• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user commit to user

METODOLOGI PENELITIAN

E. Teknik Analisis Data

2. Hasil Analisis Uji Lanjut a Hasil Belajar Ranah Kognitif

Hasil uji lanjut anava untuk hasil belajar ranah kognitif menggunakan uji

Duncan Multiple Range Test (DMRT). Secara lengkap analisis uji lanjut hasil

belajar ranah kognitif menggunakan uji Duncan disajikan pada Lampiran 6 dan lebih singkatnya disajikan dalam Tabel 17.

commit to user

commit to user

Tabel 17. Hasil Uji Lanjut Ranah Kognitif Melalui Uji Duncan(DMRT)

Perlakuan Rangking Rata-Rata

X2 X1 X3 1 2 3 83,083 53,781 52,6 1) Hipotesis pertama

Hipotesis yang diuji dalam hipotesis pertama adalah sebagai berikut: Ho: 2 = 3 (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah

kognitif antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan inkuiri

terbimbing) melawan H1: 2 ≠ 3 (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil

belajar ranah kognitif antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan

inkuiri yang dimodifikasi). Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar

ranah kognitif antara pendekatan inkuiri terbimbingdengan pendekatan inkuiri yang

dimodifikasi. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Lampiran 6 diperoleh selisih

mean antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan inkuiri

terbimbing sebesar 30,48 yang menunjukkan hasil belajar kognitif menggunakan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi lebih bagus dibandingkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing.

2) Hipotesis Kedua

Hipotesis yang diuji dalam hipotesis kedua adalah sebagai berikut:

Ho: 2 = 1(Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah kognitif antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan konvensional) melawan H1: 2≠ 1 (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah kognitif antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan konvensional). Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah kognitif antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan konvensional. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Lampiran 6 diperoleh selisih mean antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan konvensional sebesar 29,30 yang menunjukkan hasil belajar kognitif menggunakan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi lebih bagus dibandingkan

commit to user

commit to user

57

dengan pendekatan konvensional. Berarti pendekatan inkuiri yang dimodifikasi merupakan pendekatan yang paling efektif.

3) Hipotesis ketiga

Hipotesis yang diuji dalam hipotesis kedua adalah sebagai berikut:

Ho: 1 = 3(Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah kognitif antara pendekatan konvensional dengan pendekatan inkuiri terbimbing) melawan H1: 1 ≠ 3 (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah kognitif antara pendekatan konvensional dengan pendekatan inkuiri terbimbing). Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa hipotesis nihil (Ho) diterima sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah kognitif antara pendekatan konvensional dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Lampiran 6 selisih mean

pendekatan konvensional dengan pendekatan inkuiri terbimbing sebesar 1,18

b. Hasil Belajar Ranah Psikomotor

Hasil uji lanjut anava untuk hasil belajar ranah psikomotor menggunakan uji Duncan. Secara lengkap analisis uji lanjut hasil belajar ranah psikomotor menggunakan uji Duncan disajikan pada Lampiran 6 dan lebih ringkasnya dapat disajikan dalam Tabel 18.

Tabel 18. Hasil Uji Lanjut Ranah Psikomotor Melalui Uji Duncan (DMRT)

Perlakuan Rangking Rata-Rata

X2 X3 X1 1 2 3 81,944 80,51 69 1) Hipotesis pertama

Hipotesis yang diuji dalam hipotesis kedua adalah sebagai berikut:

H0: 2 = 1 (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan konvensional) melawan H1: 2≠ 1 (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan konvensional). Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata

commit to user

commit to user

hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan konvensional. Berdasarkanhasil uji Duncan pada Lampiran 6 diperoleh selisih mean antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan konvensional = 12,94 yang menunjukkan bahwa hasil belajar ranah psikomotor menggunakan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi lebih bagus dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Hal ini menunjukkan pendekatan inkuiri yang dimodifikasimerupakan pendekatan yang paling efektif.

2) Hipotesis kedua

Hipotesis yang diuji dalam hipotesis pertama adalah sebagai berikut: Ho: 2 = 3(Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan inkuiri terbimbing) melawan H1: 2≠ 3 (Terdapat perbedaan yang signifikan rata- rata hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan inkuiri terbimbing). Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa hipotesis nihil (Ho) diterima sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasidengan pendekataninkuiri terbimbing. Berdasarkanhasil uji Duncan pada Lampiran 6 diperoleh selisih mean antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasidengan pendekataninkuiri terbimbingsebesar 1,34.

3) Hipotesis ketiga

Hipotesis yang diuji dalam hipotesis kedua adalah sebagai berikut:

Ho: 3 = 1(Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah

psikomotor antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan

konvensional) melawan H1: 3≠ 1 (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan konvensional). Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri terbimbingdengan pendekatan konvensional. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Lampiran 6 diperoleh selisih

mean antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan konvensional = 11,51 yang menunjukkan bahwa hasil belajar ranah psikomotor menggunakan

commit to user

commit to user

59

pendekatan inkuiri terbimbing lebih bagus dibandingkan dengan pendekatan konvensional.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif Dari hasil penelitian di SMA Negeri 2 Surakarta di kelas X1 (pendekatan konvensional), kelas X2 (pendekatan inkuiri yang dimodifikasi), dan kelas X3 (inkuiri terbimbing) untuk hasil belajar ranah kognitif menggunakan uji anava satu jalan dapat dilihat pada Tabel 14, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri yang dimodifikasi, dan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar ranah kognitif. Hal ini dikarenakan pada pendekatan inkuiri, siswa diberi kesempatan untuk berpikir, mengemukakan ide-ide, dan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh melalui eksperimen sehingga ketrampilan berpikir dan hasil belajar ranah kognitif siswa meningkat. Melalui kegiatan eksperimen dan diskusi pada pendekatan inkuiri, siswa mampu memperoleh konsep mengenai salah satu polutan/pencemar lingkungan di air yaitu detergen. Dengan konsentrasi detergen yang berbeda-beda, semakin tinggi konsentrasinya maka biota air seperti ikan akan cepat mati. Oleh karenanya, siswa diharapkan mencari solusi untuk mengurangi atau mencegah pencemaran lingkungan tersebut.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sularmi (2006:76) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode inkuiri- discovery terhadap prestasi belajar siswa IPA di SD Negeri Gatak Sukoharjo. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Costenson dan Lawson (1986) dalam Frank La Banca (2006:1) mengenai pendekatan inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang pesat dan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa. Selain itu, didukung penelitian yang dilakukan oleh Oliver (1965) dan Orr (1968) dalam Mao (1998:94), pembelajaran sains memungkinkan guru untuk mengembangkan komponen siswa dan memperkaya pemahaman siswa tentang sains sehingga

commit to user

commit to user

pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri mempengaruhi hasil belajar ranah kognitif.

Hasil uji Duncan untuk ranah kognitif pada Tabel 17 menunjukkan bahwa hasil belajar menggunakan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi pada kelas X2 lebih bagus dibandingkan pendekatan konvensional pada kelas X1 dan pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas X3. Pendekatan inkuiri yang dimodifikasi merupakan pendekatan yang menduduki rangking 1 sehingga pendekatan ini merupakan pendekatan yang mampu menciptakan pembelajaran yang paling efektif dibandingkan dengan pendekatan yang lainnya. Pada pendekatan inkuiri yang dimodifikasi memungkinkan siswa untuk berpikir lebih tinggi (higher level

of thinking) melalui metode ilmiah.

Pendekatan inkuiri yang dimodifikasi merupakan pendekatan yang berorientasi kepada siswa (student-centered) yang mampu meningkatkan kemampuan belajar siswa dan membutuhkan proses mental yang sangat tinggi dalam memperoleh suatu informasi/konsep melalui eksperimen dibandingkan

dengan pendekatan konvensional dan pendekatan inkuiri terbimbing.

Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri menjadikan pembelajaran yang berlangsung lebih berpusat pada siswa. Sebagaimana diungkapkan oleh Ratna Wilis dan Liliasari (1986: 28) pembelajaran yang demikian dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Berdasarkan The National Science

Education Standards (Colburn, 2000: 42) “Inkuiri diartikan sebagai aktivitas

siswa dimana mereka mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu pengetahuan sebagaimana layaknya ilmuwan memahami fenomena alam”.

Sedangkan pengaruh pendekatan konvensional pada kelas X1 dan pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas X2 terhadap hasil belajar ranah kognitif adalah tidak berbeda signifikan. Hal ini menunjukkan pedekatan inkuiri terbimbing tidak lebih bagus/tidak lebih jelek dibandingkan pendekatan konvensional. Rangking pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas X3 yaitu rangking 3 di bawah rangking pendekatan konvensional pada kelas X1 yaitu rangking 2, padahal seharusnya pendekatan inkuiri terbimbing rangkingnya lebih bagus dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Hal ini disebabkan karena

commit to user

commit to user

61

pada inkuiri terbimbing, saat siswa ber-inkuiri masih banyak peran guru di dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, inisiatif siswa tidak muncul dalam memperoleh sebuah konsep disebabkan dalam proses pembelajaran yang hampir sepenuhnya menggunakan bimbingan guru. Menurut Alters, B dan S. Alters (2005:62) metode pembelajaran yang baik bagi seseorang belum tentu baik bagi siswa lainnya. Pada pendekatan inkuiri terbimbing, ketergantungan siswa pada guru sebagai sumber informasi masih sangat besar. Selain itu, hal ini disebabkan oleh faktor siswa yang juga mempunyai andil dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Faktor siswa tersebut meliputi siswa yang belum memiliki kesiapan dan kematangan mental menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran dan siswa yang terbiasa dengan pendekatan konvensional menyebabkan pendekatan inkuiri terbimbing mengecewakan. Selain pendekatan, strategi, dan metode yang digunakan sudah bagus tapi faktor siswanya kurang mendukung maka hasilnya juga tidak sesuai dengan harapan. Sesuai dengan pendapat Martinis dan Bansu (2008:21) bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran selain pendekatan atau metode yang digunakan, faktor siswa juga memegang andil besar.

Banyak peneliti yang membandingkan antara pendekatan inkuiri dan pendekatan konvensional/ekspositori. Syaiful Sagala (2008:197) menyatakan bahwa pendekatan konvensional/ekspositori dan pendekatan inkuiri tidak berbeda efektifnya dalam mencapai hasil belajar yang bersifat informasi, fakta dan konsep, tetapi berbeda secara signifikan dalam mencapai ketrampilan berpikir yang menunjukkan bahwa pendekatan inkuiri lebih efektif dibandingkan pendekatan konvensional/ekspositori. Hal ini didukung oleh pendapat Indrawati (1999) dalam Trianto (2009:29) yang menyatakan bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui pendekatan-pendekatan pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan pendekatan-pendekatan pemrosesan informasi menekankan bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Menurut Trianto (2009:165) menyatakan bahwa inti dari berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah

commit to user

commit to user

adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir. Salah satu pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan pembelajaran inkuiri. Pendekatan inkuiri lebih membiasakan siswa untuk membuktikan dengan melakukan penyelidikan sendiri dengan/tanpa bimbingan guru. Dengan menggunakan pendekatan ini, pengembangan kognitif siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan secara motorik

2. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif Hasil uji anava satu jalan untuk ranah afektif pada kelas X1, X2, dan X3 SMA N 2 Surakarta dapat dilihat pada Tabel 15 menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri yang dimodifikasi, dan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar ranah afektif. Pada hasil belajar ranah afektif cenderung pada sikap dan respon siswa terhadap materi pokok yang dipelajari. Rangsangan yang berupa pendekatan pembelajaran yang digunakan baik pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri terbimbing, dan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi ternyata menunjukkan adanya persamaan sikap dan respon dari siswa sebagai subjek penelitian. Pada aspek afektif terdiri dari beberapa indikator yaitu penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola.

Berdasarkan indikatornya, ketiga kelas tersebut memiliki afektif yang sama bagusnya. Dalam hal ini, siswa dari sampel penelitian mampu untuk menerima materi pencemaran lingkungan dengan baik saat proses pembelajaran. Sikap siswa sebelum mempelajari materi pencemaran lingkungan, siswa selalu membuang sampah sembarangan, membuat polusi suara seperti gaduh pada saat pelajaran, membiarkan kelas dalam keadaan kotor, tidak rapi, dan tidak bersih. Setelah siswa memperoleh konsep mengenai pencemaran lingkungan, siswa mampu memilah barang-barang yang ramah lingkungan, berpartisipasi pada setiap kegiatan bersih-bersih/piket di kelas untuk mengurangi sampah/polutan, saat pelajaran siswa sudah mulai tenang/tidak gaduh lagi, dan siswa mulai membiasakan diri untuk membuang sampah di tempatnya, melakukan 4R (Reuse,

commit to user

commit to user

63

sebagai tempat minuman, memperbaiki barang-barang yang rusak, mengurangi dan mendaur ulang sampah baik itu sampah organik maupun nonorganik. Memulai kebiasaan untuk lebih mencintai lingkungan agar lingkungan tidak tercemar dan berusaha mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh manusia terutama oleh diri sendiri.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hughes (1997) dalam Hemaletha (2001:71) bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam grup/kelompok, memberikan kontribusi dengan kemampuannya, dan membantu siswa untuk mengorganisasikan informasi dan adanya keinginan siswa untuk belajar. Untuk meningkatkan hasil belajar ranah afektif setiap siswa membutuhkan proses dalam jangka waktu relatif lama dibandingkan hasil belajar ranah kognitif dan ranah psikomotor.

Untuk hasil belajar ranah afektif tidak dapat diuji lanjut menggunakan uji Duncan karena pada uji anava diketahui bahwa ketiga pendekatan yang digunakan pada penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar ranah afektif dengan ditunjukkan dari perhitungan uji anava satu jalur dalam Tabel 15.

3. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotor

Hasil uji anava satu jalan pada kelas X1, X2, dan X3 SMA N 2 Surakarta untuk hasil belajar ranah psikomotor dapat dilihat pada Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri terbimbing, dan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi terhadap hasil belajar ranah psikomotorik. Signifikan di sini berarti terdapat perbedaan aktivitas siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran. Sebelum menggunakan pendekatan inkuiri, sebagian besar aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung hanya duduk dan diam saja. Siswa sangat pasif dalam menjawab atau mangajukan suatu pertanyaan.

Setelah menggunakan pendekatan inkuiri, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran bertambah aktif dimana siswa melakukan kegiatan perumusan

commit to user

commit to user

masalah, menyusun hipotesis, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, dan menarik kesimpulan. Siswa pun terlatih untuk bertanya dan berusaha menjawab pertanyaan melalui proses diskusi. Hasil dari diskusi tersebut mengenai solusi/cara penanggulangan dan pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan baik udara, air, tanah, dan suara. Solusi pencegahan pencemaran air dan tanah yang disebabkan oleh polutan berupa sampah dengan cara membuang sampah di tempatnya, melakukan 4R (Reuse, Recycle, Repaire, Reduce), memisahkan sampah organik dan nonorganik. Sedangkan untuk polutan berupa limbah detergen menggunakan biodegradable (contohnya: tumbuhan enceng gondok) dan penggunaan detergen yang ramah lingkungan yang tidak mengandung surfaktan dan fosfat yang berlebihan.

Selain itu, setelah siswa mengetahui pencemaran suara disebabkan oleh suara gaduh di kelas, siswa mulai membiasakan diri untuk tidak berbicara saat pelajaran dan mengeluarkan suara saat diperlukan. Siswa mulai kegiatan-kegiatan yang tidak membuat lingkungan semakin tercemar seperti membuang sampah di tempatnya, jika ada sampah di pinggir jalan langsung dipungut dan di buang di tempat sampah. Saat menanam tanaman/penghijauan di sekolah, siswa lebih memilih menggunakan pupuk organik yang terbuat dari kotoran hewan. Kotoran hewan selain tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya juga ramah terhadap lingkungan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Germann (1989) dalam Mao (1998:94) yang menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terdapat pengaruh terhadap ketrampilan proses yang termasuk kedalam hasil belajar ranah psikomotor.

Berdasarkan hasil uji Duncan untuk ranah psikomotor dapat dilihat pada Tabel 18 yang menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang hasil belajarnya paling bagus adalah pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dan pendekatan inkuiri terbimbing. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pada pendekatan inkuiri yang meliputi pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dan pendekataninkuiri terbimbing lebih banyak berpusat pada siswa dibandingkan aktivitas pada pendekatan konvensional yang berpusat pada guru yang aktivitas siswanya hanya duduk saja. Pengaruh pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dan pendekatan

commit to user

commit to user

65

inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar ranah psikomotor adalah tidak berbeda signifikan karena aktivitas yang dilakukan oleh siswa pada kedua kelas eksperimen adalah sama-sama melakukan kegiatan eksperimen/percobaan untuk memperoleh suatu konsep/informasi.

Pendekatan inkuiri yang dimodifikasi hasil belajarnya paling tinggi

dibandingkan dengan pendekatan konvensional dan pendekatan inkuiri

terbimbing. Pendekatan inkuiri yang dimodifikasimenduduki rangking 1 sehingga pendekatan ini merupakan pendekatan yang mampu menciptakan pembelajaran yang paling efektif dibandingkan pendekatan yang lain. Pada pendekatan inkuiri yang dimodifikasi siswa lebih banyak melakukan aktivitas dalam belajar dibandingkan pada pendekatan konvensional dan mampu meningkatkan hasil belajar ranah psikomotor. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sagala (2009:181-182) bahwa pesan yang ditangkap oleh pembelajar dalam pengalaman belajar-mengajar sangat tergantung pada bentuk kegiatan belajar yang dihayatinya. Pengalaman belajar dapat dipilih sesuai dengan kompetensinya, dapat dicapai di dalam kelas maupun di luar kelas. Bentuknya antara lain mendemonstrasikan, mempraktikkan, menstimulasikan, mengadakan eksperimen, menganalisis, mengaplikasikan, menemukan, mengamati, menelaah, dan lain sebagainya. Proses pembelajaran yang demikian yang dirancang oleh guru agar peserta didik memproduksi gagasan bukan mengkonsumsi gagasan, sehingga semua tahapan pembelajaran penuh arti dan makna.

Dalam pembelajaran biologi, diperlukan kegiatan eksperimen agar siswa lebih paham dan lebih mengerti sesuatu yang sedang dipelajari. Sesuai yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2003:118) bahan pelajaran yang menyangkut latar dari sains termasuk biologi adalah bahan-bahan yang menyangkut kegiatan laboratorium, demonstrasi, studi lapangan (study tour), kegiatan bengkel (latihan membuat dan menciptakan alat-alat peraga bagi sekolah, guru). Bahan-bahan ini tidak dapat dipisahkan dari latar kognitif dan afektif. Bahan pada latar psikomotor memperkuat pemahaman dan penghayatan tentang sains bahwa intelektual anak akan naik dengan cepat nilai struktur pelajaran, belajar mengajar itu sedemikian rupa sehingga pada pribadi-pribadi anak timbul pertanyaan-pertanyaan dan usaha-

commit to user

commit to user

usaha untuk menjawabnya. Di dalam sains, jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan hanya dapat diperoleh melalui eksperimen atau melihat langsung fenomena-fenomena alam. Eksperimen dan melihat fenomena adalah bagian dari sains yang terletak di dalam latar psikomotor.

Suatu pendekatan dapat dilihat keefektifannya, jika kualitas pembelajaran menggunakan pendekatan yang baru lebih bagus dari pendekatan yang sering diterapkan dalam pembelajaran dilihat dari perbandingan hasil belajarnya. Pendekatan yang biasanya diterapkan pada pembelajaran adalah pendekatan konvensional sebagai kelas pembanding/kontrol. Pendekatan yang digunakan sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah pendekatan inkuiri (pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi). Setelah dilakukan perhitungan melalui uji Duncan untuk hasil belajar ranah kognitif dan hasil belajar ranah psikomotorik diperoleh bahwa pendekatan yang paling efektif adalah pendekatan inkuiri yang dimodifikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Schlenker dalam Joyce dan Weil (2000:176) yang mengemukakan bahwa pendekatan inquiri lebih efektif dan efisien dalam pembelajaran. Di dalam jurnal yang ditulis Rissing dan Cogan (2009:57) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rika Nanda Puspitasari (2009) yang menyatakan bahwa pendekatan inkuiri mampu meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Karangbangun.

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri yang melibatkan proses secara ilmiah melalui eksperimen untuk membuktikan kebenaran suatu materi yang dipelajari mampu meningkatkan hasil belajar baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

commit to user

commit to user

67 BAB V

Dokumen terkait