Pada bagian ini akan dibahas profil responden, uji validitas dan reliabilitas, statistik deskriptif, uji perbandingan opportunity cost leasing dan opportunity cost kredit menurut ukuran bunga efektif, uji perbandingan opportunity cost leasing dan opportunity cost kredit menurut lama angsuran dan uji perbandingan opportunity cost leasing dan opportunity cost kredit menurut birokrasi prosedur administatif serta pembahasan.
Profil Responden
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden pengguna jasa keuangan leasing maupun kredit di kota Salatiga, diperoleh data mengenai karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan perbulan, barang yang dibeli dan cara pembayaran.
Tabel 3 Profil Responden
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
Laki-laki 64 64.00%
Perempuan 36 36.00%
Total 100 100.00%
Usia Jumlah Prosentase
< 25 tahun 3 3.00%
25 tahun - 35 tahun 35 35.00%
36 tahun - 45 tahun 39 39.00%
> 45 tahun 23 23.00%
Total 100 100.00%
Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase
SD 7 7.00%
SMA 39 39.00%
DIPLOMA 19 19.00%
SARJANA 23 23.00%
Rotal 100 100.00%
Pekerjaan Jumlah Prosentase
Pegawai Negeri 19 19.00%
Pegawai Swasta 29 29.00%
Wiraswasta 42 42.00%
Lainnya (Ibu Rumah Tangga) 10 10.00%
Total 100 100.00%
Sumber : Data diolah
Tabel 3 menjelaskan bahwa, sebagian besar responden adalah laki-laki (64 %) dengan usia diatas 30 tahun sampai 45 tahun (39%) yang tingkat pendidikan terakhirnya SMA (39%). Sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta (42%). Hal tersebut berarti baik leasing maupun kredit diperuntukan untuk segmen usia matang atau usia bekerja yang sudah memiliki penghasilan, selain itu juga baik leasing maupun kredit memiliki segmen masyarakat yang bekerja sebagai wiraswasta, karena dengan wiraswasta dianggap memiliki penghasilan perhari sehingga akan dengan mudah mengangsur tiap bulannya.
Tabel 4 Tingkat Pendapatan
Pendapatan Perbulan Jumlah Prosentase
< Rp. 1.000.000 11 11.00% > Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 49 49.00% > Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 32 32.00% >Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000 6 6.00% > Rp. 4.000.000 2 2.00% Total 100 100.00%
Sumber : Data diolah
Tabel 4 menunjukan bahwa, sebagian besar responden memiliki pendapatan diatas Rp. 1.000.000,00 sampai dengan Rp.2.000.000,00 sebesar 49%. Hal ini berarti berdasarkan rata-rata hidup masyarakat kota Salatiga dengan UMR Rp. 1.250.000,00 perbulan. Misalkan dengan pendapatan Rp. 2.000.000,00 perbulan.
Dengan biaya hidup (makan, minum, transport dan keperluan lain) Rp.1.500.000,00 responden memiliki sisa pendapatan Rp.500.000,00 perbulan. Dengan sisa pendapatan ini responden tidak bisa menabung. Sehingga untuk membeli produk dengan harga yang tinggi responden tidak bisa membeli secara kas dan responden memilih untuk mencari alternatif dengan pembiayaan secara leasing maupun kredit.
Tabel 5 Barang Yang Dibeli Barang Yang di Beli Kisaran harga (Rp) Kisaran angsuran (Rp) Prosentase dibeli dengan Leasing Prosentase dibeli dengan Kredit Sepeda Motor 1.500.000 250.000 88,68% 11,32% Elektronik 15.000.000 550.000 34,29% 65,71% Spring bed 1250.000 225.000 16,67% 83,33%
Sumber : Data diolah
Tabel 5 menjelaskan bahwa, barang elektronik yang dibeli responden dengan kisaran harga Rp. 1.500.000,00 dibeli dengan menggunakan pembiayaan secara kredit (65,71%) dengan kisaran angsuran Rp. 250.000,00 perbulannya. Spring bed dengan kisaran harga Rp. 1.250.000,00 dibeli oleh responden dengan pembiayaan kredit (83,33%) dengan angsuran Rp. 225.000,00 perbulannya. Sementara itu responden membeli sepeda motor dengan kisaran harga Rp. 15.000.000,00 dibeli dengan pembiayaan leasing (88,68%) dengan kisaran angsuran Rp. 550.000,00 perbulannya. Hal ini berarti bahwa responden memilih kredit sebagai alternatif pembiayaan untuk produk dengan kisaran harga dua juataan. Namun untuk kisaran harga diatas sepuluh jutaan, responden memilih menggunakan leasing.Hal ini dikarenakan prosedur leasing yang lebih mudah untuk ditempuh oleh responden mendapatkan pinjaman, sehingga jika dilihat dari kisaran angsuran sebesar Rp. 550.000,00 perbulannya dibandingkan dengan kemampuan responden untuk mengangsur tiap bulannya kurang memungkinkan. Hal seperti ini menyebabkan kredit macet pada leasing atau kegagalan mengangsur dari konsumen sehingga sepeda motor banyak yang ditarik kembali oleh pihak leasing.
Uji Validitas dan Reliabilitas Birokrasi Prosedur Administratif Leasing dan Kredit
Uji validitas yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan metode analisis korelasi dengan menggunakan Corrected Item-Total Correlation. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6
Uji Validitas dan Reliabilitas Birokrasi Prosedur Administratif Leasing Indikator Empiris Corrected Item-Total
Correlation Alpha
Potongan Administrasi 0,524
0,6714
Jangka waktu pelunasan 0,438
Biaya pendanaan 0,368
Proses angsuran 0,478
Prosedur pengajuan pinjaman 0,359
Hak yang diperoleh dari peminjam seperti potongan
angsuran, cash back, bonus barang (hadiah) 0,312 Sumber : Data diolah
Hasil uji validitas indikator empiris birokrasi prosedur administratif leasing diperoleh nilai Item-Total Correlation tiap indikator empiris lebih besar dari 0,3 artinya semua indikator empiris valid. Hasil uji reliabilitas berdasarkan pada nilai Cronbach Alpha (α), menunjukkan bahwa indikator empiris memenuhi dari masing-masing indikator empiris birokrasi prosedur administratif leasing memenuhi unsur reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha (α) lebih besar dari 0,60. Dengan demikian, indikator empiris seperti potongan administrasi, jangka waktu pelunasan, biaya pendanaan, proses angsuran, birokrasi prosedur administratif pengajuan pinjaman dan hak yang diperoleh dari peminjam seperti potongan angsuran, cash back, bonus barang (hadiah) dapat digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.
Tabel 7
Uji Validitas dan Reliabilitas Birokrasi Prosedur Administratif Kredit
Indikator Empiris Corrected Item-Total Correlation Alpha Potongan Administrasi 0,445 0,6352
Jangka waktu pelunasan 0,317
Biaya pendanaan 0,380
Proses angsuran 0,327
Prosedur pengajuan pinjaman 0,435
Hak yang diperoleh dari peminjam seperti potongan angsuran, cash
back, bonus barang (hadiah) 0,626
Sumber : Data diolah
Hasil uji validitas indikator empiris birokrasi prosedur administratif kredit diperoleh nilai Item-Total Correlation tiap indikator empiris lebih besar dari 0,3 artinya semua indikator empiris valid. Hasil uji reliabilitas berdasarkan pada nilai Cronbach Alpha (α), menunjukkan bahwa indikator empiris memenuhi dari masing-masing indikator empiris birokrasi prosedur administratif kredit memenuhi unsur reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha (α) lebih besar dari 0,60. Dengan demikian, indikator empiris seperti potongan administrasi, jangka waktu pelunasan, tingkat bunga, proses angsuran, birokrasi prosedur administratif pengajuan pinjaman dan hak yang diperoleh dari peminjam seperti potongan angsuran, cash back, bonus barang (hadiah) dapat digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.
Statistik Deskriptif Bunga Efektif Leasing dan Kredit
Berikut akan disajikan statistik deskriptif bunga efektif leasing dan kredit berdasarkan tingkat jawaban responden.
Tabel 8
Statistik Deskriptif Tingkat Bunga Efektif dan Lama Angsuran Leasing dan Kredit Angsuran Rata-rata Bunga
Efektif
Rata-rata Jangka Waktu
Leasing 25 % 25 bulan
Kredit 20 % 22 bulan
Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa, secara rata-rata bunga efektif leasing (25%) lebih tinggi dari bunga efektif kredit (20%). Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi bunga efektif maka semakin lama jangka waktu angsuran. Seperti yang diperoleh rata-rata lama angsuran leasing (25 bulan) lebih lama dari kredit (22 bulan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa opportunity cost rata-rata bunga efektif kredit lebih tinggi dari leasing dan opportunity cost lama pinjaman leasing lebih lama dari kredit.
Statistik Deskriptif Birokrasi Prosedur Administratif Leasing dan Kredit
Berikut akan disajikan statistik deskriptif rata-rata skor prosedur leasing dan kredit berdasarkan tingkat jawaban responden.
Tabel 9
Statistik Deskriptif Birokrasi Prosedur Administratif Leasing dan Kredit
Birokrasi Prosedur Administratif Leasing Kredit Selisih
Potongan Administrasi 3.81 3.54 0.27
Jangka waktu pelunasan 4.10 3.58 0.52
Biaya pendanaan 3.67 3.57 0.1
Proses angsuran 3.95 3.27 0.68
Prosedur pengajuan pinjaman 3.99 3.21 0.78
Hak yang diperoleh dari peminjam seperti potongan
angsuran, cash back, bonus barang (hadiah) 3.72 3.61 0.11 Sumber : Data diolah
Pada Tabel 9 menunjukan bahwa keseluruhan skor rata-rata birokrasi dan prosedur administratif leasing lebih besar dari skor rata-rata birokrasi prosedur administratif kredit. Hal ini berarti birokrasi prosedur administratif leasing lebih mudah atau sederhana daripada kredit. Dengan demikian dapat dikatakan opportunity cost birokrasi prosedur administratif leasing lebih besar dari birokrasi prosedur administratif kredit. Skor rata-rata tertinggi pada indikator empiris leasing adalah jangka watu pelunasan yang lebih lama (4,10) dan skor rata-rata tertinggi indikator empiris kredit adalah hak yang diperoleh dari peminjam seperti potongan angsuran, cash back, bonus barang (3,61). Sedangkan untuk skor rata terendah pada indikator leasing adalah biaya pendanaan (3,67) dan skor rata-rata terendah indikator empiris kredit adalah prosedur pengajuan pinjaman (3,21).
Sementara itu untuk melihat perbandingan antara tingkat bunga efektif, rata-rata jangka watu pelunasan leasing dan kredit dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 10
Perbandingan Alternatif Pembiayaan Leasing dan Kredit
Jenis Barang Leasing Kredit % Barang Yang Dibeli
Tingkat Bunga Lama Angsuran
% Barang
Yang Dibeli
Tingkat Bunga Lama Angsuran Persepsi Riil Persepsi Riil Persepsi Riil Persepsi Riil Sepeda Motor 88,68% 25% 28% 25 bulan 25 bulan 11,32% 25% 28% 25 bulan 25 bulan Elektronik 34,29% 26% 28% 23 bulan 23 bulan 65,71% 20% 26% 18 bulan 18 bulan Spring bed 16,67% 26% 28% 17 bulan 17 bulan 83,33% 20% 26% 12 bulan 12 bulan Sumber : Data diolah
Tabel 10 menjelaskan bahwa, sebanyak 88,68 % konsumen membeli
sepeda motor secara leasing dengan tingkat bunga 25 % dan rata-rata lama angsuran 25 bulan. Sedangkan sebanyak 11,32 % konsumen membeli sepeda motor secara kredit dengan tingkat bunga 22 % dan rata-rata lama angsuran 25 bulan. Secara riil besarnya tingkat bunga baik secara leasing maupun kredit memiliki tingkat bunga yang lebih tinggi dari tingkat bunga yang dipersepsikan oleh konsumen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara perbandingan opportunity cost, konsumen yang akan membeli sepeda motor sebaiknya melalui alternatif pembiayaan leasing walaupun dengan tingkat bunga yang sama namun secara leasing birokrasi prosedur administratif leasing lebih mudah atau sederhana daripada kredit (Tabel 8).
Selain itu dapat dilihat jika sebanyak 34,29% konsumen membeli produk elekronik secara leasing dengan tingkat bunga 26% dan rata-rata lama angsuran 23 bulan. Sedangkan sebanyak 65,71% konsumen membeli produk elektronik secara kredit dengan tingkat bunga 20% dan rata-rata lama angsuran 18 bulan. Secara riil besarnya tingkat bunga baik secara leasing maupun kredit memiliki tingkat bunga yang lebih tinggi dari tingkat bunga yang dipersepsikan oleh konsumen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara perbandingan opportunity cost, konsumen yang akan membeli produk elektronik sebaiknya melalui alternatif pembiayaan kredit, karena dengan tingkat bunga kredit yang lebih rendah dari
leasing dengan rata-rata lama angsuran yang lebih pendek sehingga total pembiayaan akhir lebih rendah.
Untuk pembelian produk spring sebanyak 16,67% konsumen melalui alternatif pembiayaan leasing dengan tingkat bunga 26 % dan rata-rata lama angsuran 17 bulan. Sedangkan sebanyak 83,33% konsumen membeli produk spring bed secara kredit dengan tingkat bunga 20 % dan rata-rata lama angsuran 12 bulan. Secara riil besarnya tingkat bunga baik secara leasing maupun kredit memiliki tingkat bunga yang lebih tinggi dari tingkat bunga yang dipersepsikan oleh konsumen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara perbandingan opportunity cost, konsumen yang akan membeli produk spring bed sebaiknya melalui alternatif pembiayaan kredit, karena dengan tingkat bunga kredit yang lebih rendah dari leasing dengan rata-rata lama angsuran yang lebih pendek sehingga total pembiayaan akhir lebih rendah.
Uji Perbandingan Opportunity Cost Leasing Dan Opportunity Cost Kredit Menurut Ukuran Tingkat Bunga Efektif
Berikut tabel yang menyajikan perbandingan opportunity cost leasing dan opportunity cost kredit menurut ukuran bunga efektif dengan menggunakan uji beda rata-rata dengan T Test.
Tabel 11
Uji Perbandingan Opportunity Cost Leasing Dan Opportunity Cost Kredit Menurut Ukuran Tingkat Bunga Efektif
Angsuran Persepsi Level Signifikansi Keputusan Hipotesis Leasing 25 % 0,000 Ha1 Diterima Kredit 20 %
Sumber : Data diolah
Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa, terdapat perbandingan tingkat bunga efektif leasing dan bunga kredit diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, atau lebih kecil dari 0,05, sehingga Ha1 diterima. Hal ini berarti bahwa berdasarkan tingkat bunga efetktifnya, opportunity cost pembiayaan kredit lebih tinggi dari opportunity cost pembiayaan leasing adalah benar karena didukung oleh fakta empiris.
Hasil analisis membuktikan kebenaran tentang opportunity cost kredit lebih besar dari opportunity cost leasing menurut ukuran tingkat bunga efektif. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pasaribu (2008). Kenyataan itu mendorong lebih banyak masyarakat yang mengambil peluang (opportunity cost) menggunakan pembiayaan kredit, karena tingkat bunganya lebih kecil (20%) dari leasing (25 %).
Uji Perbandingan Opportunity Cost Leasing dan Opportunity Cost Kredit Menurut Lama Angsuran
Berikut tabel yang menyajikan perbandingan opportunity cost leasing dan opportunity cost kredit menurut lama angsuran dengan menggunakan uji beda rata-rata dengan T Test.
Tabel 12
Uji Perbandingan Opportunity Cost Leasing dan Opportunity Cost Kredit Menurut Lama Angsuran
Pembiayaan Rata-rata Jangka Waktu Level Signifikansi Keputusan Hipotesis Leasing 25 bulan 0,000 Ha2 Diterima Kredit 22 bulan
Sumber : Data diolah
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, terdapat perbandingan lama angsuran leasing dan lama angsuran kredit diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, atau lebih kecil dari 0,05, sehingga Ha2 diterima. Hal ini berarti bahwa berdasarkan lama angsuran, opportunity cost pembiayaan leasing lebih tinggi dari opportunity cost pembiayaan kredit adalah benar didukung oleh fakta empiris.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Yasa (2003), Artana (2006), Yuniyanti (2007), Arniati (2007), Hiras (2008) dan Yoga (2010), menyatakan bahwa terdapat lama angsuran pembiayaan leasing lebih panjang dari pembiayaan kredit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata jangka waktu pinjaman leasing 25 bulan dan kredit 22 bulan. Walaupun jumlah angsuran total pembiayaan leasing lebih tinggi dari kredit, namun karena jangka waktu angsurannya lebih lama, maka jumlah angsuran perbulannya menjadi lebih kecil. Jumlah angsuran yang lebih kecil tersebut yang dinilai sebagai opportunity cost.
Uji Perbandingan Opportunity Cost Leasing dan Opportunity Cost Kredit Menurut Birokrasi Prosedur Administratif
Berikut tabel yang menyajikan perbandingan birokrasi prosedur administratif opportunity cost leasing dan opportunity cost kredit dengan menggunakan uji beda rata-rata dengan T Test.
Tabel 13
Uji Perbandingan Opportunity Cost Leasing Dan Opportunity Cost Kredit Menurut Birokrasi Prosedur Administratif Birokrasi Prosedur Administratif Rata-Rata Skor Kesederhanaan Birokrasi Prosedur Administratif Leasing Rata-Rata Skor Kesederhanaan Birokrasi Prosedur AdministratifKredit Level Signifikansi Keputusan Hipotesis Potongan administrasi 3,873 3,680 0,000 Ha3 Diterima Jangka waktu pelunasan Biaya pendanaan Proses angsuran Prosedur pengajuan pinjaman Hak yang diperoleh dari peminjam seperti potongan angsuran, cash back, bonus barang (hadiah)
Sumber : Data diolah
Tabel 13 menjelaskan bahwa, terdapat perbandingan birokrasi prosedur administratif pengajuan leasing dan kredit diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 <0,05), sehingga Ha3 diterima. Hal ini berarti bahwa berdasarkan birokrasi dan prosedur administratif pengurusannya, opportunity cost pembiayaan leasing lebih besar dari opportunity cost pembiayaan kredit, adalah benar karena didukung oleh fakta empiris.
Birokrasi prosedur administratif leasing lebih mudah dari kredit, sehingga tidak makan banyak waktu, tenaga dan biaya. Konsumsi waktu, tenaga dan biaya
opportunity cost. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Handoko (2001). Selain birokrasi prosedur administratif leasing lebih mudah, lessor sering memberi potongan angsuran, cash back, bonus barang (hadiah).
5. PENUTUP
Kesimpulan
1. Terdapat perbandingan opportunity cost leasing dan opportunity cost kredit menurut ukuran tingkat bunga efektif yang mana tingkat bunga efektif leasing 25% yang lebih tinggi dari tingkat bunga efektif kredit 20%. Hal ini berarti bahwa berdasarkan tingkat bunga efektifnya, opportunity cost pembiayaan kredit lebih tinggi dari opportunity cost pembiayaan leasing adalah benar karena didukung oleh fakta empiris.
2. Terdapat perbandingan opportunity cost leasing dan opportunity cost kredit menurut lama angsuran, dengan rata-rata jangka waktu angsuran leasing 25 bulan lebih lama dari rata-rata jangka waktu angsuran kredit yang hanya 22 bulan. Hal ini berarti opportunity cost leasing lebih tinggi dari opportunity cost kredit, karena lama angsuran leasing lebih panjang dari lama angsuran kredit adalah benar karena didukung oleh fakta empiris.
3. Terdapat perbandingan birokrasi prosedur administratif pengajuan leasing dan