Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992 hlm. 12) dalam jurnal (Renny Wijayanthi,dkk, 2014 Vol: 2 No: 1), “hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh pebelajar setelah mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu”. Pendapat ini menyatakan bahwa hasil siswa juga berarti hasil guru. Dengan dihasilkannya hasil belajar siswa yang baik maka hal itu menunjukkan keberhasilan seorang guru dalam mengajar dan begitu pula sebaliknya. Hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran. Nasution (1982 hlm. 29) dalam Jurnal (Renny Wijayanthi,dkk, Jurnal Mimbar PGSD ,2014, Vol: 2 No: 1), memberikan pengertian bahwa “hasil belajar adalah suatu kegiatan belajar pada siswa yang dilaksanakan melalui tes. Hasil belajar biasanya memuaskan maupun kurang memuaskan tergantung dari ketekunan, kemampuan dan kegigihan untuk mencapai nilai yang tinggi.” Pendapat ini memiliki maksud bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku seperti telah dijelaskan. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang koginitif, afektif,
49
psikomotor. Oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.
Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dihasilkan setelah melakukan proses pembelajaran. Kemampuan tersebut mencangkup pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang dapat merefleksikan tentang suasana yang diciptakan oleh guru, sarana atau fasilitas, dan pendekatan yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Hasil ini mencerminkan proses belajar siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan aktual ranah kognitif yang berbentuk skor siswa. Skor siswa merupakan respon verbal yang diperoleh melalui tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah proses perlakuan dilaksanakan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu psikologis dan fisiologis. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Gagne dalam Jurnal (Renny Wijayanthi,dkk, 2014, Vol: 2 No: 1), bahwa pada proses belajar mengajar terdapat beberapa komponen yang menunjang proses belajar mengajar dan menentukan organisasi pengelolaan interaksi belajar mengajar, antara lain : “1) tujuan belajar, 2) materi belajar, 3) metode mengajar, 4) sumber belajar, 5) media untuk belajar, 6) manajemen interaksi belajar mengajar, 7) evaluasi belajar, 8) anak yang belajar, 9) guru yang mengajar yang kompeten, 10) pengembangan dalam proses belajar mengajar”.
Lebih lanjut disebutkan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: “1) bakat anak, 2) mutu pembelajaran, 3) kemampuan memahami pembelajaran, 4) ketekunan belajar, dan 5) jumlah waktu yang
50
disediakan” (Roestiyah, 1994, hlm. 40) dalam Jurnal (Renny Wijayanthi,dkk, Jurnal Mimbar PGSD , 2014, Vol: 2 No: 1).
Begitu pula Mudzakir dan Joko Sutrisno (1996 hlm. 135-136) dalam Jurnal (Renny Wijayanthi,dkk, Jurnal Mimbar PGSD, 2014, Vol: 2 No: 1), menyatakan “Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang datang dari dalam diri (faktor internal), dan faktor yang datang dari luar diri atau faktor lingkungan (faktor eksternal)”.
Gagne dalam jurnal (Natriani & Ramlah. 2015, Vol V, No 3, hlm. 185) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan “kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik”. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik dari proses belajar yang dapat dilihat dari sikap, berbagai pengetahuan, dan berbagai keterampilan yang dimilikinya.
Menurut Rahman (2017. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol 5, No 4. hlm. 154-167) hasil belajar adalah kecakapan yang dapat diukur langsung dengan suatu alat berupa tes.
Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran berasal dan faktor dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dan luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor internal terdiri dari kondisi fisik dan panca indra anak, bakat, minat, kecerdasan, kemampuan anak untuk memahami pelajaran, ketekunan belajar, dan motivasi anak. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan, instrumen yang mencakup kurikulum, guru, sarana, dan prasarana, media, metode, administrasi atau manajemen serta motivasi yang datang dari luar diri siswa. Komponen-komponen ini bekerja sama secara integral dan harmonis, saling ketergantungan, serta berinteraksi satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengan terlaksananya proses pembelajaran dengan baik, maka akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai:
1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional.
51
2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dll.
3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapai.
Sedangkan tujuan penilaian adalah untuk:
1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pengajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya memanusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar menjadi manusia yang berkualitas dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral dan keterampilan.
3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar dan alat bantu pengajaran.
4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintahan, masyarakat dan para orang tua siswa. Dalam pertanggung jawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan laporan
52
berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan dan pengajaran serta kendala yang dihadapinya. Laporan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan, misalnya Kanwil Depdikbud, melalui petugas yang menanganinya. Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa (raport) pada setiap akhir program semester dan caturwulan.
a. Jenis dan Sistem Penilaian
Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilai sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif dan penilaian penempatan.
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yakni catur wulan, akhir semester dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk bukan kepada proses.
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menentukan kasus-kasus, dll. Soal-soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.
Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan kata lain penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.
53
Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontest). Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tertulis), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencangkup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagnem dalam (Suprijono, 2009, hlm. 5), hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadi nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom dalam (Suprijono, 2009, hlm. 6), hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif
54
adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain efektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organitation (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren (Suprijono, 2009, hlm. 7) “hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap”.
Dari beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan (kognitif, afektif, psikomotor) bukan hanya salah satu aspek potensi saja.
b. Prinsip dan Prosedur Penilaian
Nana (2016, hlm. 8-9) menjelaskan prinsip dan prosedur penilaian sebagai berikut:
Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian. Prinsip penilaian yang dimaksud antara lain adalah:
1) Dalam menilai hasil belajar hendak dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian dan interprestasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakannya. Dalam kurikulum hendaknya dipelajari tujuan-tujuan kurikuler dan tujuan instruksionalnya, pokok bahasan yang diberikan, ruang lingkup dan urutan penyajian, serta pedoman bagaimana pelaksanaannya. 2) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses
belajar-mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saar proses belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan. “Tiada proses belajar-mengajar tanpa penilaian” hendak dijadikan semboyan bagi setiap guru. Prinsip ini mengisyaratkan penting penilaian formatif sehingga dapat bermanfaat baik bagi siswa maupun guru.
3) Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan segi atau
55
abilitas yang dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris. Demikian pula dalam menilai aspek kognitif sebaiknya dicakup semua aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi secara seimbang.
4) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Demikian juga data hasil penilaian harus dapat ditafsirkan sehingga guru dapat memahami para siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimilikinya. Bahkan jika mungkin, guru dapat meramalkan prestasi siswa pada masa mendatang. Hasil penilaian juga hendaknya dijadikan bahan untuk menyempurnakan program pengajaran memperbaiki kelemahan-kelemahan pengajaran,
dan memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang
memerlukannya. Lebih jauh lagi dapat dijadikan bahan untuk memperbaiki alat penilaian itu sendiri.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian hasil belajar, yakni:
1) Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. Mengingat fungsi penilaian hasil belajar adalah mengukur tercapai-tidaknya tujuan pengajaran, maka perlu dilakukan upaya mempertegas tujuan pengajaran sehingga dapat memberikan arah terhadap penyusunan alat-alat penilaian.
2) Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran. Hal ini penting mengingat isi tes atau pertanyaan penilaian berkenaan dengan bahan pengajaran yang diberikan. Penguasaan materi pengajaran sesuai dengan tujuan-tujuan pengajaram merupakan isi dan sasaran penilaian hasil belajar.
3) Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun nontes, yang cocok digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran. Dalam penyusunan alat penilaian hendaknya diperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal.
4) Menggunakan hasil-hasil penelitian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni untuk kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran, kepentingan bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan pertanggungjawaban pendidikan.
Dalam kaitannya dengan penyusunan alat-alat penilaian (butir 3 diatas) ada beberapa langkah yang harus ditempuh, yakni:
1) Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pertanyaan, terutama materi pelajaran, baik luasnya maupun kedalamannya.
2) Merumuskan tujuan instruksional khusus sehingga jelas betul abilitas yang harus dinilainya. Tujuan instruksional khusus harus dirumuskan secara operasional, artinya bisa diukur dengan alat penilaian yang biasa digunakan.
56
3) Membuat kisi-kisi atau blueprint alat penilaian. Dalam kisi-kis harus tampak abilitas yang diukur serta proporsinya, lingkup materi yang diujikan serta proporsinya, tingkat kesulitan soal dan proporsinya, jenis alat penilaian yang digunakan, jumlah soal atau pertanyaan, dan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal tersebut. 4) Menyusun atau menulis soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah
dibuat. Dalam menulis soal, perhatikan aturan-aturan yang berlaku. Membuat dan menentukan kunci jawaban soal.
c. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar
Sasaran evaluasi hasil belajar terdiri dari ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah Psikomotor (keterampilan), sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif (Pengetahuan/Pemahaman)
Penilaian terhadap pengetahuan pada tingkat satuan pelajaran menuntut perumusan secara lebih khusus setiap aspek pengetahuan, yang dikatagorikan sebagai: konsep, prosedur, fakta dan prinsip. Tiap katagori dirinci menjadi suatu struktur dan urutan tertentu, misalnya dari konsep yang sederhana menuju ke konsep-konsep yang lebih kompleks. Dengan struktur tersebut dapat ditentukan urutan pelajaran dan isi pelajaran, sebagaimana dirumuskan dalam satuan pelajaran. Teknik penilaian terhadap pengetahuan dalam kontek ini dikembangkan dalam tes tertentu.
Evaluasi akhir pengajaran terhadap ketercapaian tujuan-tujuan aspek pengetahuan perlu dilakukan secara terpisah di samping evaluasi terhadap perilaku sebagaimana telah dikemukakan di atas. Untuk menilai pengetahuan dapat kita pergunakan pengujian sebagai berikut:
a) Sasaran penilaian aspek pengenalan (recognition)
Caranya, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan bentuk pilihan berganda, yang menuntut siswa agar melakukan identifikasi tentang fakta, definisi, contoh-contoh yang betul (correct).
b) Sasaran penilaian aspek mengingat kembali (recall)
Caranya, dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka tertutup langsung untuk mengungkapkan jawaban-jawaban yang unik.
57
c) Sasaran penilaian aspek pemahaman (comprehension)
Caranya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut identifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang betul dan yang kelim konklusi atau klasifikasi; dengan daftar pertanyaan matching (menjodohkan) yang berkenaan dengan konsep, contoh, aturan, penerapan, langkah-langkah dan urutan dengan pertanyaan bentuk esay (opern ended) yang menghendaki uraian, perumusan kembali dengan kata-kata sendiri, contoh-contoh.
2) Ranah Afektif (Sikap)
Sasaran evaluasi ranah afektif (sikap dan nilai) meliputi aspek, sebagai berikut:
a) Aspek penerimaan, yakni kesadaran peka terhadap gejala dan stimulus serta menerima atau menyelesaikan stimulus atau gejala tersebut.
b) Sambutan, yakni aktif mengikuti dan melaksanakan sendiri suatu gejala di samping menyadari/menerimanya.
c) Aspek penilaian, yakni perilaku konsisten, stabil dan mengandung kesungguhan kata hati dan control secara aktf terhadap perilakunya.
d) Aspek organisasi, yakni perilaku menginternalisasi, mengorganisasi dan memantapkan interaksi antara nilai-nilai dan menjadikannya sebagai suatu pendirian yang teguh.
e) Aspek karakteristik diri dengan suatu nilai atau komplek nilai, ialah menginternalisasi suatu nilai ke dalam sistem nilai dalam diri individu, yang berperilaku konsisten dengan nilai tersebut. Ranah dan aspek tiap ranah yang akan diukur, masing-masing dirinci menjadi sejumlah karakteristik, selanjutnya tiap karakteristik dijabarkan menjadi sejumlah atribut. Tiap atribut diberikan indikator sebagai petunjuk perubahan perilaku. Berdasarkan atribut-atribut tersebut dapat disusun pertanyaan-pertanyaan untuk pengukuran.
58
3) Ranah Psikomotor (Keterampilan)
Sasaran evaluasi keterampilan reproduktif:
a) Aspek kerampilan kognitif, misalnya masalah-masalah yang familier untuk dipecahkan dalam rangka menentukan ukuran-ukuran ketepatan dan kecepatan melalui latihan-latihan (drill) jangka panjang, evaluasi dilakukan dengan metode-metode objektif tertutup.
b) Aspek keterampilan psikomotorik dengan tes tindakan terdapat pelaksanaan tugas yang nyata atau yang disimulasikan, dan berdasarkan kriteria ketepatan, kecepatan, kualitas penerapan secara objektif. Contoh: latihan mengetik, keterampilan menjalankan mesin dan lain-lain.
c) Aspek keterampilan reaktif, dilaksanakan secara langsung dengan pengamatan objektif terhadap tingkah laku pendekatan atau penghindaran; secara tak langsung dengan kuesioner sikap.
d) Aspek keterampilan interaktif, secara langsung dengan menghitung frekuensi kebiasaan dan cara-cara yang baik yang dipertunjukkan pada kondisi-kondisi tertentu.
Evaluasi keterampilan produktif:
a) Aspek keterampilan kognitif, misalnya masalah-masalah yang tidak familier untuk dipecahkan dan pemecahanya tidak begitu rumit, dengan menggunakan metode terbuka tertutup (open ended methods).
b) Aspek keterampilan psikomotorik, yakni tugas-tugas produktif yang menuntut perencanaan strategi. Evaluasi terhadap hasil dan proses perencanaan ialah dengan observasi dan diskusi.
c) Aspek keterampilan reaktif, secara langsung mengamati sistem nilai masyarakat dalam tindakannya di luar sekolah.
59
d) Aspek keterampilan interaktif dengan observasi keterampilan dalam situasi senyatanya.