• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Susu

Rata-rata produksi susu penelitian akibat perlakuan pada P0, P1 dan P2

berturut-turut adalah 659,524± 41,265 ; 836,191± 35,170 dan 953,096± 7,331.

Hasil tersebut menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan.

Tabel 12 Rataan Produksi Susu kambing Peranakan Etawa (PE)

A Ulangan Perlakuan 1 2 3 Rataan 100% (P0) 707,142 637,143 634,286 659,524± 41,295a 80:20 (P1) 795,720 859,286 853,572 836,191± 35,170a 60:40 (P2) 959,29 955 945 953,096± 7,331b Rataan 3,541 3,374 3,431 816,703

Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05).

Dari tabel 12 terlihat bahwa rataan total produksi susu adalah 816,703 ml.

Rataan produksi tertinggi yaitu pada P2 sebesar 953,096 ml/hari. Rataan produksi

susu terendah adalah P0 659,524 ml/hari. Penelitian ini lebih rendah di

bandingkan dengan penelitian Salama et al., 2003, Penelitian lain pada kambing

Murciano yang diperah 1 kali/hari menghasilkan susu sebanyak 1,43 liter/hari.

Namun lebih tinggi dari penelitian Mardalena et al., (2011) dimana pada

penelitian ini menggunakan Kambing Etawa diberi pakan basal yaitu sebesar 440

ml/hari. Dan lebih tinggi dari penelitian Ramadhan et al., (2013) yaitu pada

kisaran 320,66 ml – 340,12 ml/hari. Lebih rendah dari penelitian Sukarini (2013)

dengan penambahan konsentrat pada awal laktasi 550 g/ekor/hari yakni

masing-masing 1,627 vs 0,980 liter/ekor/hari. Sehingga dalam hal ini menunjukkan

dapat memicu keseimbangan antara asetat dan propionat di dalam rumen sehingga

dapat mempengaruhi hasil dari produksi susu.

Tingkat produksi susu yang dihasilkan pada penelitian dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya pakan yang di berikan sehingga dilakukan imbangan

yang sesuai kebutuhan, mutu genetik serta interval pemerahannya. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari Phalepi (2004), yang menyatakan bahwa produksi susu

dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup,

lama laktasi, tatalaksana yang diberlakukan terhadap ternak (perkandangan, pakan

dan kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak dan aktivitas

pemerahan.

Hasil analisis sidik ragam produksi susu penelitian akibat perlakuan P0, P1

dan P2 berturut-turut adalah 659,524±41,295%, 836,191±35,170% dan

953,096±7,331%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian imbangan

hijauan daun singkong dengan konsentrat berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap

produksi susu. Hasil tersebut disebabkan karena keseimbangan yang sesuai akan

sangat menentukan keseimbangan asetat dan propionat di dalam rumen . hijauan

berperan dalam meningkatkan kuantitas susu karena hijauan akan menghasilkan

asetat dalam rumen sedangkan konsentrat dapat meningkatkan propionat di dalam

rumen sehingga keberadaan konsentrat dalam pakan dapat meningkatkan

kuantitas susu yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

Prawirokusumo (1993), Imbangan hijauan dan konsentrat akan sangat

menentukan imbangan asetat dan propionat di dalam rumen. Hijauan yang

diberikan lebih mengarah pada fungsinya untuk meningkatkan kadar lemak susu

sedangkan konsentrat berfungsi dalam meningkatkan kuantitas produksi susu

karena pemberian konsentrat akan meningkatkan propionat dalam rumen.

Pemberian hijauan dan konsentrat harus dengan imbangan yang tepat supaya

diperoleh kuantitas maupun kualitas susu yang baik .

Pada imbangan perlakuan yang diberikan pada perlakuan P2 dengan

imbangan 60% hijauan dan 40% konsentrat memberikan hasil yang nyata

(P<0,05) hal ini disebabkan karena meningkatnya konsumsi konsentrat diikuti

dengan meningkatnya produksi susu, keadaan ini sangat dimengerti karena

konsentrat yang diberikan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup baik untuk

mengahasilkan susu, dimana konsentrat yang diberikan bahan utamanya adalah

ampas tahu, dalam ampas tahu terdapat serat kasar yang tinggi yakni mencapai

21,29% berdasarkan hasil analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014) dimana serat kasar akan menghasilkan asetat dalam rumen dan asetat merupakan

prekursor dalam pembentukan susu didalam biosintesis susu . Menurut Herawati

(2003) imbangan yang ideal antara hijauan dan konsentrat untuk pakan ternak

perah adalah 60 hijauan:40 konsentrat, karena untuk memproduksi susu

diperlukan hijauan yang lebih banyak dibandingkan konsentrat.

Menurut Basya (1983) untuk dapat memproduksi susu yang tinggi dengan

tetap mempertahankan kandungan protein dan lemak dalam batas-batas normal,

perimbangan itu haruslah 60 hijauan:40 konsentrat. Namun hendaknya dipahami

bahwa angka perimbangan itu belum merupakan suatu imbangan optimal yang

mutlak karena perimbangan itu dapat bergeser ke kiri atau ke kanan sesuai dengan

tinggi, maka perimbangan bergeser ke kiri yaitu ke arah pemberian yang lebih

banyak. Sebaliknya apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah, maka

perimbangan tadi bergeser ke kanan yaitu pemberian konsentrat ditingkatkan

sedangkan pemberian hijauan diturunkan.

Konsumsi Pakan

konsumsi adalah faktor yang esensial dan merupakan dasar untuk hidup

pokok dan menentukan produksi (Parakkasi, 1999). Rata-rata konsumsi pakan

penelitian akibat perlakuan pada P0, P1 dan P2 berturut-turut adalah

1059,034±9,253%; 987,402 ±12,214 % dan 827,882±11,977 % . Hasil tersebut

menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan.

Tabel 13 Rataan konsumsi kambing Peranakan Etawa (PE)

A Ulangan Perlakuan 1 2 3 Rataan 100% (P0) 1056,415 1051,372 1069,313 1059,034 ± 9,253a 80:20 (P1) 1000,379 976,133 985,695 987,402 ± 12,214b 60:40 (P2) 841,477 823,277 818,891 827,882± 11,977c Rataan 966,09 950,261 957,966 4689,599

Keterangan : Huruf yang tidak berbeda pada nilai rataan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Dari tabel 13 diatas terlihat bahwa rataan total konsumsi ransum dalam

bahan kering yaitu sebesar 2874,316 g/ekor/hari. Rataan konsumsi tertinggi yaitu

pada P0 sebesar 1059,034 g/ekor/hari dimana P0 merupakan perlakuan 100%

hijauan daun singkong

Berdasarkan analisa keragaman menunjukkan hasil yang sangat nyata

(P<0,01) terhadap konsumsi pakan. Hal ini menunjukkan bahwasannya pemberian

berpengaruh sangat nyata terhadap produksi susu kambing peranakan etawa.

Artinya dalam hal ini kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan sangat

berpengaruh terhadap keseimbangan pakan dan nutrisi yang dibutuhkan oleh

kambing perah.

Pada penelitian konsumsi pakan tertinggi pada perlakuan P0 (100%

hijauan daun singkong), dimana pakan yang diberikan merupakan 100% hijauan

daun singkong tanpa ada campuran konsentrat sehingga bahan kering yang

dihasilkan juga tinggi karena kualitas hijauan daun singkong bahan keringnya

mencapai 92,21 % berdasarkan hasil analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014). Namun tingginya bahan kering daun singkong tidak meningkatkan produksi susu pada

penelitian dikarenakan pada daun singkong kandungan proteinnya cukup tinggi

sedangkang serat kasarnya rendah, sehingga asetat yang dihasilkan juga rendah.

Kadar lemak susu sangat bergantung kepada kadar serat kasar (SK) pada pakan

dan produksi asam asetat di dalam rumen,sehingga dengan adanya asam asetat

maka akan terbentuk susu (Hardjosubroto,1994).

Pemberian pakan dengan kualitas dan rasio keseimbangan antara hijauan

dan konsentrat akan menyebabkan ketidakseimbangan pH rumen sehingga dapat

mempengaruhi aktivitas mikroba rumen dimana asetat dan propionat yang

dihasilkan tidak menentu sehingga dapat mempengaruhi pencernaan dan berakibat

pada menurunnya produksi dari ternak kambing perah peranakan etawah ( PE)

tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Parakkasi (1999) menyatakan,

umur, faktor genetik dan bangsa sapi), makanan yang diberikan dan faktor

lingkungan (temperatur, kelembaban dan sinar matahari).

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada

waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan. Menurut Tillman et al., (1998)

konversi pakan merupakan perbandingan antara konsumsi pakan dan PBBH atau

produksi susu. Rata-rata konversi pakan penelitian akibat perlakuan pada P0, P1

dan P2 berturut-turut adalah 7,032±0,56%, 5,505±0,506% dan 4,193±1,235%.

Hasil tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan.

Tabel 14 Rataan Konversi Pakan susu kambing Peranakan Etawa (PE). Ulangan Perlakuan 1 2 3 Rataan 100% (P0) 6,387 7,321 7,39 7,032±0,56a 80:20 (P1) 4,922 5,817 5,777 5,817±0,309a 60:40 (P2) 4,94 4,871 2,768 4,871±0,147b Rataan 5,416 6,003 5,311 17,998

Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Dari tabel 14 diatas terlihat bahwa rataan total koversi ransum dalam

penelitian yaitu sebesar17,998 g/ekor/hari. Rataan koversi tertinggi yaitu pada P0

sebesar 7,032 g/ekor/hari dimana P0 merupakan perlakuan 100% hijauan daun

singkong

Konversi ransum menunjukkan bahwa bagaimana ternak tersebut dapat

menunjukkan penilaian terhadap efisiensi pakan oleh kambing peranakan etawah

Hasil analisa sidik ragam konversi pakan penelitian akibat dari perlakuan

dengan berbagai imbangan hijauan konsentrat berturut-turut P0,P1 dan P2 adalah

7,032±0,56; 5,817±0,309 dan 4,871±0,147. Hasil tersebut menunjukkan

perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan, namun secara numerik perlakuan

yang menghasilkan konversi pakan tertinggi adalah P0 yaitu 7,032 %. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian imbangan daun singkong (manihot utillisima)

dengan konsentrat memberikan pengaruh yang nyata terhadap konversi pakan

kambing peranakan etawa (PE), dikarenakan kualitas nutrisi pada setiap bahan

pakan perlakuan berbeda karena adanya keseimbangan antar perlakuan, sehingga

ketersediaan nutrisi yang diberikan dan diserap oleh tubuh kambing peranakan

etawa (PE) yang berguna untuk produksi susu adalah berbeda.

Semakin baik kualitas pakan yang diberikan, akan semakin kecil konversi

pakannya, dikarenakan pakan yang diberikan mempunyai kualitas yang baik

sehingga apa yang dihasilkan oleh ternak tersebut sesuai apa yang diberikan

sehingga kandungan nutrisi pakan,daya cerna dan metabolisme ternak tersebut

baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Tillman et al., (1998) berarti ternak

tersebut semakin efisien dalam memanfaatkan pakan.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Berdasarkan rekapitulasi data dapat diketahui bahwa keseimbangan pakan

hijauan daun singkong (Manihot Utilissima) dengan konsentrat yang di berikan

memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi susu dimana produksi

susu.Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa perbandingan tertinggi diperoleh

dengan 100% hijauan. Konsumsi pakan tertinggi terdapat pada P0 (100%) hijauan

dan terendah terdapat pada P2 dengan imbangan 60:40

Tabel 15 Data rekapitulasi nilai produksi susu, konsumsi pakan dan konversi pakan

Parameter

Perlakuan Produksi susu Konsumsi Konversi 100% (P0) 659,524± 41,295a 1059,034 ± 9,253a 7,032±0,56a 80:20 (P1) 836,191± 35,170a 987,402 ± 12,214b 5,974±0,506a 60:40 (P2) 953,096± 7,331b 827,882± 11,977c 4,987±1,235b

Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Pemberian imbangan hijauan daun singkong ( manihot utilissima) dengan

konsentrat dengan perbandingan perlakuan P2 yakni 60 hijauan:40 konsentrat

memberikan hasil yang nyata (P<0,05) terhadap produksi susu dan juga konversi

pakan, hal ini berarti imbangan tersebut adalah yang paling ideal dan paling

bagus, dimana imbangan asetat dan propionat di dalam rumen memberikan hasil

yang positif terhadap produksi susu. Menurut Prawirokusumo (1993), imbangan

hijauan dan konsentrat besar pengaruhnya terhadap kadar lemak susu. Imbangan

hijauan dan konsentrat akan sangat menentukan imbangan asetat dan propionat di

dalam rumen. Hijauan yang diberikan lebih mengarah pada fungsinya untuk

meningkatkan kadar lemak susu (kualitas susu) karena pemberian hijauan akan

meningkatkan asetat dalam rumen, sedangkan konsentrat berfungsi dalam

meningkatkan kuantitas produksi susu karena pemberian konsentrat akan

meningkatkan propionat dalam rumen. Pemberian hijauan dan konsentrat harus

dengan imbangan yang tepat supaya diperoleh kuantitas maupun kualitas susu

Meningkatnya pemberian konsentrat dalam pakan akan meningkatkan pula

produksi susu yang dihasilkan, hal ini dapat terjadi karena konsentrat yang

diberikan mempunyai kandungan serat kasar yang cukup baik, sebaliknya

semakin tinggi hijauan yang dihasilkan akan menurunkan produksi susu karena

hijauan yang diberikan memiliki kandungan serat kasar yang rendah.

Meningkatnya konsumsi konsentrat diikuti meningkatnya produksi susu keadaan

ini dapat dimengerti karena rendahnya serat kasar hijauan memudahkan proses

pencernaan konsentrat sehingga energi yang dihasilkan dan diubah menjadi

Dokumen terkait