• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen APLIKASI BUILDING INFORMATION MODELING (Halaman 27-40)

Gambaran Umum Proyek

Proyek pembangunan gedung Fakultas Ekonomi dan Manajem berlokasi di Jalan Agatis, Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Kabupaten Bogor.

Lokasi pembangunan dapat dilihat pada Gambar 11 (googleearth 2016). Proyek ini dilaksanakan oleh PT. Rembiga Indah di bawah pemberi tugas Institut Pertanian Bogor dengan nomor kontrak: 048/IT3.41/SPK-IPB/BPPTN/2015.

Proyek ini melibatkan CV. Media Cipta Kreasi sebagai konsultan perencana dan CV. Marga Jaya sebagai konsultan pengawas. Proyek pembangunan ini memiliki nilai kontrak Rp. 43 422 317 704.47,- melalui tender terbuka. Gedung yang dikhususkan untuk kegiatan akademik maupun nonakademik Fakultas Ekonomi dan Manajemen ini terdiri dari empat lantai. Gedung ini terdiri atas koridor di lantai pertama, wing dan node gedung Dekanat, wing dan node gedung Departemen Manajemen, serta wing gedung Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan (ESL).

Gambar 11 Lokasi proyek pembangunan gedung FEM IPB

Penerapan BIM pada Gedung FEM IPB

BIM (Building Information Modeling) merupakan sebuah pendekatan untuk desain bangunan, konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup BIM ini mendukung dari desain proyek, jadwal, dan informasi-informasi lainnya secara terkoordinasi dengan baik (Liang 2015). Pemodelan BIM gedung FEM IPB dilakukan menggunakan program Tekla Sructures dengan program bantuan Tekla BIM Sight.

Penelitian ini melakukan pemodelan 3D dan 4D. Pemodelan 3D meliputi pemodelan struktur bawah bangunan berupa pondasi, pile cap, dan pondasi batu kali serta struktur atas dari lantai satu hingga lantai empat berupa kolom, balok, pelat, tangga, dan atap. Pemodelan dilakukan berdasarkan ABD tanpa analisis pembebanan. Pemodelan 4D dilakukan dengan menambahkan jadwal dari pemodelan 3D yang telah dibuat.

U

14

Pemodelan 3D dan Pengkasifikasian Komponen Struktur

Pemodelan diawali dengan membuat grid dan memasukkan denah dari ABD. Selanjutnya dilakukan pemodelan kolom. Pemodelan kolom dilakukan terlebih dahulu karena pilecap pada pondasi akan mengikat pada kolom. Struktur kolom pada bangunan ini memiliki spesifikasi mutu beton K300 dengan fc’ 25 MPa. Kolom terdiri dari tiga tipe, yaitu tipe K1 di bagian wing dan node pada lantai 1 dan 2, tipe K2 di wing dan node pada lantai 3 dan 4, serta tipe K1WE dibagian selasar atap. Detail pemodelan tipe-tipe kolom dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Detail pemodelan kolom gedung FEM IPB

Tipe kolom Besi pokok Besi sengkang

K1 20D25 D10-100/150

K1E 18D19 D10-100/150

K2 16D25 D10-150/200

Kolom pada gedung ini memiliki diameter 600 mm dengan tinggi 4500 mm.

Pemodelan dengan program Tekla Structures menggunakan profil Circular section, sedangkan penulangan kolom menggunakan library Round column reinforcement karena kolom pada gedung ini memiliki bentuk silindris. Hasil pemodelan kolom menggunakan program Tekla Structures dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Pemodelan kolom gedung FEM IPB

Selanjutnya dilakukan pemodelan pondasi. Bangunan FEM IPB menggunakan jenis pondasi yang terdiri dari pondasi tiang pancang dan pondasi batu kali. tiang pancang yang diikat oleh pile cap sebelum didirikan kolom di atasnya. Struktur pondasi memiliki spesifikasi mutu beton K300 dengan fc’ 25 MPa. Pile cap yang digunakan terdiri dari beberapa tipe yaitu, pondasi tipe PC1, PC2, PC3, dan PC4 dengan kedalaman tiang pancang masing-masing 12 m. PC1 terletak di bagian wing bangunan dengan jumlah 4 tiang pancang. PC2 dan PC 3 terletak dibagian node dengan jumlah tiang pancang masing-masing 4 dan 3 buah.

PC4 memiliki 2 buah tiang pancang dan terletak dibagian selasar atap gedung dekanat. Detail pemodelan pile cap pada pondasi gedung FEM IPB dapat dilihat pada Tabel 2.

15 Tabel 2 Detail pile cap pada pemodelan pondasi gedung FEM IPB

Tipe pile cap Dimensi (mm) Besi

PC1

D16-150 D19-150 D13-200

PC2

D16-150 D19-150 D13-200

PC3

D16-150 D19-150 D13-200

PC4

D16-150 D19-150 D13-200

Pemodelan pondasi tiang pancang dengan program Tekla structures menggunakan library Concrete foundation. Profil dari pile cap pada pondasi tiang pancang tipe PC1, PC2, dan PC4 menggunakan bentuk Rectangular section, sedangkan tipe PC3 menggunakan profil Panels tipe PNL_K. Library yang digunakan pada penulangan pile cap adalah Pilecap reinforcement sedangkan penulangan tiang pancang menggunakan library automated reinforcement layout(57). Pemodelan pondasi batu kali menggunakan library Strip footing.

Pondasi batu kali pada gedung ini terletak di sekeliling bangunan. Hasil pemodelan podasi tiang pancang dan pondasi batu kali dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Pemodelan pondasi gedung FEM IPB

16

Pemodelan berikutnya adalah pemodelan balok. Struktur balok gedung FEM ini memiliki spesifikasi mutu beton K300 dengan fc’ 25 Mpa. Balok yang digunakan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu tie beam pada lantai dasar, balok struktur pada lantai dua, tiga, dan empat, serta ring balok pada lantai atap. Tie beam pada lantai dasar terdiri dari dua tipe, yaitu TB 1 dan TB2. TB1 terletak dibagian wing bangunan sedangkan bagian node menggunakan tie beam dengan kedua tipe tersebut. Detail pemodelan tie beam dapat dilihat pada Tabel 3. Balok struktur yang digunakan pada gedung FEM IPB terdiri dari beberapa tipe, yaitu B1, B1K, B2, B2K, B3, B4, BL1, BL2, B1KE, B1E1, BLE1, dan B3E. Ring balok pada bangunan ini terdiri dari beberapa tipe, yaitu B2K, B3, B4, B5, B6, dan, B7.

Ring balok berfungsi sebagai penumpu rangka atap dengan konstruksi rangka yang digunakan adalah baja ringan. Detail pemodelan balok dan ring balok dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3 Detail pemodelan tie beam gedung FEM IPB Tipe balok Dimensi

(mm)

Besi pokok

Besi sengkang Atas Pinggang Bawah

TB 1 400x750 5D25 2D13 5D25 D10-150/200

TB2 350x550 3D25 2D13 3D25 D10-150/200

Pemodelan tie beam dan balok dengan program Tekla Structures menggunakan library Concrete beam. Profil dari tie beam, balok, dan ringbalok menggunakan bentuk Rectangular section, kecuali tipe BL1 yang memiliki profil Ledger beams (concrete) dengan tipe RCL. Penulangan tie beam, balok, dan ring balok menggunakan library Pad footing reinforcement. Penulangan pada komponen struktur tersebut disesuaikan dengan spesifikasi pembesian dari setiap tipenya. Hasil yang muncul dari penulangan pada library Pad footing reinforcement diexplode sehingga tulangan menjadi bagiannya masing-masing dan dapat diatur panjangnya sesuai dengan ukuran panjang besi tumpuan dan lapangan yang digunakan. Besi sengkang pada tulangan juga diexplode sehingga jarak setiap sengkangnya dapat disesuaikan dengan jarak pada tumpuan maupun lapangan. Hasil pemodelan balok menggunakan program Tekla Structures dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Pemodelan balok gedung FEM IPB

17

Tabel 4 Detail pemodelan balok struktur dan ring balok gedung FEM IPB

Tipe balok

18

Tabel 4 Detail pemodelan balok struktur dan ring balok gedung FEM IPB (lanjutan)

Tipe

19 Pemodelan selanjutnya adalah pemodelan pelat. Pelat merupakan lantai dari suatu bangunan. Tumpuan pelat pada umumnya dapat berupa balok, dinding, ataupun kolom. Pelat pada bangunan ini memiliki ketebalan 120 mm. Struktur pelat bangunan ini memiliki spesifikasi mutu beton K300 dengan fc’ 25 Mpa.

Pemodelan dengan program Tekla Structures menggunakan library Concrete slab.

Hasil pemodelan pelat menggunakan program Tekla Structures dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Pemodelan pelat gedung FEM IPB

Pemodelan berikutnya adalah pemodelan tangga. Tangga pada bangunan FEM ini terletak di setiap node. Tangga memiliki lebar 2300 mm. Setiap anak tangga memiliki tinggi dan lebar masing-masing 150 mm dan 300 mm.

Pemodelan dengan program Tekla Structures menggunakan library Concrete stairs (7). Hasil pemodelan tangga menggunakan program Tekla Structures dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Pemodelan tangga gedung FEM IPB

Pemodelan yang terakhir adalah pemodelan atap bangunan. Rangka atap yang digunakan pada konstruksi gedung FEM IPB adalah baja ringan. Baja profil yang digunakan adalah ST-37 (ASTM A-36) dengan baut ASTM A-325 dan angkur baut ST-41. Atap terdiri dari tiga tipe, yaitu tipe frame TR-1 di bagian wing, tipe frame JR-1 dibagian node, dan tipe frame Z1 di bagian atap konsol lantai 4. Program Tekla Structures hanya memiliki satu library yaitu Truss. Hasil pemodelan atap menggunakan program Tekla Structures dapat dilihat pada Gambar 17.

20

Gambar 17 Pemodelan atap gedung FEM IPB

Hasil keseluruhan pemodelan gedung FEM IPB dapat dilihat pada Gambar 18. Spesifikasi hasil pemodelan ditunjukkan pada Model organizer. Model organizer adalah salah satu kelebihan dari Tekla karena pekerjaan menjadi lebih terklasifikasi dengan informasi yang jelas. Informasi tiap komponen struktur yang ditunjukkan pada Model organizer diantaranya spesifikasi beton, volume, level, profil atau ukuran, lokasi pada grid, dan properties lainnya. Komponen struktur pada model dapat dikelompokan sesuai kategori yang diinginkan. Komponen struktur pada gedung FEM IPB ini dikelompokan berdasarkan gedung dan jenis komponennya. Pengkategorian komponen struktur pada gedung FEM IPB dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 18 Hasil pemodelan gedung FEM IPB Pemodelan 4D dan Interpretasi dengan Tekla BIMSight

BIM pada Tekla Structures dapat menggambarkan pemodelan hingga 4D berupa tampilan jadwal. Tahap ini memanfaatkan Task manager yang ada pada pilihan tools Tekla. Fungsi Task manager adalah membuat, menyimpan, dan mengelola tugas-tugas yang dijadwalkan pada proyek untuk selanjutnya dihubungkan ke objek model. Jadwal kegiatan pekerjaan pada Task manager merupakan hasil dari mengimport data yang telah diolah di Microsoft Project.

Hasil penjadwalan menggunakan Task manager dapat dilihat pada Lampiran 2.

Task manager dihubungkan dengan Model organizer yang telah dibuat sebelumnya sehingga jadwal realisasi pelaksanaan proyek terhubung langsung

21 dengan pemodelan 3D yang telah dibuat. Hubungan antara pemodelan 3D, Model organizer, dan Task manager dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19 Hubungan antara pemodelan 3D, Model organizer, dan Task manager Pemodelan 3D dari bangunan gedung FEM IPB dan jadwal kegiatan yang sudah dimasukkan dalam Task manager kemudian diolah menggunakan Project visualization. Tahap ini digunakan untuk mengintegrasikan hasil visualiasasi model dengan penjadwalan kegiatan proyek sehingga dikatakan sebagai pemodelan 4 dimensi. Model 4 dimensi akan menunjukkan secara jelas gambaran kemajuan pekerjaan dengan memasukkan data tanggal sesuai dengan jadwal proyek kemudian akan muncul hasil pekerjaan yang telah dilakukan sesuai dengan tahapan. Hasil dari Project visualization dapat dilihat pada Gambar 20.

(a. bulan Juli) (b. bulan Agustus)

(c. bulan Oktober) (d. bulan Desember) Gambar 20 Hasil Project visualization pembangunan gedung FEM IPB

22

Gambar 20 merupakan hasil dari Project visualization yang menunjukkan kemajuan pekerjaan struktur dari bangunan FEM IPB. Kemajuan pekerjaan ditunjukkan dengan tiga kondisi yaitu pekerjaan yang belum dilakukan memiliki warna merah, pekerjaan yang sedang dilakukan memiliki warna hijau, dan pekerjaan yang telah selesai dilakukan memiliki warna biru. Gambar 20a merupakan kemajuan pekerjaan pada bulan Juli yang menunjukkan pekerjaan struktur sedang dilakukan pada bangunan wing gedung manajemen dan gedung dekanat sedangkan pembangunan node gedung manajemen, node gedung dekanat, dan wing gedung ESL belum dilakukan. Kemajuan pekerjaan pada bulan Agustus ditunjukkan oleh Gambar 20b. Pada bulan Agustus pekerjaan struktur tersebut sedang dilakukan pada seluruh bangunan gedung FEM IPB. Pekerjaan struktur pada bulan September menunjukkan hasil yang sama seperti bulan Agustus.

Gambar 21c merupakan kemajuan pekerjaan pada bulan Oktober. Kemajuan pekerjaan struktur pada bulan Oktober menunjukkan gedung manajemen dan gedung dekanat telah selesai dilakukan. Hasil tersebut sama dengan pekerjaan pada bulan November. Bulan Desember menunjukkan pekerjaan struktur telah selesai dilaksanakan 100% seperti yang ditunjukkan pada Gambar 20d.

Gambar bangunan yang telah dimodelkan dan dibuat penjadwalannya kemudian diekspor pada Tekla BIMSight. Interpretasi dengan Tekla BIMSight menjelaskan mengenai komponen, elemen, penulangan, dan material yang menyusun model struktur konstruksi yang dimodelkan dalam Tekla Structures (Nugraha 2013). Tekla BIMSight akan memberikan tampilan gambar yang lebih halus serta memudahkan proses penyampaian model dengan manajemen konstruksi pada suatu proyek. Tekla BIMSight adalah sebuah alat professional dalam kolaborasi seluruh komponen konstruksi proyek. Seluruh layout kerja pemodelan dapat dijadikan menjadi satu kesatuan, melakukan cek ulang permasalahan dan menginformasikannya (Susilowati 2015). Hasil interpretasi dengan Tekla BIMSight dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Hasil interpretasi dengan Tekla BIMSight

23 Analisis Kinerja Waktu

Menurut Ardani (2009), kinerja waktu adalah proses yang diperlukan untuk memastikan waktu penyelesaian proyek yang berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek. Penjadwalan dibuat dengan tujuan untuk mengatur dan mengendalikan waktu pelaksanaan kegiatan saat merealisasikan rencana. Jangka waktu pelaksanaan proyek ini adalah 180 hari kalender terhitung mulai 3 Juli 2015 sampai 29 Desember 2016 dengan masa perawatan 6 bulan.

Kegiatan pembangunan dilakukan setiap hari dengan waktu kerja 7 jam per hari mulai pukul 08.00-16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB.

Jadwal pekerjaan pembangunan gedung FEM IPB ini berupa diagram batang yang dilengkapi kurva S. Jadwal tersebut menjelaskan beberapa informasi, yaitu jenis pekerjaan, durasi pekerjaan, bobot setiap jenis pekerjaan, bobot rencana progres mingguan, akumulasi rencana progres minggguan, bobot realisasi progres mingguan, akumulasi realisasi progres mingguan, dan nilai deviasi. Jadwal pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung FEM IPB dapat dilihat pada Lampiran 3. Kurva S pembangunan yang menunjukkan progres pekerjaan setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22 Kurva S pembangunan gedung FEM IPB

Berdasarkan Gambar 22, dapat dilihat kurva yang berwarna merah merupakan kurva S aktual sedangkan kurva yang berwarna biru merupakan kurva S rencana. Kurva S aktual berada di atas kurva S rencana mulai bulan pertama hingga pertengahan bulan Oktober. Hal tersebut menandakan bahwa pekerjaan proyek mengalami percepatan dari rencana awal. Namun, pada pertengahan bulan Oktober, kurva S aktual berada di bawah kurva S rencana yang menunjukkan bahwa pekerjaan proyek mengalami keterlambatan. Keterlambatan yang terjadi menunjukkan nilai deviasi yang berbeda-beda. Namun pada bulan terakhir yaitu bulan Desember, kurva S aktual dan kurva S rencana berada dititik yang sama yang berarti pembangunan dapat diselesaikan sesuai rencana.

100

24

Kinerja waktu proyek pembangunan gedung FEM IPB dianalisis dengan mengolah nilai bobot pekerjaan pada kurva S menjadi bobot perbulannya.

Analisis dilakukan dengan membandingkan nilai akumulasi progres pekerjaan dan nilai deviasi setiap bulannya. Nilai deviasi merupakan selisih antara nilai akumulasi progres aktual dengan nilai akumulasi progres rencana. Apabila nilai deviasi bernilai positif, maka pekerjaan mengalami kemajuan dari rencana awal.

Namun, deviasi yang bernilai negatif menandakan bahwa pekerjaan mengalami keterlambatan dari rencana awal. Bobot pekerjaan setiap bulan pada pembangunan gedung FEM IPB dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Bobot pekerjaan pembangunan gedung FEM IPB Bulan

Desember 10.177 100.000 13.1787 100.0000 0.000 Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat pembangunan gedung FEM IPB mengalami kemajuan pada bulan-bulan awal. Bobot realisasi pembangunan pada bulan Juli mengalami kemajuan yang ditunjukkan dengan nilai deviasi positif sebesar 1.247%. Bulan berikutnya, yaitu bulan Agustus juga mengalami kemajuan pekerjaan dengan deviasi sebesar 4.193%. Selain itu, pada bulan ini juga mengalami bobot progres aktual yang lebih besar dibandingkan bobot progres rencana. Kemajuan pekerjaan juga terjadi pada bulan berikutnya, yaitu bulan September. Bulan September memiliki nilai deviasi sebesar 2.890% dengan nilai bobot progres aktual yang lebih besar dibandingkan bobot progres rencana.

Kemajuan pekerjaan pada bulan Juli, Agustus, dan September dikarenakan terdapat beberapa pekerjaan struktur yang dilaksanakan lebih awal dari rencana, seperti pekerjaan tanah dan pekerjaan pondasi untuk bangunan gedung Dekanat dan gedung departemen ESL.

Dua bulan berikutnya yaitu bulan Oktober dan November, pekerjaan mengalami keterlambatan yang ditunjukkan oleh nilai deviasi yang minus. Bulan Oktober memiliki nilai deviasi sebesar -4.4250%. Keterlambatan yang terjadi pada bulan Oktober ini berimbas pada bulan berikutnya. Pada bulan November nilai deviasi mencapai nilai tertinggi yaitu -4.617%. Keterlambatan yang terjadi dikarenakan adanya kemunduran waktu dimulainya pekerjaan arsitektural pada bangunan wing Manajemen dan wing Dekanat. Keterlambatan suatu proyek konstruksi pada umumnya disebabkan oleh tiga fakor yaitu, faktor teknis, faktor non teknis, dan faktor finansial. Faktor teknis adalah faktor yang berkaitan dengan bahan atau material bangunan, faktor non teknis adalah faktor cuaca dan jumlah tenaga kerja, sedangkan faktor finansial atau faktor keuangan proyek berkaitan dengan ketersediaan biaya selama pelaksanaan proyek.

25 Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak kontraktor, faktor penyebab keterlambatan pada proyek pembangunan gedung FEM IPB adalah faktor non teknis. Faktor-faktor non teknis penyebab keterlambatan pada proyek ini adalah faktor cuaca dan jumlah tenaga kerja. Wilayah Bogor memiliki curah hujan yang tinggi dan keadaan cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan proses pengecoran terhambat. Selain itu, kondisi hujan juga menyebabkan mobilisasi material ke proyek mengalami keterhambatan karena pekerjaan prasarana jalan dalam lingkungan proyek yang belum selesai. Faktor cuaca seharusnya tidak menjadi faktor penghambat dalam pengerjaan suatu proyek. Hal tersebut sudah harus diantisipasi ketika merencanakan penjadwalan proyek. Faktor non teknis kedua penyebab keterlambatan proyek gedung FEM IPB ini adalah kurangnya tenaga kerja. Kemunduruan waktu dimulainya pekerjaan arsitektural pada bulan Oktober dan November diperparah dengan kurangnya tenaga kerja.

Keterlambatan yang terjadi mampu dikejar oleh pihak kontraktor sehingga pada bulan Desember pekerjaan dapat selesai tepat waktu. Pekerjaan mampu mengejar keterlambatan dengan mencapai bobot akumulasi progres aktual sama dengan akumulasi progres rencana atau memiliki nilai deviasi sama dengan 0%.

Keterlambatan yang terjadi di proyek pembangunan gedung FEM IPB ini diatasi melalui beberapa tindakan, yaitu penambahan jumlah tenaga kerja, penambahan jam kerja, dan penambahan alat penunjang. Penambahan tenaga kerja dilakukan pada pekerjaan arsitektural terutama pekerjaan pengecatan. Penambahan jam kerja dilakukan dengan pembuatan dua shift kerja yaitu shift siang seperti waktu kegiatan pekerjaan seperti biasanya dan shift malam (lembur) mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Namun, untuk pekerjaan pengecoran dapat dilakukan hingga pagi hari. Penambahan alat penunjang dilakukan dengan pemakain host untuk pengangkutan material ke lantai atas dan pemakaian crane untuk pekerjaan atap. Selain itu keterlambatan juga diantisipasi dengan penyediaan material pada hari-hari sebelumnya. Penambahan jumlah tenaga kerja, jam kerja, maupun alat penunjang mempengaruhi biaya yang harus ditanggung oleh pihak kontraktor. Namun berdasarkan hasil wawancara, penambahan biaya tersebut tidak menjadi faktor finansial yang termasuk menyebabkan keterlambatan pada proyek ini.

Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengejar keterlamabatan suatu proyek berkaitan dengan faktor penyebabnya. Faktor penyebab keterlambatan yang bersifat teknis seperti bahan dan material bangunan dapat diantisipasi dengan menyiapkan bahan dan material di lokasi proyek sebelum pekerjaan dimulai, memperhitungkan jarak dan waktu tempuh kendaraan pengangkut bahan dan material bangunan, serta pengecekan bahan dan material bangunan sehingga apabila terdapat bahan atau material yang kurang baik dapat segera diganti. Faktor penyebab keterlambatan selanjutnya yaitu cuaca dan jumlah tenaga kerja. Kontraktor harus mengetahui kondisi cuaca dan iklim daerah yang akan dijadikan lokasi proyek sehingga dapat diantisipasi kemungkinan pengaruh cuaca terhadap pelaksanaan pekerjaan proyek. Selain itu, jumlah tenaga kerja harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap pekerjaan proyek dan dapat diantisipasi dengan penambahan jumlah tenaga kerja yang memiliki Sertifikat Keahlian Kerja (SKA) atau Surat Keterampilan Kerja (SKT). Faktor penyebab keterlambatan lainnya adalah faktor finansial proyek. Pengaruh faktor finansial dapat diantisipasi dengan adanya kejelasan dan kesesuaian mengenai anggaran

26

dan pengurusan administrasi yang tepat waktu sehingga pencairan dana tidak telat. Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan dan tindakan perbaikan yang dapat dilakukan, maka dapat dijadikan evaluasi untuk proyek-proyek selanjutnya agar dapat mengurangi presentase keterlambatan atau bahkan dapat menghindari terjadinya keterlambatan.

Dalam dokumen APLIKASI BUILDING INFORMATION MODELING (Halaman 27-40)

Dokumen terkait