• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar

. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, : dalam Hamdani, : ). Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses belajar dan dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut penelitian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, : dalalam Hamdani, : )

Dalam Al-Qur‟an Surat Al Mujaddalah Ayat dijelaskan mengenai penting dan utamanya menuntut ilmu yang berbunyi :

اَذِإ َو ۖ ْمُكَل ُ َّاللَّ ِحَسْفَي اوُحَسْفاَف ِسِلاَجَمْلا يِف اوُحَّسَفَت ْمُكَل َليِق اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

اوُزُشْناَف اوُزُشْنا َليِق

اَمِب ُ َّاللَّ َو ۚ ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلا َو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذَّلا ُ َّاللَّ ِعَفْرَي ريِبَخ َنوُلَمْعَت

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu : Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah,

niscahya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila

dikatakan “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscahya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa saja yang kamu kerjakan.

. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim dalam ahmad susanto ( ) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam memepelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal materi pelajaran tertentu.

Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang

berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujun-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebgaiman dikemukakan oleh Sunal dalam Ahmad Susanto ( ) bahwa evaluasi merupakan proses pengunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukanya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan Feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilain hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari disekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.

. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Waslimah dalam buku Ahmad Susanto ( ) hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal mupun ekstrnal. Secara perinci, uraian faktor tersebut yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhui kemampuan belajarnya. Faktor interen ini meliputi : kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitarnya.

. Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil

Menurut Nana Sudjana ( ) penilaian berfungsi sebagai :

a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksionl. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional.

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dll.

c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan

kemampuan dan keckapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Tujuan penilaian menurut Nana Sudjana ( : ) adalah:

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian.

d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.

. Jenis dan Sistem Penilaian

Dilihat dari fungsinya, jenis penilain ada beberapa macam, yaitu penilain formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan (Nana Sudjana, ).

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Dengan penilain formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya,

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses.

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remidial, menemukan kasus-kasus, dll. Soal-soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

Penilain selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.

Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontes). Tes ini ada yang diberikan secara

lisan dan tes tulisan/tertulis, dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun secara objektif, dan ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.

Tes hasil belajar ada yang sudah dibakukan (standardized tests), ada pula yang dibuat guru, yakni tes yang yang tidak baku. Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah menggunakan tes buatan guru untuk semua bidang studi. Tes baku, sekalipun lebih baik dari pada tes buatan guru, masih sangat langka sebab membuat tes baku memerlukan beberapa kali percobaan dan analisis dari segi realibilitas dan validitasnya. Disamping itu, tes sebagai alat penilaian hasil belajar ada yang sifatnya speed test (menguatkan kekuatannya). Tes objektif pada umumnya termasuk ke dalam speed test, sedangkan tes esai termasuk ke dalam power test. Dilihat dari objek yang dinilai atau penyajiaannya ada tes yang bersifat individual dan tes yang bersifat kelompok.

Di samping jenis-jenis penilaian perlu juga dijelaskan sistem penialaian. Yang dimaksudkan dengan sistem penilaian dalam pembahasan ini ialah cara yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahui, apakah telah menguasai tujuan intruksional ataukah belum. Menurut Nana Sudjana ( : ) sistem penilaian hasil belajar pada umumnya

dibedkan ke dalam dua cara atau dua sistem, yakni penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).

Penilaian acuan norma (PAN) adalah penilaian yang diacukan pada rata-rata kelompoknya. Dengan demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa di dalam kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat prestasi seseorang siswa, dibandingkan dengan nilai rata-rata kelasnya. Atau dasar itu akan diperoleh tiga kategori prestasi siswa., yakni di atas rata-rata kelas, sekitar rata-rata kelas, dan dibawah rata-rata kelas. Dengan kata lain, prestasi yang dicapai seseorang posisinya sangat bergantung pada prestasi kelompok atau kelas sehingga sekaligus dapat diketahui keberhasilan pengajaran bagi semua siswa. Kelemahannya adalah kurang meningkatkan kualitas hasil belajar. Jika nilai rata-rata kelompok atau kelasnya rendah, misalnya skor dari seratus, maka siswa yang memperoleh nilai (di atas rata-rata) sudah dikatakan baik, atau dinyatakan lulus, sebab berada di atas rata-rata kelas, padahal skor dari maksimum skor termasuk rendah. Kelemahannya yang lain ialah kurang praktis sebab harus dihitung dahulu nilai rata-rata kelas, apalagi jika jumlah siswa cukup banyak. Sistem ini kurang menggambarkan tercapainya tujuan intruksional sehingga tidak dapat dijadikan ukuran dalam menilai keberhasilan pengajaran. Oleh sebab itu, sistem penilaian ini tepat digunakan dalam penilaian formatif,

bukan untuk penilaian sumatif. Sistem penilaian acuan norma disebut

standar relatif.

Penilaian acuan patokan (PAP) adalah penilaian yang diacukan pada tujuan intruksional yang harus diakui oleh siswa. Dengan demikian, derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Biasanya keberhasilan siswa ditentukan kriterianya, yakni berkisar antara - persen. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai sekitar - persen dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai. Kurang dari kriteria tersebut dinyatakan belum berhasil. Sistem penilaian ini mengacu kepada konsep belajar tuntas atau mastery learning. Dalam sistem ini guru tidak perlu menghirung rata-rata kelas sebab kriterianya sudah pasti. Sistem penilaian ini tepat digunakan untuk penilaian sumatif dan dipandang merupakan usaha peningkatan kualitas pendidikan.

. Prinsip dan Prosedur Penilaian

Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaiaan hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian.

Prinsip-prinsip penilaian menurut Nana Sudjana ( : ) yang dimaksudkan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakannya. b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari

proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.

c. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.

d. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa.

Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian hasil belajar yaitu :

a. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. Mengingat fungsi penilaian hasil belajar adalah mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran, maka perlu dilakukan upaya mempertegas tujuan pengajara sehingga dapat memberikan arah terhadap penyusunan alat-alat penilaian.

b. Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran.

c. Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun nontes yang cocok digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran.

d. Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut.

. Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian

Hasil Belajar sebagai objek penilaian menurut Nana Sudjana ( : ) ada tiga ranah yaitu:

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Ranah psikomotorik berkenan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

B. Materi Sumber-Sumber IPS

Dokumen terkait