• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 PEMBAHASAN

3.3 Hasil Analisis

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, maka dapat dilihat dengan jelas perbandingan rasio pendanaan antara Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA) dengan Dana Pensiun PLN (DPPLN) periode 2008 – 2012 dengan grafik di halaman berikutnya.

Grafik 3.1 Rasio Pendanaan DAPENRA dan DPPLN 2008 -2012

Sumber : diolah penulis, 2014

Dari grafik 3.1 di atas yang didapat dari tabel 3.3 dan 3.5 untuk DAPENRA, pada tahun 2008 rasio pendanaannya yaitu 100,6% kemudian di tahun 2009 rasio pendanaan nya mencapai 117,82% meningkat 2,17% dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 100,6%. Hal ini disebabkan antara lain karena adanya kenaikan Aktiva Bersih menjadi Rp. 595,30 Milyar di tahun 2009 dari Rp. 463,49 Milyar pada tahun 2008 naik sebesar 28,44%. Sedangkan untuk Kewajiban Aktuaria menjadi Rp. 504,96 Milyar di tahun 2009 dari Rp. 460,10 Milyar pada tahun 2008 atau mengalami kenaikan 9,74%.

Tahun 2010 rasio pendanaan mencapai 116,97% atau menurun dibanding tahun 2009 yang mencapai 117,82%. Penurunan rasio pendanaan tahun 2010 dipengaruhi oleh peningkatan kewajiban aktuaria yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kekayaannya. Di tahun 2011 rasio pendanaan kembali menurun hingga mencapai 104,77%. Hal ini disebabkan karena kekayaan untuk pendanaan di tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu dari Rp 719.537.272.493 menjadi Rp 696.113.798.382 di tahun 2011, sedangkan kewajiban aktuarianya meningkat di tahun 2011 menjadi Rp 664.444.578.493 dari Rp 615.135.850.000 di tahun 2010. Selanjutnya rasio pendanaan di tahun 2012 kembali menurun dari

100,60 117,82 116,97 104,77 99,60 105,64 106,34 112,64 104,42 110,81 90,00 95,00 100,00 105,00 110,00 115,00 120,00 2008 2009 2010 2011 2012 R a s i o Tahun

Rasio Pendanaan 2008 - 2012

DAPENRA DPPLN

104,77% di tahun 2011 menjadi 99,6% . Penurunan rasio ini disebabkan karena kekayaan untuk pendanaan yang terus menurun hingga mencapai sebesar Rp 667.293.062.053 di tahun 2012, namun kewajiban aktuarianya terus meningkat hingga menjadi sebesar Rp 669.969.780.000 atau pada tahun 2012 DAPENRA dalam keadaan defisit karena kewajiban aktuarianya lebih besar daripada kekayaan untuk pendanaannya. Berdasarkan grafik di atas, maka rasio pendanaan DAPENRA tertinggi diperoleh pada tahun 2009 yaitu mencapai 117,82%.

Menurut Kadarisman (2003, 10) ada tiga kondisi dalam pengendalian Rasio Pendanaan di Dana Pensiun, yaitu:

1. Kondisi I : Rasio Pendanaan = 100%

Kondisi ini merupakan kondisi dimana Rasio Pendanaan berada pada tingkat 100%, maksudnya jumlah Kekayaan untuk Pendanaan yang dimiliki oleh Dana Pensiun sama besar dengan Kewajiban Aktuarianya. Kondisi ini memperlihatkan bahwa Dana Pensiun mengalami dana terpenuhi. Kondisi ini memberikan rasa aman kepada para Peserta karena pensiun terjamin 100%.

2. Kondisi II : Rasio Pendanaan > 100%

Kondisi ini merupakan keadaan dimana Dana Pensiun mengalami surplus, karena jumlah Kekayaan untuk Pendanaan lebih besar dari jumlah Kewajiban Aktuaria.

3. Kondisi III : Rasio Pendanaan < 100%

Kondisi ini menunjukan keadaan yang tidak aman bagi Peserta, karena pensiun tidak terjamin 100%. Keadaan ini terjadi akibat besar Kekayaan untuk Pendanaan kurang dari Kewajiban Aktuaria. Keadaan ini juga dapat disebut keadaan defisit.

Maka dari tahun 2008 hingga 2011 kondisi pendanaan DAPENRA berada pada kondisi II, yaitu keadaan dimana Dana Pensiun mengalami surplus, karena jumlah Kekayaan untuk Pendanaan lebih besar dari jumlah Kewajiban Aktuaria, dan rasio pendanaan nya berada di atas 100%. Sedangkan pada tahun 2012, kondisi pendanaan DAPENRA berada di

kondisi III, yaitu kondisi dimana besar Kekayaan untuk Pendanaan kurang dari Kewajiban Aktuaria. Keadaan ini juga dapat disebut keadaan defisit. Selisih besar kekurangan Kekayaan untuk Pendanaan terhadap Kewajiban Aktuaria tersebut harus dilunasi oleh Pendiri dengan mengeluarkan iuran tambahan. Kondisi II adalah kondisi terbaik dalam suatu Dana Pensiun, karena pada kondisi tersebut Peserta merasa aman karena pensiun nya terjamin 100%. Sedangkan bagi Pendiri, mereka tidak perlu mengeluarkan iuran tambahan karena Dana Pensiun tidak mengalami defisit.

Selanjutnya untuk Rasio Pendanaan DPPLN sebagai benchmark dalam penelitian ini, rasio pendanaan DPPLN terus meningkat dari tahun 2008 – 2010, yaitu 105,64% di tahun 2008, 106,34 di tahun 2009 dan 112,64% di tahun 2010. Kemudian di tahun 2011 rasio pendanaan nya turun menjadi 104,42% karena kenaikan kewajiban aktuaria di tahun 2011 lebih besar daripada kenaikan kekayaan untuk pendanaan nya. Dan pada tahun 2012, rasio pendanaan kembali meningkat menjadi 110,81%. Hal ini disebabkan karena kenaikan kekayaan untuk pendanaan tahun 2012 lebih besar dibandingkan dengan kenaikan kewajiban aktuarianya. Maka dapat disimpulkan rasio pendanaan tertinggi terjadi di tahun 2010 yaitu 112,64% dan DPPLN berada dalam kondisi pendanaan yang stabil dan baik karena selalu berada dalam kondisi II atau tingkat I menurut KMK NOMOR 510/KMK.06/2002.

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari analisis yang telah dibuat penulis sebelumnya di atas, maka kondisi pendanaan DAPENRA yaitu untuk tahun 2008 hingga 2011 kondisi pendanaan DAPENRA berada di tingkat pendanaan I yaitu berada dalam keadaan dana terpenuhi, dimana untuk rasio pendanaan nya berada di atas seratus persen. Sedangkan di tahun 2012, kondisi pendanaan nya berada pada tingkat II dimana kewajiban aktuarianya lebih besar daripada kekayaan untuk pendanaan nya atau dapat dikatakan DAPENRA pada tahun 2012 berada dalam keadaan defisit dan rasio pendanaan nya berada di bawah seratus persen.

Jika dibandingkan dengan rasio pendanaan DPPLN, maka rasio pendanaan DPPLN lebih baik dibandingkan dengan rasio pendanaan DAPENRA. Hal ini dikarenakan rasio pendanaan DPPLN selalu berada dalam tingkat pendanaan I. Rasio pendanaan DPPLN dari tahun 2008 – 2012 selalu berada di atas seratus persen dan selalu dalam keadaan surplus, dimana kekayaan untuk pendanaan nya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kewajiban aktuaria nya sehingga rasio pendanaan DPPLN selalu berada di atas seratus persen.. Perubahan jumlah kekayaan untuk pendanaan pada laporan neraca dan perubahan jumlah kewajiban aktuaria pada laporan aktiva bersih menyebabkan terjadinya perubahan pada rasio pendanaan dana pensiun dari tahun ke tahun. Keadaan ini menggambarkan bahwa analisis rasio pendanaan dapat memberikan informasi terhadap tingkatan kemampuan dana pensiun angkasa pura I (DAPENRA) dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar manfaat pensiun kepada pesertanya.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Agar DAPENRA dapat meningkatkan jumlah kekayaan untuk pendanaan agar lebih besar dari jumlah kewajiban aktuaria selain agar rasio pendanaan DAPENRA dapat berada pada tingkat pendanaan I, juga agar DAPENRA tidak mengalami defisit sehingga bagi pendiri tidak perlu mengeluarkan iuran tambahan untuk menutupi defisit yang terjadi. Dan apabila DAPENRA berada dalam keadaan surplus, maka surplus yang terjadi dapat digunakan untuk mengurangi iuran pemberi kerja.

2. Untuk dapat menjaga Rasio Pendanaan pada posisi yang baik dan mencukupi seluruh biaya operasional yang diperlukan, DAPENRA harus mampu mencapai tingkat pengembangan dana yang dikelola. Untuk mencapai tingkat pengembangan dana tersebut, DAPENRA harus menempatkan dana yang dikelola pada berbagai instrument investasi, baik yang berjangka pendek maupun berjangka menengah dan panjang. Instrumen investasi jangka pendek berupa Deposito dan instrumen investasi jangka menengah dan panjang berupa Obligasi, Reksadana, Saham dan penempatan langsung.

DAFTAR REFERENSI

Buku :

Hanke, J. E & Wichern, D.W. 2005. Business Forecasting. New Jersey: Pearson Education International.

Kadarisman dan Wahyuni S. 2003. Manajemen Dana Pensiun Indonesia. Jakarta: Mediantara Semesta.

Manurung, Jonni, Adler H. Manurung, Ferdinand D. Saragih dan Marusaha L. Gaol. 2003. Pasar Keuangan & Lembaga Keuangan Bank & Bukan Bank. Jakarta: PT. Adler Manurung Press

Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Papilia, Diane E., Olds, S.W.,& Feldman, R.D. 2003. Human Development (9th

Edition). New York: McGraw-Hill

Schulz, Richards. 1999. Life Span Development (8th Edition). New York: McGraw

Hill

Sigit Triandaru, Totok Budisantoso. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat

Smolak, Linda. 1993. Adult Development. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sudjono, Imam. 1999. Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Syahrul dan M. Adfi. Nizar. 2000. Kamus Akuntansi, Cetakan pertama. Jakarta: Citra Harta Prima

Turner, J.S & Donald B. Helms. 1995. Lifespan Development. New York: Harcourt Brace Collage Publishers

Y. Sri Susilo dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba empat Veithzal, Rivai dkk. 2007. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Zulaini Wahab. 2001. Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia. Cetakan pertama. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Jurnal:

McCrory, T. Robert. 2012. Modelling Defined-Benefit Pension Plans: Basic Dynamics. EFI Actuarial Journal.

Siegmann, Arjen. 2008. Minimum Funding Ratios for Defined-Benefit Pension Funds. DNB Working Paper No. 180.

Peraturan Perundangan :

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 24. Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun. 1994

Republik Indonesia. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Republik Indonesia Nomor: 510/KMK.06/2002. Pendanaan dan Solvabilitas Dana Pensiun Pemberi Kerja. Jakarta, 2002

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 76. Dana Pensiun Pemberi Kerja. Jakarta, 1992

Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992. Dana Pensiun. Jakarta, 1992

Sumber Lainnya :

Laporan Tahunan 2009 Dana Pensiun Angkasa Pura I Laporan Tahunan 2010 Dana Pensiun Angkasa Pura I Laporan Tahunan 2012 Dana Pensiun Angkasa Pura I Laporan Tahunan 2010 Dana Pensiun PLN

Laporan Tahunan 2011 Dana PensiunPLN Laporan Tahunan 2012 Dana Pensiun PLN Peraturan Dana Pensiun DAPENRA 2011

Statistik 2012 & Direktori 2013 Industri Keuangan Non Bank Dana Pensiun, Otoritas Jasa Keuangan

Dokumen terkait