• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografi dan Kondisi Topografi

Kecamatan palolo merupakan salah satu kecamatan penghasil kakao di Kabupaten Sigi. Secara Geografis Kecamatan Palolo terletak pada pada 0º58’53” -

1º14’31” Lintang Selatan dan 119º57”46” -120º21’26” Bujur Timur. Kecamatan ini terbagi dari 19 desa yag berbatasan dengan, sebelah utara dengan Kecamatan Sigi Biromaru, sebelah selatan dengan Kecamatan Nokilolaki, sebelah timur Parigi Mautong dan sebelah barat dengan Kecamatan Sigi Biromaru.

Secara administrasi Kecamatan Palolo mempunyai luas wilayah 626,09 Km², yang semua wilayahnya dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua. Jarak antara desa dengan ibu kota Kecamatan Palolo bervariasi, desa yang terjauh dari ibu kota kecamatan yaitu Desa Lembantongoa dengan jarak 24 Km, sedangkan desa yang terdekat dengan ibu kota Kecamatan yaitu desa Ranteleda dan Ampera dengan jarak tempuh masing-masing 1 Km. Kecamatan Palolo merupakan kawasan wilayah dataran, pegunungan dan perbukitan, dengan ketinggian wilayah umumnya 500 sampai dengan 900 meter di atas permukaan laut. Tingkat kemiringan tanah/lereng antara datar sampai sangat curam. Kondisi topografi di Kecamatan Palolo yaitu datar, biasa disebut dengan lembah Palolo atau lembah Sopu. Lembah ini dimulai dari bagian timur lembah Palu yang bentuknya memanjang dari barat ke timur, sedangkan bagian barat merupakan bagian hilir berhadapan langsung dengan Teluk Tomini dan bagian hulu merupakan wilayah Kecamatan Palolo.

Jumlah penduduk menurut proyeksi sensus penduduk 2010 pada akhir tahun 2013 sebanyak 28.549 Jiwa, dengan luas wilayah 626,09 Km² maka kepadatan penduduknya sebesar 46 jiwa/ Km². Wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu pada Desa Uenuni dengan jumlah penduduk 2.733 jiwa dengan luas desa mencapai 5,48 Km², hal ini menunjukan bahwa kepadatan penduduk di desa ini berkisar 499 jiwa / Km². Jumlah penduduk terendah yaitu Desa Sigimpu dengan jumlah penduduk 737 jiwa dengan luas desa mencapai 44,61 Km² sehingga kepadatan penduduk berkisar 17 jiwa / Km².

Sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa maka pendidikan tidak dapat lepas dari rangkaian proses peningkatan sumber daya manusia yang pada gilirannya merupakan modal investasi manusia bagi kepentingan pembangunan nasional. Tersedianya data tentang pendidikan yang baik akan sangat membantu perencanaan yang dibuat sehingga menjadi lebih terarah pada sasaran yang diharapkan. Pada tahun 2013 di Kecamatan Palolo terdapat 15 TK, 27 SD, 1 Madrasah Ibtidaiyah, 5 SLTP, 3 Madrasah Tsanawiyah, 1 SLTA dan 2 Madrasah Aliyah. Desa Ampera dan Desa Makmur merupakan desa yang dapat dikatakan lengkap jika ditinjau dari segi fasilitas pendidikan karena pada desa ini telah terdapat TK, SD, SLTP dan SLTA.

Jumlah guru SD di Kecamatan Palolo adalah sebanyak 117 yang jika dibagi menurut jenis kelamin adalah 55 orang guru laki-laki dan 62 orang guru perempuan. Jumlah murid SD di Kecamatan Palolo adalah sebanyak 3.0921 yang jika dibagi menurut jenis kelamin 2.042 murid laki-laki dan 1.878 murid

perempuan. Rasio murid SD terhadap guru di Kecamatan Palolo pada tahun 2013 adalah sebesar 34. Hal ini menyatakan bahwa di Kecamatan Palolo, 1 orang guru mengajar 34 orang murid sekolah dasar. Jumlah murid sekolah dasar terbesar berada di Desa Uenuni sedangkan jumlah murid sekolah dasar terkecil berada di Desa Bunga dan Desa Tanah Harapan.

Pembangunan di bidang kesehatan selain bertujuan meningkatkan kualitas masyarakat dengan mengurangi angka kematian akibat masalah kesehatan, juga bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Palolo terdiri dari Puskesmas 2 unit, Pustu 6 unit, Poskesdes 8 unit dan Polindes 5 unit. Puskesmas yang terdapat di desa Makmur adalah puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap. Desa Uenuni memiliki jumlah bidan terbesar yaitu sebanyak 7 orang dan di setiap desa di Kecamatan Palolo telah memiliki paling sedikit 1 orang tenaga bidan yang dapat melayani masyarakat. Tempat ibadah yang ada yaitu mesjid sebanyak 41 unit, musollah 31 unit dan gereja 101 unit.

Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian di Kecamatan Palolo. Oleh sebab itu pembangunan di sektor pertanian masih merupakan hal yang penting dalam mendukung pembangunan ekonomi pada sektor lain. Sektor pertanian tersebut terdiri dari sub sektor perkebunan, pertanian tanaman pangan, kehutanan, peternakan, serta perikanan. Penggunaan lahan di Kecamatan Palolo dapat di lihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas lahan kering di Kecamatan Palolo tahun 2013 (ha) Tahun Pekarangan Ladang Tegalan/Kebun Padang

Rumput Belum diusahakan 2009 536 2.825,3 6.828 - 4.666,25 2010 536 2.825 7259 - 1.529 2011 538.5 4.142 6.210 254 2.018 2012 538.5 4.142 6.210 254 2.018 2013 559.5 4.115 6.209 254 1.998

Sumber: Pemerintah Desa dan Dinas Pertanian Kecamatan Palolo. Karakteristik Internal Petani

Karakteristik petani adalah atribut atau sifat yang melekat pada diri seseorang yang sangat penting untuk membantu efisiensi petani dalam mengadopsi praktek-praktek sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Hal tersebut sejalan dengan Mislini (2006) mengemukakan bahwa karakteristik petani yaitu ciri-ciri atau sifat yang dimiliki petani yang di hasilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungannya. Karakateristik petani yang diamati dalam penelitian ini terdapat 10 variabel yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu karakteristik internal dan karakteristik eksternal. Karakteristik internal petani yang diamati dalam penelitian ini yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha tani dan luas lahan garapan. Sedangkan karakteristik eksternal yaitu: dukungan pasar, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan informasi, dukungan kelompok tani dan intensitas penyuluhan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik internal Karakteristik Internal Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%) Umur Muda (25-38 tahun) Dewasa (39-47 tahun) Tua (48-71 tahun) 34 27 39 34.0 27.0 39.0 Tingkat Pendidikan Rendah (≥ 6 tahun) Sedang (7- 9 tahun) Tinggi (≥ 10 tahun ) 49 26 25 49.0 26.0 25.0 Jumlah tanggungan keluarga Kecil (1-2) Sedang (3-4) Besar (5-7) 22 52 26 22.0 52.0 26.0 Pengalaman Baru (1-5 tahun) Sedang (6 – 14 tahun) Lama (15-38 tahun). 7 56 37 6.9 55.4 36.6 Lahan garapan Sempit (1 ha) Sedang (1,5-2 ha) Luas (2,5-5 ha) 41 36 23 41.0 36.0 26.0 Kosmopolitan Rendah (< 11 kali) Sedang (12 kali) Tinggi (> 13 kali) 37 23 40 37.0 23.0 40.0 Keterangan: n = 100 Umur

Karakteristik internal yang berkaitan dengan kemampuan fisik, psikologis dan biologis seorang individu salah satunya adalah umur. Oleh karena itu umur seseorang akan berkaitan dengan produktivitas kerjanya. Umur juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani terhadap penyerapan dan pengambilan keputusan, serta penerapan teknologi baru pada usaha tani yang dikelolanya. Umur petani di Kecamatan Palolo yang menjadi responden, berkisar antara 25-71 tahun dengan rataan umur petani 43 tahun. Berdasarkan Tabel 7, petani yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tanaman kakao, sebagian besar berusia tua yaitu dengan proporsi 39 responden (39%). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) umur petani termasuk dalam kategori umur produktif tenaga kerja, yakni antara 15 sampai 64 tahun (BPS, 2001).

Hasil analisis menunjukkan bahwa umur petani pada kegiatan rehabilitasi tanaman kakao didominasi oleh golongan umur 48-71 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani kakao masih dalam kondisi fisik yang mendukung pelaksanaan kegiatan rehabilitasi kakao. Seperti yang dikemukakan Ehrenberg dan Smith (1988) bahwa umur berpengaruh langsung terhadap produktivitas tenaga kerja, semakin bertambah umur seseorang, maka tenaga yang dimiliki semakin produktif dan setelah pada batas umur tertentu produktivitasnya semakin menurun. Dominasi umur yang produktif menunjukkan bahwa petani di Kecamatan Palolo mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tanaman kakao.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan menjadi salah satu indikator dalam pengambilan keputusan dan kualitas kerjanya, khususnya dalam mengadopsi inovasi teknologi kakao dan tehnik budi daya usaha taninya. Menurut Suryani (2004) pendidikan dapat menggambarkan pola pikir seseorang semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikirannya semakin rasional. Pada penelitian ini jenjang pendidikan yang digunakan yaitu pendidikan formal.

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7 tingkat pendidikan yang paling dominan adalah tidak tamat SD hingga tamat SD, yaitu sebanyak 49 orang petani atau 49 persen dengan kategori rendah, dengan rata-rata pendidikan formal yang ditempuh 1-6 tahun atau setara dengan kelas 6 SD. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa kualitas pendidikan petani sangat rendah. Rendahnya pendidikan petani di Kecamatan Palolo berkorelasi dengan minimnya sarana dan prasarana pendidikan. Infrastruktur dan persoalan ekonomi keluarga yang tidak mampu membiayai anggota keluarganya untuk sekolah. Menurut Huba (2014), biaya yang tinggi menjadi salah satu faktor penghambat bagi para petani dengan status sebagai masyarakat miskin yang memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidup akibat dari ketidakpastian berusaha. Banyaknya tanggungan dalam keluarga berimplikasi pada besar kecilnya pengeluaran dalam satu keluarga. Berdasarkan hasil wawancara pada responden, sebagian besar berpendapat bahwa kurangnya minat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena jarak antara tempat tinggal dan sekolah cukup jauh, sehingga responden lebih memilih bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kemauan untuk melakukan pekerjaan. Semakin banyak petani mempunyai anak dan tanggungan, maka waktu yang disediakan petani untuk bekerja semakin efektif. Anggota keluarga bagi petani merupakan sumber daya yang dapat dialokasikan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendatangkan penghasilan bagi rumah tangga. Jumlah anggota keluarga erat kaitannya dengan kebutuhan yang harus dipenuhi, terlebih lagi apabila sebagian besar anggota rumah tangga tersebut tergolong dalam usia tidak produktif, maka akan menjadi beban tanggungan keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (52 persen) responden memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 hingga 4 orang. Anggota keluarga petani kakao di Kecamatan Palolo terdiri dari istri, anak, adik, orang tua dan anggota keluarga lainnya, di mana kebutuhan sehari-harinya masih ditanggung oleh kepala rumah tangga. Jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi produksi pertanian, jika mampu dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga. Namun tidak semua anggota keluarga digunakan untuk tenaga kerja, sehingga tidak mempengaruhi produksi usaha tani. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar anggota petani kakao masih memiliki tanggungan dalam usia belum produktif (Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama). Menurut Yasin (2008) bahwa besarnya tanggungan keluarga belum tentu dapat meningkatkan produksi. Hal ini terlihat jelas, keterlibatan anggota keluarga masih sangat rendah dalam pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi tanaman kakao. Kontribusi mereka masih pada sebatas menyediakan alat dan bahan untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Namun pada kegiatan pemupukan dan pemangkasan anggota keluarga sering dilibatkan. Pengalaman Berusaha Tani

Pengalaman adalah sumber pemahaman. Pengalaman berusaha tani kakao dalam penelitian ini adalah lamanya responden melakukan usaha tani kakao dalam satuan tahun. Pengalaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan petani untuk mencapai keberhasilan dalam usaha tani. Menurut Antara (2009) semakin lama pengalaman responden, maka semakin selektif untuk mengadopsi dan menerapkan suatu inovasi, sebaliknya responden yang berpengalaman masih rendah berusaha aktif mencari informasi aktual yang berkaitan dengan usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan produksi serta pendapatannya.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden memiliki pengalaman berusaha tani antara 6-14 tahun termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata pengalaman berusaha tani kakao selama 12,89 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani di Kecamatan Palolo sudah cukup berpengalaman dalam usaha tani kakao. Secara umum pengalaman petani memberikan pengaruh yang positif dan nyata terhadap perilaku petani dalam menanam tanaman kakao. Pengalaman memungkinkan petani untuk melihat segala peluang dan kendala yang akan dihadapi dalam berusaha tani. Johnsen et al. (2007) mengemukakan petani yang berpendidikan dan berpengalaman memiliki lebih banyak pengetahuan dan informasi tentang perubahan iklim dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasinya. Meskipun pengalaman petani lebih dari setengah (55,4 persen) masih tergolong sedang, namun petani di Kecamatan Palolo lebih mudah menerima atau memilih suatu inovasi untuk meningkatkan produktivitas kakao. Hal ini sejalan dengan pendapat Slamet (1990), bahwa seseorang cenderung lebih mudah memilih atau menerima inovasi, bila inovasi tersebut berkaitan dengan peristiwa atau pengalaman masa lalunya.

Luas Lahan Garapan

Lahan garapan adalah tempat berlangsungnya kegiatan usaha tani kakao. Luas lahan garapan berpengaruh terhadap peningkatan produksi pada setiap kegiatan usaha tani. Semakin luas lahan yang digunakan, semakin besar pula peluang untuk menghasilkan produksi yang lebih besar. Lahan garapan yang sempit maka semakin sedikit produksi yang dihasilkan dan semakin rendah pendapatan yang didapat dari usaha tani kakao tersebut. Hal ini dipertegas oleh Soekartawi (1999), bahwa semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani maka pengolahan semakin baik.

Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari setengah petani kakao (54.0 persen) memiliki luas perkebunan antara 0,50-1 hektar atau tergolong sempit. Sempitnya luas perkebunan yang dikelola oleh petani kakao dikarenakan akibat alih fungsi lahan dari perkebunan kakao menjadi perkebunan sawit. Berdasarkan pengamatan di lapangan saat ini banyak petani kakao yang berkurang akibat pindah domisili dan kehilangan lahan. Seperti yang terjadi pada kelompok tani Karya Makmur, pada awalnya terdapat anggota sebanyak 30 orang namun sekarang tersisa 22 orang.

Sempitnya luas perkebunan kakao berdampak terhadap produksi, di mana semakin sempit luas perkebunan maka semakin kecil hasil yang diperoleh.

Kepemilikan luas lahan juga mempengaruhi tingkat penerapan teknologi budi daya kakao, pemakaian pupuk dan pestisida serta tenaga kerja untuk pengelolaan perkebunan kakao. Luas lahan yang sempit juga berdampak luas pada petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan segala aktivitas yang mampu meningkatkan produktivitas tanamannya. Kepemilikan lahan di Kecamatan Palolo masih didominasi oleh milik keluarga atau harta warisan, maupun dari pembelian antara sesama petani, sehingga petani dapat mengelola lahan kapan saja, tanpa harus mempertimbangkan keinginan orang lain yang menjadi pemilik lahan. Kosmopolitan

Kosmopolitan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam peningkatan pengetahuan dan wawasan. Menurut Mardikanto dan Sutarni (1982) tingkat kekosmopolitan merupakan karakteristik yang mempunyai hubungan dan pandangan yang luas dengan dunia luar, dengan kelompok sosial yang lain juga mobilitas yang tinggi. Kosmopolitan dalam penelitian ini adalah seringnya petani mencari informasi tentang usaha tani kakao yang diusahakan di luar dari sistem sosial dan lingkungan.

Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan bahwa 40 persen petani di Kecamatan Palolo memiliki tingkat kosmopolitan yang tinggi. Tingginya tingkat kosmopolitan di Kecamatan Palolo mengindikasikan bahwa petani sudah memiliki keterbukaan dan keinginan untuk mencari informasi tentang suatu teknologi di luar dari lingkungan sosialnya dengan harapan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki. Tingginya frekuensi petani dalam mencari informasi di luar tidak terlepas dari peran penyuluh maupun petugas lapangan dalam memberikan informasi mengenai budi daya usaha tani kakao.

Faktor Eksternal Petani

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan luar yang dapat mempengaruhi kinerja seorang petani. Faktor eksternal yang diamati dalam penelitian ini adalah dukungan pasar, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan informasi, dukungan kelompok tani dan intensitas penyuluhan. Deskripsi komponen faktor eksternal tersebut disajikan pada Tabel 8.

Dukungan Pasar

Pasar merupakan sasaran utama dalam penyaluran hasil produksi pertanian dan menjadi peluang dan harapan dalam kelangsungan bisnis usaha di bidang pertanian. Kendala yang dihadapi petani selama ini adalah sulitnya pemasaran hasil produksi pertanian. Gagalnya dalam proses pemasaran hasil pertanian dapat menimbulkan kerugian bagi petani dan menimbulkan beban fsikologis yang berat bagi petani untuk melakukan usaha taninya bahkan dapat melemahkan semangat untuk melakukan usaha di bidang pertanian selanjutnya. Sebaran petani kakao berdasarkan dukungan pasar pada Tabel 8 menunjukkan bahwa di Kecamatan Palolo setengah dari responden (50 persen) mengatakan bahwa dukungan pasar berada pada kategori sedang

Hal tersebut menunjukkan petani kakao di Kecamatan Palolo tidak memiliki kendala dalam memasarkan komoditi kakao, serta mampu memberikan keuntungan bagi petani. Dukungan pasar sangat dibutuhkan dalam memasarkan biji kakao. Salah satu faktor yang menentukan adalah tingkat harga dan stabilitas harga. Semakin tinggi harga jual biji kakao, petani lebih termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Artinya tidak cukup hanya dengan meningkatkan

produktivitas kakao, namun harus diikuti usaha penyempurnaan / perbaikan dalam bidang pemasaran. Perbaikan dalam bidang pemasaran bertujuan memperbesar tingkat efisiensi pemasaran, dengan upaya memperbesar nilai yang diterima petani, serta memperkecil biaya pemasaran dan terciptanya harga jual dalam batas kemampuan daya beli konsumen.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan faktor eksternal Karakteristik Eksternal Kategori Jumlah

(Orang) Persentase (%) Dukungan Pasar Rendah (10-13.3) Sedang (13.4-16.6) Tinggi (16.7-20) 31 50 19 31.0 50.0 19.0 Ketersediaan Tenaga Kerja

Kurang (5-7.3) Sedang (7.4-9.6) Tinggi (9.7-12) 25 40 37 25.0 40.0 37,0 Ketersediaan Informasi Rendah (4-5.7) Sedang (5.8-7.4) Tinggi (7.5-9) 25 46 19 25,0 46,0 19,0 Dukungan Kelompok Tani

Rendah (13-15.7) Sedang (15.8-18.4) Tinggi (18.5-21) 38 43 19 38,0 43,0 19,0 Intensitas Penyuluhan Rendah (7-9.3) Sedang (9.4-11.6) Tinggi (11.7-14) 12 58 30 12,0 58,0 30,0 Keterangan n = 100

Ketersediaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan petani dalam pelaksanaan usaha tani. Tenaga kerja adalah suatu faktor produksi yang utama, di mana faktor tersebut menentukan kedudukan petani dalam usaha taninya, sehingga dalam usaha taninya tidak hanya menyumbangkan tenaga kerja saja, tetapi mampu memimpin usaha tani dan mengatur organisasi produksi secara keseluruhan. Tenaga kerja dalam usaha tani dapat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga, yang terdiri dari tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja anak-anak.

Penggunaan tenaga kerja dalam usaha tani kakao di Kecamatan Palolo bisa berasal dari keluarga petani sendiri dan bisa berasal dari luar keluarga petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja pada usaha tani termasuk kategori sedang yaitu 40 persen. Hal ini disebabkan penggunaan tenaga kerja pada usaha tani kakao hanya pada pemeliharan dan pasca panen.

Ketersediaan Informasi

Informasi sangat penting dalam pengelolaan usaha tani kakao. Ketersediaan informasi yang diukur dalam penelitian ini adalah ketersediaan informasi yang mendukung usaha tani kakao. Hal tersebut meliputi kategori tersedia, kadang-kadang tersedia dan tidak tersedia. Ketersediaan informasi yang mumpuni dalam hal teknis, ekonomis, maupun sosial petani sangat diperlukan guna memberikan akses informasi yang dibutuhkan petani. Akses informasi ini

terutama informasi kesempatan kerja, informasi pasar, input dan output pertanian serta mengenai teknik-teknik pengelolahan hasil kakao yang terbaru.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian responden atau 46 persen menyatakan ketersediaan informasi yaitu kadang-kadang tersedia. Hal ini di sebabkan karena minat petani masih lemah dalam mencari informasi serta penggunaan informasi pertanian belum meluas. Kondisi ini sejalan dengan penjelasan Apriantono (2006) bahwa permasalahan pembangunan pertanian di Indonesia salah satunya penguasaan informasi dan akses pasar masih lemah. Layanan informasi terhadap petani akan mempercepat proses transfer teknologi yang telah dihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian pertanian.

Dukungan Kelompok Tani

Kelompok tani merupakan wadah untuk menyediakan informasi bagi petani, serta menyampaikannya melalui beberapa metode pendekatan kelompok. Kelompok tani mempunyai keterikatan non formal dan dibentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial ekonomi dan sumber daya) keakraban dan keserasian dan memiliki pimpinan untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok tani sebagai media penyuluhan bertujuan untuk mencapai petani tangguh yang memiliki keterampilan dalam menerapkan inovasi, serta mampu memperoleh tingkat pendapatan untuk meningkatkan kualitas hidup yang sejajar dengan profesi yang lain. Kelompok tani diharapkan mampu menghadapi resiko usaha, mampu memanfaatkan asas skala usaha ekonomi, memiliki kekuatan mandiri dalam menghadapi pihak-pihak lain dalam dunia usaha sebagai salah satu komponen untuk membangun pertanian maju, efisien dan tangguh.

Dukungan kelompok tani pada kegiatan rehabilitasi kakao masuk dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 43 persen responden. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dukungan kelompok tani dalam mengikuti program rehabilitasi kakao belum maksimal. Petani yang memperoleh manfaat dari kelompok tani umumnya petani yang tergabung dalam kelompok tani yang sudah berusia lama dan memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas usaha tani maupun pendapatan petani. Peranan kelompok tani akan semakin meningkat apabila dapat menumbuhkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki dalam kelompok itu sendiri untuk dapat menggerakkan dan mendorong perilaku anggotanya ke arah pencapaian tujuan kelompok, sehingga kelompok tani tersebut akan berkembang menjadi lebih dinamis.

Kelompok tani di Kecamatan Palolo selalu memberikan keleluasaan kepada anggota untuk mengembangkan ide atau gagasan, serta mendorong anggota untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan kelompok tani. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardikanto (1993) keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuan dapat dilihat dari tercapainya keadaan atau perubahan yang memuaskan anggota-anggotanya. Pembinaan dan pengembangan kelompok tani di Kecamatan Palolo dilakukan dengan cara pengembangan partisipasi anggota dalam kelompok. Hal ini terlihat jelas dengan pertemuan kelompok tani secara rutin dilakukan sehingga proses pembinaan terhadap cukup maksimal.

Intensitas Penyuluhan

Penyuluhan menjadi bagian terdepan memberikan informasi kepada petani, karena penyuluhan sebagai proses pendidikan kepada petani agar lebih memahami informasi baru di sektor pertanian maupun perkebunan termasuk usaha

tani kakao. Proses penyuluhan dalam Undang-Undang No 16 tahun 2006 mengemukakan pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penyuluh dituntut bukan hanya sekadar mampu menyampaikan materi

Dokumen terkait