D. Kepekaan Ketersediaan Tenaga Kerja Pengolahan
7. Kepekaan Biaya Pengolahan
6.3. Hasil Analisis Optimalisasi dengan Skenario
Analisis post optimal digunakan untuk mengetahui perubahan solusi optimum sebagai respon terhadap perubahan parameter output. Analisis post optimal dilakukan setelah dicapai suatu penyelesaian optimal. Analisis ini dilakukan dengan mengubah koefisien fungsi baik tujuan maupun fungsi kendala.
77 Pada penelitian ini analisis post optimal dilakukan dengan dua skenario yaitu penurunan pasokan TBS dari pihak ketiga sebesar 44,8 persen diikuti dengan peningkatan pasokan dari kebun sendiri sebesar 22 persen dari tahun 2010 dan peningkatan jumlah ketersediaan tenaga kerja sebesar 10 persen. Kedua scenario tersebut diambil beradasrkan analisis sensitivitas model awal dan pertimbangan keadaan actual perusahaan. Skenario dilakukan berdasarkan pada satu titik waktu tertentu, yang kemundian penggunaannya di sesuaikan dengan keadaan actual di perusahaan. Skenario satu yaitu penurunan pasokan TBS pembelian sebesar 50 persen di ikuti dengan peningkatan produksi TBS kebun Adolina dapat menjadi alternative pengadaan TBS optimal untuk menghasilkan keuntungan maksimal selama periode umur tanam tanaman menghasilkan masih produktif. Sementara skenari kedua yaitu peningkatan tenaga kerja sebesar 10 persen dapat dilakukan apabila pengadaan TBS sebagai bahan baku sudah mencapai titik optimalnya. 6.3.1. Skenario 1 Penurunan Pasokan Pembelian Sebesar 44,8 Persen dan
Peningkatan Produksi Kebun Sendiri Sebesar 22 Persen.
Alternatif skenario satu dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan keadaan aktual dan optimal yang terjadi di perusahaan. Keadaan aktual perusahaan menunjukkan bahwa kebun Adolina memiliki potensi untuk meningkatkan produksi TM pada tahun 2010 sebanyak 16.992.800 kilogram TBS dengan TM menghasilkan yang sama. Hal ini dilihat dari kemampuan produksi kebun Adolina tahun 2010 sebanyak 150.913.000 kilogram TBS, sementara produksi aktual sebanyak 133.920.200 kilogram TBS. Peningkatan produksi tersebut diharapkan dapat dilakukan perusahaan dengan memperhatikan kegiatan produksi kebun. Pada tahun yang sama TBS juga dapat diperoleh dari tanaman sisipan yang ditanam pada tahun 2005 dan 2007, namun pada model awal tidak diperhitungkan. TBS dari tanaman sisipan tahun 2005 dengan luas lahan 230 hektar mampu menghasilkan 4.883.000 kilogram TBS, sementara tanaman sisipan tahun 2007 mampu menghasilkan 153.000 kilogram TBS. Perhitungan diperoleh dari jumlah luasan lahan dikalikan dengan produktivitas tanaman sesuai dengan umur tanam yaitu 21 ton per heaktar untuk tanaman usia 5 tahun dan 9 ton per hektar untuk tanaman usia 3 tahun (Pahan, 2006). Keadaan aktual tersebut menjadi salah satu faktor pendukung skenario satu dilakukan. Berikut data luas areal dan produksi kebun Adolina tahun 2010.
78 Tabel 43. Luas Areal dan Produksi Kebun Adolina Tahun 2010
Jenis Tanaman Tahun Tanam Umur (Tahun) Luas Areal (Ha) Tanaman Menghasilkan (TM) 1993 17 14 1994 16 85 1995 15 406 1997 13 1.433 1998 12 595 1999 11 669 2000 10 217 2001 9 62 2003 7 762 2004 6 136 2005 5 227 2006 4 489 2007 3 963 TM (Sisipan) 2005 5 230 TM (Sisipan) 2007 3 17
Tanaman belum menghasilkan
TBM 2008
2
898
TBM (Sisipan) 2008 2 69
TM Ex >25 318
Potensi yang dimiliki kebun Adolina untuk menyediakan TBS sebagai bahan baku PKS pada tahun 2010 masih dapat ditingkatkan sebanyak 22.028.800 kilogram atau sekitar 22 persen dari pasokan tahun 2010. Peningkatan pasokan TBS kebun Adolina berdampak pada penurunan TBS pembelian. Dengan kapasitas pabrik yang sama yaitu 92,5 persen di tahun 2010, maka PKS Adolina harus memasok TBS sebanyak 27.141.060 kilogram. Penurunan pasokan TBS pembelian tersebut sekitar 44,8 persen dari pasokan tahun 2010.
Selain itu skenario satu dilakukan karena menurut hasil olahan LINDO bahwa pasokan bahan baku TBS dari pihak ketiga memiliki nilai reduce cost yang mengakibatkan pemborosan bagi perusahaan. Pasokan TBS dari pihak ketiga juga merupakan sumberdaya berlebih (slack/surplus) dalam penelitiaan ini. Sehingga boleh dilakukan penurunan jumlah pasokan pada batasan tertentu (allowable decrease).
Dari analisis sensitivitas model awal dapat dilihat bahwa pasokan bahan baku dari pihak ketiga boleh diturunkan senilai batasan penurunan. Berikut persentasi penurunan bahan baku dari pihak ketiga yang diperbolehkan. Persentasi
79 nilai penurunan terendah terjadi pada bulan Mei yaitu 66 persen dan persentasi penurunan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu 204 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan pasokan kebun sendiri dapat diturunkan maksimal sebesar 66 persen. Sehingga mampu menunjukkan keadaan pada Bulan Mei. Berikut persentasi penurunan pasokan pembelian yang diperbolehkan.
Tabel 44. Persentasi Penurunan Pasokan Pembelian yang Diperbolehkan Bulan Pasokan TBS
Aktual
Batas Penurunan yang Diperbolehkan Persentasi Penurunan (%) Januari 2.919.070 2.888.889 99 Februari 4.241.540 3.250.000 77 Maret 4.821.360 3.900.000 81 April 4.681.060 3.900.000 83 Mei 6.916.520 4.588.235 66 Juni 5.536.840 4.875.000 88 Juli 3.377.910 5.571.428 165 Agustus 2.940.280 6.000.000 204 September 3.560.180 4.333.333 122 Oktober 3.551.510 4.875.000 137 November 3.582.550 4.588.235 128 Desember 3.041.040 4.588.235 151
Skenario satu yang dilakukan adalah penurunan pasokan dari pihak ketiga sebesar 44,8 persen dan diikuti oleh peningkatan pasokan dari kebun sendiri sebesar 22 persen. Dari Tabel 45 dapat diketahui apabila penurunan pasokan dari pihak ketiga terjadi hingga 44,8 persen dari jumlah pasokan TBS pembelian tahun 2010, maka jumlah pasokan TBS pembelian tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 3.817.919 kilogram, hal ini dikarenakan pada bulan tersebut pasokan aktual pada model awal juga merupakan nilai tertinggi dibandingkan bulan lainnya. Sedangkan jumlah pasokan terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 1.561.008 kilogram. Penurunan pasokan TBS pembelian akan digantikan oleh peningkatan pasokan TBS dari kebun Adolina. Pemanfaatan potensi kebun Adolina diharapkan mampu menggantikan persentasi penurunan pasokan TBS pembelian. Sehingga kapasitas PKS Adolina tidak berubah dan mampu meningkatkan keuntungan optimal PKS Adolina.
80 Tabel 45. Pasokan TBS Kebun Adolina dan TBS Pembelian Skenario Satu
Bulan Pasokan TBS Adolina kenaikan 22 % (Kg) Pasokan TBS Pembelian Penurunan 44,8% (Kg) Januari 8.656.497 1.611.327 Februari 9.761.630 2.341.330 Maret 11.942.502 2.661.391 April 12.101.525 2.583.945 Mei 13.931.862 3.817.919 Juni 15.202.126 3.056.336 Juli 17.545.037 1.864.606 Agustus 17.708.583 1.623.035 September 13.251.339 1.965.219 Oktober 15.335.226 1.960.434 November 13.622.705 1.977.568 Desember 14.323.613 1.678.654
Fungsi tujuan dan beberapa fungsi kendala yang digunakan dalam skenario satu sama dengan model awal, seperti kapasitas maksimal PKS, batasan kuota pembelian, dan rendemen. Sementara fungsi kendala yang berbeda dengan model awal sesuai dengan skenario satu adalah kendala ketersediaan pasokan TBS dari pihak ketiga dan fungsi kendala tenaga kerja langsung. Pada model awal pihak ketiga mampu memasok TBS sebesar 40 persen dari pasokan bahan baku TBS kebun sendiri. Sementara pada scenario satu, pihak ketiga hanya mampu memasok TBS tertinggi sebesar 22 persen dari total pasokan TBS skenario 1, maka koefisien fungsi kendala yang digunakan pada skenario satu adalah 22 persen atau 0,22.
Tabel 46. Fungsi Kendala Ketersediaan Pasokan TBS Pembelian Pada Skenario Satu No Bulan Kendala 1 Januari 0,78X21-0,22X11<=0 2 Februari 0,78X22-0,22X12<=0 3 Maret 0,78X23-0,22X13<=0 4 April 0,78X24-0,22X14<=0 5 Mei 0,78X25-0,22X15<=0 6 Juni 0,78X26-0,22X16<=0 7 Juli 0,78X27-0,22X17<=0 8 Agustus 0,78X28-0,22X18<=0 9 September 0,78X29-0,22X19<=0 10 Oktober 0,78X210-0,22X110<=0 11 November 0,78X211-0,22X111<=0 12 Desember 0,78X212-0,22X112<=0
81 2. Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja
Penurunan posakan pihak ketiga dan peningkatan pasokan dari kebun sendiri akan mempengaruhi nilai koefisien fungsi kendala tenaga kerja yang digunakan karena koefisien ketersediaan tenaga kerja diperoleh dari perbandingan antara jumlah ketersediaan tenaga kerja (HOK) dibagi dengan jumlah TBS yang di pasok dari masing-masing sumber. Koefisien fungsi kendala tenaga kerja untuk TBS dari pihak ketiga akan mengalami peningkatan. Sementara koefisien fungsi kendala kebun Adolina akan mengalami penurunan. Penurunan nilai koefisien dikarenakan oleh peningkatan pasokan TBS kebun Adolina, maka nilai TBS dari kebun Adolina yang diolah oleh setiap tenaga kerja mengalami peningkatan. Tabel 47. Fungsi Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Pada Skenario satu
No Bulan Kendala 1 Januari 0,000225X11+0,00121X21<=1950 2 Februari 0,0002X12+0,000833X22<=1950 3 Maret 0,000163X13+0,000755X23<=1950 4 April 0,000161X14+0,000511X24<=1950 5 Mei 0,00014X15+0,0006X25<=1950 6 Juni 0,000128X16+0,000638X26<=1950 7 Juli 0,000111X17+0,001046X27<=1950 8 Agustus 0,00011X18+0,0012X28<=1950 9 September 0,000147X19+0,000992X29<=1950 10 Oktober 0,000127X110+0,000995X210<=1950 11 November 0,000143X111+0,000986X211<=1950 12 Desember 0,000136X112+0,0011X212<=1950 3. Hasil Optimal Skenario Satu
Skenario satu menampilkan bahwa kendala aktif pada skenario satu sama dengan kendala aktif pada model awal yaitu kendala tenaga kerja. Perubahan yang terjadi pada skenario satu ialah penurunan jumlah ketersediaan TBS dari pihak ketiga sebesar 44,8 persen dan peningkatan pasokan dari kebun sendiri sebesar 22 persen mengakibatkan peningkatan keuntungan optimal perusahaan. Selisih keuntungan optimal skenario satu dengan keuntungan optimal model awal, diperoleh peningkatan keuntungan sebesar Rp 18.471.150.000. Apabila perusahaan melakukan skenario satu, maka perusahaan mampu neningkatkan nilai optimal keuntungannya sebesar selisih nilai optimal tersebut.
82 Tabel 48. Keadaan Optimal Skenario Satu dengan Keadaan Optimal Model Awal
No Keterangan Keuntungan (Rp)
1 Keadaan Optimal Skenario 1 106.965.400.000
2 Keadaan Optimal Model Awal perusahaan 88.494.250.000
3 Selisih 18.471.150.000
Apabila skenario satu dilakukan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan mengalami peningkatan sebesar selisih antara nilai optimal pada skenario satu dikurangi dengan keuntungan aktual yang diperoleh perusahaan pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 43.203.351.163. Peningkatan keuntungan perusahaan bila melakukan skenario satu dapat dilihat pada Tabel 49.
Tabel 49. Keuntungan Skenario Satu dengan Keadaan Aktual PKS Adolina
No Keterangan Keuntungan (Rp)
1 Keadaan Optimal Skenario 1 106.965.400.000
2 Keadaan Aktual perusahaan 63.762.048.837
3 Selisih 43.203.351.163
a. Aktivitas Pengadaan Bahan Baku
Aktivitas pengadaan bahan baku optimal TBS kebun sendiri Adolina pada skenario satu mengalami peningkatan nilai/ value. Hal ini diduga terjadi karena jumlah pasokan bahan baku TBS dari kebun Adolina semakin meningkat. Dari peningkatan nilai aktual pengadaan bahan baku TBS dari kebun sendiri Adolina dan nilai optimal pengadaan bahan baku TBS skenario satu diketahui bahwa pada bulan-bulan tertentu pasokan TBS kebun sendiri Adolina mengalami kelebihan seperti pada bulan Mei, Juli dan bulan Agustus sebesar nilai selisih antara nilai pasokan aktual dengan nilai pasokan Optimal. Kelebihan pasokan terbesar tejadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 1.208.583 kilogram, artinya bahwa pada bulan tersebut pasokan bahan baku yang berlebih tidak akan meningkatkan nilai keuntungan perusahaan. Kelebihan pasokan hanya akan menimbulkan pemborasan biaya pengadaan TBS. Sementara itu kekurangan pasokan bahan baku juga sering terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Juni, September, Oktober, dan Desember. Kekurangan jumlah pasokan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 32.249 kilogram. Kekurangan pasokan dapat diantisipasi dengan melakukan pembelian TBS pihak ketiga untuk mencapai keuntungan optimal.
83 Tabel 50. Pengadaan TBS Optimal dan Aktual dari Kebun Adolina Skenario Satu
Bulan Nilai/ value Optimal Skenario Satu (Kg) Nilai Aktual (Kg) Selisih (Kg) Januari 8.666.667 8.656.497 -10.170 Februari 9.750.000 9.761.630 11.630 Maret 11.963.190 11.942.502 -20.688 April 12.111.801 12.101.525 -10.276 Mei 13.928.571 13.931.862 3.291 Juni 15.234.375 15.202.126 -32.249 Juli 16.500.000 17.545.037 1.045.037 Agustus 16.500.000 17.708.583 1.208.583 September 13.265.306 13.251.339 -13.967 Oktober 15.354.330 15.335.226 -19.104 November 13.636.364 13.622.705 -13.659 Desember 14.338.235 14.323.613 -14.622 Rata-rata 1343740 13615220 177.817
Keterangan : (+) Berlebih; (-) Kekurangan
Apabila perusahaan melakukan skenario satu dengan menurunkan pasokan TBS pembelian dan meningkatkan jumlah pasokan TBS kebun sendiri Adolina perusahaan akan memperoleh peningkatan keuntungan. Pada analisis primal diketahui bahwa nilai optimal pengadaan bahan baku TBS dari pembelian sama dengan nol setiap bulannya. Hal ini menyatakan bahwa pengadaan bahan baku TBS pembelian tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan bahkan sebaliknya jika dilakukan hanya akan meningkatkan pemborosan biaya pengadaan bahan baku TBS.
Tabel 51. Pengadaan TBS Optimal dan Aktual Pembelian Skenario Satu Bulan Nilai/ value Optimal (Rp) Actual (Kg)
Januari 0.000000 1.611.327 Februari 0.000000 2.341.330 Maret 0.000000 2.661.391 April 0.000000 2.583.945 Mei 0.000000 3.817.919 Juni 0.000000 3.056.336 Juli 0.000000 1.864.606 Agustus 0.000000 1.623.035 September 0.000000 1.965.219 Oktober 0.000000 1.960.434 November 0.000000 1.977.568 Desember 0.000000 1.678.654 Rata-rata 0.000000 1.611.327
84 Secara keseluruhan pada skenario satu masih terdapat nilai reduce cost dari bulan Januari hingga Desember. Pada skenario satu jika dibandingkan dengan model awal maka terdapat peningkatan dan penurunan nilai reduce cost. Peningkatan reduce cost diduga diakibatkan oleh tingginya biaya pengadaan bahan baku TBS pembelian apabila tetap dipasok. Sementara penurunan nilai reduce cost disebabkan oleh penurunan jumlah pembelian TBS sehingga biaya pengadaannya menurun.
Penurunan tertinggi terjadi pada bulan Agustus dengan nilai reduce cost 2.950. Artinya perusahaan tidak melakukan pemborosan biaya untuk pengadaan bahan baku TBS dari pihak ketiga sebesar Rp 2.950 per kilogram. Penurunan tersebut akan meningkatkan keuntungan optimal perusahaan. Peningkatan nilai reduce cost terjadi pada bulan Desember dengan nilai peningkatan tertinggi sebesar 4.552. peningkatan tersebut menunjukkan bahwa pada bulan Desember perusahaan melakukan pemborosan biaya pengadaan bahan baku TBS senilai Rp 4.552 per kilogram. Berikut rincian penurunan dan peningkatan nilai reduce cost pada skenario satu.
Tabel 52. Perubahan Nilai Reduce Cost Ketersediaan TBS Pembelian Pada Skenario Satu
Bulan Reduce Cost Pada Model Awal (Rp/Kg)
Reduce Cost Pada Skenario 1 (Rp/Kg) Penurunan/Peningkatan Reduce Cost (Rp/Kg) Januari 1.504 2990 1.486 Februari 1.212 2543 1.331 Maret 1.346 2702 1.356 April 1.275 1828 553 Mei 1.103 2490 1.387 Juni 1.513 3058 1.545 Juli 2.696 690 -2.006 Agustus 3.737 787 -2.950 September 2.283 4636 2.353 Oktober 2.725 6075 3.350 November 2.838 5807 2.969 Desember 4.412 8964 4.552 b. Ketersediaan Sumberdaya
Secara umum ketersediaan sumberdaya pada skenario satu mengalami penurunan slack/surplus (Lampiran 4). Ketersediaan sumberdaya sudah dapat
85 ditingkatkan pemanfaatanya. Kecuali pada sumberdaya kendala transfer yang cenderung tetap diduga disebabkan oleh rendemen yang digunakan pada skenario satu sama dengan tingkat rendemen pada model awal.
Salah satu ketersediaan sumberdaya yang mengalami penurunan kelebihan adalah kapasitas PKS dan ketersediaan TBS pembelian. Sedangkan biaya pengolahan mengalami peningkatan kelebihan. Sumberdaya berlebih yang mengalami penurunan dapat meningkatan pemanfaatan kapasitas PKS dan dapat menurunkan tingkat pemborosan pengadaan bahan baku pembelian. Kapasitas PKS pada bulan Juli dan Agustus dapat dimanfaatkan secara penuh. Hal ini ditunjukkan oleh adanya nilai dual. Namun sepanjang tahun ketersediaan pasokan dari pihak ketiga masih merupakan kendala berlebih, yang penggunaannya tidak memberikan keuntungan optimal bagi perusahaan apabila tetap dilakukan. Penurunan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 2.370.000 kilogram. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut pasokan bahan baku TBS kebun sendiri Adolina tinggi dan harga pembelian TBS cenderung lebih mahal. Berikut perubahan jumlah ketersediaan pasokan TBS dari pihak ketiga pada scenario satu dapat dilihat pada Tabel 53.
Tabel 53. Perubahan Nilai Slack/Surplus Ketersediaan Pasokan TBS Pembelian Pada Skenario Satu
Bulan Slack / Surplus Model Awal (Kg) Penurunan (Kg) Slack / Surplus Skenario 1 (Kg) Januari 2.888.889 982.223 1.906.666 Februari 3.250.000 1.105.000 2.145.000 Maret 3.900.000 1.268.099 2.631.901 April 3.900.000 1.235.404 2.664.596 Mei 4.588.235 1.523.950 3.064.285 Juni 4.875.000 1.523.438 3.351.562 Juli 5.571.428 1.941.428 3.630.000 Agustus 6.000.000 2.370.000 3.630.000 September 4.333.333 1.414.966 2.918.367 Oktober 4.875.000 1.497.048 3.377.952 November 4.588.235 1.588.235 3.000.000 Desember 4.588.235 1.433.824 3.154.411 Rata-rata 4.446.530 1.490.301 2.956.228
Ketersediaan sumberdaya tenaga kerja pada skenario satu mengalami peningkatan dan penurunan nilai dual. Pada model awal nilai dual ketersediaan
86 tenaga kerja sudah digunakan seluruhnya sehingga memiliki nilai dual apabila ditingkatkan. Skenario satu ternyata memiliki nilai dual yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan model awal dengan peningkatan nilai dual tertinggi terjadi pada bulanDesember yaitu sebesar 1.548.108, artinya bahwa apabila tenaga kerja ditingkatkan satu satuan (HOK) maka akan meningkatkan keuntungan perusahaan senilai dual price nya. Oleh sebab itu perusahaan akan lebih mengguntungkan apabila menambah jumlah HOK pada bulan Desember dibandingkan bulan lainnya. Sementara peningkatan terendah terjadi pada bulan Juli dan Agustus yaitu sebesar nol. Artinya apabila tenaga kerja ditingkatkan pada bulan Mei hanya akan tidak akan menambah keuntungan perusahaan bahkan mengakibatkan pemborosan karena terjadi kelebihan HOK yaitu senilai 118 dan 134. Peningkatan nilai dual pada skenario satu diduga karena peningkatan jumlah TBS yang diolah, sehingga kebutuhan tenaga kerja pengolahan memiliki nilai ekonomis lebih tinggi apabila ditingkatkan.
Tabel 54. Perubahan Nilai Dual Ketersediaan Keteresediaan Tenaga Kerja Pada Skenario satu
Bulan Dual Pada Model Awal (Rp/Kg)
Peningkatan Dual (Rp/Kg)
Dual Pada Skenario 1 (Rp/Kg) Januari 1.900.839 380.168 2.281.007 Februari 2.465.654 493.130 2.958.784 Maret 2.576.889 584.938 3.161.827 April 2.576.564 624.137 3.200.701 Mei 3.091.312 662.424 3.753.736 Juni 3.452.879 863.219 4.316.098 Juli 4.557.934 0 0 Agustus 5.566.736 0 0 September 3.540.619 794.833 4.335.452 Oktober 4.762.468 1.237.492 5.999.960 November 4.696.412 886.736 5.583.148 Desember 6.192.434 1.548.108 7.740.542 Rata-rata 3.781.728 672.932 3.610.938
Hasil analisis sensitivitas fungsi tujuan diketahui bahwa peningkatan harga CPO, PKO dan biaya TBS kebun Adolina sepanjang tahun diperbolehkan sebesar apapun (infinity). Penurunan yang diperbolehkan senilai alloable decrease. Sementara itu pasokan TBS pembelian dapat di turunkan senilai tak terhingga atau infinity dan peningkatan yang diperbolehkan senilai allowable increase. Analisis
87 sensitivitas pada skenario satu secara keseluruhan menggambarkan bahwa selang kepekaan yang terjadi pada ruas kendala semakin mengalami penyempitan. Dengan status kendala bukan pembatas dan kendala pembatas yang sama dengan model awal.
Tabel 55. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Skenario Satu. N
o
Kendala Bahan Baku Pengadaan TBS Nilai RHS Allowable Increase Allowable Decrease Sta tus 1 Kapasitas Maksimal PKS 16.500.000 Infinity 5.472.596 BP 2 Ketersediaan Plasma 20% 0 Infinity 2.956.228 BP 3 Kuota Pembelian 6.000.000 Infinity 6.000.000 BP
4 Tenaga Kerja 1.950 533 1950 P
5 Transfer (CPO) 0 Infinity 2.995.953 BP
6 Tranfer (PKO) 0 Infinity 420.568 BP
7 Biaya Pengolahan 0 Infinity 126.125 BP
Ket: (P) : Pembatas ; (BP) Bukan Pembatas
6.3.2. Hasil Optimal Skenario 2: Peningkatan Ketersediaan Tenaga Kerja (HOK) Sebesar 10 Persen.
Alternatif skenario dua dilakukan dengan pertimbangan bahwa keadaan aktual di lingkungan perusahaan mampu menyediakan tenaga kerja dan peningkatan hari orang kerja masih mungkin dilakukan karena pada keadaan aktual hari orang kerja di PKS masih 25 hari kerja. Sehingga memungkinkan bagi perusahaan untuk menambah hari orang kerja. Jika skenario dilakukan maka perusahaan perlu mempertimbangkan kegiatan mana yang akan dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan tenaga kerja. Peningkatan ketersediaan tenaga kerja pada skenario dua dilakukan berdasarkan analisis sensitivitas pada model awal. Peningkatan tenaga kerja terendah yang diperbolehkan terjadi pada bulan Agustus sebesar 10 persen dari nilai HOK ketersediaan tenaga kerja model awal. Oleh karena itu pada scenario dua peningkatan ketersediaan tenaga kerja dilakukan hanya sebesar 10 persen saja. Dari hasil data olahan LINDO dapat diketahui bahwa skenario dua dengan peningkatan ketersediaan tenaga kerja mampu meningkatkan keuntungan optimal perusahaan dari model awal sebesar Rp 312.650.000. Peningkatan keuntungan diperoleh dari selisih keuntungan optimal pada skenario dua Rp 88.805.100.000 dikurangi keuntungan optimal pada model awal Rp 88.492.450.000. Peningkatan keuntungan terjadi karena peningkatan
88 tenaga kerja pengolahan sehingga TBS yang diolah semakin banyak dan penurunan pemborosan biaya pengolahan.
Tabel 56. Selisih Keadaan Optimal Skenario Dua dengan Keadaan Optimal Model
No Keterangan Keuntungan (Rp)
1 Keadaan Optimal Scenario 2 88.805.100.000
2 Keadaan Optimal Model Awal perusahaan 88.492.450.000
3 Selisih 312.650.000
Maka jika skenario dua dilakukan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan mengalami peningkatan sebesar selisih antara nilai optimal pada skenario dua dikurangi dengan keuntungan aktual yang diperoleh perusahaan pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 25.042.951.163. Oleh sebab itu diharapkan dengan peningkatan tenaga kerja perusahaan mampu meningkatkan keuntungannya. Peningkatan keuntungan perusahaan bila melakukan skenario dua dapat dilihat pada Tabel 57.
Tabel 57. Selisih Keadaan Optimal Skenario Dua dengan Keadaan Optimal Model Awal PKS Adolina Tahun 2010
No Keterangan Keuntungan (Rp)
1 Keadaan Optimal Scenario 2 88.805.100.000
2 Keadaan Aktual perusahaan 63.762.048.837
3 Selisih 25.042.951.163