commit to user
commit to user
i
IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
ASTRI SETIAWATI
K430604
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
ii
IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
ASTRI SETIAWATI
K4306004
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd
commit to user
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk mamenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Muzayyinah, M.Si ...
Sekretaris : Riezky Maya Probosari, S.Si, M.Si ...
Anggota I : Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd ...
Anggota II : Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd ...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd
commit to user
commit to user
v
ABSTRAK
Astri Setiawati. IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ranah kognitif; (2) Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ranah afektif; (3) Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ranah psikomotor; (4) Pendekatan pembelajaran yang pengaruhnya paling bagus terhadap hasil belajar biologi, (5) Pendekatan pembelajaran yang pengaruhnya paling efektif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Experiment) menggunakan randomized control only design. Pendekatan inkuiri dan pendekatan konvensional sebagai variabel bebas dan hasil belajar biologi sebagai variable terikat. Sampel pada penelitian ini ada tiga kelas, yaitu kelas X-1 sebagai kelas kontrol, kelas X-2 sebagai kelas eksperimen I, dan kelas X-3 sebagai kelas ekperimen II. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Teknik pengambilan sampel dengan
“Cluster Random Sampling”. Teknik pengumpulan data hasil belajar siswa
menggunakan teknik tes, dokumentasi, dan angket. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisa satu jalan dilanjutkan dengan uji Scheffe.
Hasi dari penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: 1) Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah kognitif; 2) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah afektif; 3) Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah psikomotor. Selain itu, pendekatan yang paling efektif adalah pendekatan modified free inquiry.
commit to user
commit to user
vi
ABSTRACT
Astri Setiawati. THEIMPLICATION OF INQUIRY APPROACH TOWARD
STUDENT’S ACHIEVEMENT OF STUDYING BIOLOGY ON X GRADE
OF SMA NEGERI 2 SURAKARTA YEAR 2009/1010. Thesis, Surakarta:
Biology Education Department of Teacher Training and Education Faculty of
Sebelas Maret University of Surakarta, October 2010.
Keywords : inquiry approach, achievement of Study in Biology
This research aims are to find out: 1) the influence of inquiry approach toward student’s achievement in cognitive domain; 2) the influence of inquiry approach toward student’s achievement in affective domain; 3) the influence of inquiry approach toward student’s achievement in pshycomotor domain; 4) the best approach toward student’s achievement; and 5) the most effective approach toward student’s achievement of studying biology on X grade of SMA Negeri 2 Surakarta.
This research is a quasi experiment research with randomized control only design using inquiry approach and conventional approach as independent variables and student’s achievement of study biology as the dependent variable. Here, it is acquired three classes as the samples, there are the student’s of class X-1 as the control class, student’s of class X-2 as the first experimental class, and student’s of class X-3 as the second experimental class. The population of this research is all of the student’s was X grade of SMA Negeri 2 Surakarta. The sample of this research was established by cluster random sampling. The techniques for collecting data are by using test, questionnaire, and documentation. The data were analyzed by anova and then by scheffe test.
commit to user
commit to user
vii
MOTTO
♥ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh
mengetahui, sedang kamu tidak. (QS. Al Baqarah: 216)
♥ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyiroh: 5)
♥ Hadapi semua dengan senyuman (Dewa)
♥ “Talk Less Do More”
♥ Yakinlah ”SAYA BISA!!!”
♥ Jangan Bilang Menyerah Sebelum Kamu Mencobanya
♥ Do The Best and Keep Spirit
♥ If you want to plan for a year, plant a seed
If for ten years , plant a tree
If for a hundreds years, teach the people
When you plant a seed, you will reap a single harvest
When you teach the people, you will reap a hundred harvests (IBRD,
WORLD DEVELOPMENT REPORT, 1991)
commit to user
commit to user
viii
Kupersembahkan karya ini untuk:
Ibu, Ibu, dan Ibuku tersayang, wanita yang telah melahirkanku,
merawatku, mendukungku, menyayangiku, dan selalu mendoakanku tanpa
lelah...yang telah sabar menunggu kelulusanku...
Bapak, atas nasihat dan segala pengertian Bapak…terima kasih
sedalam-dalamnya...
Bapak dan Ibu di Sragen yang telah merawatku dan memberiku tempat
tinggal. Terima kasih atas segala kebaikan yang kalian berikan kepadaku.
Mbak Asri dan Mbak Tuti yang selalu mengingatkanku, memarahiku untuk
kebaikanku, membantuku, dan mendukungku baik tenaga, biaya dan
waktu....terima kasih....maaf selalu menguji kesabaran kalian....
Kiki dan Yayuk, adik-adiku yang tersayang....terima kasih atas kritik dan
sarannya....aku sayang kalian...
Bu Alvi dan Pak Bowo, terima kasih atas bimbingan, waktu, dan
nasehatnya…
Yulinda Ariesta terima kasih atas bimbingan dan bantuannya dalam
mengolah data. Karenamu aku bisa dan paham cara mengolah data
melalui SPSS...kamu adalah guruku sekaligus temanku yang terbaik...
Agung, Triliana, Ichan, R. Dyah, Hayuk, Putri, Ulpi, Amin, Rinawati,
Elvin terimakasih atas nasihat, bantuan, dan semangat yang kalian
berikan
Teman-teman seperjuangan Biologi Education 2006 Community, terima
kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang tak akan terlupakan.
Semoga kebersamaan kita terjaga selama-lamanya.
Teman-teman NGAPAKERS di Surakarta (Cilacap Community) yang
selalu memberikan saran, kritik, bantuan, semangat, dan dukungan agar
segera pendadaran....Hidup NGAPAKERS....hope we always together....
Someone yang selalu menyemangatiku dan memotivasiku...
Almamater.
commit to user
commit to user
ix
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal dengan judul ”IMPLIKASI PENGGUNAAN
PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam
mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
5. Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd, selaku pembimbing II yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penelitian.
6. Kepala SMA Negeri 2 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 2 Surakarta, yang telah memberi
bimbingan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.
8. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
commit to user
commit to user
x
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Oktober 2010
commit to user
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Pembatasan Masalah 4
D. Perumusan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitian 6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka 7
1. Hasil Belajar Biologi 7
2. Pendekatan Pembelajaran 14
B. Kerangka Berpikir 31
C. Hipotesis 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 35
commit to user
commit to user
xii
2. Waktu Penelitian 35
B. Populasi Dan Sampel 35
1. Populasi Penelitian 35
2. Sampel Penelitian 36
C. Teknik Pengumpulan Data 36
1. Variabel Penelitian 36
2. Metode Pengumpulan Data 36
3. Teknik Penyusunan Instrumen 37
4. Analisis Instrumen 39
D. Rancangan Penelitian 44
E. Teknik Analisis Data 44
1. Uji Keseimbangan 45
2. Uji Prasyarat 46
3. Uji Hipotesis 47
4. Uji Lanjut Anava 48
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 49
B. Analisis Data 52
C. Pengujian Hipotesis 54
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 59
Bab V. Simpulan, Implikasi, Dan Saran
A. Simpulan 67
B. Implikasi 67
C. Saran 67
DAFTAR PUSTAKA 69
commit to user
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbedaan Macam-Macam Pendekatan Inkuiri ... 30
Tabel 2. Perbedaan Antara Pendekatan Inkuiri dengan Pendekatan Konvensional ………..…… 31
Tabel 3. Rangkuman Uji Validitas Hasil Tes Try Out Siswa. ... 40
Tabel 4. Rangkuman Uji Reliabilitas Hasil Tes Try Out Siswa……….….41
Tabel 5. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa………… 43
Tabel 6. Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Tes Try Out Siswa…………... 44
Tabel 7. Desain Penelitian “Randomized Control Only Design……….... 44
Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Keseimbangan Kemampuan Awal... 45
Tabel 9. Deskripsi Data Postest Hasil Belajar Ranah Kognitif... 50
Tabel 10. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Afektif…………... 51
Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor ... 52
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor... 53
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor... 53
Tabel 14. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Kognitif…. 54 Tabel 15. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Afektif…...54
Tabel 16. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Psikomotor 55 Tabel 17. Hasil Uji Lanjut Ranah Kognitif Melalui Uji Duncan (DMRT)……... 56
commit to user
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Paradigma Penelitian………... 32
Gambar 2. Perbandingan Nilai Mean Kognitif Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen 1 dan 2………...……50 Gambar 3. Perbandingan Nilai Mean Afektif Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen 1 dan 2………..….51 Gambar 4. Perbandingan Nilai Mean Psikomotor Kelompok Kontrol dan
commit to user
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian 72
Lampiran 2. Analisis Instrumen 120
Lampiran 3. Uji Keseimbangan 128
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian 134
Lampiran 5. Uji Prasyarat 149
Lampiran 6. Uji Hipotesis 161
commit to user
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia seutuhnya. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Upaya yang telah dilakukan
antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas guru, penyediaan
perpustakaan dan laboratorium, penataan pendidikan, serta penerapan produk
teknologi.
Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis melainkan sesuatu yang dinamis
sehingga menuntut adanya suatu perbaikan yang terus menerus. Dunia pendidikan
memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajarannya. Untuk
mencapai tujuan tersebut harus dilakukan strategi yang tepat diantaranya dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta sesuai
dengan materi yang akan disampaikan, karena metode pembelajaran sangat
berperan dalam menentukan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, yakni mengajar
yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik, dan belajar yang dilakukan oleh
peserta didik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka komponen dalam kegiatan
pembelajaran diantaranya adalah guru dan siswa. Guru sebagai fasilitator dan
siswa sebagai obyek dan subyek dalam pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan
lingkungan pembelajaran yang efektif perlu diciptakan oleh guru agar siswa dapat
belajar dengan baik dan mencapai hasil belajar yang optimal (Syaiful Sagala,
2009:62).
Pembelajaran biologi di SMA Negeri 2 Surakarta memperlihatkan proses
pembelajaran teacher centered yaitu semua kegiatan pembelajaran terpusat
kepada guru. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan
konvensional, sehingga strategi yang digunakan kurang bervariasi. Akibatnya
aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan ceramah guru, menghafalkan materi,
commit to user
commit to user
(LKS). Siswa belum mampu memberikan contoh dan menjelaskan kembali materi
yang dipelajari.
Hasil observasi menunjukkan bahwa pada saat pembelajaran
berlangsung, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan melakukan
aktivitas di luar proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode eksperimen
jarang digunakan, sehingga siswa lebih banyak duduk di dalam kelas. Selain itu,
sebagian besar nilai ulangan siswa masih berada di bawah nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) sebesar 6,5 sehingga perlu dilakukan remidi agar nilai siswa
menjadi lebih baik. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah.
Permasalahan-permasalahan tersebut harus segera diatasi agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan hasil yang optimal. Salah satu upaya adalah
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang merupakan pendekatan
modern, yang berorientasikan student-centered. Penerapan suatu pendekatan pada
pembelajaran akan menentukan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
disusun. Pemilihan suatu pendekatan harus disesuaikan dengan tujuan dan sifat
materi yang menjadi objek pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran modern mendudukkan siswa sebagai pusat
perhatian (student centered). Pendekatan pembelajaran modern mengacu pada
pandangan siswa sebagai subjek belajar, yang mempunyai kemampuan dasar
untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, pemahaman materi yang lebih mendalam, menjadi pemikir yang
baik dan mampu memberikan banyak alternatif jawaban terhadap suatu
permasalahan adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri menurut Colburn
(2000: 42) tidak hanya mendikte tentang konsep, tetapi mendorong pengalaman
belajar siswa untuk memahami konsep-konsep ilmiah, yang dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam, membuat konsep lebih lama diingat dan
bermakna bagi siswa. Siswa dilibatkan secara aktif, baik hands-on maupun
minds-on, dalam menemukan konsep saat pembelajaran biologi. Melakukan lebih baik
dibandingkan hanya mendengarkan karena dengan melakukan, siswa dapat
commit to user
commit to user
3
Pendekatan inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada
penyelidikan melalui proses berpikir secara sistematis. Inkuiri mengandung proses
mental yang tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data,
menarik kesimpulan. Pendekatan inkuiri bukanlah pendekatan yang baru dalam
pembelajaran biologi, karena pendekatan ini telah dikembangkan oleh BSCS
(Biological Science Curriculum Study) yang menghasilkan pola instruksional dan
kurikuler untuk digunakan di Sekolah Menengah. Esensi pembelajaran ini adalah
mengajarkan kepada pembelajar untuk menggunakan teknik yang biasa digunakan
oleh peneliti biologi, yaitu mengidentifikasi masalah dan menggunakan metode
khusus dalam memecahkan masalah tersebut (Trianto, 2009:80).
Pendekatan inkuiri menurut Nuryani (2005:95) sejalan dengan prinsip
konstruktivisme. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsepnya sendiri
dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui kegiatan observasi/eksplorasi ataupun
eksperimen. Proses perumusan konsep tersebut merupakan proses yang sangat
berarti bagi siswa untuk memahami fenomena dan peristiwa alam. Melalui
pembelajaran dengan menerapkan inkuiri diharapkan siswa mempelajari biologi
secara induktif dan konstruktif, serta mampu menyelaraskan hasil temuannya
dengan teori atau konsep yang dibahas setelah berlangsungnya pembelajaran. Hal
ini merupakan hal baru dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA N 2 Surakarta
karena guru belum pernah menerapkan pendekatan inkuiri.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri menurut Nanang
dan Cucu (2009:78) dimulai dengan suatu kejadian yang menimbulkan teka-teki,
hal ini akan memotivasi siswa untuk mencari penyelesaian atau solusi dari
teka-teki tersebut. Inkuiri sains diharapkan dapat menciptakan kegiatan sains yang
menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini
sebelumnya sebagai suatu bukti untuk mencapai pengalaman baru yang lebih
saintifik, melalui proses eksplorasi untuk mencapai gagasan baru. Pengembangan
commit to user
commit to user
pemahaman konsep yang dipelajari, keaktifan dalam proses belajar, dan
peningkatan pada hasil belajar.
Bertolak dari latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul:
“IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2009/2010”
B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan berdasarkan uraian
latar belakang diatas adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada
guru/teacher centered.
2. Sebagian besar siswa masih harus mengikuti remidi dikarenakan nilai
ulangan dibawah nilai KKM.
3. Sikap sebagian siswa menciptakan suasana kurang kondusif dalam
pembelajaran.
4. Aktivitas sebagian besar siswa hanya duduk.
5. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri belum pernah
diterapkan dalam pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu
diberikan batasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi
masalah, maka pembatasan masalah dititikberatkan pada:
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dibatasi pada semua siswa kelas X SMA Negeri 2
commit to user
commit to user
5
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dibatasi pada:
a. Pendekatan pembelajaran, meliputi: konvensional, inkuiri terbimbing dan
inkuiri yang dimodifikasi.
b. Hasil belajar biologi, meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan materi pokok Pencemaran Lingkungan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas serta untuk
memperjelas masalah maka dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA N 2
Surakarta?
2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA N 2
Surakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA N 2
Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.
2. Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.
3. Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.
4. Pendekatan pembelajaran yang pengaruhnya paling efektif terhadap hasil
commit to user
commit to user
F. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sains atau biologi.
2. Memberikan masukan kepada guru dalam pemilihan pendekatan pembelajaran
agar pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student-centered) pada pokok
bahasan Pencemaran Lingkungan.
3. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga menghasilkan output yang
berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
5. Menambah kepustakaan dalam bidang pendidikan dan menjadi acuan untuk
commit to user
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar Biologi
a. Pengertian Hasil Belajar Biologi
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinu, proses
tersebut berupa pengalaman yang diperoleh seseorang saat menghadapi atau
memecahkan suatu masalah dalam hidupnya, bukan berupa perkembangan atau
pertumbuhan tubuh seseorang. Dari proses itu akan diperoleh sesuatu hasil yang
disebut hasil belajar. Sesuai dengan hakikat belajar yang dikemukakan oleh
Trianto (2009:15-17) “Perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman,
dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik
seseorang sejak lahir”.
Pembelajaran memiliki karakteristik yang melibatkan proses mental dan
membangun suasana dialogis yang merangsang kemampuan berpikir siswa.
Sesuai dengan pernyataan Syaiful Sagala (2009:63) bahwa pembelajaran
mempunyai dua karakteristik yaitu: proses pembelajaran melibatkan proses
mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar,
mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir dan
pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus
yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa
yang pada gilirannya kemampuan berpikir dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang ditemukannya sendiri. Dalam pembelajaran dapat
melatih proses mental siswa yang berkaitan dengan kemampuan berpikir melalui
kegiatan diskusi atau tanya jawab secara terus menerus sehingga diperoleh suatu
konsep yang diinginkan.
Seseorang dapat melakukan aktivitas belajar melalui pengalaman yang
diperolehnya dalam memecahkan suatu permasalahan. Pengalaman dapat disebut
sebagai guru yang paling baik. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nuryani
commit to user
commit to user
dikemukakan oleh banyak ahli pendidikan. Melalui pengalaman nyatalah
seseorang belajar. Begitu juga dalam belajar sains atau biologi. Sains bukan
sekumpulan pengetahuan saja, tetapi di dalam sains terkandung hal lain. Sains
mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk berarti bahwa dalam sains
terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, teori-teori dan prinsip-prinsip yang sudah
diterima kebenarannya; proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu
proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan; sikap berarti bahwa dalam
sains terkandung sikap seperti tekun, ulet, jujur, terbuka, dan objektif; dan
teknologi berarti bahwa sains mempunyai keterkaitan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut terjadi
perubahan-perubahan dalam diri siswa pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pembelajaran yang efektif dapat diukur melalui kualitas hasil belajar
yang diperoleh oleh siswa. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suparlan
(2008:23) “Rerata skor yang diperoleh oleh siswa kemudian diambil sebagai satu
ukuran keefektifan pengajaran”. Menurut Wexley dan Latham (1991) dalam
Warno Widodo (2006:19) mengemukakan bahwa efektivitas dapat dinyatakan
dalam bentuk kuantitatif, yang merupakan perbandingan antara hasil nyata dengan
hasil ideal yang ingin dicapai. Pembelajaran menggunakan pendekatan yang baru
dapat diketahui keefektifannya apabila kualitas hasil belajarnya dibandingkan
dengan kualitas hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan yang biasa
diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Apabila hasil belajar siswa
menggunakan pendekatan baru lebih bagus dan lebih tinggi kualitasnya
dibandingkan hasil belajar siswa pada pendekatan yang biasa diterapkan, maka
dapat dikatakan bahwa pendekatan baru tersebut merupakan pembelajaran efektif
yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, pembelajaran
menggunakan pendekatan yang biasa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan standar pembanding/kontrol pembelajaran.
Biologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan memiliki ciri atau
karakteristik yang tersendiri yang memberikan spesifikasi watak dibandingkan
commit to user
commit to user
9
dari rasa penasaran manusia mengenai lingkungan dan dirinya sendiri terutama
mengenai kelangsungan jenisnya. Menurut Nuryani (2005:12) “Biologi
merupakan ilmu yang cukup tua, karena sebagian besar berasal dari keingintahuan
manusia tentang dirinya, lingkungannya, dan tentang kelangsungan jenisnya”.
Pembelajaran biologi pada saat ini idealnya tidak hanya difokuskan pada upaya
mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan menggunakan
segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau
memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi
yang dipelajari khususnya yaitu biologi.
Pembelajaran sains biologi lebih menekankan kegiatan yang
mengembangkan konsep dan keterampilan proses. Proses pembelajaran sains
termasuk didalamnya sains biologi, pada dasarnya merupakan interaksi antara
siswa (subyek) dengan objek yang berupa benda dan kejadian alam, proses
maupun produk. Sebagai konsekuensinya maka pembelajaran sains biologi pada
hakikatnya bukanlah usaha untuk menciptakan interaksi langsung antara guru dan
siswa tetapi merupakan usaha menciptakan interaksi antara siswa dengan objek
belajar.
Pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang berlangsung setiap saat baik
disengaja maupun tidak disengaja. Proses pembelajaran tersebut akan memperoleh
suatu hasil. Hasil dari suatu kegiatan belajar disebut hasil belajar. Oleh para ahli
belajar, hasil belajar dapat disebut juga dengan hasil pengajaran. Sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Sardiman (2005:19) “Setiap proses belajar-mengajar akan
diperoleh suatu hasil yang disebut hasil pengajaran atau hasil belajar”. Pada
hakikatnya hasil belajar menurut Ella Yulaelawati (2004:21) mencerminkan
kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pengalaman belajar dalam
kompetensi dasar. Menurut Made Wena (2009:6) “Hasil pembelajaran adalah
semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan
strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda”. Maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu hasil dalam proses belajar-mengajar yang
commit to user
commit to user
kompetensi dasar dan merupakan indikator tentang nilai dari penggunaan strategi
pembelajaran.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu.
Ciri-ciri tersebut menurut Mulyasa (2004:189-190) sebagai berikut: perubahan bersifat
intensional yang merupakan pengalaman atau praktek latihan dengan sengaja dan
disadari, perubahan bersifat positif sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria
keberhasilan baik dipandang dari segi siswa maupun guru, dan perubahan bersifat
efektif berupa perubahan hasil belajar yang relatif tetap.
Adapula yang mengartikan hasil belajar merupakan mengingat suatu hal.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2005:141) bahwa ”Mengingat
sesuatu sebagai hasil belajar”. Belajar dapat diketahui apabila hasilnya dapat
diperlihatkan. Seorang dapat dikatakan telah belajar apabila mampu mengingat
sesuatu yang telah dipelajarinya walau dalam waktu yang singkat. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar siswa. Menurut Mulyasa
(2004:190) faktor tersebut digolongkan menjadi empat, yaitu: bahan atau materi
yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi siswa.
b. Ranah-ranah Hasil Belajar
Hasil belajar dikelompokkan menjadi beberapa ranah, yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ella Yulaelawati (2004: 59-61)
mengemukakan bahwa ranah pemahaman dibagi menjadi tiga yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan
pengetahuan sederhana terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah
ke penilaian yang lebih kompleks sebagai tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan
tersebut terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri
dari 5 aspek yaitu penerimaan, penanggapan, perhitungan, pengelolaan, dan
bermuatan nilai. Ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan bertindak yang
terdiri dari lima aspek yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan tanggap,
commit to user
commit to user
11
Berkaitan dengan kemampuan yang diperoleh sebagai hasil belajar,
Taksonomi Bloom menurut Wenno (2008:36-38) membagi hasil belajar dalam
tiga ranah atau kawasan yaitu: Ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif
(affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Ranah kognitif
mencakup mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mengkreasi/mencipta. Ranah afektif mencakup penerimaan, partisipasi,
penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup; serta ranah
psikomotor terdiri dari: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang
terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Berbagai cara untuk mengklasifikasikan kompetensi pendidikan telah
dikembangkan oleh Bloom, yang mendefinisikan seluruh kompotensi pendidikan
menjadi tiga aspek: (1) aspek kognitif; (2) aspek afektif; (3) aspek psikomotorik.
Masing-masing aspek didefinisikan sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan penalaran dan dapat dengan mudah
diamati dengan menggunakan tes. Ranah kognitif terdapat tingkatan yang mulai
dari hanya bersifat pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses
intelektual yang tinggi yaitu create. Dimensi proses kognitif (Anderson dan
Krathwol, 2001:31) terdiri atas enam jenjang, dari yang rendah ke yang tinggi
yaitu mengingat (C1); mengerti (C2); mengaplikasi (C3); menganalisis (C4);
mengevaluasi (C5); dan mencipta (C6). Kategori yang sederhana harus dikuasai
terlebih dahulu sebelum meningkat ketingkat kategori yang lebih sulit
berikutnya. Adapun enam kategori dimensi proses kognitif antara lain yaitu:
(1) Mengingat (remember), mendapatkan kembali pengetahuan dari memori yang sudah lama seperti kemampuan mengenal dan mengingat kembali; (2) Mengerti (understand), mengkonstruksi arti dari pesan pembelajaran meliputi komunikasi lisan, tertulis dan grafis. Mengerti terdiri dari: menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menerangkan; (3)
commit to user
commit to user
menghubungkan; (5) Mengevaluasi (evaluate), membuat pendugaan atas dasar kriteria dan standar, meliputi mengecek dan mengkritik; (6) Mengkreasi (create), memadukan unsur-unsur membentuk kesatuan yang kohern atau fungsional, reorganisasi unsur-unsur menjadi suatu pola atau struktur baru. Mengkreasi meliputi: menggeneralisasi, merencanakan, dan memproduksi.
Menurut Ella Yulaelawati (2004:59-61) keenam tingkatan tersebut adalah
C1 (pengetahuan) merupakan kemampuan mengingat hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya; C2 (pemahaman) merupakan kemampuan memahami materi; C3
(penerapan) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari dan dipahami ke dalam situasi yang nyata; C4 (analisis) merupakan
kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam komponen-komponen yang lebih
terstruktur dan mudah dipahami; C5 (sintesis) merupakan kemampuan untuk
mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bagian yang utuh dan menyeluruh;
C6 (penilaian) merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai
suatu materi untuk tujuan tertentu.
2) Ranah Afektif
Hamzah B. Uno, Herminanto Sofyan, dan I Made Candiasa (2001: 9-10)
mengemukakan bahwa tingkatan ranah afektif ada lima, dari yang paling
sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut: Kemauan menerima,
merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu;
kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang merujuk pada partisipasi aktif
dalam kegiatan tertentu; berkeyakinan adalah suatu sikap yang berkenaan dengan
kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu; mengorganisasi,
berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda
berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi; tingkat karakteristik
(pembentukan pola), menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang
dipegangnya.
Ranah afektif oleh Krathwohl dan kawan-kawan (1989) dalam Syaiful
Sagala (2009:54-56) ditaksonomi lebih rinci ke dalam lima jenjang yaitu:
(1) receiving atau attending adalah kepekaan seseorang dalam menerima
commit to user
commit to user
13
yang dimiliki seseorang untuk berpartisipasi secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara; (3)
valuing (menghargai) artinya memberikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawakan kerugian atau penyesalan; (4) organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum; (5) characterization by a value or
value complex (karakteristik dengan suatu nilai atau komplek nilai) yaitu
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Ella Yulaelawati (2004:61-63) mengurutkan ranah afektif berdasarkan
penghayatan. Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan
seseorang beralih dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengatur
perilakunya secara konsisten terhadap sesuatu. Ranah afektif terdiri dari
tingkatan-tangkatan (hierarki), yaitu: A1 (penerimaan) merupakan kesadaran dan
kepekaan; A2 (penanggapan) merupakan kemampuan memberikan
tanggapan/respon terhadap suatu gagasan; A3 (penilaian/perhitungan) merupakan
kemampuan memberi penilaian atau perhitungan terhadap gagasan; A4
(pengaturan/pengelolaan) merupakan kemampuan mengatur/mengelola hubungan
dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki; A5 (bermuatan
nilai) merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang secara
konsisten sejalan dengan nilai/seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara
mendalam.
3) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor menurut Hamzah B Uno dkk (2001: 10-13) adalah
persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan;
kesiapan, merupakan perilaku persiapan atau kesiapan untuk kegiatan pengalaman
tertentu; gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti
suatu model dan meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai
menguasainya; gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respon
yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga menampilkan suatu
kemahiran; gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang ada pada tingkat
commit to user
commit to user
membagi ranah psikomotorik dari tingkatan yang paling sederhana menuju ke
tingkatan yang lebih kompleks. Tingkatan-tingakatan tersebut yaitu: P1 (gerakan
reflex) yaitu tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus;
P2 (gerakan dasar) yaitu pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan
campuran gerakan reflex dan gerakan yang lebih kompleks; P3 (gerakan
tanggap/perceptual) yaitu penafsiran terhadap segala rangsang yang membuat
seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya; P4 (kegiatan fisik)
yaitu kegiatan yang memerlukan kekuatan otot, kekuatan mental, ketahanan,
kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara; P5 (komunikasi tidak berwacana)
merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh.
Domain psikomotor berdasarkan taksonomi Dave (1969) yang
dijabarkan oleh Mohan (2007:43) mencakup kemampuan dalam
mengkoordinasikan gerakan fisik dan menggunakan motoris. Untuk
memperoleh kemampuan tersebut memerlukan pelatihan dan pembiasaan dan
pengukuran yang mencakup tentang kecepatan, jarak prosedur dan teknik
pelaksanaan. Domain psikomotor meliputi lima kategori utama yaitu: (1)
Meniru/imitation; (2) Memanipulasi/manipulation; (3) Ketepatan
gerakan/precision; (4) Artikulasi/articulation; dan (5) Naturalisasi/naturalisation.
2. Pendekatan Pembelajaran
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Kadang pendekatan dianggap sama dengan metode, padahal tidaklah
demikian. Menurut Nuryani (2005:92) ”Metode dibedakan dari pendekatan”.
Pendekatan (approach) menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan
metode (method) lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Pendekatan
merupakan titik toalak/sudut pandang dalam pembelajaran, sedangkan metode
merupakan implementasi dari pendekatan pembelajaran. Pelaksanaan suatu
pendekatan yang direncanakan untuk proses pembelajaran, dapat menggunakan
satu atau beberapa macam metode. Demikian pula dengan metode, dapat
merealisasikan beberapa pendekatan atau dalam arti lain suatu metode dalam
commit to user
commit to user
15
metode eksperimen dapat digunakan oleh pendekatan ketrampilan proses dan
pendekatan konsep.
Pendekatan dalam proses pembelajaran menurut Wenno (2008:50)
merupakan teknik guru dalam menyajikan berbagai materi. Hal ini dilakukan agar
proses pembelajaran yang berlangsung benar-benar dapat berjalan dengan efektif
dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan targetnya.
Pendekatan dapat dilakukan dengan baik, jika guru dapat memahami materi yang
akan disajikan dan disesuaikan dengan tipe belajar siswa.
Smith (2009:12-13) menyatakan “Pendekatan pembelajaran mengacu pada
metode-metode yang digunakan oleh siswa dalam belajar yang terkait dengan
teknik-teknik memperbaiki memori agar bisa lebih baik dalam belajar atau
memperkirakan strategi-strategi dalam menghadapi ujian”. Sebagian strategi
pembelajaran mencakup perubahan-perubahan pada desain pengajaran
disesuaikan dengan kompetensi dasar. Sehingga penggunaan pendekatan yang
sesuai dalam pembelajaran mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Menurut Syaiful Sagala (2009:69) “Pendekatan pembelajaran merupakan
jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional
untuk suatu satuan instruksional tertentu”. Tujuan instruksional tersebut dapat
diamati dalam bentuk hasil belajar siswa. Wina Sanjaya (2006:126) menyatakan
bahwa “strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan
dalam pembelajaran serta disusun untuk mencapai tujuan tertentu”. Dalam
pendekatan penggunaan beberapa metode yang sesuai dan disertai penggunaan
berbagai sumber daya akan menghasilkan suatu hasil belajar yang optimal
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
b. Pendekatan Inkuiri
1) Pengertian Pendekatan Inkuiri
Pertimbangan penggunaan strategi/pendekatan inkuiri biologi dalam
pembelajaran menurut Made Wena (2009:66-67), yaitu: khusus dirancang untuk
mata pelajaran biologi dan dalam hasil penelitian telah terbukti dapat
commit to user
commit to user
sistematis sehingga mudah diterapkan oleh guru; dan dirancang dengan
memadukan ketepatan strategi pembelajaran dengan cara otak bekerja selama
proses pembelajaran. Mata pelajaran biologi sebagai bagian dari sains, menuntut
kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif.
Namun dalam kenyataan saat ini siswa cenderung menghafal dibandingkan
memahami, padahal pemahaman merupakan modal dasar bagi penguasaan
selanjutnya. Siswa dikatakan memahami apabila siswa dapat menunjukkan unjuk
kerja pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada
konteks yang sama maupun pada konteks yang berbeda.
Pendekatan inkuiri menurut Chiapetta dan Koballa (2010:131)
berhubungan dengan pendekatan ketrampilam proses dan kemampuan investigasi.
Kemampuan ini terdiri dari observasi, mengklasifikasikan, menduga-duga,
pengukuran, menggunakan angka, meramalkan, mendefinisikan secara
operasional, pembentukan model, pengontrolan variabel, interpretasi data,
menyusun hipotesis, dan melaksanakan percobaan. Hal ini akan mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan siswa dalam memecahkan suatu masalah, belajar
mandiri, dan lebih menghargai sains. Kemampuan memecahkan masalah
(investigasi) siswa mampu melatih kemampuan siswa dalam berpikir untuk
mencari suatu informasi. Menurut Paul Suparno (2007:67) menyatakan bahwa di
dalam pendekatan inkuiri, siswa dilibatkan untuk berpikir dan menemukan
pengertian yang ingin diketahuinya, menemukan jawaban dari suatu pertanyaan
melalui langkah-langkah yang sistematis. Yang utama dari pendekatan inkuiri
adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan
berpusat pada keaktifan siswa.
Pendekatan inkuiri sains menurut Wenno (2008:61) adalah sesuatu yang
sangat menantang dan melahirkan interaksi anatara yang diyakini siswa
sebelumnya terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih
baik, melalui proses dan metode eksplorasi untuk menguji gagasan-gagasan baru.
Tentu saja hal ini melibatkan sikap-sikap untuk mencari penjelasan dan
menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, objektif, jujur,
commit to user
commit to user
17
menitikberatkan pengembangan cara berpikir ilmiah. Pada pendekatan inkuiri
menempatkan siswa lebih banyak belajar mandiri, mengembangkan kreatifitas
dalam pemecahan masalah, dan diberi bantuan oleh guru berupa pertanyaan yang
membimbing.
Menurut Trianto (2007:135) “Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, analogis, analitis sehingga siswa
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”. Inkuiri
merupakan pendekatan instruksional dimana dalam proses pembelajaran, siswa
dihadapkan pada suatu masalah. Bentuk pendekatan pembelajaran yang memberi
motivasi kepada siswa untuk menyelidiki masalah-masalah yang ada dengan
menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah dalam rangka mencari
penjelasan-penjelasannya. Maksud utama dari pengajaran ini adalah untuk
menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan penemuan ilmiah (Scientific
Inquiry). Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan yang melibatkan siswa secara
aktif dalam menemukan suatu konsep. Pembelajaran inkuiri menurut Sofan Amri
dan Lif Khoiru Ahmadi (2010:200) merupakan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis
sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri”. Sehingga pendekatan inkuiri mampu menimbulkan rasa percaya diri dalam
diri siswa karena siswa mampu menemukan suatu konsep sendiri dan melatih
siswa untuk belajar mandiri. Pemahaman yang diperoleh siswa mampu membekas
lebih lama dibandingkan pendekatan pembelajaran konvensional disebabkan
konsep yang diperoleh bukan berasal dari informasi guru melainkan informasi
tersebut diperoleh oleh siswa sendiri.
Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban yang mempersyaratkan
siswa melakukan serangkaian kegiatan intelektual agar pengalaman ataupun
masalah dapat dipahami. Karena itu, inkuiri menekankan pada adanya inisiatif
siswa untuk mengalami proses belajarnya sendiri. Pendekatan ini bertolak dari
commit to user
commit to user
dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Proses pembelajaran dipandang sebagai stimulus yang dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Sesuai dengan pendapat
Syaiful Sagala (2008:196) ”Pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar
yang berusaha meletakkan dasar dan pengembangan cara berpikir ilmiah,
pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kekreatifan dalam memecahkan masalah”.
Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri menurut
Nuryani (2005:95) berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi
yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan
teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian. Dalam pendekatan inkuiri berarti
guru merencanakan situasi sehingga siswa terdorong untuk menggunakan
prosedur yang digunakan oleh para ahli penelitian untuk mengenali masalah,
mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan
pemaparan yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang
pengalaman.
Inkuiri menyediakan beraneka ragam pengalaman konkrit dan
pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang serta peluang bagi
siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan ketrampilan pemecahan
masalah, pengambilan putusan, dan penelitian sehingga memungkinkan bagi
siswa menjadi pelajar sepanjang hayat. Menurut Tedjo Susanto (2001:38) “Inkuiri
dimulai dengan peristiwa yang membingungkan yang mendorong individu
mengerti arti/maknanya”. Secara ilmiah siswa ingin mengerti sesuatu yang
dihadapinya. Untuk mengerti inilah, siswa harus memiliki proses berpikir yang
kompleks dan lebih terampil menghubung-hubungkan data menjadi
konsep-konsep dan mampu menggunakannya ke dalam prinsip-prinsip yang lebih kausal.
Jadi pada pendekatan inkuiri lebih dipentingkan proses dan strategi daripada isi
dan penjelasan-penjelasan dari situasi suatu problem. Dan yang lebih penting
yaitu mengantarkan siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan adalah percobaan
commit to user
commit to user
19
Pendekatan inkuiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan
investigasi/pemecahan masalah. Sarkar dan Frazier (2008:30) “Penerapan
investigasi dalam pendekatan inkuiri membuktikan bahwa siswa memiliki
ketertarikan, rasa penasaran, dan pengetahuan”. Selain itu, investigasi membuat
pendekatan inkuiri menjadi lebih bermakna karena dapat diaplikasikan dalam
konteks nyata, tidak membatasi, tidak memutuskan hubungan, bukan imaginasi
atau model abstrak.
Pendekatan inkuiri memiliki beberapa fungsi di dalam proses
pembelajaran. Beberapa fungsi pendekatan inkuiri menurut Nanang dan Cucu
(2009:78), yaitu: membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar;
membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran; membangun sikap percaya diri dan terbuka
terhadap hasil temuannya. Sehingga dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri membutuhkan keaktifan siswa dalam menemukan suatu
temuan atau konsep yang akan menimbulkan rasa percaya diri dan terbuka.
Berdasarkan fungsi pendekatan inkuiri tersebut, menunjukkan bahwa pendekatan
inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa (
student-centered)
2) Macam-Macam Pendekatan Inkuiri
Banyak ahli yang mempelajari mengenai pendekatan inkuiri dan
membaginya menjadi beberapa macam. Misalnya Nuryani (2005:95) yang
membagi inkuiri menjadi dua, yaitu: inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan
inkuiri bebas atau inkuiri terbuka (free inkuiri). Pada inkuiri terbimbing (guided
inquiry) guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Inkuiri terbimbing dapat
dilakukan pada awal suatu pelajaran untuk siswa yang belum terbiasa, untuk
kemudian dapat diikuti oleh open-endedinquiry atau inkuiri terbuka. Pada inkuiri
terbuka, guru bertindak sebagai fasilitator, pertanyaan diajukan oleh siswa dan
pemecahannya pun dirancang oleh siswa. Hasil dari pemecahan mungkin
mengarah pada pertanyaan baru yang merupakan pengembangan dari masalah
commit to user
commit to user
Selain itu, Mulyasa (2005:108-109) membagi pendekatan inkuiri menjadi
tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1) Inkuiri terbimbing (guided inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing; 2) Inkuiri bebas (free inquiry), pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan; 3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry), pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Untuk lebih jelasnya, macam-macam pendekatan inkuiri dijelaskan secara
rinci sebagai berikut:
a) Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Jika siswa belum berpengalaman untuk belajar inkuiri sebaiknya pada
permulaan satuan belajarnya amat terstruktur atau dengan kata lain menggunakan
pendekatan inkuiri terbimbing. Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan salah
satu bentuk pendekatan inkuiri, yang mana situasi belajarnya terstruktur sehingga
siswa dapat mengarahkan usahanya dengan baik. Dalam pembelajaran dengan
pendekatan ini, guru memberikan panduan terstruktur untuk mengantarkan siswa
menemukan konsep. Hal inilah yang membedakan bentuk pendekatan inkuiri
terbimbing dengan bentuk inkuiri yang lainnya. Pendekatan inkuiri terbimbing
cocok diterapkan karena adanya perbedaan-perbedaan individu dalam kelas.
Inkuiri terbimbing menurut Paul Suparno (2007:68) merupakan inkuiri
yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberi
petunjuk baik lewat prosedur lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan
selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya jawabannya, sehingga siswa
tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan
persoalan dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu dengan prosedur tertentu
yang diarahkan oleh guru. siswa dalam menyelesaikan persoalan menyesuaikan
dengan prosedur yang ditetapkan oleh guru. Campur tangan guru misalnya dalam
pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa data dan siswa tinggal
commit to user
commit to user
21
kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Dengan pendekatan inkuiri
terbimbing, kesimpulan akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.
Menurut Nanang dan Cucu (2009:77) mengemukakan bahwa inkuiri
terbimbing adalah pendekatan yang pelaksanaannya atas petunjuk guru. Guru
mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, bertujuan untuk mengarahkan
siswa ke titik kesimpulan yang diinginkan. Selanjutnya, siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.
Pendekatan inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi
siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar. Pada tahap-tahap awal pengajaran
diberikan bimbingan lebih banyak yaitu belajar pertanyaan-pertanyaan pengarah
agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Pertanyaan bisa
berupa lisan maupun tertulis. Menurut Chiapetta dan Koballa (2010:125)
menyatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing merupakan pemberian struktur,
arahan, isyarat/petunjuk oleh guru kepada siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Tantangan yang akan dirasakan oleh guru yaitu saat memberi
bantuan informasi kepada siswa namun tidak berupa pernyataan secara langsung
melainkan berupa pertanyaan yang membimbing.
b) Pendekatan Inkuiri yang Dimodifikasi
Metode ini berlainan dengan metode “guided inquiry”, yaitu guru hanya
memberikan problem saja dan kemudian siswa diundang untuk memecahkan
problem tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan/atau melalui melalui
prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Guru hanya menyajikan
problem dan biasanya menyediakan bahan atau alat-alat yang diperlukan untuk
memecahkan masalah tersebut. Kemudian siswa diberi kebebasan yang cukup
luas untuk memecahkan problemnya. Menurut Joice dan Weil (2000:176)
mengemukakan bahwa tujuan dari inkuiri yaitu untuk membantu siswa
mengembangkan proses mental dan kemampuan berpikir yang dibuuhkan untuk
memunculkan suatu pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut
commit to user
commit to user
Di dalam pendekatan inkuiri yang telah dimodifikasi, siswa harus didorong
untuk memecahkan problem-problem dalam kerja kelompok maupun perorangan.
Guru merupakan narasumber yang tugasnya memberikan bantuan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa siswa tidak menjadi frustasi atau gagal. Bantuan yang
diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa mengerti
arah pemecahan suatu problem, bukannya menjelaskan tentang apa yang harus
dilakukan.
Menurut Nanang dan Cucu (2009:77) menyatakan bahwa inkuiri yang bebas
dimodifikasi/modified free inquiry adalah masalah yang diajukan guru didasarkan
teori yang sudah dipahami siswa. Tujuannya untuk melakukan penyelidikan
dalam membuktikan kebenarannya. Dalam suatu pendekatan inkuiri yang telah
dimodifikasi, siswa harus didorong untuk memecahkan masalah sains dalam kerja
kelompok atau perseorangan. Guru merupakan narasumber yang tugasnya harus
memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswa tidak menjadi
frustasi atau gagal. Bantuan yang diberikan dalam pendekatan inkuiri harus
berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang memungkinkan siswa dapat
berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat.
3) Keunggulan Inkuiri
Beberapa keunggulan mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri
menurut Nanang dan Cucu (2009:79) antara lain adalah: membantu siswa untuk
mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif;
memperoleh pengetahuan secara individual; membangkitkan motivasi dan gairah
belajar siswa; memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan dan minat; memperkuat dan menambak kepercayaan diri karena
pembelajaran berpusat kepada siswa/student centered dengan peran guru yang
sangat terbatas. Wina Sanjaya (2006:208) mengemukakan beberapa kelebihan
pendekatan inkuiri sebagai berikut: pendekatan ini menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang; dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya;
merupakan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
commit to user
commit to user
23
berkat adanya pengalaman; dan pendekatan ini dapat melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan belajar bagus sehingga tidak terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar.
4) Kelemahan Inkuiri
Selain terdapat keunggulan, menurut Nanang dan Cucu (2009:79)
pendekatan inkuiri juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: siswa harus
memiliki kesiapan dan kematangan mental; jumlah siswa yang banyak
menyebabkan hasil yang dicapai menggunakan pendekatan ini tidak memuaskan;
guru dan siswa yang terbiasa dengan pendekatan konvensional menyebabkan
pendekatan ini mengecewakan; pendekatan ini lebih mementingkan proses
penemuan konsep, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan ketrampilan
siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006:208) menyebutkan kelemahan pendekatan
inkuiri, yaitu: dalam penggunaannya sulit dalam mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa, sulit dalam perencanaan pembelajarannya karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar, dan dalam pengimplementasiannya
membutuhkan waktu yang sangat panjang.
5) Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri melalui langkah-langkah menggunakan prinsip metode
ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu prinsip, hukum, ataupun teori.
Langkah-langkah pendekatan inkuiri menurut Paul Suparno (2007:65-66) yaitu:
merumuskan persoalan, membuat hipotesis, melakukan percobaan untuk
mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh, dan mengambil
kesimpulan dari kebenaran hipotesis. Proses/langkah-langkah pendekatan inkuiri
dapat disebut juga proses pendekatan induktif, yaitu dari pengalaman lapangan
untuk mencari generalisasi dan konsep umum.
Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan inkuiri menurut Nanang dan
Cucu (2009:78) yang harus diperhatikan antara lain:
1. mengidentifikasi kebutuhan siswa;
commit to user
commit to user
4. menentukan peranan yang akan dilakukan masing-masing peserta didik; 5. mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan
diselidiki dan ditemukan; 6. mempersiapkan setting kelas;
7. mempersiapkan fasilitas yang diperlukan;
8. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan;
9. menganalisis sendiri atas data temuan;
10. merangsang terjadinya dialog interaktif antar peserta didik;
11. memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan penemuan;
12. memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya.
Berdasarkan National Research Council (Smith, Thomas. M, Laura M
Desimone; Timothy L Zeidner; Alfred C Dunn, 2007:171) menyusun kriteria yang
termasuk ke dalam delapan kriteria khusus pendekatan inkuiri di dalam kelas
tingkat sekolah menengah yaitu:
a. Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dipecahkan melalui investigasi sains
b. Mendesain dan menyusun investigasi sains
c. Menggunakan perlengkapan dan teknik tertentu untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasikan data.
d. Berpikir kritis dan logis untuk membuat hubungan antara bukti dan penjelasannya.
e. Mengenali dan menganalisa penjelasan dan dugaan alternatif f. Mengkomunikasikan prosedur ilmiah dan penjelasannya g. Menggunakan metematika di semua aspek inkuiri sains.
Trianto (2007:142) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan
untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: Mengajukan
pertanyaan atau permasalahan; merumuskan hipotesis, merupakan jawaban
sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data;
Mengumpulkan data, yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik;
Analisis data, siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dengan menganalisis data yang telah diperoleh; Membuat kesimpulan, merupakan
langkah penutup dari pembelajaran inkuiri yang berdasarkan data yang diperoleh
siswa. Smith et all (2007:170) juga menyatakan bahwa jenis pembelajaran
commit to user
commit to user
25
standar dalam proses pembelajaran aktif, yang meliputi: mengamati (observation);
mengajukan pertanyaan; mengumpulkan buku dan informasi lain yang sudah ada;
merencanakan investigasi/penelitian; mempelajari kembali hasil dari percobaan
yang telah dilakukan sebagai pembuktian; menggunakan perlengkapan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data; memberikan
jawaban, penjelasan, dan dugaan; dan mengkomunikasikan hasilnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pendekatan inkuiri manggunakan metode ilmiah dalam
menyelidiki atau memcahkan suatu masalah.
Inkuiri menurut Joyce dan Weil (2000:179) memiliki lima fase yaitu:
confrontation, data gathering, experimentation, organize, dan analyze. Berarti
dalam melakukan inkuiri dibutuhkan konfrontasi (confrontation) siswa terhadap
situasi yang membingungkan dan menjadi masalah yang harus dipecahkan dan di
cari solusinya. Untuk mencari pemecahannya dibutuhkan pengumpulan data-data
(data gathering), kemudian setelah data terkumpul dibuktikan menggunakan suatu
percobaan (experimentation). Dari percobaan tersebut, siswa memperoleh dan
menyusun informasi baru (organize) dan mencoba untuk membahasnya. Setelah
itu, siswa menganalisa data (analyze) untuk memperoleh strategi pemecahan
masalah menggunakan inkuiri.
Didukung pendapat yang dikemukakan oleh Tedjo Susanto (2001:39),
langkah-langkah pendekatan inkuiri terdiri dari lima fase, yaitu: fase berhadapan
dengan masalah; fase pengumpulan data untuk klasifikasi;