• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Karkas

Bobot karkas merupakan bobot yang diperoleh dari selisih bobot tubuh setelah dipuasakan (bobot potong) dengan bobot darah, kepala, kaki, kulit, organ tubuh bagian dalam (selain ginjal), alat reproduksi dan ekor . Data rataan bobot karkas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Rataan bobot karkas domba jantan selama penelitian lokal (g/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Sd

1 2 3 4 P1 3154 3278 3093 3119 12644 3161 81,91 P2 3482 4121 3478 4223 15304 3826 401,69 P3 4235 3304 4332 4429 16300 4075 520,07 Total 10871 10703 10903 11771 44248 Rataan 3623,7 3567,7 3634,3 3923,7 3687,333

Tabel 6 di atas dapat rataan bobot karkas tertiggi yang diperoleh dari hasil penelitian ada pada perlakuan P3 (Pakan komplit ubi kayu klon berbentuk pelet 100%) yaitu sebesar 4075g dan terendah pada perlakuaan P1 (Pakan hijauan 100%) sebesar 3161g .

Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan pakan komplit hasil samping ubi kayu klon terhadap bobot karkas, maka dilakukan analisis keragaman yang tertera pada tabel 7.

SK dB JK KT F Hitung F Tabel 0,01 0,05 Perlakuan 2 1786163 893081,3 6,11* 4,26 8,02 Galat 9 1315606 146178,4 Total 11 3101769 Keterangan: * nyata

Penelitian ini memberikan hasil bahwa hewan yang memiliki bobot hidup besar akan memiliki bobot karkas yang besar juga. Bobot domba pada P3 memiliki bobot paling besar dikarenakan bobot hidup yang dimiliki oleh hewan juga besar. Bobot domba pada P1 memiliki bobot paling kecil dikarenakan bobot hidupnya juga merupakan bobot paling kecil diantara P2 dan P3. Penelitian ini memberikan hasil bahwa semakin besar bobot hidup hewan akan menghasilkan bobot potong dalam bentuk karkas yang besar juga.

Pola pertumbuhan tergantung dari sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim, dan potensi pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor bangsa, pakan dan jenis kelamin. Pemberian pakan komplit hasil samping ubi kayu memberikan pengaruh nyata terhadap bobot karkas, hal ini dikarenakan karena pakan hasil samping ubi kayu mengandung nutrisi yang lebih baik dan mudah dicerna oleh ternak domba sehingga menyebabkan pertumbuhan domba yang semakin cepat, pertumbuhan berbanding lurus dengan pertumbuhan karkas ternak domba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herman,(1993) yang menyatakan semakin tinggi bobot potong yang diperoleh menyebabkan bobot karkas semankin tinggi .

Konsumsi protein yang tinggi mengakibatkan deposisi protein juga semakin tinggi. Deposit protein dalam tubuh menentukan produksi dan pertumbuhan hewan, yaitu semakin tinggi deposisi protein maka produksi dan

pertumbuhan hewan juga semakin baik. Bertambahnya umur hewan sejalan dengan pertambahan bobot hidupnya, maka bobot karkas akan bertambah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeparno(1994) Umur, bobot hidup, dan kadar laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi komposisi karkas. Bobot daging karkas yang semakin meningkat disebabkan oleh konsumsi protein pakan yang juga semakin meningkat .

Persentase Karkas

Persentase karkas adalah bobot karkas segar dibagi dengan bobot tubuh kosong dikali seratus persen. Data rataan persentase karkas dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 .Rataan persentase karkas domba jantan lokal selama penelitian (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Sd

1 2 3 4 P1 43,35 39,44 49,16 49,03 180,98 45,24 4,73 P2 44,59 47,69 45,02 45,46 182,75 45,69 1,38 P3 49,08 43,49 47,89 40,09 180,55 45,14 4,14 Total 137,02 130,61 142,07 134,58 544,28 Rataan 45,67 43,54 47,36 44,86 45,36

Rataan persentase bobot karkas tertinggi yang diperoleh dari penelitian ini adalah pada P2 sebesar 45,69%, sedangkan persentase terkecil pada P3 sebesar 45,14%. Persentase terbesar tidak dihasilkan dari bobot hewan yang terbesar dari ketiga Perlakuan ini.

Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan pakan komplit hasil samping ubi kayu klon terhadap persentase bobot karkas, maka dilakukan analisis keragaman yang tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis ragam persentase bobot karkas domba jantan lokal selama penelitian .

SK dB JK KT F Hitung F Tabel

0,01 0,05

Perlakuan 2 0,68 0,34 0,02 4,26 8,02

Galat 9 124,02 13,78

Total 124,71

Dalam penelitian ini, domba pada P3 memiliki persentase karkas lebih kecil dari P2 karena memiliki persentase lemak yang tinggi. Semakin tinggi kandungan lemak dalam tubuh hewan, maka jumlah karkas dalam persentase akan menurun. Penelitian ini memberikan hasil bahwa hewan yang besar belum tentu memiliki perbandingan karkas terhadap bobot tubuh yang besar juga. Karkas merupakan bagian terpenting dari hewan potong dan mendapat perhatian khusus karena produksi daging dan nilai ekonomis hewan ditentukan oleh komposisi dan produksi karkasnya (Sudjana,1987).

Persentase lemak subkutan

Persentase lemak subkutan diperoleh dari perbandingan bobot lemak subkutan dengan bobot karkas dakali 100%. Data rataan persentase lemak subkutan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan persentase lemak subkutan domba jantan lokal selama penelitian(%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Sd

1 2 3 4 P1 3,04 3,08 2,97 3,05 12,15 3,04 0,04 P2 3,02 2,84 3,31 2,70 11,86 2,97 0,26 P3 3,21 3,78 3,16 3,79 13,95 3,49 0,35 Total 9,27 9,70 9,44 9,54 37,96 Rataan 3,09 3,23 3,15 3,18 3,16

Dari Tabel 10 di atas rataan persentase lemak subkutan yang tertinggi yang diperoleh dari hasil penelitian ada pada P3 sebesar 3,49% dan yang terendah pada P2 sebesar 2,97%.

Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan pakan komplit hasil samping ubi kayu klon terhadap persentase lemak subkutan, maka dilakukan analisis keragaman yang tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis ragam persentase lemak subkutan domba jantan lokal selama penelitian . SK dB JK KT F Hitung F Tabel 0,01 0,05 Perlakuan 2 0,64 0,32 5,03* 4,26 8,02 Galat 9 0,57 0,06 Total 1,22 11

Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah nilai lemak berbanding lurus dengan bobot hidup. Semakin besar bobot hidup hewan akan memiliki jumlah lemak yang besar juga, karena dengan meningkatnya bobot hidup terlihat peningkatan juga pada nilai bobot lemak.Pada pakan P3 mengadung energi yang tinggi yang berasal dari BIS dan molases diduga yang menyebabkan bobot lemak tinggi hal ini didukung pernyataan Parakkasi (1995) yang menyatakan Ransum yang mengandung energi tinggi cenderung meningkatkan komposisi lemak pada karkas dibandingkan dengan ransum yang berenergi rendah. Pembatasan konsumsi energi akan menurunkan perlemakan, walau pertumbuhan tulang dan jaringan urat daging mungkin masih dapat berlangsung .

Persentase lemak ginjal dan lemak pelvis

Persentase lemak ginjal dan pelvis diperoleh dari perbandingan bobot lemak ginjal dan pelvis dengan bobot karkas dikali 100%. Data rataan persentase lemak ginjal dapat di lihat pada tabel 12.

Tabel 12. Rataan persentase lemek ginjal dan pelvis domba jantan lokal selama penelitian (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Sd

1 2 3 4 P1 0,95 0,98 0,91 0,93 3,76 0,94 0,03 P2 0,98 1,16 0,95 1,21 4,30 1,07 0,13 P3 1,35 1,15 1,04 1,45 4,98 1,24 0,18 Total 3,27 3,29 2,89 3,58 13,04 Rataan 1,09 1,10 0,96 1,19 1,09

Dari Tabel 12 diatas rataan persentase lemak ginjal dan pelvis yang tertinggi diperoleh dari hasil penelitian adalah ada P3 sebesar 1,24% dan terendah ada pada P1 sebesar 0,94% .

Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan pakan komplit hasil samping ubi kayu klon terhadap persentase lemak ginjal, maka dilakukan analisis keragaman yang tertera pada Tabel 13.

Tabel 13. Analisis ragam persentase lemak ginjal domba jantan lokal selama penelitian (%) . SK dB JK KT F Hitung F Tabel 0,01 0,05 Perlakuan 2 0,19 0,09 5,38* 4,26 8,02 Galat 9 0,16 0,02 Total 11 0,34

Berdasarkan hasil analisis ragam dapat di lihat bahwa pemberian pakan komplit ubi kayu klon berbentuk pelet 100% berpengaruh nyata terhadap persentase lemak ginjal dan pelvis. Bobot lemak ginjal dan pelvis juga mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya bobot karkas dan umur ternak . Hal ini didukung oleh pendapat Soeparno (1994) menyatakan bahwa persentase lemak karkas akan bertambah dengan bertambahnya umur ternak.

Semakin besar bobot hidup hewan akan memiliki jumlah lemak yang besar juga, karena dengan meningkatnya bobot hidup terlihat peningkatan juga pada nilai bobot lemak. Pada pakan P3 mengadung energi yang tinggi yang berasal dari BIS dan molases diduga yang menyebabkan bobot lemak tinggi hal ini didukung pernyataan Parakkasi (1995) yang menyatakan Ransum yang mengandung energi tinggi cenderung meningkatkan komposisi lemak pada karkas dibandingkan dengan ransum yang berenergi rendah. Pembatasan konsumsi energi akan menurunkan perlemakan, walau pertumbuhan tulang dan jaringan urat daging mungkin masih dapat berlangsung .

Lemak merupakan salah satu sumber energi yang member kalori paling tinggi. Lemak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, pertumbuhan lambat, tetapi pada saat fase penggemukan, pertumbuhannya meningkat dengan cepat (Berg dan Butterfield 1979).

Non Karkas

Bobot non karkas diperoleh dengan menimbang semua bagian non karkas yaitu bobot kepala , kaki, kulit,darah dan organ bagian dalm kecuali ginjal.

Tabel 14.Rataan bobot non karkas domba jantan lokal selama penelitian (g/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Sd

1 2 3 4 P1 4122 5034 3199 3242 15597 3899,25 867,8715 P2 4327 4521 4248 5066 18162 4540,50 368,6322 P3 4394 4293 4713 6619 20019 5004,75 1090,951 Total 12843 13848 12160 14927 53778 Rataan 4281 4616 4053,333 4975,667 4481,5

Tabel 14 di atas rataan bobot non karkas yang tertinggi diperoleh dari hasil penelitian adalah ada P3 sebesar 5004,75 g dan terendah ada pada P1 sebesar 3899,25g.

Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan pakan komplit hasil samping ubi kayu klon terhadap bobot non karkas, maka dilakukan analisis keragaman yang tertera pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisis ragam bobot non karkas domba jantan lokal selama penelitian .

SK dB JK KT F Hitung F Tabel

0,01 0,05

Perlakuan 2 2465147 1232573 1,78 4,26 8,02

Galat 9 6237797 693088,5

Total 11 8702943

Pola pertumbuhan tergantung dari sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim, dan potensi pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor bangsa, pakan dan jenis kelamin . Pakan hasil samping ubi kayu pada P3 mengandung nutrisi yang lebih baik dan mudah dicerna oleh ternak domba sehingga menyebabkan pertumbuhan domba yang semakin cepat ,hal in diduga yang menyebabkan total non karkas pada P3 Lebih tinggi dari pada P1 dan P2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeparno( 1994) ,

menyatakan pakan dapat mempengaruhi pertambahan berat komponen non karkas. Domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energy yang tinggi, mempunyai jantung yang lebih berat dari pada domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi rendah pada kondisi pemeliharaan didalam kandang individu. Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen ,omasum, usus besar, usus kecil dan total alat pencernaan, tetapi sebaliknya bagi berat kepala dan kaki perlakuan dan nutrisi serta spesies pasture dan pangonan pada domba tidak mempengaruhi berat kepala, kaki dan kulit pada berat tubuh yang sama .

Pesentase Bobot non Karkas

Persentase bobot non karkas diperoleh dari perbandingan bobot non karkas dengan bobot tubuh kosong dikali 100% .Rataan persentase bobot non karkas dapat di lihat pada tabel 15.

Tabel 15.Rataan persentase bobot non karkas domba jantan lokal selama penelitian (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Sd

1 2 3 4 P1 55,24 55,17 56,90 60,19 227,50 56,88 2,35 P2 48,66 45,68 55,59 49,98 199,91 49,98 4,15 P3 50,27 56,84 47,05 45,56 199,72 49,93 5,01 Total 154,16 157,69 159,54 155,73 627,13 Rataan 51,39 52,56 53,18 51,91 52,26

Dari tabel 15 diatas rataan persentase bobot non karkas yang tertinggi diperoleh dari hasil penelitian adalah ada P1 sebesar 56,88% dan terendah ada pada P1 sebesar 49,93%.

Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan pakan komplit hasil samping ubi kayu klon terhadap persentase bobot non karkas, maka dilakukan analisis keragaman yang tertera pada Tabel 16.

Tabel 16. Analisis ragam bobot non karkas domba jantan lokal selama penelitian . SK dB JK KT F Hitung F Tabel 0,01 0,05 Perlakuan 2 127,79 63,89 4,01 4,26 8,02 Galat 9 143,43 15,94 Total 11 271,22

Perlakuan yang diberi pada domba jantan lokal memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase karkas tetapi tidak nyata pada persentase non karkas hal ini didukung pernyataan Forrest et al.(1975) menyatakan bahwa persentase karkas akan meningkat dengan meningkatnya bobot potong, tetapi persentase non karkas seperti kulit, darah, lambung, usus kecil,dan hati menurun. Rakapitulasi Hasil Penelitian

Rekapitulasi penelitian terhadap bobot karkas ,persentase karkas persentase lemak subkutan ,persentase lemak ginjal dan pelvis ,bobot non karkas dan persentase karkas dapat di lihat pada tabel 17.

Tabel 17.Rekapitulasi hasi penelitian pengaruh pemberian pakan komplit hasil samping ubi kayu klon terhadap domba jantan lokal lepas sapih.

Parameter

Perlakuan

P1 P2 P3

Bobot karkas( g/ ekor) 3161 3826 4075*

Persentase karkas (%) 45,24 45,69 45,14

Persentase lemak subkutan (%) 3,04 2,97 3,49* Persentase lemak ginjal dan pelvis ( %) 0,94 1,07 1,24* Bobot non karkas( g/ ekor) 3899,25 4540,50 5004,75 persentase non karkas (%) 219,02 217,25 219,45

Dokumen terkait