• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

D. Hasil Analisis Regresi

1. Hasil Analisis Regresi

Untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan model persamaan regresi double-log. Variabel dependen meliputi jumlah konsumsi listrik sedangkan variabel independennya terdiri dari PDRB per kapita harga konstan, tarif dasar listrik, dan harga minyak tanah di Kabupaten Purworejo. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, peneliti menggunakan model analisis dengan persamaan sebagai berikut: JKL = f (PDRB, TDL, HMT)

Model analisis regresi linear double-log yang dibentuk dari persamaan adalah sebagai berikut:

commit to user

69 Yang mana :

Ln JKL = Jumlah konsumsi listrik (KWh)

Ln PDRB = PDRB per Kapita Harga Konstan (rupiah)

Ln TDL = Tarif Dasar listrik per bulan (rupiah)

Ln HMT = Harga minyak tanah per bulan (rupiah)

β1, β2, β3 = Koefisien regresi

β0 = Konstanta

µ = Variabel pengganggu

t = Tahun per bulanan

Hasil estimasi variabel dependen (JKL) terhadap variabel independen (PDRB, TDL, HMT) dengan menggunakan OLS secara lengkap disajikan dalam tabel berikut :

Tabel (4.11)

Hasil Estimasi Regresi Double-log

Variabel Dependen : LNJKL Metode : Ordinary Least Square (OLS)

Sampel: 2003:01 2009:12

Variabel Dependen Koefisien Std. Error t-Statistik Probabilitas

C 6,078129 1,517084 4,006455 0.0001

LNPDRB 1,331403 0,129848 1,025353 0.0000

LNTDL -0,756196 0,177444 -4,261594 0.0001

LNHMT -0,076115 0,099196 -0,767320 0.4452

R-squared 0.797165 Mean dependent var 1.474.088

Adjusted R-squared 0.789559 S.D. dependent var 0.129662

S.E. of regression 0.059481 Akaike info criterion -2.759.868

Sum squared resid 0.283040 Schwarz criterion -2.644.115

Log likelihood 1.199.145 F-statistic 1.048.032

Durbin-Watson stat 2.133.010 Prob(F-statistic) 0.000000

commit to user

70 Dari hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel di atas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Ln JKL = 6.078129 + 1.331403 Ln PDRB – 0.756196 Ln TDL – 0.076115 Ln HMT + µ

Setelah diketahui hasil dari regresi, selanjutnya dilakukan uji ekonometrika (asumsi klasik) dan uji statistik:

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik merupakan salah satu langkah penting untuk menghindari penyimpangan dalam asumsi klasik yang akan mempengaruhi hasil analisis. Untuk menghindari adanya penyimpangan tersebut maka dalam uji asumsi klasik akan dilakukan tiga jenis uji yaitu, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas muncul apabila adanya hubungan linear diantara variabel independen yang digunakan dalam model. Multikolinieritas menunjukkan adannya korelasi antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Konsekuensi dari adanya multikolinearitas

adanya koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standar error

setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Untuk dapat mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari hasil regresi dengan metode Koutsonyiannis, yaitu dengan jalan

membandingkan nilai R2 pada estimasi persamaan regresi awal dengan R2

commit to user

71

gejala multikolinieritas dan apabila R2a < R2 berarti ada gejala

multikolinieritas.

Hasil uji multikoninieritas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12

Tabel Hasil Uji Multikilinieritas dengan Metode Koutsonyiannis

Variabel R2 R2a Kesimpulan

LogJKL-LogPDRB 0.750716 0.797165 Tidak terjadi multikolinieritas

LogJKL-LogTDL 0.042022 0.797165 Tidak terjadi multikolinieritas

LogJKL-LogHMT 0.529657 0.797165 Tidak terjadi multikolinieritas

Sumber: Data Sekunder Diolah (lihat lampiran)

Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa nilai R2 dari masing-masing

variabel bebas ternyata lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai R2a hasil

perhitungan regresi awal, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi yang ditaksir tidak terdapat masalah multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heterokesdastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya (Hanke dan Reitsch dalam Mudrajad Kuncoro, 2001:112). Artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model.

Untuk pengujian ada-tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empirik dapat dilakukan dengan Uji White. Dalam program olah data

Eviews, uji white membandingkan nilai OBS*R2 dengan χ2

tabel dengan df

(jumlah regresor) dan derajat signifikansi. Jika nilai OBS*R2 < χ2

commit to user

72 tidak signifikan secara statistik. Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas tidak ditolak.

Begitu pula sebaliknya, bila nilai OBS*R2 > χ2

maka signifikan secara statistik berarti model empirik terdapat masalah heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13

Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White

Uji White Heteroskedastisitas

F-statistik 1,443900 Probabilitas 0,227364

Obs*R-square 5,722761 Probabilitas 0,220831

Sumber: Hasil Eviews Diolah (lihat lampiran)

Diketahui jumlah regresor (df) = 4 dengan derajat signifikansi 5%

menghasilkan nilai χ2 = 9,48773. Hasil dari uji white dapat dilihat nilai

Obs*R-squared sebesar 5,722761.

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa nilai OBS*R2 < χ2

(5,722761< 9,48773) maka tidak signifikan secara statistik. Berarti semua variabel independen tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson (DW) test. Kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Jika DW < dL atau DW > (4-dL), maka Ho ditolak dan Ha diterima

yang berarti terdapat autokorelasi.

2) Jika DU < DW < (4-dU), maka Ho diterima yang berarti tidak ada

commit to user

73

3) Jika dL < DW < (dU) atau (4-dU) < DW < (4-dL), maka uji DW tidak

dapat menghasilkan kesimpulan yang pasti (inconclusive).

Setelah dilakukan pengujian, maka didapatkan nilai DW = 2.133010 sedangkan untuk N = 84 dan 3 variabel yang menjelaskan nilai krisis pada tingkat signifikansi 5% adalah dL = 1,56 ; dU = 1,72 ; 4-dU = 2,28 ; 4-dL = 2,44. Dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.1 Durbin Waston Test

Berdasarkan perhitungan nilai DW-nya = 2,133010. Nilai kritis pada tingkat signifikansi 5% nilai dU sebesar 1,72 dan nilai dL sebesar 1,56, sehingga nilali dU < DW < 4-dU di daerah tolak. Maka pengujian dapat disimpulkan tidak terdapat gejala autokorelasi.

3. Uji Statistik

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat

diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur

dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya. Apabila koefisien persamaan regresi tersebut telah signifikan maka persamaan regresi yang diperolah dapat digunakan sebagai dasar analisis secara

commit to user

74 ekonomi mengenai PDRB per Kapita, Tarif Dasar Listrik dan harga minyak tanah di Kabupaten Purworejo.

a. Uji t (t-test)

Uji t adalah uji secara individual dari semua koefisien regresi

parsial (Two tail). Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

secara individu terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen lainny konstan. Untuk mengetahui pengaruh variabel secara individu dilakukan dengan cara membandingkan uji t hitung dengan uji t tabel. Cara lain untuk menguji signifikan tidaknya koefisien regresi yaitu dengan melihat probabilitasnya.

Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat secara lengkap sebagai berikut:

1) Variabel PDRB per Kapita (PDRB) mempunyai nilai t hitung sebesar

10.2535. Pada tingkat signifikansi (α = 5%) dan N-K=80 nilai t tabel

yang diperoleh adalahk 2.000. Maka nilai dari t hitung variabel PDRB > t tabel (10.2535 > 2.000). Hal ini berarti variabel PDRB per Kapita (PDRB) berpengaruh secara nyata terhadap variabel jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo.

2) Variabel Tarif Dasar Listrik (TDL) mempunyai nilai t hitung sebesar

-4.261594. Pada tingkat signifikansi (α = 5%) dan N-K=80 nilai t tabel

yang diperoleh adalah 2.000. Maka nilai dari t hitung variabel -TDL > -t tabel (-4.261594 > -2.000). Hal ini berarti variabel Tarif Dasar

commit to user

75 Listrik (TDL) berpengaruh secara nyata terhadap variabel jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo.

3) Variabel Harga Minyak Tanah (HMT) mempunyai nilai t hitung

sebesar -0.767320. Pada tingkat signifikansi (α = 5%) dan N-K=80

nilai t tabel yang diperoleh adalahk 2.000. Maka nilai dari t hitung variabel HMT < t tabel (-0.767320 < -2.000). Hal ini berarti variabel Harga Minyak Tanah (HMT) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi secara bersama-sama atas semua koefisien regresi. Uji F adalah uji untuk mengatahui besarnya pengaruh yang terjadi pada variabel-variabel independen (PDRB per Kapita, Tarif Dasar Listrik dan Harga Minyak Tanah) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Jumlah Konsumsi Listrik rumah tangga). Nilai F hitung yang diperoleh dari model regresi OLS adalah sebesar 104.8032 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0.000000. F tabel pada derajat signifikansi 5% dan N-K : K-1 (80;3) adalah sebesar 2,76. Nilai F hitung (104,8032) lebih besar dari F tabel (2,76) maka berarti secara keseluruhan variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen pada derajat signifikansi sebesar 5%.

commit to user

76

c. Nilai Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk mengetahui persentase variabel dependen (jumlah konsumsi listrik rumah tangga) dapat dijelaskan oleh variasi variabel independennya (PDRB per Kapita, Tarif Dasar Listrik dan

Harga Minyak Tanah). Nilai R2 hasil estimasi menunjukkan nilai sebesar

0.797165. Ini berarti bahwa 79,7% variasi variabel dependen Jumlah Konsumsi Listrik (JKL) dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen PDRB per Kapita, tarif dasar listrik dan harga minyak tanah, sedangkan sisanya 20,3% dijelaskan oleh variasi variabel lain di luar model.

Dokumen terkait