PROPORSI BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA
BAYI KEMBAR YANG LAHIR DI RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN TAHUN 2008 -2012
Oleh:
ANDRIO GULTOM
100100337
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Proporsi Berat Badan Lahi r Rendah Pada Bayi Kembar Yang Lahir Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 -2012
Nama : Andrio Gultom NIM : 100100337
Pembimbing
( dr. Emil Azlin, Sp.A(K) ) NIP : 140355822
Penguji
( dr. Juliandi Harahap, M.A ) NIP : 19700702 199802 1 001
Penguji
( dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) ) NIP : 19681117 199702 1 002
Medan 2 Januari 2014 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Bayi kembar merupakan salah satu penyumbang penyebab kematian bayi di dunia. Karena bayi yang lahir ke mbar sering disertai dengan kelahiran prematur dan meningkatkan gangguan kelahiran dan kematian neonatal. Tingkat insidensi dari bayi kembar terus meningkat pada 30 tahun terakhir ini. Pada tahun 2009, 16 dari 1000 kelahiran di Inggris dan Wales merupakan bayi kembar, dibandingkan 10 dari 1000 kelahiran pada tahun 1980
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis 68 data rekam medik pa sien bayi kembar dua yang lahir di RSUP H. Adam Malik tahun 2008 -2012. Sampel dipilih dengan metode total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35 bayi (51,5%) laki -laki dan 33 bayi (48,5%) perempuan. Bayi paling banyak berada pada kelompo k sangat prematur sebanyak 34 kasus (50%). Kelompok BBLR ringan adalah yang paling banyak yaitu 42 kasus (61,8). Bayi dengan perkembangan janin terhambat merupakan yang paling banyak yaitu 40 kasus (58,8%), dan kelompok bayi yang tidak mengalami sindroma gangguan pernafasan paling banyak yaitu 51 kasus (75%). Angka kematian bayi tidak ada (0%).
Dari penelitian diperoleh bahwa kelahiran kembar meningkatkan angka bayi mengalami BBLR sehingga perlu ditingkatkan pelayanan kesehatan terhadap bayi kembar untuk mencegah terjadinya komplikasi.
ABSTRACT
Twin is one of the contributors that cause infant mortality in the world. Becauese babies are born twins often accompanied by premature birth and increasing neonatal disorders of birth and death. Incidence rate of twins is increasingin the last 30 years. In 2009, 16 of 100 births in England and Wales are twins, compared to 10 out of 1000 births in 1980.
This study used a descriptive research design with cross -sectional method. The population are all double -twins born in Adam Malik hospital from 2008 through 2012 with the total sample of 68 infants collected with total -sampling method.
The results showed that there were 58 babies (85,3%) were LBW; 31 babies (53,4%) male and 27 babies (46,6%) female. Most babies are in extremely preterm group of 34 babies (58,6%). Babies with IUGR is the most with 38 babies (65,5%) and the group without respiratory distress syndrome is the most with 42 babies (72,4%). And the mor tality rate is 0%.
This study shows that multiple births will increase the incidence of low birth weight babies. So it is important to improve the health care for the twins to prevent complications.
Kata Pengantar
Puji dan Syukur saya panjatkan kepata Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah
yang berjudul “Proporsi Berat Badan Lahir Rendah Pada Bayi Kembar Yang
Lahir Di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008 -2012”.
Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) merupakan bagian dari proses
pembelajaran Community Research Program (CRP) dan juga merupakan persyaratan bagi mencapai sarjana S -1. Pada kesempatan ini, saya ingin
menyampaikan terima kasi h sebesar-besarnya kepada dr. Emil Azlin,Sp.A(K)
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.
Selanjutnya saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman
-teman angkatan 2010 untuk dukungan dan doanya. Begitu juga untuk keluarga
saya yang selalu memberikan doa, semangat , dan segalanya yang diberikan
selama ini. Saya berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat kepada semua pihak.
Diharapkan penelitian ini akan berguna kepad a peneliti selanjutnya.
Medan, 8 Desember 2013
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ... ... i
ABSTRAK ... ... ... .. ii
ABSTRACT ... ... ... iii
KATA PENGANTAR ... ... ... iv
DAFTAR ISI ... ... ... v
DAFTAR TABEL ... ... ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ... ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... ... ... 1
1.1. Latar Belakang ... ... ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... ... . 3
1.3. Tujuan Penelitian ... ... ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... ... 5
2.1 Bayi Kembar ... ... ... 5
2.1.1 Defenisi ... ... ... 5
2.1.2 Klasifikasi ... ... .... 5
2.1.4 Diagnosis ... ... ... 10
2.1.5 Komplikasi ... ... ... 12
2.2 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ... ... 13
2.2.1 Defenisi dan Klasifikasi ... ... 13
2.2.2 Penyebab Terjadinya BBLR ... ... 13
2.2.3 Komplikasi ... ... ... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL .... 20
3.1 Kerangka Konsep ... ... ... 20
3.2 Defenisi Operasional ... ... 21
BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... 22
4.1 Jenis Penelitian ... ... ... 22
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... ... 22
4.3 Populasi dan Sampel ... ... 22
4.3.1 ... ... ... 22
4.3.2 ... ... ... 22
4.4 Metode Pengumpulan Data ... ... 23
4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... ... 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24
5.1 Hasil Penelitian ... ... ... 24
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 24
5.1.2 Karakteristik Responden ... ... 24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 33
6.1 Kesimpulan ... ... ... 33
6.2 Saran ... ... ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... ... ... 34
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Perkembangan fungsi organ janin 9
2.2 Kondisi yang berhubungan dengan PJT 18
5.1 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan Berat Badan
Lahir Rendah
26
5.2 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan BBLR dikelompokkan
26
5.3 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan BBLR Berdasarkan Jenis Kelamin
27
5.4 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar Berdasarkan Prematuritas
27
5.5 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan BBLR Berdasarkan Perkembangan Janin Terhambat(PJT)
28
5.6 Distribusi Karakteristik Bay i Kembar dengan BBLR Berdasarkan Sindroma Gangguan Pernafasan
29
5.7 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar Berdasarkan Kematian
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Proses embriologi kembar monozigotik 6
2.2 Proses Embriologi Pada Kembar Dizigotik 7
2.3 Gambar pembagian letak plasenta, korion, dan amnion
pada bayi kembar monozigotik dan dizigotik
8
2.4 Hasil Pemeriksaan USG pada bayi kembar 12
2.5 Grafik perbedaan pertumbuhan bayi tunggal dengan bayi kembar dalam kandungan
16
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 20
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1 Daftar Riwayat Hidup
2 Ethical Clearance
3 Data induk
Abstrak
Bayi kembar merupakan salah satu penyumbang penyebab kematian bayi di dunia. Karena bayi yang lahir ke mbar sering disertai dengan kelahiran prematur dan meningkatkan gangguan kelahiran dan kematian neonatal. Tingkat insidensi dari bayi kembar terus meningkat pada 30 tahun terakhir ini. Pada tahun 2009, 16 dari 1000 kelahiran di Inggris dan Wales merupakan bayi kembar, dibandingkan 10 dari 1000 kelahiran pada tahun 1980
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis 68 data rekam medik pa sien bayi kembar dua yang lahir di RSUP H. Adam Malik tahun 2008 -2012. Sampel dipilih dengan metode total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35 bayi (51,5%) laki -laki dan 33 bayi (48,5%) perempuan. Bayi paling banyak berada pada kelompo k sangat prematur sebanyak 34 kasus (50%). Kelompok BBLR ringan adalah yang paling banyak yaitu 42 kasus (61,8). Bayi dengan perkembangan janin terhambat merupakan yang paling banyak yaitu 40 kasus (58,8%), dan kelompok bayi yang tidak mengalami sindroma gangguan pernafasan paling banyak yaitu 51 kasus (75%). Angka kematian bayi tidak ada (0%).
Dari penelitian diperoleh bahwa kelahiran kembar meningkatkan angka bayi mengalami BBLR sehingga perlu ditingkatkan pelayanan kesehatan terhadap bayi kembar untuk mencegah terjadinya komplikasi.
ABSTRACT
Twin is one of the contributors that cause infant mortality in the world. Becauese babies are born twins often accompanied by premature birth and increasing neonatal disorders of birth and death. Incidence rate of twins is increasingin the last 30 years. In 2009, 16 of 100 births in England and Wales are twins, compared to 10 out of 1000 births in 1980.
This study used a descriptive research design with cross -sectional method. The population are all double -twins born in Adam Malik hospital from 2008 through 2012 with the total sample of 68 infants collected with total -sampling method.
The results showed that there were 58 babies (85,3%) were LBW; 31 babies (53,4%) male and 27 babies (46,6%) female. Most babies are in extremely preterm group of 34 babies (58,6%). Babies with IUGR is the most with 38 babies (65,5%) and the group without respiratory distress syndrome is the most with 42 babies (72,4%). And the mor tality rate is 0%.
This study shows that multiple births will increase the incidence of low birth weight babies. So it is important to improve the health care for the twins to prevent complications.
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menandatangani
deklarasi tentang kepedulian global terhadap kesejahteraan manusia. Hal ini
terjadi di General Assembly of the United Nations yang diadakan di New York pada bulan September tahun 2000. Deklarasi ini ada lah, Millenium Development
Goals 2015 (MDGs 2015). Salah satu dari 8 faktor -faktor yang terdapat di dalam
deklarasi tersebut adalah mengurangi angka kematian anak sebanyak 2/3, antara
tahun 1990 dan 2015, pada angka mortalitas dari balita ) (Alisjahbana & Tuwo
2010)
Mengikuti data statistik yang didapat dari WHO pada tahun 2012, terdapat sebanyak 19,14 kelahiran dari setiap 1000 populasi di dunia. Hasil ini berasal dari
setiap 252 kelahiran di seluruh dunia setiap menit atau 4,2 kelahiran setiap
detiknya (WHO, 2012). Tiap tahunnya, jumlah kelahiran bayi di Indonesia
mencapai 4,5 juta bayi, dengan angka kelahiran 17,7 kelahiran dari setiap 1000
populasi dan 11.9% dari angka tersebut merupakan bayi dengan berat badan lahir
rendah (KEMENKES, 2010).
Bayi kembar merupakan salah satu penyumbang penyebab kematian bayi
di dunia. Karena bayi yang lahir kembar sering disertai dengan kelahiran prematur
yang akan meningkatkan gangguan proses kelahiran dan kematian neonatal.
Tingkat insidensi dari bayi kembar terus meni ngkat pada 30 tahun terakhir ini.
Pada tahun 2009, 16 dari 1000 kelahiran di Inggris dan Wales merupakan bayi
kembar, dibandingkan 10 dari 1000 kelahiran pada tahun 1980 (WHO, 2009).
Peningkatan dari angka bayi kembar ini merupakan pengaruh dari bertambahn ya
teknik reproduksi bantuan, termasuk fertilisasi in vitro (IVF). Lebih dari 24% dari
Pada bayi yang lahir kembar, angka mortalitasnya pada tahun 2009 adalah
27,39, yaitu 5 kali lebi h tinggi dari kelahiran tunggal yaitu dengan angka 5,64.
Dari tahun 2008-2009 angka kematian bayi sudah menurun sebanyak 3% pada
bayi tunggal dan 55 pada bayi kembar, walaupun angka mortalitas pada bayi
kembar lebih tinggi dari bayi yang lahir tunggal pada semua ras dan pada
kelompok Hispanic-origins (NVSS, 2013)
Resiko kematian pada bayi akan meningkat sejalan dengan bertambahnya
jumlah bayi dalam kandungan. Pada tahun 2009, angka mortalitas pada bayi
kembar (25,50) meningkat hampir lima kali dari bayi l ahir tunggal (5,64). Angka
mortalitas pada bayi kembar 3 (60,97) adalah sebanyak 10 kali lipat, dan pada
bayi kembar 4 (128,58) adalah sebanyak 23 kali lipat, dan bayi quintuplets dan
yang lebih banyak mempunyai mortalitas (350,00) 62 kali lipat dari bayi lahir
tunggal (NVSS, 2013).
Kehamilan ganda akan lebih sering disertai dengan kelahiran preterm dan
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) daripada kelahiran pada bayi tunggal.
Profil resiko pada kelahiran ganda akan memberi dampak pada kenaikan angka
mortalitas bayi (16,8). Sebagai contoh, pada tahun 2009, dari semua kelahiran
yang terjadi di Amerika, 3% merupakan kelahiran bayi kembar, tapi sebanyak
15% kematian bayi yang terjadi disebabkan karena kelahiran kembar (NVSS,
2013).
Maka atas keadaan inilah yan g melatar belakangi peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang proporsi bayi BBLR dari bayi kembar di Rumah
Sakit H. Adam Malik pada tahun 2008 -2012.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah: Bagaimanakah proporsi BBLR pada bayi kembar yang lahir di RSUP
H. Adam Malik Tahun 2008 -2012?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui proporsi BBLR pada bayi kembar yang lahir di RSUP H.
Adam Malik tahun 2008-2012
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui proporsi bayi kembar yang terjadi dari tahun 2008 -2012
di RSUP H. Adam Malik Medan
2. Untuk mengetahui proporsi bayi dengan BBLR dari bayi kembar tahun
2008-2012 di RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Untuk mengetahui proporsi bayi BBLR d ari bayi kembar berdasarkan jenis
kelamin tahun 2008-2012 di RSUP H. Adam Malik Medan.
4. Untuk mengetahui proporsi bayi BBLR dari bayi kembar berdasarkan usia
gestasi tahun 2008-2012 di RSUP H. Adam Malik Medan.
5. Untuk mengetahui proporsi bayi BBLR da ri bayi kembar berdasarkan
kejadian sindroma gangguan pernafasan dan perkembangan janin
terhambat tahun 2008-2012 di RSUP H. Adam Malik Medan.
6. Untuk mengetahui mortalitas dari bayi kembar tahun 2008 -2012 di RSUP
H. Adam Malik Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan pada RSUP H. Adam Malk Medan mengenai BBLR
kembar berkaitan dengan komplikasi dan kelainan yang mungkin akan
terjadi pada bayi-bayi tersebut.
2. Meningkatkan pengetahuan para pembaca karya tulis ilmiah ini tentang
definisi dan jenis-jenis BBLR pada bayi serta perkembangan bayi kembar
pada janin.
2.1.1 Defenisi
Bayi kembar adalah bayi yang lahir dari kehamilan dengan lebih dari 1 janin
dari 1 ibu. Terdapat 2 tipe dari bayi kembar, yaitu monozigotik (identik) dan
dizigotik (fraternal). Dan salah satu bayi dalam kehamilan kembar disebut co-twins. Bayi kembar monozigotik (identik), yang artinya berasal dari zigot y ang sama, merupakan klon (mempunyai gen individual yang identik yang berasal dari
1 sel telur yang mengalami fertilisasi) . Sedangkan kembar dizigotik (fraternal)
adalah bayi yang berasal dari 2 sel telur yang berbeda dan mengalami fertilisasi
oleh 2 spermatozoa yang berbeda (McGraw-Hill, 2007)
2.1.2 Klasifikasi
Dengan pengertian seperti yang telah dipaparkan,maka bayi kembar dapat
diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu :
1. Kembar monozigotik
Kembar monozigot terjadi apabila sudah terjadi pembelahan dar i sel telur
yang sudah mengalami proses fertilisasi antara 1 dan 14 hari setelah konsepsi.
Bayi ini akan saling berbagi gen yang sama, dan memiliki perbedaan yang sangat
sedikit karena proses embriologi yang tidak biasa. Dan sering memiliki jenis
kelamin yang sama. (McGraw-Hill, 2007)
Terdapat beberapa variasi yang menarik dari kembar monozigotik.
Pembelahan dari zigot yang terjadi setelah hari ke -7 atau hari ke-8 akan
mengalami peristiwa mirror-image, dimana terjadi kebalikan dari suatu hal. Contohnya arah dari pertumbuhan rambut. (McGraw-Hill, 2007)
Perbedaan waktu dari pembelahan zigotik juga sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya plasenta dan membran amnion. Kembar monozigotik yang berasal
dari pembelahan zigotik yang mulai lebih awal akan mempunyai k orion dan
amnion yang berbeda. Sedangkan yang berasal dari pembelahan sel yang mulai
Gambar 2.1. Proses embriologi kembar monozigotik Sumber :www.medscape.com
2. Kembar Dizigotik
Kembar dizigotik tejadi saat 2 sel telur yang berbeda mengalami fertilisasi
oleh 2 spermatozoa yang berbeda. Dan proses ini tidah haru terjadi pada saat yang
bersamaan. Kembar dizigotik akan memiliki, rata -rata 50% gen yang sama. Yang
artinya mereka memiliki hubungan saudara yang tidak berbeda jauh dari
hubungan saudara seperti biasa. Secara teori, kembar dizigotik akan memiliki
Sumber :www.medscape.com
Terdapat juga variasi yang tidak biasa pada kembar dizigotik. Variasi ini
dinamakan superfekundasi dan superfetasi. Superfekundasi adalah terjadinya
konsepsi kembar dizigotik yang diikuti dengan fertilisasi yang berbeda. Biasanya
terpisah beberapa hari. Dimana mas ing-masing co-twin memiliki ayah yang berbeda pula. Sedangkan superfetasi adalah konsepsi multipel yang terjadi dengan
perbedaan waktu beberapa hari atau bahkan bulan. Dimana terdapat interval
selama satu atau lebih siklus ovulatorik diantara dua fertilisa si. (McGraw-Hill,
2007)
Berdasarkan klasifikasi yang telah dipaparkan, maka pembentukan plasenta dan
membran plasenta (korion dan amnion) dapat dibedakan atas:
1. Kembar monozigotik atau dizigotik dengan amnion, korion, dan plasenta
yang terpisah.
2. Kembar monozigotik atau dizigotik dengan amnion dan korion yang
terpisah tapi masih dalam 1 plasenta.
3. Kembar monozigotik dengan amnion yang terpisah, tapi memiliki chorion
dan plasenta yang sama.
4. Kembar monozigot dengan amnion, korion, dan plasenta yang s ama.
(McGraw-Hill, 2007)
Sumber :www.medscape.com
Sumber: McGraw-Hill
2.1.3 Fisiologi pertumbuhan Janin
Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi fertilisasi di ampula tuba.
Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi. Secara klinik pada
usia gestasi 4 minggu den gan USG akan tampak sebagai kantong gestasi
berdiameter 1 cm, tetapi embrio belum tampak. Pada minggu ke -6 dari haid
terakhir, usia konsepsi 4 minggu dam embrio berukuran 5 mm, kantong gestasi
berukuran 2-3 cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung seca ra USG. Pada
akhir minggu ke-8 usia gestasi, embrio berusia 6 minggu dan berukuran 22 -24 cm,
dimana akan tampak kepala dan tonjolan jari. (Wiknjosastro 2010)
Tabel 2.1 Perkembangan fungsi organ janin
Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari -jari telah berbentuk namun masi tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh.
Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia eksterna. Sirkulasi melalui tali pusat sudah dimulai/ tulang mulai terbentuk.
Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk ‘muka’ janin; kelopak mata terbentuk namun tak akan membuka sampai 28 minggu.
Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal trimester ke -2. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo. Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120 -150 kali/menit
Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai refleks.
Saat ini disebut permulaan trimester ke -3,dimana terdapat perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
Sumber : Ilmu Kebidanan 37-38
Berat janin 1500-2500 gram. Bulu janin (lanugo) mulai berkurang, pada saat minggu 35 paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa kesulitan.
Sejak minggu ke 37 kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh tubuh. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas normal.
2.1.4 Diagnosis
Diagnosa bayi kembar seringkali tidak dapat ditegakkan sampai kehamilan
tua, dan terkadang sampai persalinan lanjut. Identifikasi kehamilan dengan
penyulit janin ganda banyak terlewat, bukan karena sukar, tetapi karena pemeriksa
tidak memikirkan kemungkinan adanya kehamilan ganda tersebut. Untuk
mempertinggi ketepatan diagnosa, haruslah dipikirkan kemungkinan kehamilan
kembar dengan tanda -tanda klinis seperti; besarnya u terus melebihi lamanya
amenorea, uterus bertumbuh lebih cepat daripada biasanya pada pemeriksaan
berulang, penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh
edema atau obesitas, banyak bagian kecil yang teraba pada palpasi, teraba 3
bagian besar janin, teraba dua ballotement.
Diagnosa dari bayi kembar dapat ditegakkan dengan :
A. Anamnesis
Anamnesis yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis kehamilan kembar
adalah riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga, telah mendapat
pengobatan infertilitas, adanya uterus yang cepat membesar : fundus uteri >
Sumber :www.medscape.com
Adanya cairan amnion yang berlebiha n dan regangan dinding perut
menyebabkan diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50%
diagnosis kehamilan ganda dibuat secara tepat jika berat 1 janin kurang dari
2500 gram, dan 75% jika berat badan satu janin lebih dari 2500 gram. Untuk
menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda perlu dipikirkan bila
dalam pemeriksaan ditemukan hal -hal berikut; besarnya uterus melebihi
lamanya amenorea, uterus tumbuh lebih cepat, dan terdengar 2 DJJ.
C. Pemeriksaan USG
Berdasarkan pemeriksaan USG dapat te rlihat 2 bayangan janin atau lebih
dengan 1 atau 2 kantong amnion. Diagnosis dengan USG setelah kehamilan
6-8 minggu dapat menentukan diagnosis akurat jumlah janin dalam uterus
dari jumlah kantong gestasional yang terlihat (NICE, 2011)
2.1.5 Komplikasi
Kehamilan multipel sangat berkaitan dengan peningkatan resiko hampir
semua komplikasi potensial dalam kehamilan, dengan pengecualian pada
kehilangan kehamilan spontan, Intrauterine Fetal Demise (IUFD), Perkembangan janin terhambat (PJT), Diabetes gestasional, Gangguan hipertensi pada kehamilan
dan Pecah membran spontan (Norwitz, Edusa & Park 2005)
2.2 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 2.2.1 Definisi dan Klasifikasi
Menurut WHO, definisi dari berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang mempunyai berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. Tetapi BBLR dapat dibagi lebih jauh lagi
yaitu; Very Low Birth Weight (<1500 gram), dan Extremely Low Birth weight (<1000 gram). Terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram, yaitu umur kehamilan (usia gestasi) kurang dari 37
minggu dan perkembangan janin terhambat, dimana berat badan lahir bayi rendah
dari semestinya meskipun umur kehamilannya telah cukup (UNICEF, 2004).
2.2.2 Penyebab terjadinya BBLR
Berdasarkan penyebabnya, BBLR dapa terjadi karena dua hal, yaitu
Prematuritas dan Perkembangan janin terhambat (PJT).
1. Prematuritas
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan. Makin rendah masa gestasi dan makin kecil
bayi yang dilahirkan maka makin tinggi morbiditas dan morta litasnya. WHO membagi kelompok bayi prematur dalam 3 kelompok :
1. Extremely preterm(< 28 minggu) 2. Very preterm(< 32 minggu)
twin-to-twin transfusion, maka bayi-bayi ini tidak akan memiliki perbedaan pada nilai Apgar, mortalitas perinatal, dan respiratory distress syndrome atau sindroma gangguan pernafasan). Kehamilan kembar memiliki resiko maternal yang lebih
tinggi akan pecah membran prematur, atau premature rupture of membranes
(PROM), yang juga ada hubungannya dengan meningkatnya resiko neonatal akan
sepsis. Resiko akan terjadinya hipoglikemia pada bayi kembar juga akan
meningkat, tanpa berikatan dengan adanya perkembangan janin terhambat
(Hodson 2003)
Beberapa penyakit maternal, kondisi, dan pengobatan medis berhubungan
dengan PROM. Kelahiran prematur spontan umumnya timbul akibat kelahiran
prematur atau pecahnya membran fetal secara spontan. Maka dari itu, indikasi
prematur timbul saat kelahiran dilakukan dengan intervensi medis karena
komplikasi kehamilan yang berbahaya. (Behrman & Butler, 2007)
Akan tetapi, tidak ada perbedaan pada tumbuh kembang dari Bayi BBLR
dengan bayi tunggal BBLR. Kedua macam bayi ini mengalami pertumbuhan
terhambat pada 3 parameter: tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Dan
pada umur ke-4, mereka bisa menyusul besar lingkar kepala dengan anak normal,
tetapi tetap memiliki tinggi dan berat badan yang lebih kecil (Chaudari et al.
1997)
1. Kelahiran Prematur Spontan dan Underweight
Rendahnya berat badan dan BMI (Body Mass Index) saat sebelum kehamilan dipercaya memiliki hubungan terhadap kelahiran prematur. Moutquin
(2003) mengatakan bahwa wanita dengan BMI kurang dari 20 memiliki resiko
hampir 4 kali lebih tinggi dari wanita yang lebih berat terhadap kelahiran
prematur spontan. Rendahnya BMI juga dapat dihubungkan kontribusinya
terhadap pertambahan berat bdana kehamilan y ang rendah, akan meningkatkan
resiko kelahiran prematur. Dibandingkan dengan kehamilan normal (BMI 19,8
-26,0) dengan pertambahan berat badan saat kelahiran yang adekuat (0,5 -1,5
kg/minggu), resiko terhadap kelahiran prematur dibawah minggu ke -37 akan
pertambahan berat badan yang rendah (< 0,5 kg/minggu) dan 3 kali lipat lebih
tinggi daripada ibu dengan berat badan rendah dengan pertambahan berat badan
kehamilan yang rendah (F. Loos et al. 2005)
Diagnosis
A. Pemeriksaan Servikal
Pemeriksaan manual. Dilatasi serviks, pembukaan, konsistensi, posisi, dan stase dari serviks yang ditentukan dengan pemeriksaan manual berhubungan
dengan meningkatnya kelahiran prematur. Akan tetapi, wal aupun hal-hal
tadi digabungkan dan dinilai dengan cervical scores, akan memiliki sensitifitas yang rendah.
Evaluasi Sonografik. Panjang serviks yang diukur dengan menggunakan pemeriksaan endovaginal ultrasound juga memiliki hubungan dengan meningkatnya kelahiran prematur (Behrman & Butler 2007)
2. Perkembangan Janin Terhambat (PJT)
Perkembangan Janin terhambat atau PJT didefinisikan pada bayi dengan
berat badan lahir dibawah 10% dari berat badan lahir yang sesuai dengan masa
gestasinya. Kondisi ini pada u mumnya disebabkan oleh karena tidak adekuatnya
sirkulasi antara ibu-anak, yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
neonatus. (Vandenbosche & Kirchner 1998)
Terdapat bermacam yang dapat menyebabkan terjadinya PJT, tetapi dapat
dibagi menjadi 2 bagian bes ar, yaitu faktor fetoplasenta dan faktor maternal
(uteroplasental). PJT juga dibagi menjadi 2 kategori, yaitu simetrik dan asimetrik.
PJT simetrik adalah laju pertumbuhan terhambat yang sama pada kepala,
Sumber :www.medscape.com
perbedaan laju pertumbuhan yang terhambat antara kepala dan tulang panjang dan
abdomen. (Vandenbosche & Kirchner 1998)
Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya PJT :
1. Twin-to-twin Syndrome(TTTS)
TTTS merupakan kondisi spesifik yang hanya muncul pada kehamilan
multipel yang monozigot (monokorionik). Saat bayi kembar memiliki plasenta
yang sama (kembar monokorionik), pembuluh darah masing -masing fetus
menjadi berhubungan dalam plasenta tersebut, s ehingga aliran darah mengalir
terus menerus antar tiap bayi dan biasanya tidak akan menyebabkan gangguan
kehamilan (Murakoshi 2012)
TTTS timbul jika terjadi ketidakseimbangan yang timbul dari aliran darah
yang tidak proporsional antara 1 bayi dengan bayi yang lainnya. Jika kondisi
berlanjut dan semakin parah, bengkak secara general akan muncul pada bayi yang
menerima darah (recipient), yang akhirnya bisa menuju gagal jantung dan Gambar 2.5. Grafik perbedaan pertumbuhan bayi tunggal dengan bayi
hydrops fetalis. Polihidramnion juga dapat terjadi karena meningkatnya output urin pada fetus (Murakoshi 2012)
2. Abnormalitas dari Plasenta
Struktur plasenta yang normal sangat penting bagi kehamilan, plasenta
bertanggung jawab untuk transportasi nutrisi dan oksigen, pembuangan sisa -sisa
zat metabolisme, perlindungan terhada p infeksi, merupakan modulasi dari sistem
imun maternal, serta produksi hormon untuk kelangsungan kehamilan. Kelainan
dari plasenta ini diantaranya : FGR, preeclampsia, placental abruption, dan kelainan insersi tali pusat. (Baschat & Hecher 2004)
Pada bayi PJT, transfer antarplasenta oksigen, glukosa, dan asam amino
menjadi terhambat dan respon insulin dari pankreas kepada glukosa menjadi
terganggu. Keadaan hipoinsulinemia bahkan dapat memperparah transfer glukosa
dari plasenta. Keadaan ini menyebabkan fet us dalam situasi dimana suplai
oksigen dan substrat lain menurun, dan akhirnya metabolisme aerobik dan
pertumbuhan jaringan menjadi terhambat juga. (Baschat & Hecher 2004)
2.2.3 Komplikasi
Salah satu komplikasi yang paling berbahaya dari bayi prematur dan BBLR
adalah Respiratory Distress syndrome (sindroma gangguan pernafasan) . Etiologi yang paling sering dari penyakit ini adalah tachypnea transien dari bayi baru lahir,
yang diakibatkan dari cairan paru2 yang berlebihan. Dan biasanya simtom timbul
secara spontanitas. Respiratory distress syndrome dapat timbul pada bayi premature, yang diakibatkan defisiensi surfaktan dan anatomi par -paru yang
belum matang (Hermansen & Lorah 2007)
1. Transient Tachypnea(TTN)
menarik cairan paru-paru dan sirkulasi pulmonal meningkat saat pernafasan
pertama. Jika proses ini tidak terjadi, TTN pada bayi baru lahir ini dapat terjadi.
Beberapa faktor resiko TTN adalah: Asma maternal, jenis kelamin laki -laki,
makrosomia, diabetes maternal, dan kelahiran sectio saecaria (Guglani,
Lakshminrushimha & Ryan 200 8)
2. Respiratory distress syndrome
Keadaan ini juga disebut sebagai penyakit membran hyalin, yang
merupakan pnyebab paling sering dari respiratory distress pada bayi prematur. Keadaan ini berkorelasi dengan ketidakmatangan struktural dan fungsional dari
paru-paru. Memiliki patofisiologi yang kompleks, dimana sel alveoli tipe II
memproduksi surfaktan yang sedikit, menyebabkan peningkatan tekanan
permukaan alveolar. Keadaan ini bisa berlanjut menjadi atelektasis paru -paru dan
menyebabkan konstriksi pembulu h darah pulmonal, hipoperfusi, dan iskemik
jaringan paru-paru
Tetapi peneliti telah menemukan solusi agar dapat mengurangi bahkan
mengobati penyakit ini, yaitu dengan menggunakan terapi surfaktan. Terapi
surfaktan dapat dibagi menjadi 2, yaitu surfaktan natural dan surfaktan sintetik.
Dimana surfaktan natural merupakan obat yang diambil dari surfaktan hewan
yang diekstrak dari paru -parunya, dengan tambahan produk DPPC
(dipalmitoyphosphatidylcholine). Sedangkan surfaktan sintetik yang berisi
protein-protein sintetis dari surfaktan yang mirip dengan protein pada manusia
(Ma & Cheng-Hwa Ma 2012)
3. Infeksi
Infeksi bakterial juga merupakan satu kemungkinan yang menyebabkan
respiratory distress neonatal. Patogen yang dering yaitu streprococcus grup B (GBS), staphylococcus aureus, dan streptococcus pneumoniae. Pneumonia dan sepsis mempunyai manifestasi yang bervariasi, termasuk tanda -tanda tipikal
membran yang ruptut dalam jan gka waktu lama, dan demam maternal (Catlin et
al. 2012)
Tabel 2.2 Kondisi yang berhubungan dengan PJT
BAB 3
Kerangka Konsep dan Defenisi Operasional
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional
Bayi Kembar
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Jenis Kelamin
Prematuritas
Perkembangan Janin terhambat
Sindrom Gangguan Pernafasan
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur
Bayi Kembar Bayi yang lahir dari kehamilan
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan desain
penelitian cross sectional (potong lintang), untuk memperoleh data bayi kembar dengan BBLR di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu
bulan Agustus 2013. Tempat penelitian adalah RSUP H. Adam Malik Medan
dengan pertimbangan bahwa RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah
sakit rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan sehingga cukup
representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemiologi, khususnya di
propinsi Sumatera Utara.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien bayi kembar dengan
BBLR yang lahir di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode 2008
-2012.
4.3.2 Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling dimana sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien bayi kembar dua
yang lahir di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode 2008 -2012 yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang dimaksud adalah :
Bayi yang lahir dari kehamilan multipe l dengan berat badan kurang dar i
2500 gram.
Kriteria Eksklusi:
Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital
Bayi yang lahir dengan berat badan < 700 gram
Data rekam medik dengan status pasien yang ti dak lengkap
4.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data yang didapat dari rekam medik pasien bayi kembar dengan BBLR di
RSUP H. Adam Malik Medan selama periode tahun 2008 -2012 untuk dicari
proporsinya
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
Semua data yang telah dikumpulkan akan dicatat, diperiksa, dan
dikelompokkan, kemudian diolah dengan menggunakan program Statistical Product for Service Solution (SPSS) .
BAB 5
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau
No. 17 Km. 12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupaka n rumah
sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai
dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan Wilayah Pembangunan A yang meliputi
Provinsi Sumatera Utara, N anggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau.
Penelitian ini dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik yang terletak di lantai satu gedung Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik.
5.1.2 Karakteristik Sampel
Sampel yang diperoleh berdasarkan data induk pasien yang tersimpan di
Ruang Rekam Medik RSUP H. Adam Malik dengan diagnosis Kelahiran kembar
2 selama tahun 2008-12 adalah 68 bayi. Setelah dicocokkan dengan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya, diperoleh sampel dengan
jumlah yang sama yaitu 68 bayi.
5.1.3 Hasil Analisis Statistik Bayi Kembar yang lahir dengan BBLR
A. Berat Badan Lahir
BBLR n %
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5.1 menunjuk kan bahwa bayi kembar dua yang lahir dengan BBLR adalah sebanyak 58 bayi (85,3%) dan bayi tanpa BBLR sebanyak 10 bayi (14,7%).
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki extreme BBLR adalah sebanyak 5 bayi (8,6%), pada kelompok sampel dengan sangat BBLR adalah sebanyak 11 bayi (19 %), pada kelompok sampel dengan BBLR ringan adalah sebanyak 42 bayi ( 72,4%).
a. Jenis Kelamin
Ya 58 85,3
Tidak 10 14,7
Total 68 100
Berat Badan Lahir Frekuensi %
Extremely BBLR 5 8,6
Sangat BBLR 11 19
BBLR ringan 42 72,4
Total 58 100
Jenis kelamin Frekuensi %
Laki-laki 31 53,4
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan BBLR dikelompokkan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki jenis kela min laki-laki adalah sebanyak 31 bayi (53 ,4 %) , dan pada jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 27 bayi (46,6 %). kelompok sampel yang terbanyak adalah pada jenis kel amin laki-laki yaitu sebanyak 31 bayi (53,4%).
b. Prematuritas
Berdasarkan hasil penelitian dari tab el 5.4 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki usia gestasi sangat prematur adalah sebanyak 34 bayi (58,6%), pada usia gestasi prematur sedang adalah sebanya k 11 bayi (19%), dan pada usia gestasi prematur ringan adalah sebanyak 13 bayi (22,4 %). kelompok sampel yang terbanyak adalah pada usia gestasi sangat prematur yaitu sebanyak 34 bayi (58,6%) sedangkan kelompok sampel yang paling sedikit adalah pada usia gestasi prematur sedang yaitu sebanyak 11 bayi (19 %).
d. Perkembangan Janin Terhambat
Total 58 100
Prematuritas Frekuensi %
Sangat prematur 34 58,6
Prematur sedang 11 19
Prematur ringan 13 22,4
Total 58 100
PJT Frekuensi %
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar Berdasarkan Prematuritas
Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.5 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang mengalami pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah sebanyak 38 bayi (65,5%), dan pada kelompok sampel yang tidak mengalami pertumbuhan janin terhambat adalah sebanyak 20 bayi (34,5 %).
e. Sindroma Gangguan Pernafasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang mengalami sindroma gangguan pernafasan adalah sebanyak 16 bayi (27,6%), dan pada kelompok sampel yang tidak mengalami sindroma gangguan pernafasan adalah sebanyak 42 bayi (72,4 %).
f. Mortalitas sampel
Ya 38 65,5
Tidak 20 34,5
Total 58 100
Sindroma Gangguan Pernafasan
Frekuensi %
Ya 16 27,6
Tidak 42 72,4
Total 58 100
Kematian Frekuensi %
Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Bayi Kembar dengan BBLR Berdasarkan Sindroma Gangguan Pernafasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa tidak ada kejadian kematian pada bayi -bayi kembar yang lahir di RSUP H. Ada m Malik pada tahun 2008-2012.
5.2 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 68 bayi dimana tidak ada yang memenuhi kriteria eksklusi. Sehingga sampel yang digunakan tetap 68 bayi kembar. Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa bayi kembar dua yang la hir dengan BBLR adalah sebanyak 58 bayi (85,3%) dan bayi tanpa BBLR sebanyak 10 bayi (14,7%). Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki extreme BBLR adalah sebanyak 5 bayi (8,6%), pada kelompok sampel dengan sangat BBLR adalah sebanyak 11 bayi (19 %), pada kelompok sampel dengan BBLR ringan adalah sebanyak 42 bayi (72,4%).
Dari hasil yang telah dikemukakan juga dapat diketahui bahwa bayi yang
lahir dari kehamilan kembar akan sangat tinggi resiko untuk me ngalami BBLR.
Dimana pada kelompok bayi dari yang mengalami BBLR yang paling banyak
adalah dari yang BBLR ringan dan yang paling sedikit adalah dari bayi yang
memiliki extremely low birthweight . Hasil ini juga hampir sama dengan hasil penelitian dari Resnik dan Creasy dimana ditemukan bahwa jumlah bayi yang
mengalami BBLR dari kelahiran kembar lebih banyak daripada dari kehamilan
tunggal . Hal ini dapat terjadi akibat beberapa faktor. Yang pertama adalah
kurangnya nutrisi yang dikonsumsi dari ibu itu sendir i. Hal ini mungkin dapat
terjadi karena masih kurangnya tingkat ekonomi dan pengetahuan ibu akan
pentingnya nutrisi yang cukup dalam masa kehamilan. Sehingga nutrisi yang akan
diberikan pada janin juga akan berkurang dan akan menyebabkan bayi lahir
dengan berat badam rendah. Faktor kedua yang mungkin terjadi adalah dari faktor
plasenta itu sendiri. Dimana pada bayi kembar nutrisi yang berasal dari ibu akan
Tidak 68 100
dibagi dua sehingga masing -masing bayi juga akan mengalami kekurangan nutrisi
yang adekuat untuk pertumbuhan dalam janin.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dari James W.H (1980) dimana dia mengemukakan bahwa jenis kelamin yang paling sering timbul baik pada kembar monozigot maupun dizigot adalah perempuan (James,1980). Ini juga berbeda dengan penelitian dari Judith (2003) dimana ditemukan rasio jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki -laki.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang memiliki jenis kela min laki-laki adalah sebanyak 31 bayi (53, 4 %) , dan pada jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 27 bayi (46,6 %). Jumlah kelompok sampel yang terbanyak adalah pada jenis kel amin laki-laki yaitu sebanyak 31 bayi (53,4%).
Rasio jenis kelamin pada kembar adalah perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dibanding total kelahiran bayi kembar. Terdapat lebih banyak jenis kelamin perempuan pada kehamilan kembar monochorionic diamniotic monozygotic. Ini dikarenakan pada jenis kelamin perempuan mempunyai ketahanan yang lebih tinggi dalam kembar monozigo tik dari pada jenis kelamin
laki-laki. Pada saat fase embrionik, kembar monozigotik dengan jenis kelamin
perempuan mengalami keterlambatan pertumbuhan (early development) dan dapat dihubungkan dengan inaktivasi -X, yang merupakan persentasi dari kromosom X
inaktivasi paternal dan kromosom X inaktivasi maternal (Hall,2003).Hasil
tersebut tidak ditemukan pada penelitian saya dimana jenis kelamin laki -laki lebih
banyak dari jenis kelamin perempuan.
34 bayi (58,6%) sedangkan kelompok sampel yang paling sedikit adalah pada usia gestasi prematur sedang yaitu sebanyak 11 bayi (19 %).
Hasil data statistik dari bayi -bayi kembar dua yang lahir di RSUP H.
Adam Malik dari tahun 2008 -2012 menunjukkan bahwa semuanya mengalami
kelahiran prematur baik itu sangat prematur, prematur sedang, maupun prematur
ringan. Sehingga dari penelitian saya dapat diketahui bahwa bayi yang lahir dari
kehamilan kembar akan sangat meningkatkan resiko bayi akan lahir prematur. Hal
ini berhubungan dengan adanya kemungkinan pecah membran prematur, atau
premature rupture of membranes (PROM), yang juga ada hubungannya dengan meningkatnya resiko neonatal akan sepsis dan akan me nyebabkan terjadinya bayi
lahir prematur (Resnik & Creasy, 2010) .
Dari hasil yang telah dikemukakan juga dapat diketahui bahwa bayi yang
lahir dari kehamilan kembar akan sangat tinggi resiko untuk mengalami BBLR.
Dimana pada kelompok bayi dari yang mengal ami BBLR yang paling banyak
adalah dari yang BBLR ringan dan yang paling sedikit adalah dari bayi yang
memiliki extremely low birthweight . Hasil ini juga hampir sama dengan hasil penelitian dari Resnik dan Creasy dimana ditemukan bahwa jumlah bayi yang
mengalami BBLR dari kelahiran kembar lebih banyak daripada dari kehamilan
tunggal . Hal ini dapat terjadi akibat beberapa faktor. Yang pertama adalah
kurangnya nutrisi yang dikonsumsi dari ibu itu sendiri. Hal ini mungkin dapat
terjadi karena masih kurangnya tingkat ekonomi dan pengetahuan ibu akan
pentingnya nutrisi yang cukup dalam masa kehamilan. Sehingga nutrisi yang akan
diberikan pada janin juga akan berkurang dan akan menyebabkan bayi lahir
dengan berat badam rendah. Faktor kedua yang mungkin terjadi ad alah dari faktor
plasenta itu sendiri. Dimana pada bayi kembar nutrisi yang berasal dari ibu akan
dibagi dua sehingga masing -masing bayi juga akan mengalami kekurangan nutrisi
yang adekuat untuk pertumbuhan dalam janin.
Dari hasil data statistik terhadap bayi yang lahir dengan Perkembangan
(PJT) adalah sebanyak 38 bayi (65,5 %), dan pada kelompok sampel yang tidak mengalami pertumbuhan ja nin terhambat adalah sebanyak 20 bayi (34,5 %).Hasil ini juga mendukung penelitian dari Mercedes Onis yang membuktikan bahwa dari
total kelahiran bayi kembar pada negara berkembang, 12.625 bayi diantaranya
mengalami perkembangan janin terhambat (10,8%) (Onnis,2007).
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa kelompok sampel yang mengalami sindroma gangguan pernafasan adalah sebanyak 16 bayi (27,6%), dan pada kelompok sampel yang tidak mengalami sindroma gangguan pernafasan adalah sebanyak 42 bayi (72,4 %). Pada penelitian ini tidak ada angka yang signifikan yang menunjukkan bahwa bayi kembar dua akan meningkatkan
terjadinya sindroma gangguan pernafasan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
dibatasinya populasi sampel yaitu pada bayi kembar dua. Sedangkan resiko
terjadinya sindroma gangguan pernafasan akan meningkat jika jumlah janin dalam
kehamilan lebih banyak atau bayi lahir sangat prematur (Hermansen & Lorah,
2007). Sehingga bukti-bukti yang terdapat pada penelitian sebelumnya belum
tercerminkan pada penelitian saya.
Pada tabel 5.7 menunjukkan tentang mortalitas bayi -bayi kembar dimana
tidak ditemukan kematian pada bayi -bayi yang lahir tersebut. Menurut penelitian
tentang perbandingan mortalitas pad a bayi kembar dengan bayi tunggal dari
Barbara luke,dkk mengatakan bahwa morbiditas dan mortalitas pada bayi kembar
akan lebih tinggi daripada bayi tunggal. (Luke, Bigger &
Sietsema,1996).Walaupun sudah banyak peneliti -peneliti sebelumnya yang sudah
melakukan penelitian tentang bayi kembar, penelitian ini masih belum bisa
dihubungkan karena masih menggunakan populasi yang sempit dan jumlah
BAB 6
Kesimpulan Dan Saran
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pe mbahasan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Bayi yang mengalami BBLR lebih banyak daripada bayi dengan berat
badan lahir normal.
2. Jenis kelamin yang paling banyak mengalami BBLR adalah laki -laki.
3. Bayi dengan usia gestasi sangat prematur a dalah yang paling banyak.
4. Lebih banyak bayi yang mengalami PJT daripada yang normal.
5. Lebih banyak bayi yang tidak mengalami sindroma gangguan pernafasan.
6. Tidak ada angka kematian bayi kembar pada penelitian ini.
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dan jumlah sampel yang lebih
banyak dan multicenter untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi untuk mengetahui proporsi BBLR yang terjadi pada bayi -bayi kembar.
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, S.P.d.A.S. & Tuwo, M.D.I.L.D., 2010.Summary of the Roadmap to Accelerate Achievment of the MDGs in Indonesia. Jakarta: National Development Planning Agency ( BAPPENAS) National Development
Planning Agency ( BAPPENAS).
Anon., 2007. Diagnosis and Treatment of Conditions. In Richard E. B ehrman,
A.S.B.Preterm Birth: Causes, Consequences, and. Washington, D.C.: The Nationa Academies Press : 261-307.
Anon., 2007. Medical and Pregnancy Conditions Associated with Preterm Birth.
In Behrman, R.E. & Butler, A.S. Preterm Birth: Causes, Consequence s, and. Washington, D.C.: The National Academics Press :148-68.
Baschat, A.A. & Hecher, K., 2004. Fetal Growth Restriction due to Placental
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dan jumlah sampel yang lebih
banyak dan multicenter untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi untuk mengetahui proporsi BBLR yang terjadi pada bayi -bayi kembar.
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, S.P.d.A.S. & Tuwo, M.D.I.L.D., 2010.Summary of the Roadmap to Accelerate Achievment of the MDGs in Indonesia. Jakarta: National Development Planning Agency ( BAPPENAS) National Development
Planning Agency ( BAPPENAS).
Anon., 2007. Diagnosis and Treatment of Conditions. In Richard E. B ehrman,
A.S.B.Preterm Birth: Causes, Consequences, and. Washington, D.C.: The Nationa Academies Press : 261-307.
Anon., 2007. Medical and Pregnancy Conditions Associated with Preterm Birth.
In Behrman, R.E. & Butler, A.S. Preterm Birth: Causes, Consequence s, and. Washington, D.C.: The National Academics Press :148-68.
Baschat, A.A. & Hecher, K., 2004. Fetal Growth Restriction due to Placental
Disease.Seminars in Perinatology, 28(1):67-80.
Butler, eds.Preterm Birth: Causes, Consequences, and Prevention. Washington, D.C.: The National Academics Press :261-307.
Catlin, M.D.E.A. et al., 2012. A Premature Newborn Boy with R espiratory Distress.The New England Journal of Medicine : 2409-19.
Chaudari, S. et al., 1997. Growth and Development of Twins Compared With Singletons at Aged One and Four Years : 1081-85.
Control, C.o.D., 2002. Use of assisted reproductive technology Uni ted States 1996 and 1998.
F. Loos, R.J., Derom, C., Derom, R. & Vlietnick, R., 2005. Determinants of birthweight and intrauterine growth ub liveborn twins.Pediatric and Perinatal Epidemiology: 15-22.
Francesc, M.F. & Gardosi, J., 2010. Intrauterine growth restriction: new concepts in antenatal.AJOG, 3: 1-9.
Guglani, M.L., Lakshminrushimha, M.S. & Ryan, M.R.M., 2008. Transient Tachypnea of teh Newborn.Pediatrics in Review :59-66.
Guttmacher AF, Schuyler GK, 1958. The fetus of multiple gestations : 528.
Hall, J.G., 2003. Twinning.The Lancet, 362: 735-43.
Heazell, A., 2011.Abnormalities of the placenta.Stillbirth Summit 2011: 1-2.
Hermansen, M.C.L. & Lorah, M.K.N., 2007. Respiratory Distress in the Newborn.American Academy of Family Physicians, 76(7) :987-94.
Luke, B., Bigger, H.R. & Sietsema, D., 1996. The Cost of Prematurity: A Case -control Study of Twins And Singletons.American Journal of Public Health, 86(6): 809-14.
Ma, S. & Cheng-Hwa Ma, C., 2012. The Role of Surfactant in Respiratory Distress Syndrome.The Open Respiratory Me dicine Journal: 44-53.
Mathews, M.S..T.J. & Macdorman, P.D.M.F., 2013. Infant Mortality Statistics from the 2009 Period Linked Birth/Infant Death Data Set.National Vital Statistics Reports, 61(8): 1-69.
Murakoshi, M.P.T., 2012. TTTS: Twin-Twin transfusion syndrome.Perinatology, Fetal Diagnosis and Therapy :1-19.
NICE, 2011.Multiple Pregnancy: The Management of twin and triplet
pregnancies in the antenatal period.NICE clinical guideline 129, 32: 1-41.
Norwitz, E.R., Edusa, M..V. & Park, J.S., 2005. Maternal Physiology and Complications of Multiple Pregnancy.Elsevier: 338-45.
Onnis, M., 2007.Health and Nutrition Emerging and Reemerging Issues in Developing Countries. 8 : 277-84.
Resnik, M.R. & Creasy, M.R., 2010. Intrauterine Growth Restriction.
Segal, N.L., 2007. Twins (Human).
Vandenbosche, M.D.R.C. & Kirchner, D.O..J.T., 1998. Intrauterine Growth
Retardation.American Family Physician, pp.1-10.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Andrio Farel Edward Gultom
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 23 Juni 1992
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Danau Ranau no.31, Medan
Nama Ayah : Ir. Lauren Gultom, M.Eng
Nama Ibu : Erika Tampubolon
Riwayat Pendidikan : 1. TK Immanuel Medan
2. SD Immanuel Medan