BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.3 Hasil Analisis Statistik Bayi Kembar Yang Lahir dengan
A. Berat Badan Lahir
BBLR n %
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan Berat Badan Lahir Rendah
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5.1 menunjuk kan bahwa bayi kembar dua yang lahir dengan BBLR adalah sebanyak 58 bayi (85,3%) dan bayi tanpa BBLR sebanyak 10 bayi (14,7%).
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki extreme BBLR adalah sebanyak 5 bayi (8,6%), pada kelompok sampel dengan sangat BBLR adalah sebanyak 11 bayi (19 %), pada kelompok sampel dengan BBLR ringan adalah sebanyak 42 bayi ( 72,4%).
a. Jenis Kelamin
Ya 58 85,3
Tidak 10 14,7
Total 68 100
Berat Badan Lahir Frekuensi %
Extremely BBLR 5 8,6
Sangat BBLR 11 19
BBLR ringan 42 72,4
Total 58 100
Jenis kelamin Frekuensi %
Laki-laki 31 53,4
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan BBLR dikelompokkan
Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan BBLR Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki jenis kela min laki-laki adalah sebanyak 31 bayi (53 ,4 %) , dan pada jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 27 bayi (46,6 %). kelompok sampel yang terbanyak adalah pada jenis kel amin laki-laki yaitu sebanyak 31 bayi (53,4%).
b. Prematuritas
Berdasarkan hasil penelitian dari tab el 5.4 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki usia gestasi sangat prematur adalah sebanyak 34 bayi (58,6%), pada usia gestasi prematur sedang adalah sebanya k 11 bayi (19%), dan pada usia gestasi prematur ringan adalah sebanyak 13 bayi (22,4 %). kelompok sampel yang terbanyak adalah pada usia gestasi sangat prematur yaitu sebanyak 34 bayi (58,6%) sedangkan kelompok sampel yang paling sedikit adalah pada usia gestasi prematur sedang yaitu sebanyak 11 bayi (19 %).
d. Perkembangan Janin Terhambat
Total 58 100 Prematuritas Frekuensi % Sangat prematur 34 58,6 Prematur sedang 11 19 Prematur ringan 13 22,4 Total 58 100 PJT Frekuensi %
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar Berdasarkan Prematuritas
Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan BBLR Berdasarkan Perkembangan Janin Terhambat(PJT)
Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.5 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang mengalami pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah sebanyak 38 bayi (65,5%), dan pada kelompok sampel yang tidak mengalami pertumbuhan janin terhambat adalah sebanyak 20 bayi (34,5 %).
e. Sindroma Gangguan Pernafasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang mengalami sindroma gangguan pernafasan adalah sebanyak 16 bayi (27,6%), dan pada kelompok sampel yang tidak mengalami sindroma gangguan pernafasan adalah sebanyak 42 bayi (72,4 %).
f. Mortalitas sampel Ya 38 65,5 Tidak 20 34,5 Total 58 100 Sindroma Gangguan Pernafasan Frekuensi % Ya 16 27,6 Tidak 42 72,4 Total 58 100 Kematian Frekuensi %
Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan BBLR Berdasarkan Sindroma Gangguan Pernafasan
Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar Berdasarkan Kematian
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa tidak ada kejadian kematian pada bayi -bayi kembar yang lahir di RSUP H. Ada m Malik pada tahun 2008-2012.
5.2 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 68 bayi dimana tidak ada yang memenuhi kriteria eksklusi. Sehingga sampel yang digunakan tetap 68 bayi kembar. Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa bayi kembar dua yang la hir dengan BBLR adalah sebanyak 58 bayi (85,3%) dan bayi tanpa BBLR sebanyak 10 bayi (14,7%). Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki extreme BBLR adalah sebanyak 5 bayi (8,6%), pada kelompok sampel dengan sangat BBLR adalah sebanyak 11 bayi (19 %), pada kelompok sampel dengan BBLR ringan adalah sebanyak 42 bayi (72,4%).
Dari hasil yang telah dikemukakan juga dapat diketahui bahwa bayi yang lahir dari kehamilan kembar akan sangat tinggi resiko untuk me ngalami BBLR. Dimana pada kelompok bayi dari yang mengalami BBLR yang paling banyak adalah dari yang BBLR ringan dan yang paling sedikit adalah dari bayi yang memiliki extremely low birthweight . Hasil ini juga hampir sama dengan hasil penelitian dari Resnik dan Creasy dimana ditemukan bahwa jumlah bayi yang mengalami BBLR dari kelahiran kembar lebih banyak daripada dari kehamilan tunggal . Hal ini dapat terjadi akibat beberapa faktor. Yang pertama adalah kurangnya nutrisi yang dikonsumsi dari ibu itu sendir i. Hal ini mungkin dapat terjadi karena masih kurangnya tingkat ekonomi dan pengetahuan ibu akan pentingnya nutrisi yang cukup dalam masa kehamilan. Sehingga nutrisi yang akan diberikan pada janin juga akan berkurang dan akan menyebabkan bayi lahir dengan berat badam rendah. Faktor kedua yang mungkin terjadi adalah dari faktor plasenta itu sendiri. Dimana pada bayi kembar nutrisi yang berasal dari ibu akan
Tidak 68 100
dibagi dua sehingga masing -masing bayi juga akan mengalami kekurangan nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dalam janin.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dari James W.H (1980) dimana dia mengemukakan bahwa jenis kelamin yang paling sering timbul baik pada kembar monozigot maupun dizigot adalah perempuan (James,1980). Ini juga berbeda dengan penelitian dari Judith (2003) dimana ditemukan rasio jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki -laki.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki jenis kela min laki-laki adalah sebanyak 31 bayi (53, 4 %) , dan pada jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 27 bayi (46,6 %). Jumlah kelompok sampel yang terbanyak adalah pada jenis kel amin laki-laki yaitu sebanyak 31 bayi (53,4%).
Rasio jenis kelamin pada kembar adalah perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dibanding total kelahiran bayi kembar. Terdapat lebih banyak jenis kelamin perempuan pada kehamilan kembar monochorionic diamniotic monozygotic. Ini dikarenakan pada jenis kelamin perempuan mempunyai ketahanan yang lebih tinggi dalam kembar monozigo tik dari pada jenis kelamin laki-laki. Pada saat fase embrionik, kembar monozigotik dengan jenis kelamin perempuan mengalami keterlambatan pertumbuhan (early development) dan dapat dihubungkan dengan inaktivasi -X, yang merupakan persentasi dari kromosom X inaktivasi paternal dan kromosom X inaktivasi maternal (Hall,2003).Hasil tersebut tidak ditemukan pada penelitian saya dimana jenis kelamin laki -laki lebih banyak dari jenis kelamin perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian dari tab el 5.4 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki usia gestasi sangat prematur adalah sebanyak 34 bayi (58,6%), pada usia gestasi prematur sedang adalah sebanyak 11 bayi (19 %), dan
34 bayi (58,6%) sedangkan kelompok sampel yang paling sedikit adalah pada usia gestasi prematur sedang yaitu sebanyak 11 bayi (19 %).
Hasil data statistik dari bayi -bayi kembar dua yang lahir di RSUP H. Adam Malik dari tahun 2008 -2012 menunjukkan bahwa semuanya mengalami kelahiran prematur baik itu sangat prematur, prematur sedang, maupun prematur ringan. Sehingga dari penelitian saya dapat diketahui bahwa bayi yang lahir dari kehamilan kembar akan sangat meningkatkan resiko bayi akan lahir prematur. Hal ini berhubungan dengan adanya kemungkinan pecah membran prematur, atau premature rupture of membranes (PROM), yang juga ada hubungannya dengan meningkatnya resiko neonatal akan sepsis dan akan me nyebabkan terjadinya bayi lahir prematur (Resnik & Creasy, 2010) .
Dari hasil yang telah dikemukakan juga dapat diketahui bahwa bayi yang lahir dari kehamilan kembar akan sangat tinggi resiko untuk mengalami BBLR. Dimana pada kelompok bayi dari yang mengal ami BBLR yang paling banyak adalah dari yang BBLR ringan dan yang paling sedikit adalah dari bayi yang memiliki extremely low birthweight . Hasil ini juga hampir sama dengan hasil penelitian dari Resnik dan Creasy dimana ditemukan bahwa jumlah bayi yang mengalami BBLR dari kelahiran kembar lebih banyak daripada dari kehamilan tunggal . Hal ini dapat terjadi akibat beberapa faktor. Yang pertama adalah kurangnya nutrisi yang dikonsumsi dari ibu itu sendiri. Hal ini mungkin dapat terjadi karena masih kurangnya tingkat ekonomi dan pengetahuan ibu akan pentingnya nutrisi yang cukup dalam masa kehamilan. Sehingga nutrisi yang akan diberikan pada janin juga akan berkurang dan akan menyebabkan bayi lahir dengan berat badam rendah. Faktor kedua yang mungkin terjadi ad alah dari faktor plasenta itu sendiri. Dimana pada bayi kembar nutrisi yang berasal dari ibu akan dibagi dua sehingga masing -masing bayi juga akan mengalami kekurangan nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dalam janin.
Dari hasil data statistik terhadap bayi yang lahir dengan Perkembangan janin terhambat menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian tabel 5.5 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang mengalami pertumbuhan janin te rhambat
(PJT) adalah sebanyak 38 bayi (65,5 %), dan pada kelompok sampel yang tidak mengalami pertumbuhan ja nin terhambat adalah sebanyak 20 bayi (34,5 %).Hasil ini juga mendukung penelitian dari Mercedes Onis yang membuktikan bahwa dari total kelahiran bayi kembar pada negara berkembang, 12.625 bayi diantaranya mengalami perkembangan janin terhambat (10,8%) (Onnis,2007).
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang mengalami sindroma gangguan pernafasan adalah sebanyak 16 bayi (27,6%), dan pada kelompok sampel yang tidak mengalami sindroma gangguan pernafasan adalah sebanyak 42 bayi (72,4 %). Pada penelitian ini tidak ada angka yang signifikan yang menunjukkan bahwa bayi kembar dua akan meningkatkan terjadinya sindroma gangguan pernafasan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dibatasinya populasi sampel yaitu pada bayi kembar dua. Sedangkan resiko terjadinya sindroma gangguan pernafasan akan meningkat jika jumlah janin dalam kehamilan lebih banyak atau bayi lahir sangat prematur (Hermansen & Lorah, 2007). Sehingga bukti-bukti yang terdapat pada penelitian sebelumnya belum tercerminkan pada penelitian saya.
Pada tabel 5.7 menunjukkan tentang mortalitas bayi -bayi kembar dimana tidak ditemukan kematian pada bayi -bayi yang lahir tersebut. Menurut penelitian tentang perbandingan mortalitas pad a bayi kembar dengan bayi tunggal dari Barbara luke,dkk mengatakan bahwa morbiditas dan mortalitas pada bayi kembar akan lebih tinggi daripada bayi tunggal. (Luke, Bigger & Sietsema,1996).Walaupun sudah banyak peneliti -peneliti sebelumnya yang sudah melakukan penelitian tentang bayi kembar, penelitian ini masih belum bisa dihubungkan karena masih menggunakan populasi yang sempit dan jumlah sampel yang sedikit.