• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Matematika

3. Hasil Belajar Matematika a. Belajar dan Hasil Belajar

Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal, seakan-akan orang yang telah mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar. Kemungkinan besar jawaban atas pertanyaan tersebut akan mendapatkan jawaban yang bermacam-macam, demikian pula dikalangan para ahli.

Beberapa aliran psikologi mendefinisikan belajar sebagai berikut:16

1) Psikologi klasik

Belajar adalah melihat objek dengan menggunakan ubtansi dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan mencipta, ingatan, keinginan, dan pikiran dengan melatihnya.

2) Psikologi daya

Belajar adalah melatih semua daya yang dimiliki oleh manusia.

3) Teori Mental State

Belajar adalah memperoleh pengetahuan melaui alat indera yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar.

4) Psikologi behavioristik

Belajar adalah latihan pembentukan hubungan stimulus dan repon.

Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat learning is change in organism due to experience

16

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h. 39-43

which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.17

Menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.18

Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, definisi belajar hampir selalu diidentikkan dengan adanya pengalaman dan perubahan. Belajar adalah perubahan pada seseorang yang bersifat permanen atau menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Setelah siswa melakukan serangkaian proses belajar, diakhir proses belajar itu akan dihasilkan suatu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari belajar. Menurut Ngalim Purwanto hasil belajar adalah hasil-hasil pelajaran oleh guru kepada siswa dalam jenjang waktu tertentu.19 Sedangkan Dimyanti dan Mudjiono mengatakan, hasil belajar menekankan pada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.20

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar merupakan bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian pengalaman dalam kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian

17

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), h 88.

18

Slameto , Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 2010) h. 2.

19

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2004) h. 33

20

Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 190

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Hasil belajar diketahui dengan nilai yang dicapai oleh seseorang dengan kemampuan maksimal setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran berupa data kuantitatif.

Benyamin Bloom, dkk yang menyatakan bahwa ada tiga domain (ranah) hasil belajar yaitu21 :

1) Ranah kognitif, berkenaan dengan haisl belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistematis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan

3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan tindakan.

Untuk menilai hasil belajar dapat digunakan test. Test adalah alat yang digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh siswa. Test bertujuan untuk membangkitkan motivasi kepada siswa agar mereka memperhatikan pelajaran serta mendorong mereka agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik. Test dapat juga digunakan sebagai feedback bagi guru dalam memperbaiki program pengajaran.22

b. Hasil Belajar Matematika

Belum ada defisini pasti tentang pengertian hasil belajar matematika,namun dari penggabungan dari definisi hasil belajar dan matematika yang telah dikaji sebelumnya dapat disimpulkan, hasil belajar matematika adalah bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian pengalaman dalam kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran matematika yang telah ditentukan.

21

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta. PT. Grasindo,1991) hal 149

22

Suharsini Arikunto: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1999) hal 53

c. Bentuk-bentuk Hasil Belajar Matematika

Seperti bidang lainnya hasil belajar matematika dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif, bidang afektif serta bidang psikomotor. Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan harus merupakan hasil belajar siswa di sekolah dalam proses pembelajaran.23Berikut uraian unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut:

a. Tipe hasil belajar bidang kognitif

1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Misalnya membaca berulang-ulang menggunakan teknik mengingat. Tingkah laku operasional khusus yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain: menyebutkan, menjelaskan kembali, membilang dan lain-lain. Contoh soal : Tulislah lambang bilangan pecahan dua per tiga, tiga per tujuh, lima per enam, dan satu per empat!

2. Tipe hasil belajar pemahaman (komprehensif)

Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep.24Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Kata-kata operasional untuk merumuskan tujuan instruksional dalam bidang pemahaman, antara lain: membedakan, menghitung, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan dan lain-lain. Contoh soal : Dona mempunyai m tali merah. Feri mempunyai m tali merah. Siapakah yang mempunyai tali merah lebih panjang?

3. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

Kesanggupan menerapkan, mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Kata kerja operasional untuk

23

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya , 1990) cetekan ke 14 2009 h. 22

24

merumuskan tujuan instruksional, antara lain: memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan dan lain-lain. Contoh soal :

Lantai ruang pertemuan di sekolah Nia berbentuk persegi. Panjang sisinya adalah 27 m. Berapa m-kah keliling lantai ruang pertemuan tersebut?

4. Tipe hasil belajar analisis25

Kemampuan menalar pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki maka akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain: menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan dan lain-lain.

5. Tipe hasil belajar sintesis

Kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Kata-kata operasional yang tercermin antara lain: mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun dan lain-lain.

6. Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi dalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materi, dll. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja dan lain-lain.

b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif

Ranah afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai, apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afeksi ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut:

1. Kemauan Menerima

25

Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengarkan music, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.

2. Kemauan Menanggapi

Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas laboratorium, atau menolong orang lain.

3. Berkeyakinan

Berkeyakinan dalam hal ini berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk melakukan sesuatu di dunia sosial.

4. Mengorganisasi

Pengorganisasian berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang lebih tinggi. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab atas hal telah dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, atau menyadari peran perencanaan dalam memecahkan suatu masalah.

5. Tingkat Karateristik/ Pembentukan Pola

Ini adalah tingkatan afeksi tertinggi. Pada tarap ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap banyak hal.

c. Tipe hasil belajar bidang psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

1. Persepsi yakni berkenaan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan. Dimensi persepsi adalah :

a. Sensori stimulasi, yakni berhubugan dengan sebuah stimuli yang berkaitan dengan organ tubuh, yaitu : Auditori, visual, tactile, taste, smell, dan kinestetik.

b. Seleksi isyarat, yakni menetapkan bagian isyarat sehingga orang harus merespon untuk melakukan tugas tertentu dari suatu kinerja. c. Translasi, yakni berhubugan dengan persepsi terhadap aksi dalam

membentuk gerakan. 2. Kesiapan

Kesiapan merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan ataupun pengalaan tertentu. Termasuk didalamnya kesiapan mental, fisik, ataupun emosi untuk melakukan suatu tindakan. 3. Gerakan terbimbing

Gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai dapatmenguasai dengan benar suatu gerakan. 4. Gerakan terbiasa

Gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampikan menunjukkan suatu kemahiran. 5. Gerakan yang kompleks

Gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang berada pada tingkat keterampilan tertinggi. Gerakan itu menampilkan suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu dengan tingkat kecermatan dan atau keluwesan, serta efisiensi yang tinggi.

6. Penyesuaian dan keaslian

Pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntuk persyaratan tertentu. Individu sudah

dapat mengembangkan tindakan/ keterampilan baru untuk memecahkan masalah tertentu.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika

1. Faktor Internal26 a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasman, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

Disamping kondisi-kondisi tersebut, merupakan hal yang penting juga untuk memperhatikan kondisi pancaindera. Bahkan dikatakan oleh Aminuddin Rasyad, pancaindera merupakan pintu gerbang imu pegetahuan (five sense are the golden gate of knowledge). Artinya, kondisi panca indera tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimuli dalam proses belajar.

b) Faktor Psikologis

Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif juga daya nalar.

- Intelegensi

26

C.P. Chaplin mengatakan intelegensi sebagai (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar denga cepat sekali. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan, tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. - Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju pada suatu objek ataupun sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada objek-objek yang dapat menarik perhatian siswa. Bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau focus terhadap objek yang dipelajarinya.

- Minat dan Bakat

Minat diartikan oleh Hilgard sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah belajar dan berlatih.

- Motif dan motivasi

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Menurut Aminuddin Rasyad, dalam setiap diri manusia pada umumnya mempunyai dua macam motif atau dorongan, yaitu motif yang sudah ada dalam diri yang sewaktu waktu akan muncul tanpa ada pengaruh dari luar, disebut intrinsic motivate. Motif liannya adalah motif yang datang dari luar diri, yakni karena ada pengaruh situasi lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motivate. Atas dasar inilah

dianjurkan kepada guru untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.

- Kognitif dan daya nalar

Pembahasan mengeni hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berfikir. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam ligkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa yang satu dengan siswa tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama, bahkan kelas yang sama. Ini ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri. Karena pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya bennaknya dengan perbendaharaan untuk memperkuat daya persepsinya.

Mengingat ini adalah suatu aktivitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau. Berpikir oleh Jalaluddin Rakhmat dibagi menjadi dua macam, yakni berpikir autistik (autistic) dan berpikir realistik (realistic).

Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun: fantasi, menghayal, adalah contoh-contohnya. Berpikir realistik, disebut juga nalar (reasoning), adalah berfikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya kepada pemahaman yang realistis. Dengan demikian, pemanfaatan edia dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.

2. Faktor Eksternal

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapt pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berwujud maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

b) Faktor Instrumental27

Faktor instrumental adalah faktor keberadaannya dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana, prasarana dan fasilitas, dan guru.

e. Definisi Operasional Hasil Belajar

Definisi operasional hasil belajar matematika adalah bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian pengalaman dalam kegiatan pembelajaran, yang didapatkan melalui tes yang meliputi aspek kognitif (C1-C3) yaitu tipe pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3).

Adapun indikator hasil tipe pengetahuan (C1), yaitu siswa mampu membaca pecahan sederhana, menulis lambang pecahan, membilang pecahan sederhana, dan menyajikan nilai pecahan dalam bentuk gambar. Sedangkan indikator pada tipe pemahaman (C2) yaitu membandingkan pecahan sederhana dengan garis bilangan dan cara lain. Dan indikator pada tipe penerapan (C3) yaitu memecahkan masalah yang melibatkan pecahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tes ini dilakukan setelah siswa belajar dengan

27

Yudi Munadi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru)(Jakarta; Gaung Persada Press, 2002) hal 245

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kemampuan kognitif siswapada penelitian ini diukur dengan menggunakan instrument tes uraian terbatas sebanyak 13 butir soal.

Dokumen terkait