• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Gibson 2005).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi dan dibedakan menjadi dua, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi adalah asupan energi dan protein yang ditentukan berdasarkan konsumsi pangan, penyakit infeksi dan genetik.

Adapun faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi melalui tingkat kecukupan energi dan zat gizi antara lain adalah konsumsi dan kebiasaan makan serta aktivitas fisik. Ada tiga faktor yang berhubungan dengan ketiga hal tersebut, yaitu karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga dan pengetahuan gizi contoh.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Garis hubungan yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

: Garis hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis asupan energi dan protein serta aktivitas fisik pada mahasiswi dengan status gizi normal dan gemuk.

Pengetahuan Gizi

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Aktifitas Fisik :

Aktivitas hari kuliah dan libur Karakteristik Contoh

Umur

Besar uang saku Status gizi

Asupan Energi dan Protein yang ditentukan Berdasarkan Konsumsi Pangan yaitu:

Kebiasaan makan - Frekuensi makan

- Kebiasaan sarapan pagi

- Kebiasaan makan malam atau sore - Konsumsi protein hewani dan nabati - Konsumsi sayur dan buah

- Kebiasaan konsumsi cemilan - Kebiasaan konsumsi fast food - Kebiasaan konsumsi soft drink - Kebiasaan konsumsi susu Konsumsi pangan

Status Gizi : Normal & gemuk Penyakit infeksi

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh:

Besar keluarga Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan keluarga

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain survei melalui pendekatan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di Asrama Putri Tingkat Persiapan bersama (TPB), Institut Pertanian Bogor. Pengambilan data berlangsung pada bulan Mei sampai Juli 2012.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswi tingkat pertama yang tinggal di asrama TPB-IPB. Tahap awal dalam penarikan contoh adalah dengan melakukan survei terhadap contoh di asrama TPB-IPB yang terdiri dari 5 gedung yaitu A-1, A-2, A-3, Rusunawa, dan Sylvasari.

Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswi dengan kisaran umur 18-21 tahun, bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner penelitian, berada di asrama saat penelitian dilaksanakan serta memiliki status gizi normal dan gemuk. Data status gizi contoh dibedakan menurut kategori umur. Contoh yang berumur kurang atau sama dengan 19 tahun perhitungan status gizinya berdasarkan nilai z score menurut IMT/U (WHO 2007) dengan nilai (-2 SD < Z < +1 SD) untuk contoh dengan status gizi normal dan (z>+1SD) untuk contoh dengan status gizi gemuk. Sedangkan contoh yang berumur lebih dari 19 tahun, perhitungan status gizinya berdasarkan nilai IMT (WHO 2003) dengan nilai 18.5 sampai 24.9kg/m2 untuk contoh dengan status gizi normal dan lebih dari 25.0 kg/m2 untuk contoh dengan status gizi gemuk. Jumlah contoh minimal ditentukan berdasarkan rumus Sastroasmoro (1995) dengan pertimbangan prevalensi status gizi gemuk pada remaja di Indonesia adalah sebesar 11.7 % (Riskesdas 2007). n = Z2 (1-α/2) P(1-P) d2 = (1.96)2 0.117 (1-0.117) (0.1)2 = 39 Keterangan:

n = jumlah contoh dengan status gizi overweight dan obes d = toleransi estimasi (10%) = 0.10

p = prevalensi remaja status gizi overweight dan obes(11.7%) = 0.117 Z = 1.96 dengan derajat kepercayaan 5%

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah contoh minimal yaitu sebanyak 39 orang. Penarikan contoh terlebih dahulu dilakukan dengan penyebaran formulir data contoh yang berisi nama, umur, berat badan, tinggi badan, nomor asrama dan nomor telpon mahasiswi. Dari formulir data tersebut didapatkan calon contoh yang memenuhi kriteria berdasarkan data dari calon contoh adalah sebanyak 150 orang contoh dengan status gizi normal dan 69 orang contoh dengan status gizi gemuk. Setelah didapatkan calon contoh yang memenuhi kriteria, kemudian dihubungi kembali untuk dilakukan pengukuran ulang berat badan dan tinggi badan. Calon contoh yang memenuhi kriteria didapatkan sebanyak 78 orang contoh dengan status gizi normal dan 42 orang contoh dengan status gizi gemuk. Selanjutnya contoh yang bersedia mengikuti penelitian yaitu sebanyak 68 orang contoh dengan status gizi normal dan 39 orang contoh dengan status gizi gemuk. Untuk mendapatkan perbandingan yang sama antar kelompok, ditetapkan 39 orang contoh dengan status gizi normal dan 39 orang contoh dengan status gizi gemuk, sehingga jumlah contoh dalam penelitian ini adalah sebanyak 78 orang.

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung dengan alat bantu microtoise, pita, timbangan badan digital dan wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data primer dalam penelitian ini meliputi :

1. Data karakteristik contoh meliputi tanggal lahir, berat badan dan tinggi badan, uang saku per bulan dan alokasi pengeluaran makanan dan minuman. Data berat badan dan tinggi badan diperoleh dengan cara pengukuran langsung menggunakan alat bantu timbangan digital dan microtoise. Data uang saku per bulan dan alokasi pengeluaran makanan dan minuman diperoleh dengan alat bantu kuesioner.

2. Data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga diperoleh dengan alat bantu kuesioner.

3. Data pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan alat bantu kuesioner. 4. Data asupan energi dan protein yang ditentukan berdasarkan data

konsumsi pangan yaitu kebiasaan makan contoh yang meliputi frekuensi makan, makanan pokok, kebiasaan sarapan, kebiasaan makan siang dan

malam, konsumsi protein hewani dan nabati, konsumsi sayur dan buah, kebiasaan konsumsi fast food, kebiasaan konsumsi soft drink, kebiasaan konsumsi camilan, kebiasaan minum minuman manis, dan kebiasaan minum susu/olahannya diperoleh dengan alat bantu kuesioner.

5. Data frekuensi kebiasaan makan contoh yang meliputi makanan pokok, pangan hewani, pangan nabati, sayuran, buah-buahan, makanan cemilan, makanan dan minuman manis, fast food, soft drink, serta susu dan olahannya diperoleh dengan menggunakan kuesioner food frequency. 6. Data konsumsi contoh pada hari kuliah dan hari libur diperoleh

menggunakan kuesioner food recall 2x24 jam.

7. Data aktivitas fisik contoh pada hari kuliah dan hari libur diperoleh menggunakan kuesioner.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum tentang asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor yang diperoleh dari Badan Pengawas Asrama TPB.

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding) yaitu memberikan kode sebagai panduan entry. Kemudian dilakukan pemasukan data ke dalam tabel yang telah dipersiapkan (entry data). Selanjutnya dilakukan proses cleaning atau pengecekan ulang untuk memastikan tidak terdapat kesalahan dalam memasukkan data.

Pengolahan data karakteristik contoh berupa data umur yang dikategorikan berdasarkan WHO AnthroPlus yaitu menjadi kurang dari 19 tahun dan lebih atau sama dengan 19 tahun, sedangkan data besar uang saku/bulan dikategorikan berdasarkan rata-rata uang saku contoh/bulan.

Pengolahan data karakteristik sosial ekonomi keluarga dilakukan dengan cara :

Pendidikan orang tua. Data pendidikan terakhir yang pernah ditempuh orang tua dikelompokkan menjadi tidak tamat SLTA, dan tamat SLTA.

Pekerjaan orang tua. Data pekerjaan orang tua dikelompokkan menjadi: ibu rumah tangga, PNS, Polisi/TNI, pegawai swasta, wiraswasta, petani, peternak, nelayan dan alm/pensiunan.

Pendapatan keluarga. Data mengenai pendapatan keluarga dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu kurang dari Rp 4.000.000 dan lebih atau sama dengan Rp 4.000.000.

Besar keluarga. Besar keluarga diolah dengan cara mengelompokkan jumlah anggota keluarga menjadi tiga kategori berdasarkan BKKBN (1998) yaitu besar (lebih atau sama dengan 8 orang), sedang (5 sampai 7 orang), dan kecil (kurang atau sama dengan 4 orang).

Pengolahan terhadap variabel pengetahuan gizi, asupan energi dan protein melalui data konsumsi pangan, kebiasaan makan, dan data aktivitas fisik adalah sebagai berikut:

Pengetahuan gizi contoh diukur dengan memberikan 25 buah pertanyaan pilihan berganda yang memiliki satu jawaban yang paling benar (correct-answer multiple choice). Pertanyaan yang diajukan berkaitan zat gizi dan fungsinya secara umum serta segala sesuatu yang berkaitan dengan kegemukan. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 dengan total skor maksimal 25. Kemudian tingkat pengetahuan gizi tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu, kurang apabila skorkurang dari 60% dari total jawaban yang benar, sedang apabila skor 60 sampai 80% dari total jawaban yang benar, dan baik apabila skor lebih dari 80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000).

Data asupan energi dan protein ditentukan berdasarkan konsumsi pangan yaitu kebiasaan makan yang diukur melalui pengisian kuesioner dengan mengajukan pertanyaan tentang frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan makan siang dan malam, konsumsi protein hewani dan nabati, konsumsi sayur dan buah, kebiasaan konsumsi fast food, kebiasaan konsumsi soft drink, kebiasaan mengonsumsi camilan, kebiasaan minum minuman manis, dan kebiasaan minum susu/olahannya selama satu bulan terakhir. Data frekuensi makan sehari dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1 kali/hari, 2 kali/hari, dan 3 kali/hari. Data kebiasaan sarapan, kebiasaan makan siang dan malam dikelompokkan menjadi empat yaitu 6-7 kali/minggu, 3-5 kali/minggu, 1-2 kali/minggu dan tidak pernah. Data konsumsi protein hewani dan nabati dikelompokkan menjadi dua yaitu ya dan tidak. Data konsumsi sayur dan buah dikelompokkan menjadi empat yaitu 6-7 kali/minggu, 3-5 kali/minggu, 1-2 kali/minggu dan tidak pernah. Data kebiasaan konsumsi fast food, kebiasaan konsumsi soft drink, kebiasaan konsumsi cemilan, kebiasaan minum minuman

manis serta kebiasaan minum susu/olahannya dikelompokkan menjadi empat yaitu, 6-7 kali/minggu, 3-5 kali/minggu, 1-2 kali/minggu dan tidak pernah.

Selain itu, food frequency quetionaire merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman. Makanan dan minuman tersebut terdiri dari makanan pokok, pangan hewani, pangan nabati, sayuran, buah-buahan, dan makanan cemilan, makanan dan minuman manis, fast food, soft drink, serta susu dan olahannya.

Berdasarkan data recall 2x24 jam, yaitu 1x24 jam pada hari kuliah dan 1x24 jam pada hari libur dapat diketahui data asupan energi dan protein contoh. Data yang didapatkan kemudian dikonversi dalam kandungan energi dan protein dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

Untuk mengetahui angka kecukupan energi dan protein pada contoh dengan status gizi normal digunakan rumus:

Angka kecukupan energi pada contoh dengan status gizi gemuk adalah sesuai dengan yang tercantum pada tabel AKG.

Penilaian untuk mengetahui tingkat konsumsi (kecukupan) gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi energi atau zat gizi aktual dengan kecukupan energi atau zat gizi yang selanjutnya dinyatakan dalam persen.

Menurut Menurut Supariasa et al (2002), secara umum tingkat kecukupan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

TKGi : Tingkat kecukupan energi atau zat gizi Ki : Konsumsi energi atau zat gizi

AKGi : Angka kecukupan energi atau zat gizi

Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Depkes (1996) dalam Supariasa et al (2002) dikelompokkan menjadi:

70-79% AKG : Defisit tingkat sedang 80-89% AKG : Defisit tingkat ringan 90-119 AKG : Normal

≥120% AKG : Berlebih

Data aktivitas fisik diperoleh melalui metode recall 2x24 jam , yaitu 1x24 jam pada hari kuliah dan 1x24 jam pada hari libur. Data aktivitas fisik yang dikumpulkan berupa jenis aktivitas fisik yang dilakukan dan durasi waktu melakukan aktivitas fisik dalam sehari. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti. Aktivitas tersebut kemudian ditentukan nilai Physical Activity Ratio dengan menggunakan acuan dari WHO/FAO/UNO 2001 untuk mendapatkan nilai Physical Activity Level.

Tabel 3. Sebaran nilai PAR dari beberapa kegiatan

Kegiatan PAR

Aktifitas Ringan (Sedentary/Light Activity Lifestyle)

- Tidur 1

- Perawatan diri (mandi dan berpakaian) 2.3

- Makan 1.5

- Memasak 2.1

- Kegiatan yang dilakukan dengan duduk 1.5

- Pekerjaan Rumahtangga 2.8

- Mengenderai kendaraan 2.0

- Berjalan 3.2

- Kegiatan Ringan (Menonton TV) 1.4

Aktifitas Sedang (Active or Moderately Active Lifestyle)

- Tidur 1

- Perawatan diri (mandi dan berpakaian) 2.3

- Makan 1.5

- Kegiatan yang dilakukan dengan berdiri 2.2

- Transportasi kerja dengan bus 1.2

- Berjalan 3.2

- Olahraga Ringan 4.2

- Kegiatan Ringan (Menonton TV) 1.4

Aktifitas berat (Viogorous or vigorously Active Lifestyle)

- Tidur 1

- Perawatan diri (mandi dan berpakaian) 2.3

- Makan 1.4

- Masak 2.1

- Kegiatan pertanian tanpa menggunakan alat 4.1

- Mengambil air 4.4

- Pekerjaan Rumahtangga yang berat 2.3

- Berjalan 3.2

- Kegiatan Ringan 1.4

Keterangan: PAR= Physical Activity Ratio (faktor aktifitas)

Secara sederhana, rumus untuk menghitung nilai PAL adalah sebagai berikut:

Adapun tingkat aktifitas fisik dikategorikan menjadi tiga tingkatan mengacu pada WHO/FAO/UNO (2001), yaitu aktivitas ringan (1.40 ≤ PAL≤ 1.69), aktivitas sedang (1.70 ≤ PAL ≤ 1.99), dan aktivitas berat (2.00 ≤ PAL ≤ 2.39).

Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dan dianalisis secara statistik, yaitu deskiriptif dan analitik. Data karakteristik contoh (umur, dan besar uang saku) dan karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh (pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga) dianalisis secara deskriptif, seperti kisaran dan rata-rata±standar deviasi. Perbedaan antar variabel diperoleh dengan menggunakan uji beda t Independent Sampel t-Test. Hubungan antar variabel dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi menggunakan uji regresi linier berganda.

Dokumen terkait