• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEFINISI OPERASIONAL

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Asrama TPB IPB

Asrama Tingkat Persiapan Bersama IPB terletak di Jalan Lingkar Kampus IPB Dramaga Bogor. Asrama Tingkat Persiapan Bersama IPB merupakan tempat tinggal yang wajib dihuni oleh seluruh mahasiswa tingkat pertama selama satu tahun atau dua semester. Mahasiswa tingkat pertama di IPB disebut mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama. Sejak tahun 2001, mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama IPB wajib tinggal di asrama.

Asrama mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) terdiri atas asrama putra dan dan asrama putri. Dalam hal penelitian ini, contoh yang diambil hanya mahasiswi di asrama putri. Asrama putri terdiri dari lima gedung, yaitu A1, A2, A3, A4 (Asrama Rusunawa) dan A5 (Asrama Sylvasari). Adapun asrama putra terdiri dari empat gedung, yaitu gedung C1, C2, C3 dan C4 (Asrama Sylvalestari). Setiap gedung asrama berbentuk hampir sama (kecuali A4, Sylvasari, dan Sylvalestari yang merupakan gedung tambahan). Setiap gedung terbagi atas beberapa lorong yang dikepalai oleh seorang Senior Recidence (SR) untuk mempermudah pengawasan dan pengelolaan. Satu lorong terdiri dari sekurang-kurangnya 40 orang (10 kamar, masing-masing kamar diisi oleh empat orang).

Fasilitas kamar tidur asrama TPB IPB memiliki ukuran 16 m2 (4mx4m), dalam setiap kamar tersedia dua ranjang tidur bertingkat, empat buah lemari, empat buah meja belajar (lengkap dengan lampu), kapstok, tempat sampah, bantal, dan lain-lain. Satu kamar diisi oleh empat orang (kecuali Asrama Sylvalestari dan Sylvasari, setiap kamar diisi oleh 3 orang). Disetiap lorong asrama disediakan toilet, ruang setrika, dan pantry. Tempat cuci tidak disediakan di setiap lorong. Disediakan satu buah dispenser di pantry yang letaknya satu ruangan dengan ruangan setrika. Adapun air yang digunakan di toilet asrama adalah air tanah yang telah melalui proses penjernihan terlebih dahulu.

Kantin asrama putra berada di dalam masing-masing gedung, sedangkan kantin asrama putri berada di luar gedung. Di dalam lingkungan asrama putri juga terdapat toko koperasi dan jasa fotocopi yang menginduk kepada Koperasi Mahasiswa IPB. Di luar gedung, tidak jauh dari asrama putri, terdapat minimarket dengan nama Agrimart IPB yang menyediakan produk-produk makanan, minuman, kecantikan, peralatan mandi, detergen dan produk-produk IPB seperti teh Rozelt, susu Fapet, nugget dan bakso Fapet dan lain-lain. Melalui Agrimart

IPB ini mahasiswa TPB-IPB akan lebih mudah untuk mendapatkan barang- barang yang dibutuhkan tanpa harus keluar terlalu jauh dari lingkungan asrama.

Mahasiswa TPB-IPB menjalani perkuliahan selama satu tahun di Tingkat Persiapan Bersama. Pada jangka waktu satu tahun ini mahasiswa wajib mengikuti 36 sks mata kuliah dasar TPB seperti pengantar matematika, kalkulus, biologi, kimia, fisika dan lain-lain. Mahasiswa TPB IPB menjalani perkuliahan di sembilan Fakultas di berbagai wilayah kampus Dramaga dengan lokasi yang berbeda-beda. IPB menyediakan bus IPB untuk mempermudah akses ke lokasi- lokasi perkuliahan. Bus IPB akan menjemput dan mengantar mahasiswa ke halte-halte terdekat dengan lokasi perkuliahan. Bus ini tidak memungut biaya dari mahasiswa. Selain bus kampus, disediakan juga sepeda sebagai alternatif transportasi dalam area kampus. Fasilitas lainnya adalah ambulance asrama yang selalu siap selama 24 jam.

Karakteristik Contoh

Contoh pada penelitian ini merupakan mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Pada penelitian ini contoh diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok contoh dengan status gizi normal dan kelompok contoh dengan status gizi gemuk berdasarkan IMT/U dan IMT. Karakteristik contoh meliputi umur, uang saku/bulan, berat badan dan tinggi badan. Karakteristik contoh berdasarkan status gizi secara lengkap disajikan pada Tabel 4.

Umur

Contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah remaja yang tergolong ke dalam remaja tahap akhir dengan kisaran umur 18-21 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur contoh secara keseluruhan adalah 18.8±0.6 tahun, persentase terbanyak contoh normal dan gemuk terdapat pada kelompok umur kurang atau sama dengan 19 tahun masing-masing sebesar 69.2% dan 74.4%. Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara umur contoh normal dan contoh gemuk. Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi

Karakteristik Contoh Status gizi Total Normal Gemuk n % n % n % Umur ≤19 tahun 27 69.2 29 74.4 56 71.8 >19 tahun 12 30.8 10 25.6 22 28.2 Total 39 100 39 100 78 100

Uang saku

Uang saku contoh dalam penelitian ini merupakan jumlah uang saku yang digunakan contoh dalam satuan rupiah (Rp) untuk membeli makanan, minuman, dan keperluan akademik, keperluan pribadi, hiburan dan transportasi. Sebaran uang saku contoh berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran alokasi uang saku contoh dan status gizi (Rp/bulan)

Alokasi Uang Saku

Status gizi

Total

Normal Gemuk

Rp/bulan % Rp/bulan % Rp/bulan %

Makanan & minuman 503.717 ± 104.546 72.8 494.872± 101.004 68.8 499.294± 102.218 70.7 Lainnya 188.590 ± 66.944 27.2 224.615± 239.356 31.2 206.474± 175.599 29.3 Total 692.307± 147.138 100 719.230± 261.255 100 705.769± 211.055 100

Secara keseluruhan rata-rata uang saku contoh adalah sebesar Rp 705.769±211.055./bulan dan sebanyak 70.7% dialokasikan untuk membeli makanan dan minuman. Pada contoh normal sebesar 72.8% dari total uang saku digunakan untuk keperluan makanan dan minuman dan sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan contoh gemuk. Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan besar uang saku (p>0.05) antara contoh normal dengan contoh gemuk. Besarnya uang saku yang diperoleh contoh belum tentu status gizi contoh juga baik begitu pula sebaliknya, uang saku yang rendah belum tentu status gizi contoh tergolong rendah. Uang saku yang diberikan kepada contoh belum tentu semua yang diterima oleh contoh akan dibelanjakan untuk membeli makanan. Secara nominal rata-rata uang saku yang dialokasikan untuk makanan dan minuman pada penelitian ini adalah Rp 499.294 Hal ini lebih besar daripada hasil penelitian Briawan (2008) yaitu sebanyak Rp 271.943.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

Karakteristik sosial ekonomi keluarga pada penelitian ini meliputi besar keluarga, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua serta pendapatan anggota keluarga. Karakteristik sosial ekonomi keluarga berdasarkan status gizi contoh disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dan status gizi

Karakteristik & sosial ekonomi keluarga Status gizi Total Normal Gemuk n % n % n % Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang) 14 35.9 16 41.0 30 51.3 Sedang (5 – 7 orang 20 51.3 20 51.3 40 51.3 Besar (≥ 8 orang) 5 12.8 3 7.7 8 10.3 Total 39 100 39 100 78 100 Pendidikan Ayah < SMA 7 17.9 5 12.8 12 15.4 ≥ SMA 32 82.1 34 87.2 66 84.6 Total 39 100 39 100 78 100 Pendidikan Ibu < SMA 8 20.5 4 10.3 12 15.4 ≥ SMA 31 79.5 35 89.7 66 84.6 Total 39 100 39 100 78 100 Pekerjaan Ayah PNS 4 10.3 10 25.6 14 17.9 Polisi /TNI 1 2.6 5 12.8 15 19.2 Pegawai Swasta 14 35.9 10 25.6 24 30.8 Wiraswasta 10 25.6 5 12.8 6 7.7

Petani, peternak, nelayan 6 15.4 2 5.1 8 10.3

Lainnya (alm/pensiunan) 4 10.3 7 17.9 11 14.1

Total 39 100 39 100 78 100

Pekerjaan Ibu

Ibu rumah tangga 19 48.7 16 41.0 35 44.9

PNS 1 2.6 12 30.8 13 16.7

Pegawai Swasta 5 12.8 4 10.3 9 11.5

Wiraswasta 11 28.2 6 15.4 17 21.8

Petani, peternak, nelayan 3 7.7 0 0 3 3.8

Lainnya 0 0 1 2.6 1 1.3

Total 39 100 39 100 78 100

Pendapatan anggota keluarga

< 4 juta 36 92.3 28 71.8 64 82.1

≥ 4 juta 3 7.7 11 28.2 14 17.9

Total 39 100 39 100 78 100

Besar keluarga

Berdasarkan kategori BKKBN (1998). Besar keluarga diukur dari jumlah anggota keluarga dengan kategori keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan 4 orang, sedang jika jumlah anggota keluarga 5 sampai 7 orang, serta besar jika jumlah anggota keluarga lebih atau sama dengan 8 orang. Menurut data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan jumlah anggota keluarga dikedua contoh berkisar antara 3 sampai 8 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh termasuk kategori sedang dengan persentase pada kedua contoh adalah 51.3%. Rata-rata besar keluarga contoh normal adalah 5.05±1.34 orang, sedangkan rata-rata besar keluarga contoh gemuk adalah 4.69±1.24 orang.

Menurut Prihartini diacu dalam Humayrah (2009), besar keluarga berhubungan dengan jumlah makanan yang harus disediakan. Seseorang dengan jumlah anggota keluarga banyak cenderung harus berbagi lebih banyak pangan yang dikonsumsi dibanding keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang sedikit. Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata besar keluarga (p>0.05) antara besar keluarga contoh normal dan contoh gemuk.

Pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan oleh orang tua contoh. Menurut Sediaoetama (1991), tingginya tingkat pendidikan orang tua dapat berpengaruh pada jenis pekerjaannya, yang kemudian turut mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga. Hal ini lebih lanjut akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan pangan dalam keluarga. Tingkat pendidikan berhubungan erat dengan pengetahuan, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin besar kesempatan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas, demikian pula halnya dengan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Orang yang berpendidikan tinggi diharapkan memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang lebih baik sehingga memungkinkan dimilikinya informasi tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik dan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara pemilihan bahan pangan .

Tabel 6 menunjukkan bahwa secara keseluruhan pendidikan ayah dan ibu kedua contoh menamatkan pendidikan terakhirnya pada tamat SMA dengan persentase terbesar untuk pendidikan ayah dan ibu sebesar 84.6%. Tingkat pendidikan keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi (Fikawati & Syafiq 2009). Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pendidikan orang tua (p>0.05) antara contoh normal dan contoh gemuk.

Pekerjaan orang tua

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pekerjaan ayah dikedua kategori contoh bekerja sebagai pegawai swasta (30.8%), sedangkan ibu dikedua kategori contoh bekerja sebagai ibu rumah tangga (44.9%). Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pekerjaan orang tua (p>0.05) antara kategori contoh normal dengan contoh gemuk. Dengan bekerjanya ayah otomatis tidak memiliki

waktu yang cukup dalam mengontrol status gizi anak, oleh sebab itu ibu yang tidak bekerja dalam Tabel 6, sebesar 44.9% berperan penting dalam menetukan status gizi normal ataupun gemuk pada anak.

Sedangkan status ibu yang bekerja sebagai pegawai (PNS maupun swasta) yaitu sebesar 50.0% dalam Tabel 6, akan mempengaruhi kejadian gizi lebih pada anak-anak. Hal ini terkait dengan sedikitnya waktu yang dimiliki ibu untuk bersama dengan keluarga. Ibu yang bekerja cenderung memilih makanan yang cepat saji sebagai menu di dalam keluarga. Makanan cepat saji cenderung tinggi kalori namun tidak seimbang zat gizi, mengingat proses persiapan yang sebagian besar adalah digoreng (Anderson et al. 2002).

Ibu yang bekerja juga tidak mempunyai banyak waktu untuk mengontrol gaya hidup anaknya yang meliputi aktivitas fisik dan pola makan. Hal ini akan mempengaruhi porsi ibu dalam memonitoring anak khususnya yang mengarah pada gizi lebih (Scholder 2007). Selain itu, ibu yang bekerja juga berperan dalam peningkatan sosial ekonomi keluarga yang berpotensi menyebabkan gizi lebih pada anak.

Tingkat pendapatan keluarga

Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang berimplikasi terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan anggota keluarga. Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan (82.1%) pendapatan orang tua kedua kategori contoh kurang dari Rp 4.000.000/bulan. Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pendapatan anggota keluarga (p<0.05) antara contoh normal dan contoh gemuk.

Pendapatan keluarga akan mempengaruhi daya beli keluarga untuk pangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan keluarga. Bisa dikatakan bahwa 28,7% keluarga contoh gemuk memiliki daya beli dan prilaku tingkat konsumsi pangan yang tinggi sebab memiliki pendapatan lebih atau sama dengan Rp 4.000.000. Martianto dan Ariani (2004) menjelaskan bahwa tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya. Sesuai dengan Hukum Bennet, semakin tinggi pendapatan maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi pun semakin baik yang tercermin dari perubahan pembelian bahan pangan yang harganya lebih mahal dengan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya, rendahnya pendapatan yang dimiliki seseorang akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari

pengurangan frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua kali dalam sehari (Novitasari 2005). Selain itu, masyarakat berpendapatan rendah juga akan mengonsumsi pangan dalam jumlah dan jenis yang beragam untuk memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang seperti mengonsumsi tahu dan tempe sebagai pengganti daging.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman contoh tentang gizi. Pengetahuan gizi diukur dari kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan gizi secara umum dan mengenai kegemukan yang disiapkan dalam kuesioner. Terdapat 25 buah pertanyaan pilihan berganda dengan memilih jawaban yang paling benar (Correct-Answer Multiple Choice). Pertanyaan yang diberikan mencakup gizi secara umum (11 soal), dan kegemukan (14 soal). Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar dari pengetahuan gizi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar dari pengetahuan gizi umum dan status gizi

No Pengetahuan gizi Status gizi Total Normal Gemuk n % n % n % Gizi umum

1 Pangan yang termasuk sumber

tenaga/kalori adalah mie. 39 100 39 100 78 100

2 Pangan yang termasuk sumber

protein adalah telur 39 100 39 100 78 100

3 Pangan yang termasuk sumber

lemak adalah minyak kelapa 39 100 39 100 78 100

4 Pangan yang termasuk sumber

vitamin adalah pisang, jambu, jeruk. 39 100 39 100 78 100

5 Pangan yang termasuk sumber

mineral yang potensial adalah hati sapi

25 64.1 11 28.2 36 46.2

6 Air yang dikonsumsi dapat berasal dari: minuman, kuah sayuran dan

komponen/bagian dari bahan

pangan

35 89.7 37 94.9 72 92.3

7 Karbohidrat merupakan sumber

tenaga/kalori 31 79.5 39 100 70 89.7

8 Protein merupakan sumber zat

pembangun 30 76.9 25 64.1 55 70.5

9 Lemak merupakan sumber

tenaga/kalori dan pelarut vitamin A, D, E, & K

Tabel 7. (Lanjutan) No Pengetahuan gizi Status gizi Total Normal Gemuk n % n % n % Gizi umum

10 Vitamin dan mineral merupakan

sumber zat pengatur 26 66.7 28 71.8 54 69.2

11 Air dapat berfungsi sebagai pelarut vitamin B & C, penjaga suhu tubuh, dan pelumas cairan sendi

26 66.7 27 69.2 53 67.9

Kegemukan

12 Konsumsi energi/kalori yang berlebih

akan disimpan dalam bentuk lemak 35 89.7 31 79.5 66 84.6

13 Fast food umumnya mengandung

makanan tinggi kalori, tidak

seimbang kandungan gizi

20 51.3 19 48.7 39 50.0

14 Overweight adalah kondisi badan

yang melebihi berat badan ideal 31 79.5 36 92.3 67 85.9

15 Obese adalah kondisi badan yang

jauh melebihi berat badan ideal 23 59.0 26 66.7 49 62.8

16 Sebagian besar overweight/obese

timbul karena konsumsi makan yang melebihi kebutuhan, aktivits fisik yang terbatas, dan kurang olahraga

33 84.6 32 82.1 65 83.3

17 Overweight/obese antara lain dapat diatasi dengan membatasi konsumsi

makanan pokok, membatasi

konsumsi makanan berlemak, dan meningkatkan aktifitas fisik/olahraga

36 92.3 39 100 75 96.2

19 Menu yang baik untuk penderita

overweight/obese adalah rendah kalori dan gizi seimbang

35 89.7 35 89.7 70 89.7

20 Penderita overweight/obese

disarankan untuk memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayur- sayuran

37 94.9 39 100 76 97.4

21 Gaya hidup yang dapat

menyebabkan seseorang

overweight/ obese adalah kekurangan olahraga/aktivitas fisik

39 100 36 92.3 75 96.2

22 Penyakit yang bukan merupakan

dampak/akibat dari

overweight/obese adalah malaria

35 89.7 35 89.7 70 89.7

23 Keberhasilan menurunkan berat

badan pada penderita

overweight/obese lebih banyak dipengaruhi oleh motivasi untuk hidup lebih sehat

34 87.2 39 100 73 93.6

24 Overweight/obese menjadi berbahaya karena memicu timbulnya penyakit degeneratif

20 51.3 36 92.3 56 71.8

25 Mengatasi overweight/obese yang efektif adalah dengan cara mengatur pola makan dan olahraga

Tabel 7 menjelaskan mengenai persentase jawaban dari setiap pertanyaan yang dijawab benar oleh contoh. Sebagian besar pertanyaan tentang gizi umum dijawab benar oleh contoh. Adapun pertanyaan yang relatif tidak dapat dijawab contoh adalah pertanyaan nomor 5 yaitu “sumber pangan yang termasuk sumber mineral yang potensial”. Sebagian contoh menjawab salah dengan memilih opsi kacang merah, sedangkan yang menjawab benar dengan opsi “hati sapi” dipilih oleh 46,2% contoh. Pertanyaan lain yang tidak bisa dijawab oleh sebagian besar contoh adalah pertanyaan nomor 9 yaitu tentang “fungsi lemak” Sebagian besar contoh menjawab salah dengan memilih opsi sebagai “zat pengatur”, sedangkan jawaban yang benar dengan opsi “lemak merupakan sumber tenaga/kalori dan pelarut vitamin A, D, E, & K” dipilih oleh 65.4% contoh. Untuk pertanyaan nomor 10 yaitu tentang “ fungsi vitamin dan mineral”, sebagian contoh menjawab salah dengan opsi sebagai “zat pembangun”, sedangkan jawaban yang benar dengan opsi sebagai “zat pengatur” dipilih 69.2% contoh. Pertanyaan lain yang juga tidak bisa dijawab adalah pertanyaan nomor 11 yaitu tentang “ fungsi air”, sebagian besar contoh menjawab salah dengan memilih opsi “fungsi air sebagai penjaga suhu tubuh saja”, sedangkan jawaban yang benar dengan opsi “fungsi air sebagai pelarut vitamin B & C, penjaga suhu tubuh, dan pelumas cairan sendi” yang dipilih oleh 67.9% contoh.

Pertanyaan mengenai kegemukan dari tiga belas pertanyaan hanya lima pertanyaan yang bisa dijawab benar oleh sebagian besar contoh yaitu pertanyaan nomor 17, 20, 21, 23, 25 masing-masing pertanyaan dijawab benar dengan persentase lebih dari 90%. Pertanyaan tentang kegemukan yang tidak dapat dijawab benar oleh sebagian besar contoh adalah pertanyaan mengenai kandungan umum fast food yaitu pertanyaan nomor 13, sebagian contoh menjawab salah dengan memilih opsi jawaban “fast food sebagai makanan tinggi kalori dan rendah zat gizi”, sedangkan jawaban yang benar dengan opsi “fast food umumnya mengandung makanan tinggi kalori, tidak seimbang kandungan gizi” dipilih oleh 50% contoh. Pertanyaan lain yang tidak bisa dijawab oleh contoh adalah “pengertian obese” sebagian besar contoh memilih opsi “obese adalah kondisi badan terlalu gemuk”, sedangkan jawaban yang benar dengan opsi “obese adalah kondisi badan yang jauh melebihi berat badan ideal yang dipilih 62.8% contoh. Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar tentang kegemukan disajikan pada Tabel 7.

Skor pengetahuan gizi diperoleh dengan cara memberikan skor 1 pada setiap jawaban yang benar dan jika jawaban mahasiswi tidak tahu atau salah diberikan nilai 0, sehingga total skor adalah 25. Pengetahuan gizi mahasiswi dikategorikan rendah jika jawaban benar kurang dari 60%, jika jawaban benar berkisar antara 60-80% maka pengetahuan gizi mahasiswi dikategorikan sedang. Dan dikategorikan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar (Khomsan 2000). Adapun sebaran mahasiswi berdasarkan skor pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi

Pengetahuan Gizi Status gizi Total Normal Gemuk n % N % n % Sedang ( 60-80% ) 21 53.8 13 33.3 34 43.6 Baik ( > 80% ) 18 46.2 26 66.7 44 56.4 Total 39 100 39 100 78 100.0

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan gizi contoh pada penelitian ini tergolong sudah baik (56.4%), namun apabila dilihat berdasarkan kedua kategori contoh. Persentase contoh berpengetahuan baik pada contoh gemuk (66.7%) lebih tinggi dibandingkan dengan contoh normal. Hal ini dikarenakan seseorang yang berstatus gizi gemuk cenderung takut dengan penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh kegemukan, sehingga pengetahuan gizi contoh yang berstatus gizi gemuk lebih tinggi (Wirakusumah 1994). Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata tingkat pengetahuan gizi (p>0.05) antara contoh normal dengan contoh gemuk.

Kebiasaan Makan

Data asupan energi dan protein diperoleh melalui data konsumsi pangan contoh yaitu kebiasaan makan. Kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.

Frekuensi makan

Menurut Khomsan (2002) bahwa frekuensi makan yang baik adalah 3 kali dalam sehari untuk menghindarkan kekosongan lambung. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Priyanto (2007) terbukti bahwa kelebihan frekuensi makan makanan utama dan kelebihan asupan energi merupakan faktor risiko kejadian kegemukan.

Dengan melihat Tabel 9, diketahui bahwa rata-rata frekuensi maka seluruh contoh adalah 2.39±0.56 kali sehari. Sebagian besar contoh normal terbiasa makan tiga kali sehari dengan persentase sebesar 64.1%. Sedangkan frekuensi makan contoh gemuk sebagian besar dua kali sehari dengan persentase sebesar 71.8%, hal ini disebabkan sebagian besar dari mereka mengurangi frekuensi makan dengan tujuan untuk membatasi asupan kalori yang dikonsumsi. Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata frekuensi makan sehari (p<0.05) antara contoh normal dan contoh gemuk.

Kebiasaan sarapan

Dilihat pada Tabel 9, sebagian besar (59.0%) contoh normal terbiasa melakukan sarapan setiap hari. Sedangkan contoh gemuk hanya 43.6% yang terbiasa melakukan sarapan setiap hari. Terdapat 17.9% contoh normal yang sarapan pagi 1-2kali/minggu dan 23.1% pada contoh gemuk. Selain itu 15.4% pada contoh normal dan 25.6% pada contoh gemuk memiliki kebiasaan sarapan 3-5kali/minggu. Sisanya 7.7% contoh yang tersebar pada contoh normal dan gemuk mengaku tidak pernah melakukan sarapan. Meskipun angkanya kecil hal ini menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Story et al. (2002) bahwa sarapan merupakan waktu makan yang paling sering dilewatkan oleh remaja khususnya remaja perempuan.

Adapun alasan remaja melewatkan waktu sarapan bermacam-macam mulai dari sibuk, untuk mencegah rasa kantuk saat sekolah/kuliah, serta menurunkan berat badan dengan membatasi asupan kalori. Pada penelitian ini sebagian besar alasan mahasiswi melewatkan sarapan karena padatnya jadwal kuliah sehingga tidak mempunyai waktu untuk sarapan dan untuk mengurangi asupan kalori (diet). Kebiasaan melewatkan sarapan pagi yang dilakukan contoh akan membuat perut cepat lapar setelah beraktifitas karena tidak adanya suplai energi di pagi hari. Sebagai kompensasinya meraka akan mencari makanan (cemilan atau makan siang) yang jumlahnya berlebihan sehingga seorang remaja yang tidak sarapan setiap hari akan beresiko mengalami gizi lebih dibandingkan dengan remaja yang terbiasa sarapan setiap hari. Hasil uji beda Independent t- test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata kebiasaan sarapan (p>0.05) antara contoh normal dan contoh gemuk.

Menurut Radita (2007), seseorang yang tidak sarapan akan merasa lebih lapar pada siang dan malam hari daripada mereka yang sarapan, sehingga

memacu mereka untuk mengonsumsi lebih banyak makanan pada siang hari dan malam hari. Selain itu, sarapan bersifat lebih mengenyangkan dibandingkan makan pada siang ataupun malam hari, sehingga sarapan dapat mengurangi rasa lapar pada siang dan malam hari. Selain itu Khomsan (2002) menyatakan bahwa paling tidak ada dua manfaat dari sarapan, pertama sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Kedua , pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi

Dokumen terkait