KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Chatarina, 2006: 5).
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 2009: 49). Unsur-unsur yang ada dalam aspek hasil belajar yaitu: a. Tipe hasil belajar bidang kognitif
1) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal, diingat agar dapat dikuasai dengan baik. Tipe hasil belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lain yang lebih tinggi. Pengetahuan hafalan merupakan kemampuan terminal (jembatan) untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lainnya. 2) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention)
commit to user
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.
3) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus.
4) Tipe hasil belajar analisis
Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkatan hirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi.
5) Tipe hasil belajar sintesis
Sintesis adalah lawan dari analisis bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
6) Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgement yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi tekanan pada pertimbangan suatu nilai, mengenai baik tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu. b. Tipe hasil belajar bidang afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain. Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkatan yang kompleks.
commit to user
Yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2) Responding atau jawaban
Yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Valuing (penilaian)
Yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
4) Organisasi
Yaitu pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan serta prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi
Yaitu keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi nilai dan karakteristiknya.
c. Tipe hasil belajar psikomotorik
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yaitu gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar); keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain; kemampuan di bidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan; gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif, interpretatif.
commit to user
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut (Sudjana, 2001: 56) yaitu: kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri, menambah keyakinan akan kemampuan dirinya, hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilaku bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya; hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku); Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
6. Aktivitas
Aktivitas belajar adalah upaya siswa dalam memahami dan menanggapi lingkungannya. Dalam hal ini, lingkungan merupakan stimulus yang memberikan rangsangan kepada siswa untuk menanggapi dalam cara-cara tertentu. Kegiatan untuk menanggapi ini akan optimal jika didukung oleh adanya kebebasan mengemukakan pendapat yang dapat dilakukan oleh setiap siswa. Dengan kata lain, kebebasan yang dimaksud harus dilaksanakan secara bertanggungjawab, dilandasi akal sehat, niat baik, dan norma yang berlaku di masyarakat.
Aktivitas diperlukan dalam pembelajaran karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku sehinggga terjadi suatu tindakan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi di dalam belajar mengajar. Dimyati (2002: 51) menyatakan bahwa aktivitas belajar meliputi aktivitas fisik, mental, dan emosional. Aktivitas fisik meliputi
commit to user
membaca, mendengarkan, menulis, memperagakan, dan mengukur. Aktivitas mental meliputi mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan hasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan maalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengambil keputusan, rasa percaya diri, dan lain-lain. Aktivitas emosional meliputi menaruh minat, berani, gembira, gugup, tenang, dan lain-lain. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini kasus aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu satuan aktivitas sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
7. Kerjasama
Kerjasama atau kooperasi merujuk pada praktek seseorang atau kelompok yang lebih besar yang bekerja di khayalak dengan tujuan atau kemungkinan metode yang disetujui bersama secara umum. Menurut Kusnadi mengartikan kerja sama merupakan dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu. Ada beberapa aspek yang terkandung dalam kerja sama (yaitu dua orang atau lebih, artinya kerja sama akan ada kalau ada minimal dua orang/pihak yang melakukan kesepakatan. Oleh karena itu, sukses tidaknya kerjasama tersebut ditentukan oleh peran dari kedua orang atau kedua pihak yang bekerjasama), aktivitas (menunjukkan bahwa kerja sama tersebut terjadi karena adanya aktivitas yang dikehendaki bersama), tujuan/target (merupakan aspek yang menjadi sasaran dari kerjasama usaha tersebut, biasanya adalah keuntungan baik secara financial maupun nonfinansial), jangka waktu tertentu (menunjukkan bahwa kerja sama tersebut dibatasi oleh waktu, artinya ada kesepakan kedua pihak kapan kerjasama itu berakhir). Dalam penelitian ini kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antara siswa satu dengan siswa lainnya dalam satu kelompok atau kelas selama proses pembelajaran berlangsung (Landsberger, Joe. 2009).
commit to user B. Kerangka Berpikir
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan social, penelaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, sportivitas, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang (Khomsin, 2010: 12).
Seorang guru yang profesional mampu mendayagunakan seluruh potensi yang ada untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mendorong siswa lebih aktif mendapatkan pengetahuan dengan mengkontruksi pengetahuan sendiri melalui interaksi dirinya dengan sumber belajar. Salah satu sumber belajar yang sering terabaikan oleh guru-guru termasuk dalam hal ini adalah pemanfaatan seoptimal mungkin lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah di sini adalah kebun dekat sekolah sebagai suatu ekosistem, ekosistem disekitar sekolah sebagai sumber belajar potensial dan efektif dalam membangun pengetahuan, sikap ataupun keterampilan anak didik sebagai wadah pengembangan life skill mereka. Seringkali guru melaksanakan pembelajaran secara tidak efektif, dimana guru menyajikan pembelajaran bertopang pada konsep abstrak yang sulit diterima siswa secara utuh, bermakna, mendalam dan mengembangkan aspek kecakapan hidup. Hal ini sering terjadi karena guru belum secara maksimal mengeksploitasi sumber belajar yang ada disekitar siswa, seperti media ataupun sarana dan prasarana yang ada. Padahal pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah adalah sumber belajar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kontekstual untuk menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
commit to user
Tidak sedikit kegiatan pendidikan jasmani yang tidak terlaksana dengan baik karena keadaan prasarana yang tidak memadai, dalam hal ini kreativitas para guru pendidikan jasmani dituntut untuk bisa mensiasati keadaan tersebut karena hakikat pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas jasmani yang tidak terlepas dari konsep bermain-bergerak-ceria, maka lapangan, ruangan, tempat apapun bisa digunakan untuk kegiatan pendidikan jasmani.
Dalam penelitian ini pembelajaran yang akan diteliti yaitu pada materi tolak peluru yaitu dengan memodifikasi media bola dan objek sasaran tolakan yaitu dengan menggunakan bola tenis, bola plastik serta ban sepeda dan kardus sebagai sasaran. Dengan adanya modifikasi alat bantu pembelajaran tolak peluru diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa terhadap pembelajaran Penjasorkes.
commit to user
Gambar 3. Kerangka Berfikir Kondisi Awal
Guru kurang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran Penjasorkes
Siswa:
- Tidak mampu menyerap materi
- Merasa takut dan bosan dengan materi tolak peluru
- Hasil belajar tolak peluru rendah
- Kualitas gerakan tolak peluru - kurang memuaskan Tindak - Meningkatkan hasil belajar melalui modifikasi tolak peluru Siklus I:
- Guru menyusun model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar melalui
modifikasi tolak peluru
Siklus II:
Upaya perbaikan dari siklus I sehingga meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dasar tolak peluru Kondisi Melalui modifikasi tolak peluru dapat meningkatkan motivasi dan antusias siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
commit to user C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir hipotesis tindakan penelitian ini yaitu modifikasi alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar tolak peluru siswa kelas IV SD Negeri Slawi Kulon 01 Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2011/2012
commit to user BAB III