• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

commit to user

i

IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

ASTRI SETIAWATI

K430604

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

commit to user

ii

IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh:

ASTRI SETIAWATI

K4306004

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd

(4)

commit to user

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk mamenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Muzayyinah, M.Si ...

Sekretaris : Riezky Maya Probosari, S.Si, M.Si ...

Anggota I : Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd ...

Anggota II : Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd

(5)

commit to user

commit to user

v

ABSTRAK

Astri Setiawati. IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL

BELAJAR BIOLOGI SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN

PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ranah kognitif; (2) Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ranah afektif; (3) Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ranah psikomotor; (4) Pendekatan pembelajaran yang pengaruhnya paling bagus terhadap hasil belajar biologi, (5) Pendekatan pembelajaran yang pengaruhnya paling efektif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Experiment) menggunakan randomized control only design. Pendekatan inkuiri dan pendekatan konvensional sebagai variabel bebas dan hasil belajar biologi sebagai variable terikat. Sampel pada penelitian ini ada tiga kelas, yaitu kelas X-1 sebagai kelas kontrol, kelas X-2 sebagai kelas eksperimen I, dan kelas X-3 sebagai kelas ekperimen II. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Teknik pengambilan sampel dengan

Cluster Random Sampling”. Teknik pengumpulan data hasil belajar siswa

menggunakan teknik tes, dokumentasi, dan angket. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisa satu jalan dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Hasi dari penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: 1) Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah kognitif; 2) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah afektif; 3) Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah psikomotor. Selain itu, pendekatan yang paling efektif adalah pendekatan modified free inquiry.

(6)

commit to user

commit to user

vi

ABSTRACT

Astri Setiawati. THEIMPLICATION OF INQUIRY APPROACH TOWARD

STUDENT’S ACHIEVEMENT OF STUDYING BIOLOGY ON X GRADE

OF SMA NEGERI 2 SURAKARTA YEAR 2009/1010. Thesis, Surakarta:

Biology Education Department of Teacher Training and Education Faculty of

Sebelas Maret University of Surakarta, October 2010.

Keywords : inquiry approach, achievement of Study in Biology

This research aims are to find out: 1) the influence of inquiry approach toward student’s achievement in cognitive domain; 2) the influence of inquiry approach toward student’s achievement in affective domain; 3) the influence of inquiry approach toward student’s achievement in pshycomotor domain; 4) the best approach toward student’s achievement; and 5) the most effective approach toward student’s achievement of studying biology on X grade of SMA Negeri 2 Surakarta.

This research is a quasi experiment research with randomized control only design using inquiry approach and conventional approach as independent variables and student’s achievement of study biology as the dependent variable. Here, it is acquired three classes as the samples, there are the student’s of class X-1 as the control class, student’s of class X-2 as the first experimental class, and student’s of class X-3 as the second experimental class. The population of this research is all of the student’s was X grade of SMA Negeri 2 Surakarta. The sample of this research was established by cluster random sampling. The techniques for collecting data are by using test, questionnaire, and documentation. The data were analyzed by anova and then by scheffe test.

(7)

commit to user

commit to user

vii

MOTTO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh

jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh

mengetahui, sedang kamu tidak. (QS. Al Baqarah: 216)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyiroh: 5)

Hadapi semua dengan senyuman (Dewa)

“Talk Less Do More”

Yakinlah ”SAYA BISA!!!”

Jangan Bilang Menyerah Sebelum Kamu Mencobanya

Do The Best and Keep Spirit

If you want to plan for a year, plant a seed

If for ten years , plant a tree

If for a hundreds years, teach the people

When you plant a seed, you will reap a single harvest

When you teach the people, you will reap a hundred harvests (IBRD,

WORLD DEVELOPMENT REPORT, 1991)

(8)

commit to user

commit to user

viii

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ibu, Ibu, dan Ibuku tersayang, wanita yang telah melahirkanku,

merawatku, mendukungku, menyayangiku, dan selalu mendoakanku tanpa

lelah...yang telah sabar menunggu kelulusanku...

Bapak, atas nasihat dan segala pengertian Bapak…terima kasih

sedalam-dalamnya...

Bapak dan Ibu di Sragen yang telah merawatku dan memberiku tempat

tinggal. Terima kasih atas segala kebaikan yang kalian berikan kepadaku.

Mbak Asri dan Mbak Tuti yang selalu mengingatkanku, memarahiku untuk

kebaikanku, membantuku, dan mendukungku baik tenaga, biaya dan

waktu....terima kasih....maaf selalu menguji kesabaran kalian....

Kiki dan Yayuk, adik-adiku yang tersayang....terima kasih atas kritik dan

sarannya....aku sayang kalian...

Bu Alvi dan Pak Bowo, terima kasih atas bimbingan, waktu, dan

nasehatnya…

Yulinda Ariesta terima kasih atas bimbingan dan bantuannya dalam

mengolah data. Karenamu aku bisa dan paham cara mengolah data

melalui SPSS...kamu adalah guruku sekaligus temanku yang terbaik...

Agung, Triliana, Ichan, R. Dyah, Hayuk, Putri, Ulpi, Amin, Rinawati,

Elvin terimakasih atas nasihat, bantuan, dan semangat yang kalian

berikan

Teman-teman seperjuangan Biologi Education 2006 Community, terima

kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang tak akan terlupakan.

Semoga kebersamaan kita terjaga selama-lamanya.

Teman-teman NGAPAKERS di Surakarta (Cilacap Community) yang

selalu memberikan saran, kritik, bantuan, semangat, dan dukungan agar

segera pendadaran....Hidup NGAPAKERS....hope we always together....

Someone yang selalu menyemangatiku dan memotivasiku...

Almamater.

(9)

commit to user

commit to user

ix

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang

memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat

menyelesaikan proposal dengan judul ”IMPLIKASI PENGGUNAAN

PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam

mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.

5. Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd, selaku pembimbing II yang selalu memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penelitian.

6. Kepala SMA Negeri 2 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat

guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 2 Surakarta, yang telah memberi

bimbingan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.

8. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

(10)

commit to user

commit to user

x

Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Oktober 2010

(11)

commit to user

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

ABSTRAK v

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Pembatasan Masalah 4

D. Perumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 6

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka 7

1. Hasil Belajar Biologi 7

2. Pendekatan Pembelajaran 14

B. Kerangka Berpikir 31

C. Hipotesis 34

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 35

(12)

commit to user

commit to user

xii

2. Waktu Penelitian 35

B. Populasi Dan Sampel 35

1. Populasi Penelitian 35

2. Sampel Penelitian 36

C. Teknik Pengumpulan Data 36

1. Variabel Penelitian 36

2. Metode Pengumpulan Data 36

3. Teknik Penyusunan Instrumen 37

4. Analisis Instrumen 39

D. Rancangan Penelitian 44

E. Teknik Analisis Data 44

1. Uji Keseimbangan 45

2. Uji Prasyarat 46

3. Uji Hipotesis 47

4. Uji Lanjut Anava 48

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data 49

B. Analisis Data 52

C. Pengujian Hipotesis 54

D. Pembahasan Hasil Analisis Data 59

Bab V. Simpulan, Implikasi, Dan Saran

A. Simpulan 67

B. Implikasi 67

C. Saran 67

DAFTAR PUSTAKA 69

(13)

commit to user

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbedaan Macam-Macam Pendekatan Inkuiri ... 30

Tabel 2. Perbedaan Antara Pendekatan Inkuiri dengan Pendekatan Konvensional ………..…… 31

Tabel 3. Rangkuman Uji Validitas Hasil Tes Try Out Siswa. ... 40

Tabel 4. Rangkuman Uji Reliabilitas Hasil Tes Try Out Siswa……….….41

Tabel 5. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa………… 43

Tabel 6. Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Tes Try Out Siswa…………... 44

Tabel 7. Desain Penelitian “Randomized Control Only Design……….... 44

Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Keseimbangan Kemampuan Awal... 45

Tabel 9. Deskripsi Data Postest Hasil Belajar Ranah Kognitif... 50

Tabel 10. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Afektif…………... 51

Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor ... 52

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor... 53

Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor... 53

Tabel 14. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Kognitif…. 54 Tabel 15. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Afektif…...54

Tabel 16. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Psikomotor 55 Tabel 17. Hasil Uji Lanjut Ranah Kognitif Melalui Uji Duncan (DMRT)……... 56

(14)

commit to user

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Paradigma Penelitian………... 32

Gambar 2. Perbandingan Nilai Mean Kognitif Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen 1 dan 2………...……50 Gambar 3. Perbandingan Nilai Mean Afektif Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen 1 dan 2………..….51 Gambar 4. Perbandingan Nilai Mean Psikomotor Kelompok Kontrol dan

(15)

commit to user

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian 72

Lampiran 2. Analisis Instrumen 120

Lampiran 3. Uji Keseimbangan 128

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian 134

Lampiran 5. Uji Prasyarat 149

Lampiran 6. Uji Hipotesis 161

(16)

commit to user

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia Indonesia seutuhnya. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Upaya yang telah dilakukan

antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas guru, penyediaan

perpustakaan dan laboratorium, penataan pendidikan, serta penerapan produk

teknologi.

Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis melainkan sesuatu yang dinamis

sehingga menuntut adanya suatu perbaikan yang terus menerus. Dunia pendidikan

memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajarannya. Untuk

mencapai tujuan tersebut harus dilakukan strategi yang tepat diantaranya dengan

menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta sesuai

dengan materi yang akan disampaikan, karena metode pembelajaran sangat

berperan dalam menentukan prestasi belajar siswa.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, yakni mengajar

yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik, dan belajar yang dilakukan oleh

peserta didik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka komponen dalam kegiatan

pembelajaran diantaranya adalah guru dan siswa. Guru sebagai fasilitator dan

siswa sebagai obyek dan subyek dalam pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan

lingkungan pembelajaran yang efektif perlu diciptakan oleh guru agar siswa dapat

belajar dengan baik dan mencapai hasil belajar yang optimal (Syaiful Sagala,

2009:62).

Pembelajaran biologi di SMA Negeri 2 Surakarta memperlihatkan proses

pembelajaran teacher centered yaitu semua kegiatan pembelajaran terpusat

kepada guru. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan

konvensional, sehingga strategi yang digunakan kurang bervariasi. Akibatnya

aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan ceramah guru, menghafalkan materi,

(17)

commit to user

commit to user

(LKS). Siswa belum mampu memberikan contoh dan menjelaskan kembali materi

yang dipelajari.

Hasil observasi menunjukkan bahwa pada saat pembelajaran

berlangsung, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan melakukan

aktivitas di luar proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode eksperimen

jarang digunakan, sehingga siswa lebih banyak duduk di dalam kelas. Selain itu,

sebagian besar nilai ulangan siswa masih berada di bawah nilai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) sebesar 6,5 sehingga perlu dilakukan remidi agar nilai siswa

menjadi lebih baik. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah.

Permasalahan-permasalahan tersebut harus segera diatasi agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan hasil yang optimal. Salah satu upaya adalah

dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang merupakan pendekatan

modern, yang berorientasikan student-centered. Penerapan suatu pendekatan pada

pembelajaran akan menentukan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah

disusun. Pemilihan suatu pendekatan harus disesuaikan dengan tujuan dan sifat

materi yang menjadi objek pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran modern mendudukkan siswa sebagai pusat

perhatian (student centered). Pendekatan pembelajaran modern mengacu pada

pandangan siswa sebagai subjek belajar, yang mempunyai kemampuan dasar

untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran, pemahaman materi yang lebih mendalam, menjadi pemikir yang

baik dan mampu memberikan banyak alternatif jawaban terhadap suatu

permasalahan adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri menurut Colburn

(2000: 42) tidak hanya mendikte tentang konsep, tetapi mendorong pengalaman

belajar siswa untuk memahami konsep-konsep ilmiah, yang dapat memberikan

pemahaman yang lebih mendalam, membuat konsep lebih lama diingat dan

bermakna bagi siswa. Siswa dilibatkan secara aktif, baik hands-on maupun

minds-on, dalam menemukan konsep saat pembelajaran biologi. Melakukan lebih baik

dibandingkan hanya mendengarkan karena dengan melakukan, siswa dapat

(18)

commit to user

commit to user

3

Pendekatan inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada

penyelidikan melalui proses berpikir secara sistematis. Inkuiri mengandung proses

mental yang tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan

eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data,

menarik kesimpulan. Pendekatan inkuiri bukanlah pendekatan yang baru dalam

pembelajaran biologi, karena pendekatan ini telah dikembangkan oleh BSCS

(Biological Science Curriculum Study) yang menghasilkan pola instruksional dan

kurikuler untuk digunakan di Sekolah Menengah. Esensi pembelajaran ini adalah

mengajarkan kepada pembelajar untuk menggunakan teknik yang biasa digunakan

oleh peneliti biologi, yaitu mengidentifikasi masalah dan menggunakan metode

khusus dalam memecahkan masalah tersebut (Trianto, 2009:80).

Pendekatan inkuiri menurut Nuryani (2005:95) sejalan dengan prinsip

konstruktivisme. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsepnya sendiri

dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui kegiatan observasi/eksplorasi ataupun

eksperimen. Proses perumusan konsep tersebut merupakan proses yang sangat

berarti bagi siswa untuk memahami fenomena dan peristiwa alam. Melalui

pembelajaran dengan menerapkan inkuiri diharapkan siswa mempelajari biologi

secara induktif dan konstruktif, serta mampu menyelaraskan hasil temuannya

dengan teori atau konsep yang dibahas setelah berlangsungnya pembelajaran. Hal

ini merupakan hal baru dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA N 2 Surakarta

karena guru belum pernah menerapkan pendekatan inkuiri.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri menurut Nanang

dan Cucu (2009:78) dimulai dengan suatu kejadian yang menimbulkan teka-teki,

hal ini akan memotivasi siswa untuk mencari penyelesaian atau solusi dari

teka-teki tersebut. Inkuiri sains diharapkan dapat menciptakan kegiatan sains yang

menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini

sebelumnya sebagai suatu bukti untuk mencapai pengalaman baru yang lebih

saintifik, melalui proses eksplorasi untuk mencapai gagasan baru. Pengembangan

(19)

commit to user

commit to user

pemahaman konsep yang dipelajari, keaktifan dalam proses belajar, dan

peningkatan pada hasil belajar.

Bertolak dari latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian

dengan judul:

“IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN

PELAJARAN 2009/2010”

B. Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan berdasarkan uraian

latar belakang diatas adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada

guru/teacher centered.

2. Sebagian besar siswa masih harus mengikuti remidi dikarenakan nilai

ulangan dibawah nilai KKM.

3. Sikap sebagian siswa menciptakan suasana kurang kondusif dalam

pembelajaran.

4. Aktivitas sebagian besar siswa hanya duduk.

5. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri belum pernah

diterapkan dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu

diberikan batasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi

masalah, maka pembatasan masalah dititikberatkan pada:

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dibatasi pada semua siswa kelas X SMA Negeri 2

(20)

commit to user

commit to user

5

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dibatasi pada:

a. Pendekatan pembelajaran, meliputi: konvensional, inkuiri terbimbing dan

inkuiri yang dimodifikasi.

b. Hasil belajar biologi, meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

dengan materi pokok Pencemaran Lingkungan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas serta untuk

memperjelas masalah maka dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri

terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA N 2

Surakarta?

2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri

terhadap hasil belajar biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA N 2

Surakarta?

3. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri

terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA N 2

Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar

biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.

2. Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar

biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.

3. Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar

biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.

4. Pendekatan pembelajaran yang pengaruhnya paling efektif terhadap hasil

(21)

commit to user

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sains atau biologi.

2. Memberikan masukan kepada guru dalam pemilihan pendekatan pembelajaran

agar pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student-centered) pada pokok

bahasan Pencemaran Lingkungan.

3. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga menghasilkan output yang

berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

5. Menambah kepustakaan dalam bidang pendidikan dan menjadi acuan untuk

(22)

commit to user

commit to user

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. Hasil Belajar Biologi

a. Pengertian Hasil Belajar Biologi

Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinu, proses

tersebut berupa pengalaman yang diperoleh seseorang saat menghadapi atau

memecahkan suatu masalah dalam hidupnya, bukan berupa perkembangan atau

pertumbuhan tubuh seseorang. Dari proses itu akan diperoleh sesuatu hasil yang

disebut hasil belajar. Sesuai dengan hakikat belajar yang dikemukakan oleh

Trianto (2009:15-17) “Perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman,

dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik

seseorang sejak lahir”.

Pembelajaran memiliki karakteristik yang melibatkan proses mental dan

membangun suasana dialogis yang merangsang kemampuan berpikir siswa.

Sesuai dengan pernyataan Syaiful Sagala (2009:63) bahwa pembelajaran

mempunyai dua karakteristik yaitu: proses pembelajaran melibatkan proses

mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar,

mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir dan

pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus

yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa

yang pada gilirannya kemampuan berpikir dapat membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan yang ditemukannya sendiri. Dalam pembelajaran dapat

melatih proses mental siswa yang berkaitan dengan kemampuan berpikir melalui

kegiatan diskusi atau tanya jawab secara terus menerus sehingga diperoleh suatu

konsep yang diinginkan.

Seseorang dapat melakukan aktivitas belajar melalui pengalaman yang

diperolehnya dalam memecahkan suatu permasalahan. Pengalaman dapat disebut

sebagai guru yang paling baik. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nuryani

(23)

commit to user

commit to user

dikemukakan oleh banyak ahli pendidikan. Melalui pengalaman nyatalah

seseorang belajar. Begitu juga dalam belajar sains atau biologi. Sains bukan

sekumpulan pengetahuan saja, tetapi di dalam sains terkandung hal lain. Sains

mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk berarti bahwa dalam sains

terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, teori-teori dan prinsip-prinsip yang sudah

diterima kebenarannya; proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu

proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan; sikap berarti bahwa dalam

sains terkandung sikap seperti tekun, ulet, jujur, terbuka, dan objektif; dan

teknologi berarti bahwa sains mempunyai keterkaitan dalam kehidupan

sehari-hari.

Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut terjadi

perubahan-perubahan dalam diri siswa pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Pembelajaran yang efektif dapat diukur melalui kualitas hasil belajar

yang diperoleh oleh siswa. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suparlan

(2008:23) “Rerata skor yang diperoleh oleh siswa kemudian diambil sebagai satu

ukuran keefektifan pengajaran”. Menurut Wexley dan Latham (1991) dalam

Warno Widodo (2006:19) mengemukakan bahwa efektivitas dapat dinyatakan

dalam bentuk kuantitatif, yang merupakan perbandingan antara hasil nyata dengan

hasil ideal yang ingin dicapai. Pembelajaran menggunakan pendekatan yang baru

dapat diketahui keefektifannya apabila kualitas hasil belajarnya dibandingkan

dengan kualitas hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan yang biasa

diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Apabila hasil belajar siswa

menggunakan pendekatan baru lebih bagus dan lebih tinggi kualitasnya

dibandingkan hasil belajar siswa pada pendekatan yang biasa diterapkan, maka

dapat dikatakan bahwa pendekatan baru tersebut merupakan pembelajaran efektif

yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, pembelajaran

menggunakan pendekatan yang biasa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar

merupakan standar pembanding/kontrol pembelajaran.

Biologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan memiliki ciri atau

karakteristik yang tersendiri yang memberikan spesifikasi watak dibandingkan

(24)

commit to user

commit to user

9

dari rasa penasaran manusia mengenai lingkungan dan dirinya sendiri terutama

mengenai kelangsungan jenisnya. Menurut Nuryani (2005:12) “Biologi

merupakan ilmu yang cukup tua, karena sebagian besar berasal dari keingintahuan

manusia tentang dirinya, lingkungannya, dan tentang kelangsungan jenisnya”.

Pembelajaran biologi pada saat ini idealnya tidak hanya difokuskan pada upaya

mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan menggunakan

segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau

memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi

yang dipelajari khususnya yaitu biologi.

Pembelajaran sains biologi lebih menekankan kegiatan yang

mengembangkan konsep dan keterampilan proses. Proses pembelajaran sains

termasuk didalamnya sains biologi, pada dasarnya merupakan interaksi antara

siswa (subyek) dengan objek yang berupa benda dan kejadian alam, proses

maupun produk. Sebagai konsekuensinya maka pembelajaran sains biologi pada

hakikatnya bukanlah usaha untuk menciptakan interaksi langsung antara guru dan

siswa tetapi merupakan usaha menciptakan interaksi antara siswa dengan objek

belajar.

Pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang berlangsung setiap saat baik

disengaja maupun tidak disengaja. Proses pembelajaran tersebut akan memperoleh

suatu hasil. Hasil dari suatu kegiatan belajar disebut hasil belajar. Oleh para ahli

belajar, hasil belajar dapat disebut juga dengan hasil pengajaran. Sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Sardiman (2005:19) “Setiap proses belajar-mengajar akan

diperoleh suatu hasil yang disebut hasil pengajaran atau hasil belajar”. Pada

hakikatnya hasil belajar menurut Ella Yulaelawati (2004:21) mencerminkan

kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pengalaman belajar dalam

kompetensi dasar. Menurut Made Wena (2009:6) “Hasil pembelajaran adalah

semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan

strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda”. Maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah suatu hasil dalam proses belajar-mengajar yang

(25)

commit to user

commit to user

kompetensi dasar dan merupakan indikator tentang nilai dari penggunaan strategi

pembelajaran.

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu.

Ciri-ciri tersebut menurut Mulyasa (2004:189-190) sebagai berikut: perubahan bersifat

intensional yang merupakan pengalaman atau praktek latihan dengan sengaja dan

disadari, perubahan bersifat positif sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria

keberhasilan baik dipandang dari segi siswa maupun guru, dan perubahan bersifat

efektif berupa perubahan hasil belajar yang relatif tetap.

Adapula yang mengartikan hasil belajar merupakan mengingat suatu hal.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2005:141) bahwa ”Mengingat

sesuatu sebagai hasil belajar”. Belajar dapat diketahui apabila hasilnya dapat

diperlihatkan. Seorang dapat dikatakan telah belajar apabila mampu mengingat

sesuatu yang telah dipelajarinya walau dalam waktu yang singkat. Terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar siswa. Menurut Mulyasa

(2004:190) faktor tersebut digolongkan menjadi empat, yaitu: bahan atau materi

yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi siswa.

b. Ranah-ranah Hasil Belajar

Hasil belajar dikelompokkan menjadi beberapa ranah, yaitu: ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ella Yulaelawati (2004: 59-61)

mengemukakan bahwa ranah pemahaman dibagi menjadi tiga yaitu: ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan

pengetahuan sederhana terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah

ke penilaian yang lebih kompleks sebagai tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan

tersebut terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri

dari 5 aspek yaitu penerimaan, penanggapan, perhitungan, pengelolaan, dan

bermuatan nilai. Ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan bertindak yang

terdiri dari lima aspek yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan tanggap,

(26)

commit to user

commit to user

11

Berkaitan dengan kemampuan yang diperoleh sebagai hasil belajar,

Taksonomi Bloom menurut Wenno (2008:36-38) membagi hasil belajar dalam

tiga ranah atau kawasan yaitu: Ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif

(affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Ranah kognitif

mencakup mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi,

dan mengkreasi/mencipta. Ranah afektif mencakup penerimaan, partisipasi,

penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup; serta ranah

psikomotor terdiri dari: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang

terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Berbagai cara untuk mengklasifikasikan kompetensi pendidikan telah

dikembangkan oleh Bloom, yang mendefinisikan seluruh kompotensi pendidikan

menjadi tiga aspek: (1) aspek kognitif; (2) aspek afektif; (3) aspek psikomotorik.

Masing-masing aspek didefinisikan sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan penalaran dan dapat dengan mudah

diamati dengan menggunakan tes. Ranah kognitif terdapat tingkatan yang mulai

dari hanya bersifat pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses

intelektual yang tinggi yaitu create. Dimensi proses kognitif (Anderson dan

Krathwol, 2001:31) terdiri atas enam jenjang, dari yang rendah ke yang tinggi

yaitu mengingat (C1); mengerti (C2); mengaplikasi (C3); menganalisis (C4);

mengevaluasi (C5); dan mencipta (C6). Kategori yang sederhana harus dikuasai

terlebih dahulu sebelum meningkat ketingkat kategori yang lebih sulit

berikutnya. Adapun enam kategori dimensi proses kognitif antara lain yaitu:

(1) Mengingat (remember), mendapatkan kembali pengetahuan dari memori yang sudah lama seperti kemampuan mengenal dan mengingat kembali; (2) Mengerti (understand), mengkonstruksi arti dari pesan pembelajaran meliputi komunikasi lisan, tertulis dan grafis. Mengerti terdiri dari: menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi,

merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menerangkan; (3)

(27)

commit to user

commit to user

menghubungkan; (5) Mengevaluasi (evaluate), membuat pendugaan atas dasar kriteria dan standar, meliputi mengecek dan mengkritik; (6) Mengkreasi (create), memadukan unsur-unsur membentuk kesatuan yang kohern atau fungsional, reorganisasi unsur-unsur menjadi suatu pola atau struktur baru. Mengkreasi meliputi: menggeneralisasi, merencanakan, dan memproduksi.

Menurut Ella Yulaelawati (2004:59-61) keenam tingkatan tersebut adalah

C1 (pengetahuan) merupakan kemampuan mengingat hal-hal yang telah dipelajari

sebelumnya; C2 (pemahaman) merupakan kemampuan memahami materi; C3

(penerapan) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari dan dipahami ke dalam situasi yang nyata; C4 (analisis) merupakan

kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam komponen-komponen yang lebih

terstruktur dan mudah dipahami; C5 (sintesis) merupakan kemampuan untuk

mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bagian yang utuh dan menyeluruh;

C6 (penilaian) merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai

suatu materi untuk tujuan tertentu.

2) Ranah Afektif

Hamzah B. Uno, Herminanto Sofyan, dan I Made Candiasa (2001: 9-10)

mengemukakan bahwa tingkatan ranah afektif ada lima, dari yang paling

sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut: Kemauan menerima,

merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu;

kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang merujuk pada partisipasi aktif

dalam kegiatan tertentu; berkeyakinan adalah suatu sikap yang berkenaan dengan

kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu; mengorganisasi,

berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda

berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi; tingkat karakteristik

(pembentukan pola), menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang

dipegangnya.

Ranah afektif oleh Krathwohl dan kawan-kawan (1989) dalam Syaiful

Sagala (2009:54-56) ditaksonomi lebih rinci ke dalam lima jenjang yaitu:

(1) receiving atau attending adalah kepekaan seseorang dalam menerima

(28)

commit to user

commit to user

13

yang dimiliki seseorang untuk berpartisipasi secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara; (3)

valuing (menghargai) artinya memberikan nilai atau memberikan

penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawakan kerugian atau penyesalan; (4) organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum; (5) characterization by a value or

value complex (karakteristik dengan suatu nilai atau komplek nilai) yaitu

keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Ella Yulaelawati (2004:61-63) mengurutkan ranah afektif berdasarkan

penghayatan. Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan

seseorang beralih dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengatur

perilakunya secara konsisten terhadap sesuatu. Ranah afektif terdiri dari

tingkatan-tangkatan (hierarki), yaitu: A1 (penerimaan) merupakan kesadaran dan

kepekaan; A2 (penanggapan) merupakan kemampuan memberikan

tanggapan/respon terhadap suatu gagasan; A3 (penilaian/perhitungan) merupakan

kemampuan memberi penilaian atau perhitungan terhadap gagasan; A4

(pengaturan/pengelolaan) merupakan kemampuan mengatur/mengelola hubungan

dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki; A5 (bermuatan

nilai) merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang secara

konsisten sejalan dengan nilai/seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara

mendalam.

3) Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotor menurut Hamzah B Uno dkk (2001: 10-13) adalah

persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan;

kesiapan, merupakan perilaku persiapan atau kesiapan untuk kegiatan pengalaman

tertentu; gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti

suatu model dan meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai

menguasainya; gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respon

yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga menampilkan suatu

kemahiran; gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang ada pada tingkat

(29)

commit to user

commit to user

membagi ranah psikomotorik dari tingkatan yang paling sederhana menuju ke

tingkatan yang lebih kompleks. Tingkatan-tingakatan tersebut yaitu: P1 (gerakan

reflex) yaitu tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus;

P2 (gerakan dasar) yaitu pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan

campuran gerakan reflex dan gerakan yang lebih kompleks; P3 (gerakan

tanggap/perceptual) yaitu penafsiran terhadap segala rangsang yang membuat

seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya; P4 (kegiatan fisik)

yaitu kegiatan yang memerlukan kekuatan otot, kekuatan mental, ketahanan,

kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara; P5 (komunikasi tidak berwacana)

merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh.

Domain psikomotor berdasarkan taksonomi Dave (1969) yang

dijabarkan oleh Mohan (2007:43) mencakup kemampuan dalam

mengkoordinasikan gerakan fisik dan menggunakan motoris. Untuk

memperoleh kemampuan tersebut memerlukan pelatihan dan pembiasaan dan

pengukuran yang mencakup tentang kecepatan, jarak prosedur dan teknik

pelaksanaan. Domain psikomotor meliputi lima kategori utama yaitu: (1)

Meniru/imitation; (2) Memanipulasi/manipulation; (3) Ketepatan

gerakan/precision; (4) Artikulasi/articulation; dan (5) Naturalisasi/naturalisation.

2. Pendekatan Pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Kadang pendekatan dianggap sama dengan metode, padahal tidaklah

demikian. Menurut Nuryani (2005:92) ”Metode dibedakan dari pendekatan”.

Pendekatan (approach) menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan

metode (method) lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Pendekatan

merupakan titik toalak/sudut pandang dalam pembelajaran, sedangkan metode

merupakan implementasi dari pendekatan pembelajaran. Pelaksanaan suatu

pendekatan yang direncanakan untuk proses pembelajaran, dapat menggunakan

satu atau beberapa macam metode. Demikian pula dengan metode, dapat

merealisasikan beberapa pendekatan atau dalam arti lain suatu metode dalam

(30)

commit to user

commit to user

15

metode eksperimen dapat digunakan oleh pendekatan ketrampilan proses dan

pendekatan konsep.

Pendekatan dalam proses pembelajaran menurut Wenno (2008:50)

merupakan teknik guru dalam menyajikan berbagai materi. Hal ini dilakukan agar

proses pembelajaran yang berlangsung benar-benar dapat berjalan dengan efektif

dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan targetnya.

Pendekatan dapat dilakukan dengan baik, jika guru dapat memahami materi yang

akan disajikan dan disesuaikan dengan tipe belajar siswa.

Smith (2009:12-13) menyatakan “Pendekatan pembelajaran mengacu pada

metode-metode yang digunakan oleh siswa dalam belajar yang terkait dengan

teknik-teknik memperbaiki memori agar bisa lebih baik dalam belajar atau

memperkirakan strategi-strategi dalam menghadapi ujian”. Sebagian strategi

pembelajaran mencakup perubahan-perubahan pada desain pengajaran

disesuaikan dengan kompetensi dasar. Sehingga penggunaan pendekatan yang

sesuai dalam pembelajaran mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Menurut Syaiful Sagala (2009:69) “Pendekatan pembelajaran merupakan

jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional

untuk suatu satuan instruksional tertentu”. Tujuan instruksional tersebut dapat

diamati dalam bentuk hasil belajar siswa. Wina Sanjaya (2006:126) menyatakan

bahwa “strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)

termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan

dalam pembelajaran serta disusun untuk mencapai tujuan tertentu”. Dalam

pendekatan penggunaan beberapa metode yang sesuai dan disertai penggunaan

berbagai sumber daya akan menghasilkan suatu hasil belajar yang optimal

sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

b. Pendekatan Inkuiri

1) Pengertian Pendekatan Inkuiri

Pertimbangan penggunaan strategi/pendekatan inkuiri biologi dalam

pembelajaran menurut Made Wena (2009:66-67), yaitu: khusus dirancang untuk

mata pelajaran biologi dan dalam hasil penelitian telah terbukti dapat

(31)

commit to user

commit to user

sistematis sehingga mudah diterapkan oleh guru; dan dirancang dengan

memadukan ketepatan strategi pembelajaran dengan cara otak bekerja selama

proses pembelajaran. Mata pelajaran biologi sebagai bagian dari sains, menuntut

kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif.

Namun dalam kenyataan saat ini siswa cenderung menghafal dibandingkan

memahami, padahal pemahaman merupakan modal dasar bagi penguasaan

selanjutnya. Siswa dikatakan memahami apabila siswa dapat menunjukkan unjuk

kerja pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada

konteks yang sama maupun pada konteks yang berbeda.

Pendekatan inkuiri menurut Chiapetta dan Koballa (2010:131)

berhubungan dengan pendekatan ketrampilam proses dan kemampuan investigasi.

Kemampuan ini terdiri dari observasi, mengklasifikasikan, menduga-duga,

pengukuran, menggunakan angka, meramalkan, mendefinisikan secara

operasional, pembentukan model, pengontrolan variabel, interpretasi data,

menyusun hipotesis, dan melaksanakan percobaan. Hal ini akan mengembangkan

kemampuan dan ketrampilan siswa dalam memecahkan suatu masalah, belajar

mandiri, dan lebih menghargai sains. Kemampuan memecahkan masalah

(investigasi) siswa mampu melatih kemampuan siswa dalam berpikir untuk

mencari suatu informasi. Menurut Paul Suparno (2007:67) menyatakan bahwa di

dalam pendekatan inkuiri, siswa dilibatkan untuk berpikir dan menemukan

pengertian yang ingin diketahuinya, menemukan jawaban dari suatu pertanyaan

melalui langkah-langkah yang sistematis. Yang utama dari pendekatan inkuiri

adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan

berpusat pada keaktifan siswa.

Pendekatan inkuiri sains menurut Wenno (2008:61) adalah sesuatu yang

sangat menantang dan melahirkan interaksi anatara yang diyakini siswa

sebelumnya terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih

baik, melalui proses dan metode eksplorasi untuk menguji gagasan-gagasan baru.

Tentu saja hal ini melibatkan sikap-sikap untuk mencari penjelasan dan

menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, objektif, jujur,

(32)

commit to user

commit to user

17

menitikberatkan pengembangan cara berpikir ilmiah. Pada pendekatan inkuiri

menempatkan siswa lebih banyak belajar mandiri, mengembangkan kreatifitas

dalam pemecahan masalah, dan diberi bantuan oleh guru berupa pertanyaan yang

membimbing.

Menurut Trianto (2007:135) “Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, analogis, analitis sehingga siswa

dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”. Inkuiri

merupakan pendekatan instruksional dimana dalam proses pembelajaran, siswa

dihadapkan pada suatu masalah. Bentuk pendekatan pembelajaran yang memberi

motivasi kepada siswa untuk menyelidiki masalah-masalah yang ada dengan

menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah dalam rangka mencari

penjelasan-penjelasannya. Maksud utama dari pengajaran ini adalah untuk

menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan penemuan ilmiah (Scientific

Inquiry). Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan yang melibatkan siswa secara

aktif dalam menemukan suatu konsep. Pembelajaran inkuiri menurut Sofan Amri

dan Lif Khoiru Ahmadi (2010:200) merupakan pembelajaran yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki

sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis

sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

diri”. Sehingga pendekatan inkuiri mampu menimbulkan rasa percaya diri dalam

diri siswa karena siswa mampu menemukan suatu konsep sendiri dan melatih

siswa untuk belajar mandiri. Pemahaman yang diperoleh siswa mampu membekas

lebih lama dibandingkan pendekatan pembelajaran konvensional disebabkan

konsep yang diperoleh bukan berasal dari informasi guru melainkan informasi

tersebut diperoleh oleh siswa sendiri.

Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban yang mempersyaratkan

siswa melakukan serangkaian kegiatan intelektual agar pengalaman ataupun

masalah dapat dipahami. Karena itu, inkuiri menekankan pada adanya inisiatif

siswa untuk mengalami proses belajarnya sendiri. Pendekatan ini bertolak dari

(33)

commit to user

commit to user

dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya. Proses pembelajaran dipandang sebagai stimulus yang dapat

menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Sesuai dengan pendapat

Syaiful Sagala (2008:196) ”Pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar

yang berusaha meletakkan dasar dan pengembangan cara berpikir ilmiah,

pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan

kekreatifan dalam memecahkan masalah”.

Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri menurut

Nuryani (2005:95) berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi

yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan

teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian. Dalam pendekatan inkuiri berarti

guru merencanakan situasi sehingga siswa terdorong untuk menggunakan

prosedur yang digunakan oleh para ahli penelitian untuk mengenali masalah,

mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan

pemaparan yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang

pengalaman.

Inkuiri menyediakan beraneka ragam pengalaman konkrit dan

pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang serta peluang bagi

siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan ketrampilan pemecahan

masalah, pengambilan putusan, dan penelitian sehingga memungkinkan bagi

siswa menjadi pelajar sepanjang hayat. Menurut Tedjo Susanto (2001:38) “Inkuiri

dimulai dengan peristiwa yang membingungkan yang mendorong individu

mengerti arti/maknanya”. Secara ilmiah siswa ingin mengerti sesuatu yang

dihadapinya. Untuk mengerti inilah, siswa harus memiliki proses berpikir yang

kompleks dan lebih terampil menghubung-hubungkan data menjadi

konsep-konsep dan mampu menggunakannya ke dalam prinsip-prinsip yang lebih kausal.

Jadi pada pendekatan inkuiri lebih dipentingkan proses dan strategi daripada isi

dan penjelasan-penjelasan dari situasi suatu problem. Dan yang lebih penting

yaitu mengantarkan siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan adalah percobaan

(34)

commit to user

commit to user

19

Pendekatan inkuiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan

investigasi/pemecahan masalah. Sarkar dan Frazier (2008:30) “Penerapan

investigasi dalam pendekatan inkuiri membuktikan bahwa siswa memiliki

ketertarikan, rasa penasaran, dan pengetahuan”. Selain itu, investigasi membuat

pendekatan inkuiri menjadi lebih bermakna karena dapat diaplikasikan dalam

konteks nyata, tidak membatasi, tidak memutuskan hubungan, bukan imaginasi

atau model abstrak.

Pendekatan inkuiri memiliki beberapa fungsi di dalam proses

pembelajaran. Beberapa fungsi pendekatan inkuiri menurut Nanang dan Cucu

(2009:78), yaitu: membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar;

membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran; membangun sikap percaya diri dan terbuka

terhadap hasil temuannya. Sehingga dalam pembelajaran menggunakan

pendekatan inkuiri membutuhkan keaktifan siswa dalam menemukan suatu

temuan atau konsep yang akan menimbulkan rasa percaya diri dan terbuka.

Berdasarkan fungsi pendekatan inkuiri tersebut, menunjukkan bahwa pendekatan

inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa (

student-centered)

2) Macam-Macam Pendekatan Inkuiri

Banyak ahli yang mempelajari mengenai pendekatan inkuiri dan

membaginya menjadi beberapa macam. Misalnya Nuryani (2005:95) yang

membagi inkuiri menjadi dua, yaitu: inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan

inkuiri bebas atau inkuiri terbuka (free inkuiri). Pada inkuiri terbimbing (guided

inquiry) guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi

pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Inkuiri terbimbing dapat

dilakukan pada awal suatu pelajaran untuk siswa yang belum terbiasa, untuk

kemudian dapat diikuti oleh open-endedinquiry atau inkuiri terbuka. Pada inkuiri

terbuka, guru bertindak sebagai fasilitator, pertanyaan diajukan oleh siswa dan

pemecahannya pun dirancang oleh siswa. Hasil dari pemecahan mungkin

mengarah pada pertanyaan baru yang merupakan pengembangan dari masalah

(35)

commit to user

commit to user

Selain itu, Mulyasa (2005:108-109) membagi pendekatan inkuiri menjadi

tiga macam, yaitu sebagai berikut :

1) Inkuiri terbimbing (guided inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing; 2) Inkuiri bebas (free inquiry), pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan; 3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry), pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Untuk lebih jelasnya, macam-macam pendekatan inkuiri dijelaskan secara

rinci sebagai berikut:

a) Pendekatan Inkuiri Terbimbing

Jika siswa belum berpengalaman untuk belajar inkuiri sebaiknya pada

permulaan satuan belajarnya amat terstruktur atau dengan kata lain menggunakan

pendekatan inkuiri terbimbing. Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan salah

satu bentuk pendekatan inkuiri, yang mana situasi belajarnya terstruktur sehingga

siswa dapat mengarahkan usahanya dengan baik. Dalam pembelajaran dengan

pendekatan ini, guru memberikan panduan terstruktur untuk mengantarkan siswa

menemukan konsep. Hal inilah yang membedakan bentuk pendekatan inkuiri

terbimbing dengan bentuk inkuiri yang lainnya. Pendekatan inkuiri terbimbing

cocok diterapkan karena adanya perbedaan-perbedaan individu dalam kelas.

Inkuiri terbimbing menurut Paul Suparno (2007:68) merupakan inkuiri

yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberi

petunjuk baik lewat prosedur lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan

selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya jawabannya, sehingga siswa

tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan

persoalan dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu dengan prosedur tertentu

yang diarahkan oleh guru. siswa dalam menyelesaikan persoalan menyesuaikan

dengan prosedur yang ditetapkan oleh guru. Campur tangan guru misalnya dalam

pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa data dan siswa tinggal

(36)

commit to user

commit to user

21

kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Dengan pendekatan inkuiri

terbimbing, kesimpulan akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.

Menurut Nanang dan Cucu (2009:77) mengemukakan bahwa inkuiri

terbimbing adalah pendekatan yang pelaksanaannya atas petunjuk guru. Guru

mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, bertujuan untuk mengarahkan

siswa ke titik kesimpulan yang diinginkan. Selanjutnya, siswa melakukan

percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.

Pendekatan inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi

siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar. Pada tahap-tahap awal pengajaran

diberikan bimbingan lebih banyak yaitu belajar pertanyaan-pertanyaan pengarah

agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus

dilakukan untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Pertanyaan bisa

berupa lisan maupun tertulis. Menurut Chiapetta dan Koballa (2010:125)

menyatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing merupakan pemberian struktur,

arahan, isyarat/petunjuk oleh guru kepada siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Tantangan yang akan dirasakan oleh guru yaitu saat memberi

bantuan informasi kepada siswa namun tidak berupa pernyataan secara langsung

melainkan berupa pertanyaan yang membimbing.

b) Pendekatan Inkuiri yang Dimodifikasi

Metode ini berlainan dengan metode “guided inquiry”, yaitu guru hanya

memberikan problem saja dan kemudian siswa diundang untuk memecahkan

problem tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan/atau melalui melalui

prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Guru hanya menyajikan

problem dan biasanya menyediakan bahan atau alat-alat yang diperlukan untuk

memecahkan masalah tersebut. Kemudian siswa diberi kebebasan yang cukup

luas untuk memecahkan problemnya. Menurut Joice dan Weil (2000:176)

mengemukakan bahwa tujuan dari inkuiri yaitu untuk membantu siswa

mengembangkan proses mental dan kemampuan berpikir yang dibuuhkan untuk

memunculkan suatu pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut

(37)

commit to user

commit to user

Di dalam pendekatan inkuiri yang telah dimodifikasi, siswa harus didorong

untuk memecahkan problem-problem dalam kerja kelompok maupun perorangan.

Guru merupakan narasumber yang tugasnya memberikan bantuan yang diperlukan

untuk menjamin bahwa siswa tidak menjadi frustasi atau gagal. Bantuan yang

diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa mengerti

arah pemecahan suatu problem, bukannya menjelaskan tentang apa yang harus

dilakukan.

Menurut Nanang dan Cucu (2009:77) menyatakan bahwa inkuiri yang bebas

dimodifikasi/modified free inquiry adalah masalah yang diajukan guru didasarkan

teori yang sudah dipahami siswa. Tujuannya untuk melakukan penyelidikan

dalam membuktikan kebenarannya. Dalam suatu pendekatan inkuiri yang telah

dimodifikasi, siswa harus didorong untuk memecahkan masalah sains dalam kerja

kelompok atau perseorangan. Guru merupakan narasumber yang tugasnya harus

memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswa tidak menjadi

frustasi atau gagal. Bantuan yang diberikan dalam pendekatan inkuiri harus

berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang memungkinkan siswa dapat

berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat.

3) Keunggulan Inkuiri

Beberapa keunggulan mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri

menurut Nanang dan Cucu (2009:79) antara lain adalah: membantu siswa untuk

mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif;

memperoleh pengetahuan secara individual; membangkitkan motivasi dan gairah

belajar siswa; memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan

kemampuan dan minat; memperkuat dan menambak kepercayaan diri karena

pembelajaran berpusat kepada siswa/student centered dengan peran guru yang

sangat terbatas. Wina Sanjaya (2006:208) mengemukakan beberapa kelebihan

pendekatan inkuiri sebagai berikut: pendekatan ini menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang; dapat

memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya;

merupakan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

(38)

commit to user

commit to user

23

berkat adanya pengalaman; dan pendekatan ini dapat melayani kebutuhan siswa

yang memiliki kemampuan belajar bagus sehingga tidak terhambat oleh siswa

yang lemah dalam belajar.

4) Kelemahan Inkuiri

Selain terdapat keunggulan, menurut Nanang dan Cucu (2009:79)

pendekatan inkuiri juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: siswa harus

memiliki kesiapan dan kematangan mental; jumlah siswa yang banyak

menyebabkan hasil yang dicapai menggunakan pendekatan ini tidak memuaskan;

guru dan siswa yang terbiasa dengan pendekatan konvensional menyebabkan

pendekatan ini mengecewakan; pendekatan ini lebih mementingkan proses

penemuan konsep, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan ketrampilan

siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006:208) menyebutkan kelemahan pendekatan

inkuiri, yaitu: dalam penggunaannya sulit dalam mengontrol kegiatan dan

keberhasilan siswa, sulit dalam perencanaan pembelajarannya karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar, dan dalam pengimplementasiannya

membutuhkan waktu yang sangat panjang.

5) Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri

Pendekatan inkuiri melalui langkah-langkah menggunakan prinsip metode

ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu prinsip, hukum, ataupun teori.

Langkah-langkah pendekatan inkuiri menurut Paul Suparno (2007:65-66) yaitu:

merumuskan persoalan, membuat hipotesis, melakukan percobaan untuk

mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh, dan mengambil

kesimpulan dari kebenaran hipotesis. Proses/langkah-langkah pendekatan inkuiri

dapat disebut juga proses pendekatan induktif, yaitu dari pengalaman lapangan

untuk mencari generalisasi dan konsep umum.

Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan inkuiri menurut Nanang dan

Cucu (2009:78) yang harus diperhatikan antara lain:

1. mengidentifikasi kebutuhan siswa;

(39)

commit to user

commit to user

4. menentukan peranan yang akan dilakukan masing-masing peserta didik; 5. mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan

diselidiki dan ditemukan; 6. mempersiapkan setting kelas;

7. mempersiapkan fasilitas yang diperlukan;

8. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan;

9. menganalisis sendiri atas data temuan;

10. merangsang terjadinya dialog interaktif antar peserta didik;

11. memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan penemuan;

12. memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya.

Berdasarkan National Research Council (Smith, Thomas. M, Laura M

Desimone; Timothy L Zeidner; Alfred C Dunn, 2007:171) menyusun kriteria yang

termasuk ke dalam delapan kriteria khusus pendekatan inkuiri di dalam kelas

tingkat sekolah menengah yaitu:

a. Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dipecahkan melalui investigasi sains

b. Mendesain dan menyusun investigasi sains

c. Menggunakan perlengkapan dan teknik tertentu untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasikan data.

d. Berpikir kritis dan logis untuk membuat hubungan antara bukti dan penjelasannya.

e. Mengenali dan menganalisa penjelasan dan dugaan alternatif f. Mengkomunikasikan prosedur ilmiah dan penjelasannya g. Menggunakan metematika di semua aspek inkuiri sains.

Trianto (2007:142) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan

untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: Mengajukan

pertanyaan atau permasalahan; merumuskan hipotesis, merupakan jawaban

sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data;

Mengumpulkan data, yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik;

Analisis data, siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan

dengan menganalisis data yang telah diperoleh; Membuat kesimpulan, merupakan

langkah penutup dari pembelajaran inkuiri yang berdasarkan data yang diperoleh

siswa. Smith et all (2007:170) juga menyatakan bahwa jenis pembelajaran

(40)

commit to user

commit to user

25

standar dalam proses pembelajaran aktif, yang meliputi: mengamati (observation);

mengajukan pertanyaan; mengumpulkan buku dan informasi lain yang sudah ada;

merencanakan investigasi/penelitian; mempelajari kembali hasil dari percobaan

yang telah dilakukan sebagai pembuktian; menggunakan perlengkapan untuk

mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data; memberikan

jawaban, penjelasan, dan dugaan; dan mengkomunikasikan hasilnya. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pendekatan inkuiri manggunakan metode ilmiah dalam

menyelidiki atau memcahkan suatu masalah.

Inkuiri menurut Joyce dan Weil (2000:179) memiliki lima fase yaitu:

confrontation, data gathering, experimentation, organize, dan analyze. Berarti

dalam melakukan inkuiri dibutuhkan konfrontasi (confrontation) siswa terhadap

situasi yang membingungkan dan menjadi masalah yang harus dipecahkan dan di

cari solusinya. Untuk mencari pemecahannya dibutuhkan pengumpulan data-data

(data gathering), kemudian setelah data terkumpul dibuktikan menggunakan suatu

percobaan (experimentation). Dari percobaan tersebut, siswa memperoleh dan

menyusun informasi baru (organize) dan mencoba untuk membahasnya. Setelah

itu, siswa menganalisa data (analyze) untuk memperoleh strategi pemecahan

masalah menggunakan inkuiri.

Didukung pendapat yang dikemukakan oleh Tedjo Susanto (2001:39),

langkah-langkah pendekatan inkuiri terdiri dari lima fase, yaitu: fase berhadapan

dengan masalah; fase pengumpulan data untuk klasifikasi;

Gambar

Gambar 1.  Skema Paradigma Penelitian……….................................................
Tabel 1. Perbedaan Macam-Macam Pendekatan Inkuiri
Tabel 2. Perbedaan Antara Pendekatan Inkuiri dengan Pendekatan Konvensional
Gambar 1. Skema Paradigma Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan pengertian tersebut, dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini diatur ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara, kewenangan pejabat perbendaharaan

Mopoli Raya tidak begitu tergantung pada hutang ataupun kewajiban kepada pihak lain dibanding tahun 2011, hal ini dapat terlihat pada arus kas masuk yang berasal dari hutang

Yamaha Fox Pekanbaru saat ini diperoleh nilai positif dan negatif, secara keseluruhan menunjukkan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap

[r]

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Metode ini digunakan untuk mengetahui prosedur pengembangan dan kualitas pengembangan alat peraga

Luas lahan yang digunakan dalam perencaan dan perancangan Taman Edukasi Profesi dan Rekreasi Anak di Yogyakarta adalah seluas ±18.340 m 2. Untuk mendukung hal

Peranan Rekam Medis dalam Mendukung Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Kaitan Rumah Sakit sebagai Swadana.. Dalam Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres &

Masa ini sering disebut sebagai masa topan badai (“strum and drang)” yaitu masa yang penuh dengan gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Masa transisi inilah