BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
A. Deskripsi Teoretis
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Kata “hasil” dalam kamus Bahasa Indonesia berarti sesuatu yang menjadi akibat dari usaha. Kata hasil sering dikaitkan dengan kata prestasi, hal ini karena arti prestasi itu adalah hasil yang telah dicapai. Adapun yang dimaksud dengan hasil belajar sebagaimana dituliskan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer yaitu “penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui tes”.26
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar baik dengan ulangan maupun tes. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pembelajaran dalam periode tertentu dan merupakan puncak dari proses belajar.27
25 http://www.broward.k12.fi.us/ci/strategies_and_such/strategies/jigsaw.html
26 Peter Salim dan Yani Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), h. 359
27
24
Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar menurut penulis merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan prilaku setelah mengikuti proses pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil belajar itu akan diukur dengan sebuah tes.
Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.28
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom secara garis besar membaginya membagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.29
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu peristiwa yang bersifat internal pada diri seseorang setelah meklakukan kegiatan belajar. Suatu peristiwa ini ditandai dengan perubahan perilaku dan pengetahuan seseorang terhadap apa yang dipelajarinya. Kemudian hasil belajar dapat diperoleh dengan melakukan proses evaluasi atau penilaian terhadap perubahan perilaku dan pengetahuan tersebut.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Muhibbin Syah terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal (faktor dari dalam) dan faktor eksternal (faktor dari luar).30
1) Faktor Internal (a) Faktor Fisiologi
28Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22
29
Nana Sudjana, loc. cit.
25
Faktor fisiologi meliputi kondisi fisik dan panca indera. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah ataupun ada gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
(b) Faktor Psikologi
Faktor psikologi meliputi: bakat, minnat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.
2) Faktor Eksternal
(a) Faktor lingkungan sosial.
Faktor lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah dan limgkungan sosial siswa. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas. Adapun lingkungan sosial siswa diantaranya masyarakat dan tetangga juga teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.
(b) Faktor lingkungan non sosial.
Faktor lingkungan non sosial meliputi kurikulum atau bahan pelajaran, sarana dan pasilitas, metode pembelajaran, administrasi dan manajemen. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempegaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersifat conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seseorang yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal) mungkin akan memilih pendekatan yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena faktor-faktor di ataslah, muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan siswa–siswa yang berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang
26
menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
c. Pengukuran Hasil Belajar
Hasil belajar ini dapat diketahui dari proses penilaian, yaitu kegiatan membandingkan hasil pengukuran (skor) sifat suatu objek dengan acuan yang relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kualitas kuantitatif.
Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu pengukuran secara tertulis, pengukuran secara lisan dan pengukuran melalui observasi. Setiap cara/prosedur memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Prosedur mana yang harus dipilih tergantung pada berbagai faktor yaitu: jenis kemampuan yang diukur, jumlah siswa, dan waktu yang tersedia.
Dalam pembelajaran IPA, prosedur lisan pada umumnya jarang dilakukan, mengingat jumlah siswa yang banyak sedangkan waktunya terbatas. Adapun prosedur yang banyak dilakukan ialah prosedur tertulis dan observasi. Prosedur tertulis dipakai untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya kognitif dan afektif. Sedangkan prosedur observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya psikomotor.
Setiap pengukuran, baik melalui prosedur tertulis maupun prosedur observasi, memerlukan alat ukur tertentu yang tetap. Alat ukur dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yakni “tes” dan “bukan tes”. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab oleh siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalarannya.
Alat ukur yang bukan tes mencakup angket, skala sikap, dan sebagainya. Tes dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yakni tes uraian dan tes obyektif. Perbedaannya ialah tes uraian meminta jawaban uraian siswa yag disusun siswa dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan atau membutuhkan satu atau beberapa kata atau symbol untuk melengkapi pernyataan yang belum sempurna.