesmas yang dianalisis lebih mendalam, terdiri atas: (i) Ambulans, (ii) Genset, (iii) Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL), dan (iv) Puskesmas Keliling.
1) Ambulans
Studi kasus pengadaan ambulans yang disediakan melalui menu yang termasuk dalam DAK Fisik Reguler menunjukkan bahwa daerah-daerah dengan kapasitas fiskal rendah cenderung tidak mengajukan proposal dan tidak mendapatkan pagu pada tahun 2019. Secara umum, daerah berkapasitas fiskal rendah dengan rasio ambulans-jumlah puskesmas dibawah 50% yang mengajukan pagu dan proposal pada 2019 memiliki rasio berkisar antara 30-60%. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun kelengkapan ambulans yang berfungsi dengan baik rendah, daerah yang mengajukan untuk mendapatkan alokasi anggaran pun juga rendah.
25 Tabel 5. Kejenuhan Pengadaan Ambulans
Kab/Kota Kapasitas
Kab. Yalimo Sangat
Rendah 7 0 0,0% -100,0 - -
Kota Sibolga Sangat
Rendah 5 2 40,0% - - -
Kota Payakumbuh
Sangat
Rendah 8 2 25,0% - - -
Sumber: Dit KGM Bappenas, 2019 | Catatan: Karena keterbatasan data, studi kasus ambulans membatasi pada ambulans berkategori “baik”. Growth pagu dan growth proposal merupakan perbandingan data tahun yang ada dengan tahun sebelumnya. Kelengkapan data mengenai jumlah ambulans baik di tingkat provinsi dapat mengacu ke Tabel di Appendix.
2) Genset
Meskipun rasio genset dan jumlah puskesmas relatif tinggi, beberapa daerah seperti di Kab. Nias Utara, Kab. Minahasa Utara, dan Kab. Maluku Tenggara Barat masih mendapatkan pagu penyediaan genset. Kab. Maluku Tenggara Barat masih tetap mengajukan proposal penyediaan genset melalui DAK Kesehatan. Di sisi lain, daerah-daerah yang memiliki rasio genset yang rendah (mengindikasikan kebutuhan pengadaan genset) cenderung tidak mengajukan proposal di 2019. Walaupun beberapa daerah mulai mengajukan proposal, namun daerah-daerah seperti Kota Pematang Siantar, Kab. Kuantan Singingi, Kab. Kerinci, Kab. Kediri, Kab. Bangli, dan Kota Denpasar tetap tidak melakukan pengajuan pengadaan pada 2020.
Tabel 6. Kejenuhan Pengadaan Genset
Kab/ Kota Kapasitas Fiskal
Kab. Kerinci Sangat
Rendah 21 9 42,9% - - -
Kab. Kediri Sangat
Rendah 37 14 37,8% - - -
Kab. Bangli Sangat
Rendah 12 0 0,0% - - -
Kota
Denpasar Rendah 11 5 45,5% - - -
Sumber: Dit.KGM Bappenas, 2019 | Catatan:. Karena keterbatasan data, studi kasus genset tidak mengukur jumlah genset yang dimiliki puskesmas. Hal ini dikarenakan tiap puskesmas memiliki perbedaan satuan hitung genset. Growth pagu dan growth proposal merupakan perbandingan data tahun yang ada dengan tahun sebelumnya. Kelengkapan data kepemilikan genset di tingkat provinsi dapat mengacu ke Tabel di Appendix.
3) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pada studi kasus pengadaan IPAL juga ditemukan hal serupa dengan kasus Genset. Terdapat dua daerah yang memiliki kelengkapan IPAL tinggi seperti Kota Palopo dan Kota Gorontalo tetap mengajukan proposal dan mendapatkan pagu walaupun kelengkapan sudah 100%. Selain itu, kedua daerah ini masih mengajukan kembali proposal pengadaan pada 2020. Di sisi lain, daerah-daerah yang memiliki kelengkapan IPAL rendah cenderung tidak mengajukan proposal dan tidak mendapatkan pagu alokasi untuk pengadaan IPAL.
27 Tabel 7. Kejenuhan Pengadaan IPAL
Kab/Kota Kapasitas
Sumber: Dit. KGM Bappenas, 2019 | Catatan: Karena keterbatasan data, studi kasus IPAL tidak mengukur jumlah IPAL yang dimiliki puskesmas. Hal ini dikarenakan tiap puskesmas memiliki perbedaan satuan hitung IPAL. Growth pagu dan growth proposal merupakan perbandingan data tahun yang ada dengan tahun sebelumnya. Kelengkapan data kepemilikan IPAL di tingkat provinsi dapat mengacu ke Tabel di Appendix.
Berdasarkan hasil kunjungan daerah, Pemda cenderung bergantung pada DAK dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan di daerah sehingga daerah cenderung tidak sepakat dengan pengurangan menu yang dianggap jenuh. Sebagai contoh, ketergantungan Puskesmas dengan DAK Kesehatan di Kota Bengkulu sudah cukup tinggi, terutama mengingat dana operasional APBD terbatas untuk mendanai kegiatan dalam gedung dan harus dibagi lagi menjadi sub-item seperti pengadaan ATK, kebersihan gedung, listrik, telepon, perbaikan roda dua, dan sebagainya.
4) Puskesmas Keliling
Pada studi kasus pengadaan Puskesmas Keliling, studi ini mengklasifikasikan Puskesmas Keliling (Pusling) menjadi Pusling Roda 2, Roda 4, Pusling Perairan, dan Roda 4 Double Gardan. Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan pusling adalah pengajuan proposal dan/atau alokasi pagu yang nihil/rendah di beberapa daerah yang kelengkapannya masih rendah. Pada Pusling Roda 2, beberapa daerah
seperti Kota Batu, Kab. Tabalong, Kab. Buton Utara, dan Kab. Teluk Wondama tidak mendapatkan pagu pada 2019 dengan kelengkapan rendah yang ditunjukkan oleh rasio pusling dan jumlah puskesmas ada pada angka dibawah 50%. Selain itu, pada Pusling Roda 4, terdapat 40 daerah dengan kelengkapan yang rendah justru tidak mengajukan pengadaan (terdapat pada Lampiran, Tabel 16), padahal daerah-daerah ini masuk dalam kategori daerah dengan kapasitas fiskal yang rendah dan sangat rendah. Pada Pusling Perairan dan Pusling Roda 4 Double Gardan tidak ada pola yang bisa ditemukan.
Tabel 8. Kejenuhan Pengadaan Puskesmas Keliling Roda 2
Kab/Kota Kapasitas
Sumber: Dit. KGM Bappenas, 2019 | Catatan: Karena keterbatasan data, studi kasus pusling membatasi pada pusling berkategori “baik”. Growth pagu dan growth proposal merupakan perbandingan data tahun yang ada dengan tahun sebelumnya. Kelengkapan data mengenai jumlah pusling baik di tingkat provinsi dapat mengacu ke Tabel di Appendix.
29 Tabel 9. Kejenuhan Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan
Kab/Kota Kapasitas
Sumber: Dit. KGM, Bappenas, 2019 | Catatan: Karena keterbatasan data, studi kasus pusling membatasi pada pusling berkategori “baik”. Growth pagu dan growth proposal merupakan perbandingan data tahun yang ada dengan tahun sebelumnya. Kelengkapan data mengenai jumlah pusling baik di tingkat provinsi dapat mengacu ke Tabel di Appendix.
Tabel 10. Kejenuhan Pengadaan Puskesmas Keliling Roda 4 Double Gardan
Sumber: Dit. KGM Bappenas, 2019i | Catatan: Karena keterbatasan data, studi kasus pusling membatasi pada pusling berkategori “baik”. Growth pagu dan growth proposal merupakan perbandingan data tahun yang ada dengan tahun sebelumnya. Kelengkapan data mengenai jumlah pusling baik di tingkat provinsi dapat mengacu ke Tabel di Appendix.
4.2.3 Analisis Kejenuhan Alat Kesehatan
Pada bagian terakhir, analisis kejenuhan dilakukan pada bidang alat kesehatan yang menunjukkan bahwa 78% daerah di Indonesia memiliki kelengkapan alat di Puskesmas di bawah 50%. Gambar 6 merangkum temuan analisis kejenuhan di bidang alat kesehatan. Walaupun mayoritas memiliki kelengkapan alat kesehatan yang rendah, namun daerah-daerah tersebut cenderung tidak mengajukan proposal pada 2019. Di sisi lain, daerah dengan kelengkapan alat kesehatan yang cukup tinggi seperti Kota Bengkulu, mendapatkan alokasi pagu yang cukup tinggi–walaupun relatif menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Semua temuan ini menunjukkan bahwa menu yang terkait dengan penyediaan alat kesehatan juga sebenarnya belum jenuh – ditunjukkan oleh kelengkapan yang rendah. Selain
31 itu, ditemukan juga bahwa menu-menu DAK di bidang penyediaan alat
kesehatan belum dimanfaatkan secara optimal oleh tiap daerah.
Gambar 6. Kejenuhan Kelengkapan Alat di Puskesmas
Sumber: Dit. KGM Bappenas, 2019 | Catatan: Grafik Pie menggambarkan persentase total kabupaten dan jumlah kabupaten
402 (78%) 92
(18%) 19 (4%)
1 (0%)
<50% 50%-70% 70%-90% >90%
33