• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2. Hasil Belajar

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi.

Sebenarnya hampir seluruh perkembangan atau kemajuan hasil karya juga merupakan hasil belajar, sebab proses belajar tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di tempat kerja dan di masyarakat. Pada lingkungan kerja, hasil belajar ini sering diberi sebutan prestasi kerja, yang sesungguhnya merupakan sesuatu achievement juga.45

2) Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Hasil belajar pada aspek kognitif setelah direvisi dibagi kedalam enam jenjang yaitu: remember, understand, apply, analyze, evaluate, dan create. Jenjang kognitif sebelum direvisi dibagi kedalam enam jenjang proses berfikir , yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.46

a) Hafalan (C1) adalah kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari. Siswa mampu mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.

b) Pemahaman (C2) merupakan kemampuan menangkap arti dari informasi. Siswa mampu memahami konsep dengan menggunakan kata-kata sendiri.

45 Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 102-103.

46 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 14.

c) Penerapan (C3) merupakan kemampuan menggunakan prinsip atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru yang lebih konkrit.

d) Analisis (C4) merupakan kemampuan menguraikan suatu informasi atau materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih jelas untuk dimengerti.

e) Sintesis (C5) adalah kemampuan memadukan bagian-bagian yang terpisah menjadi konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

f) Evaluasi (C4) adalah kemampuan untuk mempertimbangkan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

3) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

a) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi dua aspek yakni: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

1. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan

28

berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.47

2. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya diipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

a. Inteligensi Siswa

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.48 Dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan hasil baik ditentukan/dipengaruhi oleh taraf kecerdasannya.49

Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan

“menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. b. Sikap dan Sifat Pribadi Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa

47 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 130.

48Ibid., h. 131.

terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau kepada mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. 50 Demikian juga dengan tiap-tiap siswa mempunyai sifat kepribadian yang berbeda yang sedikit banyak turut pula mempengaruhi sampai dimanakah hasil belajarnya dapat dicapai.51

c. Bakat Siswa

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.52

Bakat berfungsi sebagai modal pembelajaran, dengan adanya bakat seorang siswa akan jauh lebih mudah memahami materi pembelajaran bahkan tanpa hadirnya seorang pendidik sekalipun. Bakat dapat berkembang sebagai kemampuan suatu individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung ppada upaya pendidikan dan pelatihan.

d. Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.53 Guru dalam hal ini seharusnya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang lebih kurang sama dengan kiat mebangun sikap positif.

e. Motivasi Sosial

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

50 Muhibbin Syah, op. cit., h. 132. 51 Ngalim Purwanto, op. cit., h. 103-104. 52 Muhibbin Syah, op. cit., h. 133. 53Ibid.

30

perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang mampu mendorong tindakan belajar. 2) motivasi ekstrinsik yaitu keadaan yang datang dari luar individu siswa juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.54 Anak akan menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu.55 Jadi jika guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.

b) Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni: lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.56

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial ini termasuk sekolah, masyarakat, dan kelauarga. Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya lingkungan masyarakat termasuk tetangga, terutama teman sebaya dapat mendukung, paling tidak mendiskusikan pelajaran yang dianggapnya sulit.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi adalah lingkungan okeluarga dan orang tua. Sifat orang tua dan praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga semuanya dapat memberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

54Ibid., h. 134.

55 Ngalim Purwanto, op. cit., h. 105. 56 Muhibbin Syah, op. cit., h. 135.

Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar mempengaruhi taraf keberhasilan proses belajar siswa. Faktor ini merupakan keefektifan segala cara dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Faktor ini dibagi tiga macam, yakni: a) Pendekatan Tinggi (speculative, achieving), b) Pendekatan Sedang (analitical, deep), c) Pendekatan Rendah (reproduktive, surface).57

Dokumen terkait