• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

1. Hasil Analisis Uji Prasyarat

Analisis uji prasyarat yang digunkan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut penjelasan dari masing-masing uji prasyarat tersebut.

a. Uji Normalitas Tes Kemampuan Menganalisis

Uji normalitas dilakukan terhadap data hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji normalitas ini menggunakan rumus uji kai kuadrat (chi square test). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data dari populasi yang berdistribusi normal jika memenuhi kriteria χ2

hitung < χ2 tabel, sedangkan jika memenuhi kriteria χ2

hitung > χ2

tabel maka data dari populasi berdistribusi tidak normal. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.9:

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai-Kuadrat Statistik Pretest Posttest Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai χ2 hitung 1,612 3,976 6,745 4,992 Nilai χ2 tabel 7,815 9,488 12,592 11,070 Keputusan data terdistribusi normal data terdistribusi normal data terdistribusi normal data terdistribusi normal

Perhitungan uji normalitas secara rinci dilihat pada lampiran 2D dan 3C. Berdasarkan Tabel 4.9 di atas terlihat bahwa nilai χ2

hitung semua data lebih kecil dibandingkan nilai χ2

tabel, dengan χ2

tabel didapat dari tabel kai kuadrat statistik dengan taraf signifikansi (α) 5%. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan menganalisis siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Tes Kemampuan Menganalisis

Uji homogenitas dilakukan terhadap data hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan kemampuan menganalisis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun uji homogenitas yang digunakan adalah rumus uji Fisher. Keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian homogenitas yaitu jika Fhitung Ftabel, maka kelas tersebut dinyatakan homogen, sedangkan jika Fhitung

Ftabel, maka kelas tersebut dinyatakan tidak homogen. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Statistik Pretest Posttest Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai Varians 8,35 7,12 9,55 9,18 Nilai Fhitung 1,38 1,08 Nilai Ftabel 1,84

Perhitungan uji homogenitas secara rinci dapat dilihat pada lampiran 3E dan 3D. Berdasarkan Tabel 4.10 di atas terlihat bahwa nilai Fhitung kedua data baik

pretest maupun posttest lebih kecil dibandingkan nilai Ftabel, dengan nilai Ftabel diambil dari tabel F statistik pada taraf signifikansi 5%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki populasi yang homogen, atau dengan kata lain kedua kelas memiliki kemampuan yang sama, baik pada saat pretest maupun saat posttest.

2. Analisis Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat statistik, diperoleh bahwa kedua data baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis tes statistik parametrik. Adapun uji statistik yang digunakan adalah uji t. Keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis, yaitu jika thitung ttabel, maka dinyatakan H1 diterima, sedangkan jika thitung ttabel, maka dinyatakan H1 ditolak. Hasil perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.11 di bawah ini:

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Statistik Pretest Posttest

thitung 0,79 5,31

ttabel 2,00

Keputusan H1 ditolak H1 diterima Perhitungan uji hipotesis secara rinci dapat dilihat pada lampiran 2F dan 3E.

Nilai ttabel diambil dari tabel t statistik pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan Tabel 4.11 di atas terlihat bahwa nilai thitung hasil pretest lebih kecil dari nilai ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak atau tidak terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis Problem Solving Polya sebelum diberikan perlakuan. Sementara nilai thitung hasil posttest lebih besar dibandingkan nilai ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis Problem Solving Polya pada konsep fluida dinamis terhadap kemampuan menganalisis siswa.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data hasil pretest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, nilai pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki perbedaan yang sangat kecil. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari nilai rata-rata masing-masing kelas. Nilai rata kelas eksperimen sebesar 29,00 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 29,50. Perbedaan rata-rata-rata-rata kelas ini tidak terlalu jauh, dikarenakan sebaran kemampuan siswa dikedua kelas tersebut hampir sama.

Setelah dilakukan posttest, nilai kemampuan menganalisis kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama-sama mengalami peningkatan. Namun kelas eksperimen mangalami peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan dengan nilai kelas kontrol. Peningkatan yang signifikan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) siswa kelas eksperimen yang menggunakan LKS berbasis

Problem Solving Polya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang

menggunakan LKS penerbit. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 64,87 sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai 52,03.

Peningkatan kemampuan menganalisis juga dapat dilihat pada hasil uji

N-Gain dengan rata-rata peningkatan aspek membedakan pada kelas eksperimen

sebesar 0,46 dengan kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,43 dengan kategori sedang. Peningkatan aspek mengorganisasi pada kelas eksperimen sebesar 0,57 dengan kategori sedang, dan 0,23 dengan kategori rendah pada kelas kontrol. Sedangkan peningkatan untuk aspek mengatribusikan pada kelas eksperimen sebesar 0,44 dengan kategori sedang, dan 0,34 dengan kategori sedang pada kelas kontrol. Secara umum, rata-rata kemampuan menganalisis berdasar uji N-Gain sebesar 0,52 dengan kategori sedang untuk kelas eksperimen dan sebesar 0,33 dengan kategori sedang untuk kelas kontrol.

Berdasarkan data tersebut, pada setiap aspek kemampuan menganalisis dan rata-rata semua aspek terlihat bahwa kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol. Keadaan ini menunjukkan bahwa kemampuan menganalisis siswa pada pembelajaran konsep fluida dinamis dengan menggunakan LKS berbasis Problem

Solving Polya pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan

Peningkatan yang signifikan tersebut juga berbanding lurus dengan hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan LKS berbasis Problem Solving Polya terhadap kemampuan menganalisis siswa pada konsep fluida dinamis. Hal tersebut didukung oleh hasil uji hipotesis nilai posttest, dimana nilai thitung lebih besar dibandingkan nilai ttabel yaitu 5,31 2,00. Karena nilai thitung > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis

problem solving Polya dalam konsep fluida dinamis terhadap kemampuan

menganalisis siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Erdal Taslidere yang menyimpulkan bahwa LKS dengan konsep kartun memberi manfaat terhadap kemampuan pemahaman optik geometri tanpa memperhatikan jenis kelamin.1 Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ikhwanuddin, Amat Jaedun, dan Didik Purwantoro yang berjudul “Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika untuk

Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis” menyebutkan bahwa

Metode problem solving mampu meningkatkan kemampuan berpikir analisis mahasiswa.2

Meningkatnya kemampuan menganalisis pada aspek membedakan, dikarenakan belajar dengan menggunakan LKS problem solving Polya, menuntut siswa untuk dapat memahami masalah dengan baik. Kemampuan dalam memahami masalah, melibatkan siswa pada proses memilah-milah bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur dan menentukan informasi yang relevan atau penting dan mana yang tidak.3 Hal ini sesuai dengan pernyataan Haris (1998) dalam Ikhwanuddin (2010) yang menyatakan bahwa ketika seseorang dapat mengidentifikasi perbedaan antara apa yang dimiliki dan apa yang diinginkan,

1

Erdal Taslidere, The Effect of Concept Cartoon Worksheets on Students’ Conceptual

Understandings of Geometrical Optics, Education and Sience, 38, 2013, p. 159. 2

Ikhwanuddin, dkk, Problem Solving Dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis, Jurnal Kependidikan Volume 40, Nomor 2, 11, 2010, h. 229

3

Anderson, Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, (New York: Addison Weslwy Longman, Inc., 2001), p. 80

berarti telah menetapkan masalah dan tujuan yang hendak dicapai. Jika tujuan atau cita-cita dapat ditentukan, masalah dapat ditetapkan.4

LKS berbasis problem solving Polya yang digunakan dalam pembelajaran juga mempengaruhi kemampuan menganalisis aspek mengorganisasi dan aspek mengatribusikan. Menggunakan LKS berbasis problem solving Polya, melatih siswa untuk menyusun strategi penyelesaian masalah dengan cara mengorganisasi atau menemukan koherensi antara apa yang diketahui dengan apa yang tidak diketahui, kemudian menghubung-hubungkannya sehingga pada akhirnya ditemukan sudut pandang yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Pada akhirnya siswa dapat melaksanakan strategi yang telah siswa buat hingga ditemukan jawaban atas apa yang mereka cari dari permasalahan yang dihadapi. Kegiatan pemecahan masalah tersebut menuntut siswa untuk mampu berpikir logis dan sistematis. Hal ini sejalan dengan tujuan dari problem solving yang melatih anak untuk berpikir menurut cara-cara yang tepat sesuai dengan yang dilakukan secara ilmiah.5

Hasil observasi aktivitas siswa juga memberikan pemahaman bahwa LKS berbasis problem solving Polya mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil perolehan indikator lembar observasi aktivitas siswa yang berada pada kategori baik. Kemampuan memahami masalah (undesrstanding)memperoleh persentase sebesar 71% (baik), membuat rencana (planning) sebesar 68% (baik), melaksanakan rencana (solving) sebesar 73%, dan memeriksa kembali (checking) sebesar 76% (baik). Secara keseluruhan rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa memperoleh persentase sebesar 72% atau dengan kata lain berada pada kategori baik. Hal ini dikarenakan, melalui penyelesaian soa-soal yang ada pada LKS problem solving

siswa dituntut untuk berpikir logis, sistematis, kreatif, dan mandiri sesuai dengan tahapan penyelesaian soal yang diberikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nessa Anugrah Rahmi, dkk. dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa dengan

4

Ikhwanuddin, dkk, op. cit., h. 216 5

Jamhari, Penerapan Pendekatan Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMP Negeri 21 Palu pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Biodidaktis, 3, 2, 2010. h. 84

menggunakan LKS siswa dituntut untuk semaksimal mungkin mencari tahu sendiri tanpa harus selalu menunggu jawaban dari guru atau teman yang pintar saja. Siswa diajak untuk berfikir kritis, melakukan percobaan untuk menguji hipotesis mereka tentang suatu ilmu, bertanya jika ada yang tidak mengerti, berani memberikan pendapat atau jawaban tanpa ada rasa takut ditertawakan, siswa dilatih bersosialisasi, menghargai perbedaan, dan bertanggung jawab dalam kelompok masing-masing karena semua aktivitas ini dilakukan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan.6

Berdasarkan angket respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan respon yang positif terhadap tindakan pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu pembelajaran yang menggunakan LKS berbasis problem solving Polya. Hal itu dibuktikan dengan hasil angket respon siswa yang menunjukkan minat siswa terhadap pembelajaran fisika sebelum menggunakan LKS berbasis problem

solving Polya sebesar 63% (baik). Namun setelah pembelajaran menggunakan

LKS berbasis problem solving Polya menunjukkan peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran fisika yang memperoleh 71% (baik). Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa tertarik mempelajari fisika dengan menggunakan LKS berbasis problem solving Polya. Alasan ini diperkuat dengan respon siswa yang menyatakn desain LKS berbasis problem solving Polya berada ada kategori baik (67%) dan isi dari LKS berbasis problem solving Polya juga berada pada kategori baik (70%). Pernyatan ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Mohammad Jamhari yang menyatakan bahwa pendekatan problem solving banyak menimbulkan aktivitas belajar, baik secara individual maupun kelompok. Hampir setiap langkah menuntut keaktifan belajar siswa sedangkan peranan guru hanya sebagai pemberi stimulasi, pembimbing kegiatan siswa, dan menetukan arah apa yang harus dilakukan oleh siswa.7

Berdasarkan penjelasan di atas, secara umum LKS berbasis problem solving

Polya memberikan efek yang positif terhadap pembelajaran fisika. Hal itu

6

Nessa, dkk., Pengaruh Lembar Kerja Siswa Berbasis PQ4R terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Kelas VIII SMPN 1 Linggo Sari Baganti, Pillar Of Physics Education, 3, 2013, h. 119.

7

dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas dan kemampuan menganalisis siswa pada aspek membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan LKS penerbit yang biasa mereka gunakan sehari-hari. Dengan kata lain, LKS berbasis problem solving Polya berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis siswa pada konsep fluida dinamis. Selain itu, berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah juga berada pada kategori baik. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari respon positif siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis problem solving Polya memiliki.

D. Keterbatasan Penelitian

Ketika pelaksanaan penelitian terdapat keterbatasan yang dihadapi, diantaranya:

1. Kemampuan matematis siswa ada yang tinggi dan ada yang rendah sehingga sulit untuk mensejajarkan pelaksanaan pembelajaran.

2. Kecenderungan siswa untuk membaca masih kurang sehingga pembelajaran menggunakan LKS kurang efektif.

3. LKS problem solving Polya ini masih terbatas hanya pada pembahasan soal-soal saja tidak membahas pada kegiatan eksperimen.

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini secara umum dapat disimpulkan: penggunaan lembar kerja siswa (LKS) berbasis model problem solving Polya berpengaruh positif terhadap kemampuan menganalisis siswa pada konsep fluida dinamis. Pernyataan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis melalaui uji t pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai thitung = 5,306 dan ttabel = 2,002, sehingga nilai thitung > ttabel.

Secara khusus berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Hasil nilai rata-rata kemampuan menganalisis kelas eksperimen pada saat

pretest 29,00 menjadi 64,87 pada saat posttest, sedangkan kelas kontrol pada saat pretest 29,50 menjadi 52,03 pada saat posttest.

2. Kemampuan menganalisis siswa pada aspek membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan setelah pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) berbasis model problem solving Polya mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkan uji N-Gain yang hasilnya kemampuan menganalisis pada aspek membedakan memperoleh nilai N-Gain sebesar 0,46 (sedang), mengorganisasi memperoleh nilai N-Gain sebesar 0,57 (sedang), dan mengatribusikan memperoleh nilai N-Gain sebesar 0,44 (sedang) atau rata-rata nilai N-Gainnya sebesar 0,52 (sedang).

3. Berdasarkan observasi aktivitas siswa, kemampuan siswa dalam pemecahan masalah berada pada kategori baik dengan rata-rata 72%. Sedangkan berdasarkan hasil angket, respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) berbasis model problem solving

B. Saran

Berdasarkan temuan selama penelitian, saran yang dapat diajukan untuk penelitian lanjutan antara lain:

1. Ketika menyusun LKS berbasis model problem solving Polya sebaiknya meminta saran kepada ahli pembelajaran.

2. Siswa sebaiknya diberikan tugas terstruktur terlebih dahulu yaitu merangkum materi yang akan dipelajari.

3. Bekerja sama dengan guru matematika untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa yang dipakai dalam mempelajari konsep fisika.

4. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya LKS berbasis model problem solving

Polya tidak hanya membahas soal-soal saja tetapi diinovasikan juga membahas kegiatan eksperimen.

80

Don’t Know How Stupid They Are. (www.detiknews.com).

Ahda, Syafrina. “Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Contextual Teaching and Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Zat dan Wujudnya” Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2013. tidak dipublikasikan.

Anderson. 2001. Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Addison Weslwy Longman, Inc.

Anderson & Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom (Terjemahan), Jakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ed. Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

……….. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ed. 2. Jakarta:

Bumi Aksara.

Atiqoh “Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya terhadap Kemampuan Analisis Siswa pada Konsep Listrik Dinamis”. Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: 2011. tidak dipublikasikan.

Budi, Wono Setya. 2005. Langkah Awal Menuju Olimpiade Matematika. Jakarta: Ricardo.

Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta : BSNP

Fitriyati, dkk., Pengembangan LKS Fisika SMA Kelas X Semester II dengan

Website Online Berbasis Contextual Teaching Learning, Radiasi, 3.

Gamze, Serap, and Mustafa Erol. The effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use, 2,

Haryadi, Bambang. 2009. Fisika untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Ida Malati Sadjati, dkk. 2003. Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ikhwanuddin, dkk. Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis, Jurnal Kependidikan. 9, 2010.

Isnaningsih dan D. S. Bimo. Penerapan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Discovery Berorientasi Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Vol. 2 No.2, 2013.

Jamhari, Penerapan Pendekatan Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMP Negeri 21 Palu pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Biodidaktis, 3, 2, 2010.

Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Komariah, Kokom. Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model Polya untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas IX J di SMPN 3 Cimahi, Prosiding Seminar Nasional

Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA UN., 2011.

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Musclih, Masnur. 2008. KTSP Pembelajran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nessa Anugra Rahmi, dkk. Pengaruh Lembar Kerja Siswa Berbasis PQ4R terhadapa Hasil Belajar IPA Fisika Kelas VIII SMP N 1 Linggo Sari Baganti, Pillar Of Physics Educatio. 2, 2013.

Nasution. 2012. Kurikulum & Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Polya, G. 1957. How To Solve I, 2nd ed. New Jersey: Princeton University Press.

Poppy Kamalia Devi, dkk. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran.

Jogjakarta: Diva Press.

Rahmat. 2014 Panduan Analisis Butir Soal.

http://gurupembaharu.com/home/download/panduan-analisis-butir-soal.pdf

Ruwanto, Bambang. 2008. Asas-asas Fisika 2B SMA Kelas XI Semester Kedua, Jakarta: Yudhistira, 2008.

Sabani. Model Pengajaran Problem Solving pada Konsep Bunyi Sebagai Gelombang, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. 1, 2008.

Sahertian, Piet A. 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidika. Jakarta: Kencana.

Sapa’at, Asep. 2014. Kemana Arah Pendidikan Indonesia?. (www.

Republika.co.id).

Sidharta, Arief. 2007. Keterampilan Berpikir Kompleks dan Implementasinya

dalam Pembelajaran IP. Bandung: Depdiknas.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Supardi, 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian Konsep Penelitian yang Lebih Komprehensif. Jakarta: Smart.

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Taslider, Erdal. The Effect of Concept Cartoon Worksheets on Students’

Conceptual Understandings of Geometrical Optics. Educaion and

Science. 38, 2013.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wilis, Ratna. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

di Sekolah dalam Pembelajaran Fisika

No. Indikator Nomor Butir

Petanyaan Jumlah

1. Sumber belajar yang digunakan di sekolah 1, 2 2

2. Kriteria LKS yang baik untuk digunakan

siswa dalam pembelajaran fisika 3, 9 2

3. Pendapat siswa/guru tentang LKS yang

digunakan di sekolah 4, 5, 6, 7, 8 5

4. Konsep fisika yang sulit dipahami 10 1

DI SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Nama : ... Sekolah : ...

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda silang (x) untuk jawaban yang sesuai dengan pendapat anda!

1. Sumber belajar apa yang digunakan oleh Bapak/Ibu untuk menunjang pembelajaran Fisika? a. Buku teks b. Hand out c. Modul d. LKS e. Lainnya...

2. Apakah LKS digunakan sebagai perangkat pembelajaran fisika?

a. Ya b. Tidak

Alasan... ...

3. LKS seperti apa yang Bapak/Ibu gunakan? a. LKS buatan sendiri b. LKS penerbit

Alasan... ...

4. Menurut Bapak/Ibu, adakah kekurangan LKS yang Bapak/Ibu gunakan? Jika ya, apa kekurangannya?

... ... 5. Apakah LKS yang Bapak/Ibu gunakan sudah sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang Bapak/Ibu harapkan?

a. Ya b. Tidak

Alasan... ...

penting?

a. Ya b. Tidak

Alasan... ...

7. Apakah LKS yang Bapak/Ibu gunakan melatih siswa dalam berpikir analisis?

a. Ya b. Tidak

Alasan... ... 8. Menurut Bapak/Ibu, apakah LKS yang Bapak/Ibu gunakan melatih siswa

dalam memecahkan masalah soal fisika secara sistematis?

a. Ya b. Tidak

Alasan... ... 9. Menurut Bapak/Ibu, LKS seperti apakah yang Bapak/Ibu inginkan agar LKS

mudah dimengerti oleh siswa?

a. Iya b. Tidak

Alasan... ...

10. Dari beberapa konsep fisika (dinamika rotasi, kesetimbangan benda tegar, fluida statis, fluida dinamis, teori kinetik gas, dan termodinamika), menurut Bapak/Ibu manakah konsep fisika tersebut yang paling banyak melatih siswa untuk berpikir analisis?

……… Alasan... ...

Narasumber

Kisi-Kisi Kuesioner Penggunaan Sumber Belajar

Siswa SMA di Sekolah dalam Pembelajaran Fisika

No. Indikator Nomor Butir

Petanyaan Jumlah

1. Pernyataan terhadap pelajaran fisika 1 1

2. Sumber belajar yang digunakan di sekolah 2, 3, 4, 5 4

3. Pendapat siswa/guru tentang LKS yang

digunakan di sekolah 6, 7, 8, 9 4

4. Konsep fisika yang sulit dipahami 10 1

KUESIONER PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR SISWA

SMA DI SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Nama : ... Kelas : ... Asal sekolah : ...

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda silang (x) untuk jawaban yang sesuai dengan pendapat anda!

1. Apakah kamu menyukai pelajaran fisika?

a. Ya b. Tidak

Alasan... ...

2. Sumber belajar apa saja yang digunakan di sekolah untuk menunjang pembelajaran Fisika? (diperbolehkan mengisi lebih dari satu).

a. Buku teks b. LKS c. Modul

d. VCD pembelajaran e. Lainnya ...

3. Menurut kamu, apakah sumber belajar fisika yang kamu gunakan sehari-hari sudah menarik?

a. Ya b. Tidak

Alasan... ...

4. Apakah kamu menggunakan LKS sebagai perangkat pembelajaran fisika?

a. Ya b. Tidak

Alasan... ...

a. buku paket b. LKS

Alasan... ...

6. Menurut kamu, apakah LKS yang kamu gunakan melatih kamu dalam memecahkan masalah soal fisika secara sistematis?

Dokumen terkait