• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Nonfinansial

Analisis ini bertujuan untuk menilai kelayakan usaha burung kenari milik

Asoy D‟Canary dari aspek nonfinansial. Pada aspek nonfinansial yang akan

dianalisis, antara lain aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan lingkungan. Berikut penjelasan masing-masing aspek yang dianalisis:

Aspek Pasar

Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah permintaan terhadap burung kenari yang relatif besar. Dapat dilihat dari banyaknya jumlah kios yang terdapat di Bogor dan berbagai kontes burung kenari yang diadakan. Selain itu secara geografis, letak Bogor berdekatan dengan Jakarta dan Bandung dengan rumah tangga yang memelihara burung kenari berturut-turut sebesar 0.259 dan 0.264 persen dari jumlah rumah tangga yang ada.

Meskipun demikian, para pembudidaya kenari di daerah Bogor sebagian besar memproduksi burung kenari jenis lokal. Masih sedikit yang membudidayakan burung kenari silangan kenari impor dan kenari lokal. Padahal jumlah permintaan terhadap jenis kenari tersebut relatif besar. Berdasarkan silangan ini masih sedikit karena biaya investasi yang besar terutama untuk indukannya.

Berdasarkan pengalamannya selama usaha budidaya burung kenari jenis tersebut, Bapak Asep tidak pernah kekurangan permintaan. Kebanyakan anakan burung kenari yang masih di dalam telur sudah dipesan oleh pembeli. Potensi yang besar ini melatarbelakangi Bapak Asep Permana menjalankan usahanya.

Sebagai salah satu peternak burung kenari di Bogor, Asoy D‟ Canary sendiri masih mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar yang ada. Setiap siklusnya, Asoy D‟ Canary mampu menghasilkan sekitar 30 anakan burung kenari. Jumlah tersebut terbilang sedikit dibanding permintaan yang jumlahnya mencapai 125 anakan per siklusnya. Permintaan tersebut datang dari kenalan Bapak Asep Permana di daerah Jakarta, Bandung, dan Jawa Tengah. Dengan kondisi seperti itu Asoy D‟ Canary hanya dapat memenuhi beberapa permintaan saja. Pembagian jumlah anakan burung kenari kepada pelanggan didasarkan pada aspek kedekatan dan kepercayaan. Berikut tabel jumlah permintaan dan penawaran pada usaha Asoy D‟ Canary.

Target pasar

Target pasar Asoy D‟ Canary adalah para penghobi burung kenari golongan menengah ke atas. Hal ini dikarenakan burung kenari yang dibudidayakan merupakan persilangan antara burung kenari impor dengan burung kenari lokal yang memiliki harga relatif mahal, yaitu sekitar dua juta rupiah per ekor. Untuk saat ini, konsumen Asoy D‟ Canary sebagian besar berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Pemasaran

5. Produk

Produk yang dihasilkan oleh Asoy D‟ Canary adalah burung kenari silangan kenari impor dan kenari lokal. Kenari jenis ini memiliki ciri postur tubuh yang relatif besar dibanding kenari lokal.

6. Harga

Penetapan harga yang dilakukan oleh Asoy D‟ Canary didasarkan pada harga yang ditentukan oleh pesaing dan harga pokok produksi. Harga anakan burung kenari yang berumur dua bulan yaitu Rp 2.000.000,00 rupiah per ekor. Harga yang ditetapkan lebih rendah dari para pembudidaya burung kenari jenis yang sama di Bandung yang mencapai harga Rp 2.200.000,00 hingga Rp 2. 800.000,00 per ekor. Perbandingan dilakukan dengan para pembudidaya Bandung karena Bandung merupakan wilayah sentra budidaya burung kenari di Jawa Barat.

Tabel 1 Data permintaan dan penawaran Usaha Asoy D‟ Canary

No. Pelanggan Permintaan per Siklus (ekor) Penawaran per Siklus (ekor) Persentase yang Terpenuhi (%)

1 Gryo Canary. (Jakarta) 25 10 40

2 Arip Canary (Jakarta) 20 10 50

3 Sasan Canary (Bandung) 20 5 25

4 Arul Canary (Depok) 10 5 50

5 Bata X (Jogja) 30 - 0

6 Asep Kenari (Bandung) 20 - 0

Total 125 30

7. Promosi

Promosi dilakukan lewat media social, seperti facebook dan BBM yang terdapat komunitas - komunitas pecinta burung kenari dari berbagai daerah. Lewat komunitas-komunitas tersebut Bapak Asep Permana mempromosikan hasil produksinya. Jalur promosi ini dianggap sebagai promosi yang efektif dan efisiensi.

8. Saluran

Asoy D‟ Canary menjual hasil produksinya kepada pembubidaya kenari dan

penghobi atau konsumen akhir. Biasanya para pembeli datang langsung ke tempat budidaya kenari milik Bapak Asep Permana ini. Hal ini dilakukan agar pembeli dapat melihat secara langsung burung kenari yang akan dibeli. Bagi pembudidaya, kenari-kenari tersebut akan disilangkan sesuai keinginan pemilik untuk selanjutnya dijual kembali. Bagi penghobi, kenari yang dibeli akan diikutsertakan dalam berbagai lomba. Para pelanggan ini sebagian besar dari wilayah Jabodetabek dan Bandung. Pemasaran output pada usaha

Asoy D‟Canary ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Berdasarkan analisis aspek pasar, usaha burung kenari milik Asoy D‟Canary

layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari jumlah permintaan yang lebih besar dari jumlah penawaran. Artinya setiap output yang dihasilkan akan diserap oleh permintaan pasar, bahkan masih ada permintaan yang belum terpenuhi. Selain itu, usaha ini sudah memiliki pelanggan tetap, sehingga berapapun output yang dihasilkan akan habis terjual.

Aspek Teknis

Aspek teknis adalah aspek utama yang berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi suatu usaha. Pada penelitian ini analisis aspek teknis meliputi analisis lokasi usaha, pemilihan peralatan dan teknologi yang digunakan, serta layout. Berikut ini penjelasan dari analisis aspek teknis:

1. Lokasi usaha

Ada beberapa hal yang dipertimbangkan dalam perencanaan lokasi usaha

Asoy D‟Canary, yaitu pertimbangan terhadap ketersediaan indukan kenari,

ketersediaan bahan baku, sumberdaya (air dan listrik serta tenaga kerja), transportasi dan aksesibiltas, iklim dan cuaca, serta sosial masyarakat.

Pertama, Asoy D‟ Canary tidak mengalami kesulitan dalam pengadaan indukan burung kenari. Hal ini disebabkan induk burung kenari dapat dengan mudah diperoleh di daerah Bandung yang merupakan pusat budidaya burung kenari di Jawa Barat. Indukan yang dibutuhkan yaitu kenari Yorkshire sebagai indukan jantan yang merupakan jenis kenari impor. Kenari Yorkshire mudah

Asoy D‟ Canary Kios

Penghobi

Gambar 10 Saluran pemasaran usaha Asoy D‟ Canary

beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga tidak ada kendala saat membawa kenari tersebut dari Bandung ke Bogor.

Kedua yaitu aspek ketersediaan bahan baku. Bahan baku budidaya burung kenari yang dilakukan oleh Bapak Asep Permana terdiri dari pakan, vitamin, dan obat-obatan. Ketersediaan bahan baku tersebut dapat dipenuhi dengan mudah. Hal tersebut dikarenakan lokasi usaha berada di sekitar pusat kota sehingga aksesibilitas menuju pasar yang menjual berbagai keperluan budidaya burung kenari mudah dijangkau.

Ketiga yaitu aspek ketersediaan tenaga listrik dan air. Ketersediaan listik dan air untuk menjalankan usaha ini sudah cukup baik. Tenaga listrik untuk menjalankan operasional usaha bersumber dari PLN dan telah menjangkau ke seluruh daerah sekitar usaha. Sedangkan ketersediaan air sendiri bersumber dari sumur, sehingga cukup melimpah untuk kebutuhan operasional budidaya.

Aspek yang keempat adalah analisi kebutuhan tenaga kerja. Dalam hal pengadaan tenaga kerja, Bapak Asep tidak mengalami kesulitan berarti dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja diperoleh dari warga sekitar lokasi usaha. Tenaga kerja yang dibutuhkan saat ini sebanyak dua orang yang masing-masing bertugas dibagian produksi dan pemasaran.

Aspek yang kelima adalah transportasi dan aksesibilitas. Lokasi usaha yang terletak di kota membuat usaha ini dekat dengan jalan raya (aspal) yang mempermudah aksesibiltas menuju lokasi usaha. Selain karena jalan raya mudah dilalui, keberadaan lokasi yang dekat dengan jalan raya juga membuat akses transportasi berjalan lancar. Lokasi ini dilalui oleh beberapa kendaraan umum, seperti angkutan kota, bis, dan taxi. Lokasi ini juga dekat menuju ke stasiun kereta. Aksesibiltas dan Fasilitas transportasi yang terjamin penting sebagai sarana untuk mempermudah usaha Asoy D‟ Canary untuk distribusi input dan output dan akses pelanggan yang datang langsung ke lokasi usaha.

Aspek yang keenam yaitu iklim dan keadaan tanah. Kondisi iklim daerah Bogor cukup mendukung usaha budidaya burung kenari. Rentang perbedaan suhu siang dan malam yang tidak terlalu jauh. Hal ini sangat baik untuk pertumbuhan burung kenari. Selain itu, suhu di lokasi perusahaan sesuai untuk usaha ini yaitu sekitar 28 C – 30 C, cocok untuk budidaya burung kenari.

Aspek yang terakhir yaitu lingkungan sosial atau sikap masyarakat. Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha burung kenari ini. Hal ini disebabkan warga disekitar tempat usaha sebagian besar merupakan penghobi burung kicau. Selain itu, usaha ini juga berperan dalam mengatasi masalah sosial diantaranya mengurangi pengangguran di sekitar lokasi usaha.

2. Teknologi

Teknologi yang diperlukan dalam budidaya burung kenari di Asoy D‟ Canary

berupa teknologi sederhana atau bukan termasuk teknologi yang canggih dan modern. Teknologi yang digunakan sama seperti pada pengusahaan budidaya burung kenari pada umumnya. Kegiatan budidaya burung kenari hanya membutuhkan teknologi yang sederhana berupa kandang, peralatan kebersihan dan sebagainya. Teknologi ini mudah digunakan oleh karyawan Asoy D‟ Canary.

3. Tata letak

Tata letak atau layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dalam budidaya

burung kenari penentuan bentuk dan penempatan sarana dan prasarana disesuaikan dengan lahan yang ada. Saat ini, belum ada ketentuan standar nasional (baku) yang mengatur tata letak yang ideal dalam budidaya burung kenari, sehingga penempatannya tergantung dari masing-masing penangkar. Begitu juga halnya dengan bentuk, ukuran, dan bahan kandang yang digunakan yang dibuat sesuai dengan pengetahuan penangkar.

Ruangan bangunan usaha ini dibagi menjadi tiga bagian. Pembagian tersebut disesuaikan dengan kebutuhan budidaya burung kenari, yaitu ruang permeliharaan ternak, pembesaran anakan, dan pemeliharaan indukan jantan. Pada masing-masing ruang diisi oleh 15 kandang ternak, 3 kandang umbaran dan 5 kandang soliter. Setiap ruang diberi sekat agar proses yang berlangsung pada setiap ruang bisa fokus dijalankan. Setiap ruangan memiliki ruang yang cukup untuk kelancaran mobilitas pegawai maupun untuk ekspansi.

Aspek Manajemen

Aspek manajemen dianalisis untuk dapat melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005). Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang

profesional mulai dari yang merencanakan, melaksanakannya, hingga

mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyek, serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik.

Sejak didirikan pada bulan September 2012, usaha budidaya burung kenari milik Bapak Asep Permana belum memiliki struktur organisasi yang formal karena perusahaan ini masih tergolong baru sehingga masih beroperasi secara non formal tanpa struktur organisasi yang resmi. Meskipun demikian, Asoy D‟ Canary memiliki pembagian tugas dan wewenang yang jelas. Jumlah karyawan di Asoy D‟ Canary

berjumlah 3 orang termasuk Bapak Asep Permana. Pemilik perusahaan bertindak sebagai manajer yang bertugas mengawasi serta membawahi semua kegiatan operasional. Sementara pegawainya bertugas dalam hal teknis budidaya burung kenari.

Skema pembagian kerja pada usaha Asoy D‟ Canary dapat dilihat pada

Gambar 10.

Berdasarkan Gambar 10, dapat disimpulkan bahwa aspek manajemen Asoy D‟

Canary layak untuk dijalankan. Hal tersebut didasari karena usaha budidaya burung kenari milik Bapak Asep Permana ini dapat dilaksanakan oleh bentuk usaha perseorangan dan tidak memerlukan struktur organisasi yang kompleks. Asoy D‟

Canary memang belum memiliki struktur organisasi yang formal, akan tetapi telah mempunyai pembagian tugas yang jelas antara pemilik dan pengelola kegiatan usaha

Pimpinan Usaha

Karyawan 1 Karyawan 2

(karyawan). Dengan keadaan struktur organisasi yang ada saat ini tidak memberi kesulitan atau hambatan yang berarti dalam pelaksanaan.

Aspek Hukum

Asoy D‟ Canary belum menentukan bentuk badan hukum usaha. Selain

karena skala usaha yang masih sederhana, hampir seluruh modal yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha budidaya burung kenari ini berasal dari pemilik. Berbeda dengan perusahaan yang telah berbentuk CV ataupun Firma. Pada CV atau Firma, jumlah pemilik modal biasanya beberapa orang yang sepakat untuk menjalankan usaha bersama. Perbedaan yang paling menonjol antara CV dan Firma adalah tanggung jawab antar pemilik modal. Jika pada CV terdapat sekutu aktif yaitu orang yang memberikan modalnya serta terlibat kedalam pelaksanaan kegiatan usaha dan sekutu pasif yaitu hanya memberikan modal tanpa ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan usaha. Sedangkan pada Firma, tidak terdapat sekutu aktif dan sekutu pasif semua pemilik modal ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha.

Asoy D‟ Canary dapat digolongkan dalam usaha perorangan karena modal

usaha yang digunakan berasal dari satu orang dan berperan sebagai pemilik perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah pemilik perusahaan dapat memiliki seluruh keuntungan yang diperoleh dari perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau beban perusahaan harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, secara hukum usaha ini layak dijalankan.

Aspek Sosial dan Lingkungan

Usaha budidaya burung kenari pada usaha Bapak Asep Permana yang berlokasi di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor ini keberadanya tidak memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Jika dilihat dari aspek sosial, keberadaan usaha Asoy D‟Canary telah mengurangi jumlah pengangguran dimana mempekerjakan warga sekitar sebagai karyawan pada usaha ini, yaitu sebanyak dua orang. Sedangkan dari sisi lingkungan, usaha ini tidak merusak atau mencemari lingkungan. Hal ini disebabkan buangan atau limbah dari kegiatan usaha ini hanya berupa kotoran burung yang tidak mencemari lingkungan dan mudah terurai. Burung kenari adalah burung kicau tetapi tidak berkicau pada malam hari, bahkan sebagian besar orang santai dan menikmati kicauan dari burung kenari.

Keberadaan usaha ini dapat memberikan manfaat terhadap warga sekitar dan kelestarian lingkungan. Hal ini terbukti, sampai saat ini usaha ini masih tetap bisa berjalan hingga sekarang. Berdasarkan hal tersebut, usaha ini layak untuk dijalankan dari aspek sosial dan lingkungan.

Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial bertujuan untuk menilai kelayakan usaha burung kenari milik Asoy D‟Canary yang sedang dijalankan. Untuk menilai kelayakan tersebut digunakan kriteria penilaian investasi. Kriteria penilaian investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Pada analisis ini

menggunakan prinsip nilai uang saat ini tidak sama dengan nilai uang di masa yang akan dating. Selain itu, pada analisis ini akan terlihat proyeksi manfaat bersih tambahan yang akan diterima oleh usaha Asoy D‟Canary dari biaya yang telah dikeluarkan dengan adanya pengembangan usaha selama umur bisnis. Semua itu dapat dilihat pada aliran kas (cash flow).

Adapun komponen-komponen yang dianalisis pada aliran kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan net benefit. Sebelumnya akan dilakukan analisis laporan laba rugi. Aliran kas diproyeksikan selama 10 tahun. Hal ini didasarkan pada umur ekonomis bangunan yang berisi kandang, pakan, dan peralatan lainnya. Bangunan merupakan investasi yang sangat penting pada usaha ini karena merupakan tempat pemeliharaan burung kenari dan memiliki biaya investasi paling besar.

Analisis Laporan Laba Rugi

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besar laba bersih yang akan diterima oleh usaha budidaya burung kenari milik Bapak Asep Permana selama 10 tahun. Laba bersih diperoleh setelah hasil penerimaan dikurangi biaya tetap, biaya variabel, biaya bunga, dan biaya pajak. Dalam biaya tetap akan dikeluarkan biaya penyusutan. Penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan sebagai akibat nilai investasi yang berangsur-angsur menyusut setiap tahunnya. Metode penyusutan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode garis lurus, yaitu hasil pengurangan nilai beli dengan nilai sisa dibagi umur ekonomis.

Investasi yang memberikan biaya penyusutan pada usaha ini antara lain kandang ternak, kandang umbaran, kandang soliter, kerodong, tempat tengger, set lampu, indukan betina lokal, indukan jantan impor, tempat pakan, dan sapu.

Tabel 2 Biaya Penyusutan Usaha Asoy D‟ Canary

No Uraian Umur Ekonomis (tahun) Nilai Total (Rp) Penyusutan per tahun (Rp) 1 Lahan 210 000 000 2 Bangunan 10 42 000 000 4 200 000 3 Kabel 10 500 000 50 000 4 Kandang ternak 5 1 125 000 225 000 5 Kandang umbaran 5 1 200 000 240 000 6 Kandang soliter 5 1 750 000 350 000 7 Kerodong 5 150 000 30 000 8 Set Lampu 5 270 000 54 000 9 Indukan Betina Lokal 5 37 500 000 7 500 000 10 Sprayer 5 50 000 10 000 11 Indukan Jantan Impor 5 50 000 000 10 000 000 12 Tempat tengger 3 250 000 83 333 13 Sikat 2 10 000 5 000 14 Gunting kuku 2 10 000 5 000 15 Tempat pakan 3 100 000 33 333 17 Sapu 3 20 000 6 667 Total 344 985 000 22 809 000

Biaya bunga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran bunga dan modal yang dipinjam. Modal yang digunakan oleh usaha Bapak Asep merupakan modal sendiri, sehingga tidak ada biaya bunga dan kewajiban untuk mengembalikan modal yang digunakan. Oleh karena itu, biaya bunga yang dikeluarkan setiap tahun oleh usaha ini adalah 0 persen. Tarif pajak yang dikeluarkan adalah 0 persen karena usaha Bapak Asep Permana belum memiliki bentuk dan ijin usaha. Rata-rata laba bersih yang diperoleh per tahun adalah sebesar Rp 92.576.560 dan rata-rata laba bersih yang diperoleh per bulan adalah sebesar Rp 7.714.713,33.

Aliran Kas (Cash flow)

Aliran kas disusun untuk digunakan dalam pehitungan kelayakan investasi. Aliran kas usaha Bapak Asep Permana akan berbeda dengan aliran kas usaha lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh jenis usaha, kegiatan produksi, dan kesiapan dimulainya bisnis. Dari aliran kas akan terlihat rincian biaya-biaya yang dikeluarkan serta penerimaan yang diterima oleh usaha ini, sehingga akan terlihat seberapa besar manfaat bersih yang akan diperoleh dari biaya-biaya tersebut. Aliran kas terdiri dari arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan net benefit. Berikut rincian aliran kas pada usaha ini:

1. Arus penerimaan (Inflow)

Pada usaha Asoy D‟ Canary, arus penerimaan yang diperoleh berasal dari

hasil penjualan anakan burung kenari .Selain dari hasil penjualan, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa lahan, tempat tengger, tempat pakan, tulang sotong, dan sapu.

Jumlah indukan burung kenari yang diusahakan sebanyak 20 ekor yang terdiri dari 15 ekor indukan betina dan 5 ekor indukan jantan. Setiap indukan burung kenari rata-rata menghasilkan dua telur burung kenari. Tingkat penetasan telur (Hatching Rate) dan tingkat kemampuan hidup anakan (Survival rate) masing-masing sebesar 75 dan 80 persen. Anakan burung kenari yang siap dijual memiliki umur 1,5 sampai 2 bulan. Harga anakan burung kenari yaitu Rp 2.000.000,- per ekor. Indukan burung kenari mampu berproduksi dengan baik mulai dari umur 1 tahun hingga 5 tahun. Setelah melewati umur tersebut, indukan burung kenari harus diafkir dan diganti dengan indukan baru.

Produksi telur tahun pertama mulai dihasilkan pada bulan ke- 7. Pada enam bulan pertama digunakan untuk persiapan lahan, bangunan, dan peralatan lainnya. Setiap siklusnya burung kenari menghabiskan waktu selama tiga bulan. Sehingga pada tahun pertama hanya terjadi dua siklus produksi. Jumlah anakan yang didapatkan diperoleh dari penjumlahan akhir dari banyaknya anakan yang ada setiap siklus dikalikan persentase menetasnya telur (Hatching Rate) dan persentase kemampuan hidup anakan (Survival Rate) masing-masing 75 dan 80 persen sehingga kemampuan hidup anakan mulai dari telur hingga siap untuk dijual adalah 60 persen. Pada tahun kedua sampai tahun ketujuh terdapat empat kali siklus setiap tahunnya.

Penerimaan perusahaan juga diperoleh dari nilai sisa (salvage value). Salvage value atau nilai sisa adalah sisa dari biaya investasi yang tidak habis terpakai selama umur ekonomis bisnis. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur bisnis dapat ditambahkan sebagai manfaat bisnis. Biaya-biaya investasi pada usaha budidaya burung kenari Asoy D‟ Canary yang masih memiliki nilai hingga akhir umur bisnis

antara lain lahan, tempat tengger, tempat pakan, tulang sotong, dan sapu. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 3.

2. Arus pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan bisnis baik saat awal bisnis maupun saat bisnis berjalan. Arus pengeluaran terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Berikut rincian arus pengeluaran usaha burung kenari milik Bapak Asep Permana:

a. Biaya investasi

Umumnya biaya investasi dikeluarkan sebelum bisnis berproduksi untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh usaha burung kenari milik Bapak Asep Permana, yaitu lahan, bangunan, exhaust fan, kandang ternak, kerodong, tempat tengger, set lampu, kabel, tempat pakan, tulang sotong, gunting kuku, sapu, sikat, pemutar musik. Berikut penjelasan mengenai rincian biaya investasi usaha ini:

1. Lahan, digunakan sebagai tempat didirikannya bangunan untuk kegiatan produksi burung kenari. Luas lahan yang digunakan Asoy D‟ Canary untuk mengusahakan burung kenari adalah 42 m2. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli lahan per meter persegi adalah Rp 5.000.000. Sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk membeli lahan produksi sebesar Rp 210.000.000. 2. Bangunan, digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan produksi

burung kenari yang melindungi burung kenari dari hujan dan panas matahari Bangunan yang dibutuhkan adalah bangunan semi permanen. Pada bagian atap tidak digunakan genteng agar cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan untuk menjemur kenari. Atap tetap tertutup rapat menggunakan atap transparan agar burung kenari tidak kehujanan. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat bangunan semi permanen yaitu Rp 42.000.000 dengan umur ekonomis sepuluh tahun.

3. Indukan burung kenari jantan dan betina. Indukan jantan burung kenari merupakan burung kenari impor jenis Yorkshire. Sedangkan indukan betina merupakan kenari asal Indonesia atau kenari lokal. Perbandingan jumlah indukan yang dipakai yaitu 3:1 yang berarti tiga indukan betina dipasangkan

Dokumen terkait