• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah yaitu dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran Biologi

C. Hasil Belajar

Erman S. dalam Taniredja (2010) memiliki gagasan bahwa hasil belajar mencakup aspek yang berkenaan dengan perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Menurut Taniredja(2010) perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki tersebut bisa berupa komunikasi, interaksi, kreatifitas, dan sebagainya.Hasil belajar adalah sebagian dari hal tersebut, yaitu berkenaan dengan hasil tes yang mencerminkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.

Winkel dalam Taniredja(2010) prestasi belajar yang diberikan oleh siswa berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai tujuan instruksional menampakkan hasil belajar.

Hasil belajar menurut Benyamin Bloom dalam Rosyadi(2011) diklasifikasikan ke dalam tiga aspek, yaitu:

1. Aspek kognitif, meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual.

2. Aspek afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas aspek penerimaan, tanggapan, penilaian, pengelolaan, dan penghayatan.

12

3. Aspek psikomotor, mencakup kemampuan yang berupa ketrampilan fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan reflek, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, ketrampilan, serta ekspresif dan interperatif.

Menurut Anni (2007) Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.Dalam pembelajaran perubahan perilaku yang diperoleh yang harus dicapai siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Berdasarkan konsep diatas maka diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

D. Pendekatan Salingtemas (sains-lingkungan-teknologi-masyarakat) 1. Pengertian sains-lingkungan-teknologi-masyarakat

Asy’ari (2012) mengungkapkan bahwa Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat atau Science-Technology and Society (STS) awal mulanya dikembangkan oleh The National Science Teachers Association (NSTA) yang bermarkas di Amerika Serikat.Salingtemas merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi dan isu teknologi yang muncul di masyarakat. Dengan kata lain pendekatan Sains-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat merupakan

pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah yang muncul di masyarakat akibat perkembangan teknologi.

Dalam Indrawati (2010) Sains-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat sebagai suatu pendekatan merupakan cara pandang untuk memecahkan permasalahan dalam pendidikan sains. Sains-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat berusaha untuk menjembatani materi yang dibahas di dalam kelas dengan situasi dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi sosial kemasyarakatan.Hal ini menggambarkan bahwa pendekatan salingtemas dijalankan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya.

Yager dalam Indrawati (2010) mendefinisikan salingtemas atau sebagai belajar dan mengajar mengenai sains/teknologi dalam konteks pengalaman manusia (konteks dunia nyata). Yager mengutip NSTA ( National Science Teachers Association) memberikan ciri-ciri khas pembelajaran dengan pendekatan salingtemas. Beberapa ciri khas pendekatan salingtemas tersebut antara lain:

a. Peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya dan dampaknya,

b. Menggunakan sumber-sumber setempat (narasumber dan bahan-bahan) untuk memperoleh informasi yang didapat digunakan dalam pemecahan masalah,

c. Peserta didik terlibat secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah,

d. Penekanan pada ketrampilan proses sains, agar dapat digunakan oleh peserta didik dalam mencari solusi terhadap masalahnya, dan

14

e. Sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar.

Poedjiadi dalam Indrawati (2010) menjelaskan bahwa ciri utama pendekatan pembelajaran salingtemas adalah dengan memunculkan isu sosial di awal pengajaran. Sebelum guru mengajar sudah memiliki isu sesuai dengan konsep yang akan diajarkan.

Karli dan Yuliariatiningsih (2002) menyatakan bahwa dengan model salingtemas yaitu “siswa dapat memilih isu yang terjadi di masyarakat sebagai topik dalam pembelajaran di kelas yang berpusat pada siswa.”

Dari berbagai definisi salingtemas maka diperoleh bahwa pendekatan salingtemas merupakan suatu pendekatan yang berawal dari isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat yang dijadikan suatu topik dalam pembelajaran di kelas yang mana pembelajarannya telah berpusat pada siswa (student center).

1. Karakteristik Pendekatan Salingtemas

Karakteristik pendekatan salingtemas menurut Yager dalam Asy’ari (2012:4) adalah:

a. Berawal dari indentifikasi masalah-masalah lokal yang ada kaitannya dengan sains dan teknologi siswa (dengan bimbingan guru).

b. Penggunaan sumberdaya setempat baik sumberdaya manusia maupun material.

c. Keikutsertaan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

d. Belajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas atau sekolah, tetapi juga di luar sekolah atau di lapangan nyata.

e. Penekanan pada ketrampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah di lingkungannya sendiri.

f. Adanya kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman dalam berperan sebagai wawancara dalam mencoba memecahkan masalah-masalah yang telah mereka identifikasi.

Dari karakteristik yang telah disebutkan maka dapat disimpulkan kembali bahwa pendekatan salingtemas memiliki karakteristik:

a. Dalam pembelajaran siswa diajak untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Sumber permasalahan berasal dari lingkungan kehidupan sehari-hari melalui berbagai media yang ada seperti media cetak, video, atau klip berita.

b. Dalam pembelajaran dengan pendekatan salingtemas, guru dapat memberikan tugas proyek, tugas kelompok untuk survey lapangan, dan lain sebagainya di luar jam pelajaran di kelas. Siswa dituntut untuk aktif ketika belajar.

c. Dalam pembelajaran siswa diminta untuk menganalisis permasalahan sosial dan teknologi yang terkait dengan materi yang dipelajari. Analisis ini dibantu dengan pemahaman materi yang diperoleh siswa melalui pembelajaran. Selain itu, siswa juga mencari informasi lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diajukan dalam pembelajaran.

16

d. Dalam pembelajaran ini siswa sebagai anggota masyarakat dapat bertindak arif terhadap permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari

2. Tujuan Pendekatan Salingtemas

Indrawati (2010:22) mengemukakan gagasan bahwa tujuan penggunaan pendekatan salingtemas secara umum agar peserta didik memiliki kemampuan (1) menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas; (2) menggunakan berbagai jalan/perspektif untuk menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah; dan (3) menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial.

3. Tahapan Pembelajaran Pendekatan Salingtemas

Model pendekatan pembelajaran Salingtemas dalam Indrawati (2010:26) salingtemas yang diajukan oleh Horsley, et.al, (1990:59), Carin (1997:74), dan Yager (1992:15) meliputi empat tahap, yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap pengajuan penjelasan dan solusi, serta tahap pengambilan tindakan. Tahap model Salingtemas yang dikemukakan Yager digambarkan pada gambar 1 di bawah ini.

Indrawati (2010: 26) Carin 1997:74 dan Horsley, 1990:59) a. Invitasi

Pada tahap ini guru merangsang peserta didik mengingat atau menampilkan kejadian-kejadian yang ditemui di masyarakat baik melalui media cetak maupun elektronik yang berkaitan dengan topik yang merupakan hasil observasi. Selanjutnya peserta didik merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya dengan tetap mengkaitkan topik yang dibahas, peran guru sangat diperlukan untuk menghaluskan rumusan masalah yang diajukan peserta didik dan mengacu kepada sumber belajar. Sumber belajar bisa berupa LKS yang telah ada atau membuat LKS baru.Pada tahap invitasi guru dapat menghadapkan peserta didik pada permasalahan-permasalahan lingkungan atau permasalahan yang sedang aktual.

b. Eksplorasi

Tahap ini kegiatan yang dilakukan peserta didik merupakan upaya untuk mencari jawaban atau menguji jawaban sementara yang telah dibuat

18

dengan mencari data dari berbagai sumber informasi (buku, koran, majalah, lingkungan, narasumber, instansi terkait dan melakukan percobaan). Hasil yang diperoleh peserta didikan hendaknya berupa suatu hasil analisis dari data yang diperoleh.

c. Penjelasan dan solusi

Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengkomunikasikan gagasan yang diperoleh dari analisis informasi yang didapat, menyusun suatu model penjelasan (baru), meninjau dan mendiskusikan solusi yang diperoleh dan menentukan beberapa solusi. Guru membimbing peserta didik untuk memadukan konsep yang dihasilkannya dengan konsep yang dianut oleh para ahli sains. Peran guru hendaknya meluruskan konsep peserta didik yang keliru.

d. Penentuan tindakan

Pada tahap ini peserta didik diajak untuk membuat keputusan dengan mempertimbangkan penguasaan konsep dan ketrampilan yang dimiliki untuk berbagi gagasan dengan lingkungan atau dalam kedudukan peserta didik sebagai pribadi atau sebagai anggota masyarakat.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Salingtemas a. Kelebihan Model Salingtemas

Kelebihan dari model salingtemas (Depdiknas, 2006) yang pertama adalah dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan konsep, keterampilan proses, kreativitas dan sikap menghargai produk teknologi serta bertanggung jawab atas masalah yang muncul di

lingkungan.Kelebihan yang kedua adalah salingtemas dapat membuat pengajaran sains lebih bermakna karena langsung berkaitan dengan permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.Dengan demikian dapat membuka wawasan siswa tentang peranan sains dalam kehidupan nyata. Ketiga, yaitu model salingtemas berorientasi pada hands on activities yang membuat siswa dapat menikmati kegiatan sains dengan perolehan pengetahuan yang tidak mudah terlupakan. Dengan demikian, model salingtemas dapat juga digunakan untuk menarik minat siswa dalam mempelajari sains.

b. Kelemahan Model Salingtemas

Kelemahan model pembelajaran salingtemas (Depdiknas, 2006) kurangnya kemampuan guru untuk berkreasi atau berinovasi.Hal itu menjadi faktor sulitnya menerapkan model salingtemas dalam pembelajaran.Selain itu, sistem penilaian yang sering kali digunakan hanya untuk mengukur aspek kognitif.Sedangkan dalam model salingtemas juga menekankan pada penilaian aspek afektif dan psikomotor.

Dokumen terkait