• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

4. Hasil Belajar Matematika a. Hasil belajar

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses internal yang terjadi pada diri pelajar sementara pembelajaran merupakan kondisi eksternal pelajar. Dari segi pelajar, belajar merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor. Sementara dari segi pembelajar (guru), belajar merupakan akibat tindakan pembelajaran, dengan perkataan lain belajar ada

kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajaran.

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap individu sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karna itu, belajar dapat terjadi kapanpun dan dimanapun. Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di tempat-tempat pendidikan, tidak lain hal itu bertujuan untuk mengarahkan perubahan pada diri setiap siswa secara terencana baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang dan dilandasi dengan adanya perubahan tingkah laku yang baik. Perubahan yang ingin dicapai melalui belajar pada dasarnya adalah perubahan yang diperhatikan oleh individu dalam bentuk tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya dengan melalui suatu yang mengarah pada tujuan. Perubahan-perubahan yang dimaksud berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, pemahaman dan aspek- aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.

Melalui proses belajar, seorang pelajar atau peserta didik yang tadinya tidak tahu suatu hal menjadi tahu. Proses belajar ini sebenarnya merupakan suatu masalah yang kompleks. Dikatakan demikian karna proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar tanpa dapat terlihat secara lahiriah (terjadi dalam pikiran orang). Oleh karena itu, proses belajar tersebut disebut proses intern. Sedangkan tampak dari luar adalah proses ekstern yang merupakan pencerminan terjadinya proses intern dalam diri peserta didik. Proses ekstern ini merupakan

indikator yang menunjukkan apakah dalam diri sesorang telah terjadi proses belajar atau tidak. Oleh karna itu, hal yng perlu dilakukan pendidik adalah mengarahkan proses ekstern itu agar dapat mempengaruhi proses intern.

Istilah hasil belajar terdiri atas dua kata yakni “hasil” dan “belajar”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “hasil” berarti suatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh suatu usaha. Sedangkan secara etimologis “belajar” memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Defenisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan, dan memiliki tentang sesuatu.

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran, yang mana hasil belajar yang dicapai oleh siswa erat kaitannya dengan rumusan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelumnya.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak di lihat secara pragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif, dalam hal ini bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai dalam usaha belajarnya.

Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat menjadi indikator tentang batas kemampuan, kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki.

Gagne menyimpulkan ada lima macam hasil belajar yaitu:

1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar konsep, prinsip pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi disekolah.

2) Strategi kognitif yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat dan berfikir.

3) Informasi verbal yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata- kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

5) Sikap yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar yaitu : 1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).

lingkungan di sekitarnya, dimana lingkungan disekitarnya. merupakan lingkungan yang cinta akan pendidikan maka dia juga terpengaruh untuk selalu belajar yang membawa dampak positif yaitu hasil belajarnya akan bagus, dan sebaliknya.

Selain dari kedua faktor di atas cara belajar juga sangat ikut mempengaruhi hasil belajar siswa. Cara belajar yang baik secara umum menggambarkan bahwa :

1) belajar secara efisien yang ditampakkan pada komitmen yang tinggi untuk memenuhi waktu yang telah diatur.

2) mampu membuat berbagai catatan .

3) mampu membaca yaitu memahami isi bacaan dari mata pelajaran. 4) siap belajar.

5) keterampilan belajar 6) memahami.

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses internal yang terjadi pada diri pelajar, sementara pembelajaran merupakan kondisi eksternal pelajar. Dari segi pelajar, belajar merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor. Sementara dari segi pembelajar (guru), belajar merupakan akibat tindakan pembelajaran, dengan perkataan lain belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dengan demikian, hasil belajar matematika yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah tingkat keberhasilan siswa

menguasai bahan pelajaran matematika setelah memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu kurung waktu tertentu. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik biasanya dilakukan kebehasilan, salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah tes. Jadi, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika.

b Matematika

Matematika berasal dari kata (mathema) dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” juga (mathematikos) yang diartikan sebagai “suka belajar ilmu matematika”. Ilmu matematika telah banyak dikenal orang pada masa pra sejarah. Banyak ditemukan berbagai tulisan matematika di berbagai wilayah yang merupakan sisa peninggalan zaman prasejarah, diantaranya:

1. Matematika Babilonia tahun 1900 SM, ditemukan oleh Plimpton. 2. Matematika Moskow di Mesir tahun 1850 SM.

3. Matematika Rhind di Mesir tahun 1650 SM. 4. Sulbha sultra/ matematika India tahun 800 SM.

Tulisan-tulisan tersebut merupakan bukti bahwa sejak dulu matematika sebagai ilmu hitung dan aritmetika telah dikenal. Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman dari masing- masing orang yang memiliki pendapat. Menurut Hariwijaya, matematika adalah suatu ilmu dasar yang mendasari ilmu pengetahuan yang lain, selain itu juga sebagai penelaah struktur abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi.

Menurut Ensiklopedia bebas, kata matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” juga mathematikos yang diartikan sebagai suku belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu studi tentang struktur, ruang, dan perubahan.

Pengertian matematika yang tepat tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini disebabkan karena cabang-cabang matematika semakin bertambah dan berbaur satu dengan yang lainnya.

Johnson dan Rising (1956) mengatakan sebagai berikut:

1. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif bardasarkan unsur-unsur yang didefenisikan atau tidak didefenisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

2. Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefenisikan secara cermat, jelas, dan akurat.

3. Matematika adalah seni, dimana keindahannya terdapat dalam keterurutan dan keharmonisan.

Soedjadi dalam Suharti Kadar mengatakan bahwa tidak mengherankan kalau ada pihak yang mendefinisikan matematika sebagai „ilmu yang mempelajari struktur dan pola‟‟. Sedangkan dilain pihak mengatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari bagian-bagian abstrak dan sebagainya. Selanjutnya Soedjadi mempertegas kembali bahwa meskipun terdapat berbagai pendapat yang nampak berlain-lainan itu, tetap dapat ditarik ciri-ciri yang sama, antara lain adalah bahwa:

1. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak.

2. Matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan. 3. Matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif. 4. Matematika dijiwai dengan kebenaran konsisten.

Walau tidak terdapat satu pengertian tentang matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika namun dapat terlihat adanya ciri- ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah:

1. Memiliki objek abstrak. 2. Bertumpu pada kesepakatan. 3. Berpola pikir deduktif.

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. 5. Memperhatikan semesta pembicaraan. 6. Konsisten dalam sistemnya.

Matematika memegang peranan penting dalam memahami berbagai ilmu pengetahuan karena matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur dengan hubungan yang diatur menurut urutan yang logis. Matematika merupakan mata pelajaran yang berstruktur yang tersusun secara berurutan, logis dan berjenjang mulai dari sederhana sampai tingkat yang paling sulit. Matematika sebagai suatu pengetahuan yang terdiri atas struktur-struktur yang disusun secara konsisten dan sistematis. Selain itu, matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif.

Seorang guru pelajaran matematika dapat membantu peserta didik untuk mengalami proses belajar secara utuh dengan cara menyesuaikan sterategi yang digunakan dalam mengajar dengan perkembangan jiwa peserta didik. Selain itu, seorang guru juga harus mengerti apa yang dibutuhkan dan disenangi peserta didiknya dan dapat pula menyusun buku teks sendiri untuk peserta didiknya agar tidak terjadi ketimpangan yang akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai karena guru jauh lebih mengerti materi pelajaran yang diajarkan dan lebih memahami kemampuan peserta didiknya.

Jika dikaitkan dengan belajar matematika maka hasil belajar terjadi karena evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam mempelajari matematika. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dan dimiliki oleh siswa setelah melibatkan masalah-masalah yang ada hubungannya dengan materi pelajaran yang diberikan siswa sebagai obyek yang dibelajarkan dalam arti luas yaitu belajar dengan optimalisasi potensi subjektif yang dimiliki sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam proses belajar mengajar, dimana selalu diharapkan agar mencapai hasil belajar yang optimal dalam mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Seringkali hasil belajar yang dicapai dalam bidang studi tertentu disebut prestasi belajar siswa dalam bidang studi itu.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah skor atau hasil perolehan nilai yang diperoleh dan dimiliki siswa melalui suatu proses kegiatan belajar mengajar matematika.

Adapun indikator yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah:

1. Kognitif, meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

2. Afektif, meliputi menjawab dan menilai.

3. Psikomotorik, meliputi manipulasi, menghubungkan dan mengamati. B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang sejalan untuk penelitian ini terdapat beberapa penelitian. Yaitu penelitian yang dilakukan dari Aminatuz Zuhriyah (2013) dengan judul “Pengaruh Kemampuan Verbal Dan Kemampuan Numerik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIC SMP Zainuddin Waru”. Hasil pada penelitian ini menyebutkan jika (1) adanya pengaruh yang signifikan dari prestasi belajar matematika siswa terhadap kemampuan verbal sebanyak 85,43% dengan persamaan regresinya 𝑌 = 65,7 + 0,299𝑋1 + 𝑒 dimana pengaruh prestasi belajar matematika siswa berpengaruh terhadap kemampuan verbal dibuktikan oleh koefisien determinasi (𝑅2) = 0,8543 (2) ada pengaruh yang signifikan prestasi belajar matematika siswa terhadap kemampuan numerik sebanyak 81% dengan persamaan regresinya 𝑌= 76,3 + 0,162𝑋2 + 𝑒 dimana ada pengaruh prestasi belajar matematika siswa terhadap kemampuan numerik dibuktikan oleh koefisien determinasi (𝑅2) = 0,81. (3) ada pengaruh yang signifikan prestasi belajar matematika siswa terhadap kemampuan verbal dan kemampuan numerik sebanyak 88% dengan persamaan regresinya 𝑌= 66,9 +0,2321𝑋1 + 0,0547𝑋2 + 𝑒 dimana ada pengaruh prestasi belajar matematika siswa terhadap kemampuan verbal dan kemampuan numerik terhadap dibuktikan oleh koefisien determinasi (𝑅2)= 0,88

Penelitian yang dilakukan dari Nur Hardiani (2014) dengan judul “Pengaruh Kemampuan Verbal dan Kemampuan Numerik Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Bentuk Cerita”. Hasil penelitian ini menyebutkan jika adanya hubungan antara kedua variabel bebas baik secara simultan ataupun parsial dalam menyelesaikan SPL pada persamaan regresi Y = 19,62 + 0,426X1 + 0,337X2. Dari kedua variabel bebas, kemampuan verbal dan kemampuan numerik memberikan peran paling besar untuk kemampuan menyelesaikan SPL.

Penelitian relevan lainnya yang dilakukan Mudrikah (2015). Menyatakan bahwa 1) ada pengaruh kemampuan komunikasi matematis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTsN Pucangbalan. yang diperkuat dengan hasil uji lanjut dan diperoleh variabel kemampuan komunikasi matematis berpengaruh terhadap variabel hasil belajar matematika siswa, 2) pengaruh kemampuan komunikasi matematis terhadap hasil belajar matematika siswa adalah sebesar 56,9%. C. Kerangka Pikir

1. Pengaruh Kemampuan Verbal, Kemampuan Numerik dan Kemampuan Komunikasi Matematis Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Keberhasilan proses pendidikan di sekolah merupakan kegiatan yang pokok dan sangat memberikan pengaruh. Hasil belajar siswa sangat ditentukan dari kualitas pendidikan di sekolah. Upaya dalam menggapai perubahan kesisi untuk menjadi baik merupakan pengertian dari belajar. Sehingga dapat diperoleh pengertian bahwa, belajar merupakan hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya sesuai dengan upaya yang dijalankan setiap orang agar mendapatkan sesuatu perubahan perilaku yang baru, supaya menjadi lebih utuh.

Intelegensi, kemampuan, dorongan, keinginan, kesahatan jasmani seta rohani ataupun dari luar (eksternal) berupa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat adalah hasil komunikasi antara faktor yang memberi pengaruh baik dari dalam (internal) merupakan hakekat dari hasil belajar. Dari penjelasan di atas, maka kemampuan verbal, kemampuan numerik, serta kemampuan matematis adalah faktor yang memberi pengaruh pada hasil belajar. Dimana murid yang memiliki kemampuan verbal, kemampuan numerik serta kemampuan komunikasi matematis sehingga hasil belajar bisa mencapai batas optimal.

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan jika, dalam memperoleh hasil belajar pada pelajaran matematika yang tertinggi maka siswa harus memiliki kemampuan verbal, kemampuan numerik, dan kemampuan komunikasi matematis yang baik.

2. Pengaruh Kemampuan Verbal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Kemampuan verbal adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata atau bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran. Kosakata yang dibuat dari tata bahasa dalam mengungkapkan suatu jalan pandangan ataupun pernyataan melalui simbol-simbol atau angka-angka dalam matematika. Kosakata ini merupakan pemikiran manusia yang pada hakikatnya merupakan akumulasi pengalaman. Artinya, manusia dapat

mengkomunikasikan seluruh pengalaman dan pemikirannya dengan perbendaharaan kata-kata yang ada.

Perbincangan lisan, tertulis, ataupun dalam bentuk gambar-gambar merupakan salah satu berita yang bisa diungkapkan lewat kebenaran, ataupun kejadian. Murid diharuskan bisa mengurutkannya pada wujud kalimat untuk dapat melakukannya. Kemampuan dalam mengemukakan pendapat, adalah informasi verbal yang termasuk dalam kemampuan yang dipelajari.

Seperti yang telah disebutkan diawal bahwa nama, bulan, hari, minggu, bilangan, huruf, kota, negara telah memiliki memori yang umumnya digunakan dalam bentuk informasi. Yang diharapkan dapat diingat kembali setelah pembelajar menyelesaikan kegiatan pembelajaran dimana informasi verbal yang dipelajari pada situasi pembelajaran.

Matematika tidak hanya menulis, menghitung, dan yang lainnya, kemampuan lisan itupun perlu karena matematika disini sangat membutuhkan suatu kemampuan verbal. Bertujuan, agar dalam menyampaikan suatu informasi siswa dapat mengerti seta menyimpan pada ingatan agar mampu diungkapkan dengan lisan. Kemampuan lisan sama dengan kemampuan verbal. Pada pembelajaran matematika apabila semakin besar kemampuan verbal yang dimiliki pada murid maka, menjadi ahli di bidang matematika memiliki kemungkinan semakin besar pula.

3. Pengaruh Kemampuan Numerik Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Kemampuan Numerik adalah kemampuan seseorang pada pengoperasian bilangan-bilangan dan melakukan perhitungan. Sehingga, dalam pelajaran matematika kemampuan numerik sangat diperlukan. Kemungkinan besar jika seorang siswa mempunyai kemampuan numerik yang baik, tidak mengherankan dalam matematika juga baik. Dimana kepintaran yang dijabarkan pada bentuk keahlian berlogika (reasoning), serta membilang, ataupun mempertimbangkan seuatu hal yang masuk akan dan tersusun merupakan kecerdasan logika-berhitung-matematika (Logical-Mathematical- Intelegence).

Kemampuan numerik bisa memberi bantuan untuk para pemakai pada pembelajan matematika, dimana matematika memerlukan perhitungan maupun bilangan dimana perlu menggunakan suatu penalaran dan memikirkan secara logis. Sehingga, permasalahan dalam matematika juga harus bisa diselesaikan dengan pemikiran yang logis untuk mempercepat dalam proses menghitung. Jadi, apabila permasalahan-permasalahan matematika dan hasil belajar matematika meningkat maka siswa harus mempunyai kemampuan numerik yang baik.

4. Pengaruh kemampuan komunikasi matematis terhadap hasil belajar matematika siswa

Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan seseorang dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya kepada orang lain. Penjelasan ini tergolong dalam komunikasi matematis yang menyatakan bahwa diantaranya adalah (1) bahasa,

simbol, ide, atau model matematika merupakan kemampuan yang dinyatakan pada suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata, (2) relasi matematika secara lisan atau tulisan dijelaskan dalam ide ataupun situasi, (3) menulis tentang matematika, mendengarkan dan berdiskusi, (4) representasi matematika tertulis saat membaca dan memahami, (5) komunikasi memegang peranan yang sangat penting membuat konjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi, serta mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri dalam matematika,. Melalui komunikasi siswa dapat mengembangkan berbagai ide-ide matematika atau membangun pengetahuannya.

Penjelasan ini menjelaskan komunikasi dalam matematika perlu ditumbuh kembangkan di kalangan siswa karena memiliki dua alasan penting. Pertama,

mathematics as language, diartikan sebagai matematika tidak hanya sekedar alat

bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat dalam mendapatkan model, penyelesaian persoalan dalam memperoleh keputusan, tapi matematika juga sebagai salah satu alat yang berguna dalam menyampaikan beragam ide secara jelas, benar serta cermat. Kedua, mathematics learning as social activity, diartikan sebagai kegiatan sosial pada pembelajaran matematika, matematika juga sebagai sarana berkomunikasi antara murid serta komunikasi antara guru dan murid.

Dokumen terkait