• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis dan Tindakan

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-43)

2) Hasil Observasi

4.2 Hasil Tindakan dan Analisis Data .1Hasil Tindakan Siklus I

4.2.3 Hasil Analisis dan Tindakan

Hasil analisis data diperoleh dari data kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang meliputi data tes evaluasi siswa pada akhir siklus. Dari data tersebut kemudian dianalisis dengan membandingkan data pada tiap siklus yaitu dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang dikakukan di SD Negeri Sendang 01 diketahui bahwa dari hasil belajar siswa kelas 5 dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran TAI. Berhasil atau tidaknya model pembelajaran TAI dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar diperoleh dari hasil tes evaluasi siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Hasil tes evaluasi siswa kondisi awal diperoleh dari data hasil ulangan IPA semester I. Sedangkan data pada siklus I dan siklus II diperoleh dari tes evaluasi akhir siklus.

a) Siklus I

Hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sendang 01 diperoleh dengan mengadakan tes evaluasi diakhir pertemuan siklus yaitu pada pertemuan kertiga. Dari hasil tes tersebut diketahui terjadi peningkatan pada hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sendang 01 pada Standar Kompetensi: Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya dan Kompetensi Dasar: Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat, disajikan pada tabel daftar nilai berikut ini :

Tabel 4.15

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I

Nilai Frekuensi Persentase (%)

43-50 1 6% 51-58 1 6% 59-66 1 6% 67-74 8 50% 75-84 5 32% Jumlah 16 100% Nilai Rata-Rata 70 Nilai Tertinggi 84 Nilai Terendah 43

Berdasarkan tabel 4.15 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA dapat dikatakan hasil belajar masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran yaitu dibawah KKM 66. Dari tabel tersebut diketahui skor nilai antara 36-44 terdapat 1 siswa dengan persentase 6% dari jumlah seluruhan siswa, 46-55 terdapat 1 siswa dengan persentase 6% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai anatara 56-65 terdapat 1 siswa dengan persentase 6% dari jumlah keseluruhan siswa, dan skor nilai antara 66-75 terdapat 8 siswa dengan persentase 50% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai 76-85 terdapat 5 siswa dengan persentase 32%, dari jumlah siswa dan dapat dilihat pada daftar nilai siswa. Berdasarkan tabel 4.15 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut :

Diagram 4.1

Berdasarkan Kri diperoleh nilai siklus I dapat d

Ketuntasan

No 1

2 Belum Tuntas

Ketuntasan belajar siswa pada siklus I ini dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketunt

atau 19%, sedangkan yang sudah mencapa

dengan persentase 81%. Maka dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih banyak daripad

tidak tuntas, namun indikator hasil belajar IPA menurut peneliti belum mencapai 80%. Kentutasan hasil belajar siswa pada tabel 4.16

tertuang pada diagram 4.2

frekuensi Ju m lah S is w a

Diagram 4.1 Hasil Perolehan Nilai siklus I

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=66) data hasil yang diperoleh nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.16 berikut :

Tabel 4.16

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I

Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase (%) Tuntas 13 81% Belum Tuntas 3 19% Jumlah 16 100%

Ketuntasan belajar siswa pada siklus I ini dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=66) sebanyak 3 siswa

%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 13

%. Maka dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih banyak daripada jumlah siswa yang tidak tuntas, namun indikator hasil belajar IPA menurut peneliti belum mencapai

il belajar siswa pada tabel 4.16 dapat dilihat dalam diagra tertuang pada diagram 4.2 berikut:

36-45 46-55 56-65 66-75 76-85 frekuensi 1 1 1 8 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

) data hasil yang berikut :

Ketuntasan belajar siswa pada siklus I ini dapat dijelaskan bahwa siswa yang asan Minimal (KKM=66) sebanyak 3 siswa i ketuntasan minimal sebanyak 13 siswa %. Maka dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa a jumlah siswa yang tidak tuntas, namun indikator hasil belajar IPA menurut peneliti belum mencapai dapat dilihat dalam diagram yang

Diagram 4.2

b) Siklus II

Hasil belajar IPA siswa

Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya dan Dasar: Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat

dan lebih cepat. Dan berikut disajikan pada tabel 4.13 yaitu tentang distribusi frekuensi nilai IPA, siswa kelas 5

Distribusi Frekuensi

Nilai Rata Nilai Nilai

Diagram 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I

Hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sendang 01 pada Standar Kompetensi: antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya dan

Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah Dan berikut disajikan pada tabel 4.13 yaitu tentang distribusi ekuensi nilai IPA, siswa kelas 5 SD N SD N Sendang 01 Tahun Ajaran 2013/2014.

Tabel 4.17

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II

Nilai Frekuensi Persentase (%)

58-65 2 13% 66-73 4 25% 74-81 3 18% 82-89 5 31% 90-97 2 13% Jumlah 16 100% Nilai Rata-Rata 77.3 Nilai Tertinggi 96 Nilai Terendah 58 81% 19% Tuntas Belum Tuntas

pada Standar Kompetensi: antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya dan Kompetensi membuat pekerjaan lebih mudah Dan berikut disajikan pada tabel 4.13 yaitu tentang distribusi

Tahun Ajaran 2013/2014.

Dilihat dari tabel 4.17

dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5 siklus I, ditandai dengan nilai rata

persentase ketuntasan juga sama haln

sedangkan siswa yang mendapat niai dibawah KKM atau tidak tuntas juga men penurunan yaitu menjadi 13

Untuk nilai tertinggi 96 dan nilai ter dinyatakan dalam diagram 4.3

Diagram 4.3

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=66) data hasil perolehan nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.18

No 1 2 frekuensi Ju m lah S is w a

Dilihat dari tabel 4.17 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA dapat hasil belajar IPA siswa kelas 5 mengalami peningkatan dari hasil siklus I, ditandai dengan nilai rata-rata yang ada peningkatan menjadi 77,3

persentase ketuntasan juga sama halnya meningkat 87% yang didapat

sedangkan siswa yang mendapat niai dibawah KKM atau tidak tuntas juga men penurunan yaitu menjadi 13% yaitu 2 siswa.

Untuk nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 58. Berdasarkan tabel 4.17 dalam diagram 4.3 yaitu sebagai berikut ini :

Diagram 4.3 Hasil Perolehan Nilai IPA siklus II

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=66) data hasil perolehan isajikan dalam bentuk tabel 4.18 sebagai berikut:

Tabel 4.18

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II

Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase (%) Tuntas 14 87% Belum Tuntas 2 13% Jumlah 16 100% 58-65 66-73 74-81 82-89 90-97 frekuensi 2 4 3 5 2 0 1 2 3 4 5 6

distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA dapat mengalami peningkatan dari hasil ang ada peningkatan menjadi 77,3 sedangkan oleh 14 siswa sedangkan siswa yang mendapat niai dibawah KKM atau tidak tuntas juga mengenai

endah 58. Berdasarkan tabel 4.17 dapat

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=66) data hasil perolehan

Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat diketahui hasil

yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=66) seban siswa dengan persentase 13

ketuntasan sebanyak 14 siswa dengan persentase 87

disimpulkan bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan KKM lebih banyak dibandingkan siswa yang tidak mencapai KKM. Ketuntas

4.18 dapat dilihat dalam diagram 4.4

Diagram 4.4

c) Analisis Kompratif

Pada analisis komparatif ini didalamnya akan diuraikan tentang perbandingan hasil belajar IPA siswa kelas 4 dari kondisi awal, siklus I sampai suklus II untuk mengetahui peningkatan belajar yang terjadi. Perbandingan hasil

ditunjukkan pada tabel 4.19

Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat diketahui hasil

yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=66) seban siswa dengan persentase 13%, sedangkan siswa yang sudah mencapai nila

ketuntasan sebanyak 14 siswa dengan persentase 87%. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan KKM lebih banyak dibandingkan siswa yang tidak mencapai KKM. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.18 dapat dilihat dalam diagram 4.4 berikut ini :

Diagram 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II

Analisis Kompratif

Pada analisis komparatif ini didalamnya akan diuraikan tentang perbandingan hasil belajar IPA siswa kelas 4 dari kondisi awal, siklus I sampai suklus II untuk mengetahui peningkatan belajar yang terjadi. Perbandingan hasil

ditunjukkan pada tabel 4.19 sebagai berikut ini :

87% 13%

Tuntas Tidak Tuntas

Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat diketahui hasil belajar siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=66) sebanyak 2 %, sedangkan siswa yang sudah mencapai nilai minimal %. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan KKM lebih banyak an belajar siswa pada tabel

Siklus II

Pada analisis komparatif ini didalamnya akan diuraikan tentang perbandingan hasil belajar IPA siswa kelas 4 dari kondisi awal, siklus I sampai suklus II untuk mengetahui peningkatan belajar yang terjadi. Perbandingan hasil belajar siswa

Tabel 4.19

Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II

No Ketuntasan

Belajar Nilai

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Belum Tuntas <66 12 75% 3 19% 2 13% 2 Tuntas >66 4 25% 13 81% 14 87% Jumlah 16 100% 16 100% 16 100% Nilai Tertinggi 77 85 96 Nilai Terendah 33 36 58 Rata-Rata 58,93 70 77,3

Berdasarkan tabel 4.19 nilai rata-rata setiap siklus mengalami peningkatan, pada siklus I nilai rata-rata 70, yang semula kondisi awal rata-rata hanya 58,93 sedangkan pada siklus II rata-rata menjadi 77,3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Diagram 4.5 Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II

Sedangkan ketuntasan hasil belajar IPA dapat dijelaskan bahwa kondisi awal siswa yang belum tuntas 12 siswa pesentase (75%) dikarenakan nilai siswa dibawah

58.9 70 77.3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kondisi awal Siklus I Siklus II

R a ta -r a ta

KKM (66), sedangkan 4 siswa dengan persentase (25 siswa di atas KKM (66

yang cukup berhasil dibandingkan kondisi aw memperoleh nilai menc

siswa lainnya masih dibawah KKM dengan perse siklus II untuk meningkatkan

mengalami peningkatan hasil belajar sebanyak 1

KKM 66 sedangkan 2 siswa belum mencapai KKM persentas ketuntasan tiap siklus dapat dilihat pada gambar diagram

Diagram 4.6

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, sebelum peneli dilakukan guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Keadaan ini diduga membuat

diajarkan dikarenakan pembelajaran yang monoton, kurang menarik. Siswa cenderung

Tuntas Belum Tuntas J u m la h S is w a

(66), sedangkan 4 siswa dengan persentase (25%) telah tuntas ka

siswa di atas KKM (66). Pada siklus I terdapat peningkatan mengenai ketuntasan yang cukup berhasil dibandingkan kondisi awal. Dari siswa yang berjumlah 16

ilai mencapai KKM 66 sebanyak 13 dengan persentase 81% dan 3 siswa lainnya masih dibawah KKM dengan persentase 19%. Kemudian dilakukan siklus II untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sendang 01

katan hasil belajar sebanyak 14 siswa dengan persentase 87 sedangkan 2 siswa belum mencapai KKM persentase 13%. Perbandingan ketuntasan tiap siklus dapat dilihat pada gambar diagram 4.6 dibawah ini :

Diagram 4.6 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, sebelum peneli dilakukan guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Keadaan ini diduga membuat siswa kesulitan menerima materi yang

an pembelajaran yang monoton, membuat bosan

. Siswa cenderung berfokus ngobrol dengan teman dan tidak

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tuntas 4 13 14 Belum Tuntas 12 3 2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 J u m la h S is w a

%) telah tuntas karena nilai ). Pada siklus I terdapat peningkatan mengenai ketuntasan al. Dari siswa yang berjumlah 16, yang apai KKM 66 sebanyak 13 dengan persentase 81% dan 3

%. Kemudian dilakukan Sendang 01 telah 4 siswa dengan persentase 87% %. Perbandingan dibawah ini :

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, sebelum penelitian dilakukan guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam proses siswa kesulitan menerima materi yang membuat bosan, dan sangat ngobrol dengan teman dan tidak

memeprhatikan pembelajaran. Hal tersebut yang mengakibatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada kondisi awal di SD N Sendang 01 sangat rendah. Siswa yang mencapai KKM (66) hanya 4 siswa atau 25% sedangkan yang belum mencapai KKM mencapai 12 siswa atau 75%.

Dari kondisi ini maka perlu dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajan yang lebih efektif dan bervariatif, hal ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa dapat lebih berpartisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan bekerjasama di dalam kelompok. Peningkatan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization juga dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil tes evaluasi pada tiap siklus.

Tabel 4.20

Perbandingan hasil observasi siklus I dan II

Hasil Observasi Siklus I Siklus II

% %

Kegiatan guru 52 76% 66 97%

Kegiatan siswa 43,5 84% 48,5 93%

Aktivitas siswa 34 85% 38 95%

Berdasarkan tabel 4.20 perbandingan hasil observasi kegiatan guru dan siswa siklus I dan II dapat diketahui bahwa rata-rata hasil observasi kegiatan guru pada siklus I yaitu 52 dengan persentase 76% sedangan siklus II yaitu 66 dengan persentase 97%. Dengan meningkatnya kegiatan guru juga berdampak pada meningkatnya kegiatan siswa, rata-rata hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I yaitu 43,5 dengan persentase 84% sedangkan siklus II rata-rata meningkat menjadi 48,5 dengan persentase 93%. Dengan meningkatnya kegiatan guru dan siswa juga berdampak pada meningkatnya aktivitas siswa, rata-rata hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I yaitu 34 dengan persentase 85% sedangkan siklus II rata-rata meningkat menjadi 38 dengan persentase 95%.

Tabel 4.21

Hasil Tindakan Siklus I dan II

Hasil Tindakan Siklus I Siklus II

Hasil Belajar 70 77,3

Berdasarkan tabel 4.21 rata-rata hasil belajar IPA pada siklus I dan II telah meningkat dari kondisi awal 58,93 meningkat pada siklus I yaitu 70 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 77,3. Ketuntasan siswa pada siklus I juga sudah cukup, dari 16 siswa siswa yang tuntas diatas KKM berjumlah 13 siswa atau 81% dan siswa yang tidak tuntas dibawah KKM berjumlah 3 siswa dengan persentase 19%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah meningkat tetapi hasil tersebut masih dibawah indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 75%. Hasil analiasis lembar observasi guru dan aktivitas siswa sudah meningkat. Siswa lebih aktif dibandingkan guru. Siswa juga lebih tertarik dengan pembelajaran. Pada pembelajaran siklus II ini indikator kinerja hasil belajar peneliti telah tercapai yaitu 78% untuk persentase ketuntasan juga telah tercapai yaitu 87% dengan siswa yang tuntas diatas KKM berjumlah 14 dan siswa yang belum tuntas dibawah KKM berjumlah 2 siswa dengan persentase 13% ini disebabkan karena siswa kurang berkonsentrasi dalam pembelajaran cenderung bermain sendiri, dengan demikian model pembelajaran TAI dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

Peningkatan hasil belajar IPA ini dikarenakan model pembelaaran Team Assisted Individualization dapat memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik operasional yang cukup sederhana, memotivasi siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, tanpa jalan pintas, memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa-siswa lain yang berbeda sehingga tercipta sikap positif diantara mereka dan dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Hal ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Slavin (dalam Huda 2013: 200).

Berdasarkan uraian penelitian yang diuraikan, maka penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dalam pembelajaran IPA pada kelas 5 Semester II SD N Sendang 01 Tahun Pelajaran 2013/2014 ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Verena Natania Pratami dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization yaitu hasil ketuntasan belajar IPA pada siklus III meningkat menjadi 89,7%, selain itu juga penelitian yang dilakukan Verena Natania Pratami dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization mencapai peningkatan rata-rata hasil belajar, dari kondisi awal rata-rata nilai 66,33 menjadi 85,6 pada siklus II. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-43)

Dokumen terkait