PT. Asuransi Takaful Indonesia adalah asuransi syariah yang pertama kali berdiri di Indonesia. PT. Asuransi Takaful berdiri pertama kali pada tanggal 25 Agustus 1994 dengan diresmikannya PT. Asuransi Takaful Keluarga yang melayani asuransi jiwa. Setahun kemudian, yaitu pada tanggal 2 juni 1995, beroperasilah Asuransi Takaful Umum yang melayani asuransi umum. PT. Asuransi Takaful Umum memiliki visi, “Menjadi Perusahaan Asuransi Umum Kepercayaan Masyarakat.” Sedangkan Misi PT Asuransi Takaful Umum yaitu “Bersama mewujudkan rasa aman dengan memberikan solusi pada pengelolaan resiko dan pelayanan terbaik berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola bisnis syariah yang baik.” Produk-produk yang ditawarkan oleh PT Asuransi Takaful Umum diantaranya yaitu takaful contraktor all risk, takaful erection all risk, takaful
16
machinery breakdown, takaful electronic equipment, takaful contractor, takaful kendaraan bermotor standar, takaful public liability, takaful automobile third party liability, takaful kebongkaran, takaful uang, takaful pengangkutan, takaful kebakaran, takaful gempa bumi, property and industrial all risk, takaful kecelakaan diri, takaful umroh dan haji khusus. Struktur organisasi perusahaan PT Asuransi Takaful Umum dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Struktur organisasi PT Asuransi Takaful Umum
PT Asuransi Takaful Umum terdiri atas 3 direktorat yang dipimpin oleh 3 dewan direksi, yaitu direktur utama, direktur operasional, dan direktur keuangan. Penelitian ini dilakukan pada direktorat operasional. Direktorat Operasional terdiri atas 5 divisi, yaitu operational support, project management, customer solution, information technology, dan policy services. Namun penelitian ini hanya
RUPS Dir. Utama Dewan Pengawas Dewan Komisaris Komite Audit Komite Pemantau Risiko Direktur Operasional Direktur Keuangan Customer solution Information Technology Policy Services Operational Support Project Management Sales & Marketing Branch Man. Direct &ALD Financial Institution Agency Man. Branches Corporate Strategic Accounting Treasury Credit Control Actuary & CPM General Affairs & Property Investment Committee Investment Legal, Risk Man. & Compliance Technical Management Claim Underwriting &Reinsurance Risk Engineer HR Intern. Audit
17 dilakukan pada 3 divisi, yaitu divisi customer solution, divisi information technology, dan divisi policy services. Dua dari lima bagian tersebut tidak dapat disertakan dalam penelitian karena tidak memenuhi kriteria responden pada penelitian ini. Pertama, project management merupakan divisi yang sifatnya kondisional dengan anggota yang tidak tetap. Anggota divisi ini dipilih dari beberapa divisi dan baru akan dibentuk saat perusahaan memiliki sebuah project untuk dilaksanakan. Kedua, operasional support dalam praktiknya bukanlah sebuah divisi dengan beberapa anggota dan ketua didalamnya, melainkan seorang sekretaris direktur operasional yang disebut sebagai operational support. Sehingga, penelitian ini hanya dilakukan pada divisi customer solution, divisi Information Technology, dan divisi Policy Services.
Uraian Pekerjaan Karyawan pada Direktorat Operasional
Uraian Pekerjaan terdiri atas tugas dan tanggung jawab karyawan dalam jabatannya. Dalam penelitian ini, uraian pekerjaan menjadi dasar pembuatan kuesioner kemampuan kerja jabatan (KKJ) dan kuesioner kemampuan kerja probadi (KKP). Berikut ini adalah uraian pekerjaan dalam direktorat operasional (Divisi Information Technology, Policy Services, dan Customer solution).
Tugas dan Tanggung Jawab Divisi Information Technology
a. Memastikan pengembangan aplikasi komputer sesuai dengan kebutuhan bisnis ATU.
1. Mengatur proyek-proyek pengembangan aplikasi komputer 2. Menyyediakan aplikasi komputer yang handal.
b. Memastikan Infrastruktur IT terkelola dengan baik.
1. Memastikan jaringan kantor pusat, kantor cabang, dan kantor pemasaran berjalan dengan baik.
2. Memastikan server farm berjalan dengan baik. 3. Memastikan Backup dilakukan dengan semestinya. 4. Memastikan DRC telah dilakukan`
5. Memastikan Support terhadap Hardware dan Software tertangani dengan baik.
6. Memastikan Standarisasi IT agar lebih efektif dan efisien. c. Melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap sub-ordinat.
1. Memastikan komunikasi antar system developer, system support berjalan dengan semestinya.
2. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap staf. Tugas dan Tanggung Jawab Divisi Policy Services
1. Melakukan input polis.
2. Mendistribusikan polis ke berbagai cabang perusahaan. 3. Melakukan pengecekan polis yang telah diinput. 4. Melakukan validasi data dan kelengkapan dokumen. Tugas dan Tanggung Jawab Divisi Customer solution 1. Menerima permintaan peserta dan calon peserta. 2. Menindaklanjuti permintaan peerta dan calon peserta. 3. Menerima dan mendistribusikan telepon yang masuk. 4. Menangani komplain.
18
6. Menjalin kerjasama yang baik dengan pihak internal dan eksternal. 7. Saling mensupport team customer solution
8. Berkomunikasi dan memberikan pelayanan terbaik untuk internal dan eksternal.
Karakteristik Karyawan
Analisis karakteristik karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja karyawan. Karyawan dalam direktorat operasional Kantor Pusat PT. Asuransi Takaful Umum berjumlah 27 orang, yang terdiri dari 8 orang pada divisi Information Technology, 16 orang pada divisi Policy Services, dan 3 orang pada divisi Customer solution, termasuk masing-masing 1 orang kepala divisi di dalamnya. Karakteristik karyawan pada direktorat operasional berdasarkan usia, dituangkan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik karyawan berdasarkan usia
Rentang Usia Jumlah Perentase (%)
20-29 17 62.96
30-39 6 22.22
> 40 4 14.81
Total 27 100
Karyawan dalam direktorat operasional PT. Asuransi Takaful Umum memiliki rentang usia 20 sampai 49 tahun. Berdasarkan tabel 1, jumlah karyawan terbanyak berada pada rentang usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 62, 96%, dengan jumlah 17 orang. Berdasarkan hasil analisis tersebut, sebagian besar karyawan pada direktorat operasional PT Asuransi Takaful Umum berada di usia muda dan termasuk dalam usia produktif. Usia muda tersebut dianggap memiliki keunggulan karena pada usia ini biasanya karyawan memiliki semangat belajar tinggi dan memberikan ide-ide segar yang dibutuhkan bagi kemajuan perusahaan. Karakteristik karyawan pada direktorat operasional berdasarkan jenis kelamin, dituangkan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Karakteristik karyawan berdasarkan jenis kelamin
Divisi Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan Customer solution 0 3 3 Information Technology 6 2 8 Policy Services 9 7 16 Total 15 12 27 Persentase (%) 55.56 44.44 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 6, persentase karyawan dengan jumlah terbesar adalah karyawan dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 55,56% dengan jumlah 15 orang, yang terdiri dari 6 orang karyawan divisi Information Technology, 9 orang karyawan divisi Policy Services, dan 0 orang
19 karyawan customer solution. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa presentase dari jumlah karyawan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki tidak begitu jauh atau tidak signifikan. Hal ini dikarenakan tidak adanya persyaratan pembatasan jenis kelamin untuk dapat bekerja sebagai karyawan pada ketiga divisi yang berada pada direktorat operasional tersebut. Adapun perbedaan jumlah karyawan laki-laki dan perempuan yang cukup signifikan pada divisi customer solution dan Information Technology, disebabkan oleh faktor lain diluar persyaratan pada kesempatan karir yang di tawarkan perusahaan. Karakteristik karyawan pada direktorat operasional berdasarkan tingkat pendidikan dituangkan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Karakteristik karyawan berdasarkan tingkat pendidikan
Divisi Tingkat Pendidikan Jumlah
SMA Diploma S1 Customer solution 0 1 2 3 Information Technology 0 1 7 8 Policy Services 1 2 13 16 Total 1 4 22 27 Persentase (%) 3.70 14.81 81.48 100
Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 7, persentase karyawan dengan jumlah terbesar adalah karyawan dengan tingkat pendidikan sarjana (S1) yaitu sebesar 81,48% atau sebanyak 22 orang karyawan.Menurut Panji dan Anoraga (2007), Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja. Sebagian besar karyawan pada direktorat operasional ini berpendidikan S1, adapun terdapat satu orang karyawan berpendidikan SMA pada Divisi Policy Services adalah karyawan yang khusus bertugas sebagai policy delivery yang hanya bertugas mendistribusikan polis, sehingga tingkat pendidikan SMA sudah dianggap cukup. Karakteristik karyawan pada direktorat operasional berdasarkan Masa Kerja dituangkan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Karakteristik karyawan berdasarkan masa kerja
Divisi Masa Kerja (Tahun) Jumlah
0-4 5-9 10-14 15-19 Customer solution 1 0 0 2 3 Information Technology 6 0 1 1 8 Policy Services 10 2 1 3 16 Total 17 2 2 6 27 Persentase (%) 62.96 7.41 7.41 22.22 100
Masa kerja karyawan mencerminkan seberapa lama pengalaman kerja dan kedalaman pemahaman karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Berdasarkan tabel 2, persentase karyawan dengan jumlah terbesar adalah
20
karyawan dengan masa kerja 0-4 tahun,yang berjumlah 17 orang, dengan persentase 62,96%.
Analisis Kebutuhan Pelatihan dengan metode TNA-T
Penelitian ini menggunakan pendekatan Task Based Analysis, dengan menggunakan sumber data interview, job description, dan kuesioner. Task Based Analisis merupakan Analisis kebutuhan pelatihan dengan fokus utamanya adalah standar keterampilan yang dibutuhkan pada sebuah pekerjaan sudah dimiliki oleh pemegang jabatan atau belum.
Analisis kebutuhan pelatihan karyawan adalah penentuan perbedaan antara keadaan yang nyata dengan kondisi yang diinginkan dalam kerja manusia dalam suatu organisasi atau kelompok organisasi dalam pengertian, pengetahuan, keterampilan dan sikap (Atmodiwiro, 2005). Analisis kebutuhan pelatihan dalam penelitian ini menggunakan metode Training Need Assesment – Tools (TNA-T). Metode ini menganalisis kesenjangan antara Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan Kemampuan Kerja Pribadi (KKP).
Penelitian ini dilakukan pada tiga divisi dalam Direktorat Operasional Kantor Pusat PT Asuransi Takaful Umum, yaitu Divisi Customer solution, Divisi Information Technology, dan Divisi Policy Services. Subjek analisa sebagai dasar analisis penelitian ini adalah daftar tugas dan tanggung jawab. Setiap divisi memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, yang mencerminkan kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan pada masing-masing divisi.
Daftar tugas dan tanggung jawab diperoleh melalui interview dengan HR PT Asuransi Takaful Umum pada awal penelitian. Kemudian, daftar tugas dan tanggung jawab tersebut diolah menjadi kuesioner Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan Kuesioner Kemampuan Kerja Pribadi (KKP). Kuesioner KKJ diberikan kepada masing-masing kepala divisi pada direktorat operasional, sedangkan kuesioner KKP diberikan kepada seluruh karyawan yang merupakan anggota divisi-divisi tersebut.
Analisis Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ)
Analisis Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dilakukan untuk mengetahui nilai kemampuan kerja karyawan yang diharapkan atau dibutuhkan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, penilaian KKJ dilakukan oleh setiap kepala divisi pada direktorat operasional, yaitu kepala divisi customer services, kepala divisi Information Technology, kepala divisi dan Policy Services. Penilaian yang diberikan berupa skala likert dengan nilai 1-9, skala tersebut menggambarkan tingkat kompetensi karyawan yang dibutuhkan perusahaan. Kemudian skala 1-9 tersebut dikelompokkan menjadi 3 katagori peringkat, yaitu peringkat rendah (nilai 1-3), peringkat sedang (nilai 4-6), dan peringkat tinggi (nilai 7-9). Adapun penjelasan mengenai katagori skala likert pada nilai KKJ atau KKP dan penjelasan mengenai skala dan indikator kemampuan kerja jabatan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 yang tercantum dalam metode pengolahan dan analisis data. Nilai Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) pada Direktorat Operasional PT Asuransi Takaful Umum dapat dilihat pada Tabel 9, Tabel 10, dan Tabel 11.
21 Tabel 9 Hasil Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) Divisi Customer solution
No Subjek Analisa Nilai Kategori Peringkat
1 Menerima permintaan peserta 8 Tinggi
2 Menindaklanjuti permintaan peserta 8 Tinggi 3 Menerima dan mendistribusikan telepon 8 Tinggi
4 Menangani complain 8 Tinggi
5 Hubungan internal 8 Tinggi
6 Hubungan eksternal 8 Tinggi
7 Kerjasama internal 8 Tinggi
8 Kerjasama eksternal 8 Tinggi
9 Support tim 9 Tinggi
10 Pelayanan internal 9 Tinggi
11 Pelayanan eksternal 9 Tinggi
Berdasarkan Tabel 9, nilai Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) Divisi Customer solution yang diharapkan perusahaan adalah 8 (sangat tinggi) dan 9 (mutlak sangat tinggi), dimana kedua nilai tersebut seluruhnya termasuk dalam kategori peringkat tinggi. Pada Tabel 3 mengenai skala dan indikator KKJ, dijelaskan bahwa katagori peringkat tinggi memiliki makna sebagai berikut: (1) Keterampilan dan pengetahuan harus sering digunakan, (2) Keterampilan dan pengetahuan menjadi bagian yang rutin atau bagian penting dari pekerjaan, (3) Penggunaan keterampilan dan pengetahuan jelas sekali tampak sebagai bagian dari pekerjaan, (4) Penggunaan keterampilan dan pengetahuan sangat penting bagi organisasi atau unit usaha. Artinya, kepala divisi customer solution mengharapkan seluruh anggota divisinya dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sangat baik, dengan memaksimalkan penggunaan keterampilan dan pengetahuan.
Tabel 10 Hasil Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) Divisi Information Technology
No Subjek Analisa Nilai Kategori Peringkat
1 Mengatur proyek aplikasi 7 Tinggi
2 Menyediakan aplikasi 8 Tinggi
3 Memastikan jaringan 7 Tinggi
4 Memastikan server 7 Tinggi
5 Memastikan backup 8 Tinggi
6 Memastikan DRC 8 Tinggi
7 Memastikan support hardware & software 8 Tinggi
8 Memastikan standarisasi IT 7 Tinggi
9 Memastikan komunikasi antar sistem 8 Tinggi
10 Pengawasan dan pembinaan staf 8 Tinggi
Tabel 10 menjunjukkan nilai Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) Divisi Information Technology yang diharapkan perusahaan adalah 7 (tinggi), 8 (sangat tinggi), dimana kedua nilai tersebut seluruhnya termasuk dalam kategori peringkat tinggi. Pada Tabel 3 mengenai skala dan indikator KKJ,dijelaskan bahwa katagori peringkat tinggi memiliki makna sebagai berikut: (1) keterampilan dan
22
pengetahuan harus sering digunakan, (2) keterampilan dan pengetahuan menjadi bagian yang rutin atau bagian penting dari pekerjaan, (3) penggunaan keterampilan dan pengetahuan jelas sekali tampak sebagai bagian dari pekerjaan, (4) penggunaan keterampilan dan pengetahuan sangat penting bagi organisasi atau unit usaha. Artinya, kepala Information Technology mengharapkan seluruh anggota divisinya dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sangat baik, dengan memaksimalkan penggunaan keterampilan dan pengetahuan.
Tabel 11 Hasil Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) Divisi Policy Services
No Subjek Analisa Nilai Kategori Peringkat
1 Input polis 9 Tinggi
2 Mendistribusikan polis 9 Tinggi
3 Pengecekan polis 9 Tinggi
4 Validasi data dan kelengkapan dokumen 9 Tinggi
Tabel 11 menjunjukkan nilai Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) Divisi Policy Services yang diharapkan perusahaan adalah 9 (mutlak sangat tinggi), dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori peringkat tinggi. Pada Pada Tabel 3 mengenai skala dan indikator KKJ, dijelaskan bahwa katagori peringkat tinggi memiliki makna sebagai berikut: (1) keterampilan dan pengetahuan harus sering digunakan, (2) keterampilan dan pengetahuan menjadi bagian yang rutin atau bagian penting dari pekerjaan, (3) penggunaan keterampilan dan pengetahuan jelas sekali tampak sebagai bagian dari pekerjaan, (4) penggunaan keterampilan dan pengetahuan sangat penting bagi organisasi atau unit usaha. Artinya, kepala Policy Services mengharapkan seluruh anggota divisinya dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sangat baik, dengan memaksimalkan penggunaan keterampilan dan pengetahuan.
Analisis Kemampuan Kerja Pribadi (KKP)
Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) merupakan kemampuan kerja atau kompetensi yang dimiliki oleh SDM perusahaan pada saat dilakukannya penelitian. Dalam penelitian ini, penilaian KKP dilakukan oleh setiap anggota divisi (karyawan) dalam direktorat operasional, yaitu anggota divisi customer solution, anggota divisi Information Technology, dan anggota divisi Policy Services. Setiap anggota divisi menilai kemampuan kerja dirinya sendiri. Nilai yang diberikan berupa skala likert dengan nilai 1-9, skala tersebut menggambarkan kondisi kompetensi karyawan saat dilakukannya penelitian. Selanjutnya skala 1-9 tersebut dibagi menjadi 3 kelopok peringkat. Skala 1-3 termasuk dalam peringkat rendah, Skala 4-6 termasuk dalam peringkat sedang, dan Skala 7-9 termasuk dalam peringkat tinggi. Setiap peringkat memiliki indikator yang menggambarkan tingkat kompetensi karyawan. Adapun penjelasan mengenai katagori skala likert pada nilai KKJ atau KKP dan penjelasan mengenai skala dan indicator KKP, dapat dilihat pada tabel 2 dan 4 yang tercantum dalam metode penelitian ini. Hasil analisis Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) pada Direktorat Operasional PT Asuransi Takaful Umum diapat dilihat pada Tabel 12, Tabel 13, dan Tabel 14.
23 Tabel 12 Hasil rata-rata nilai kemampuan kerja pribadi pada Divisi Customer
No Subjek Analisa Nilai Kategori Peringkat
1 Menerima permintaan peserta 7.5 Tinggi
2 Menindaklanjuti permintaan peserta 8 Tinggi 3 Menerima dan mendistribusikan telepon 8 Tinggi
4 Menangani complain 7.5 Tinggi
5 Hubungan internal 7.5 Tinggi
6 Hubungan eksternal 7.5 Tinggi
7 Kerjasama internal 7 Tinggi
8 Kerjasama eksternal 7 Tinggi
9 Support Tim 7.5 Tinggi
10 Pelayanan Internal 7 Tinggi
11 Pelayanan Eksternal 7.5 Tinggi
Hasil KKP divisi Customer Solution merupakan hasil perhitungan jumlah nilai KKP anggota divisi customer solution dibagi dengan jumlah anggota divisi customer solution. Artinya, hasil KKP ini merupakan rata-rata nilai kemampuan kerja pribadi divisi customer solution. Adapun nilai KKP masing-masing anggota dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil perhitungan, KKP divisi Customer solution ini memiliki nilai 7, 7.5, dan 8, dimana nilai-nilai tersebut seluruhnya terasuk dalam katagori peringkat tinggi. Berdasarkan Tabel 4 mengenai skala dan indikator KKP, berikut adalah penjelasan dari KKP dengan kategori peringkat tinggi: (1) oleh orang lain dianggap sebagai ahli atau dapat melatih, (2) tidak memerlukan bimbingan, (3) puas dengan kemampuan dirinya, (4) hasil pekerjaan pada umumnya tidak memerlukan perbaikan.
Tabel 13. Hasil rata-rata nilai kemampuan kerja pribadi pada Divisi Information
No Subjek Analisa Nilai Kategori Peringkat
1 Mengatur proyek aplikasi 7.6 Tinggi
2 Menyediakan aplikasi 7.4 Tinggi
3 Memastikan jaringan 7.1 Tinggi
4 Memastikan server 6.7 Sedang
5 Memastikan backup 7.1 Tinggi
6 Memastikan DRC 6.7 Sedang
7 Memastikan support hardware & software 7 Tinggi
8 Memastikan standarisasi IT 7.1 Tinggi
9 Memastikan komunikasi antar system 7.1 Tinggi
10 Pengawasan dan pembinaan staf 7.1 Tinggi
Hasil KKP divisi Information Technology merupakan hasil perhitungan jumlah nilai KKP anggota divisi Information Technology dibagi dengan jumlah anggota divisi Information Technology. Artinya, nilai KKP ini merupakan rata-rata nilai kemampuan kerja pribadi divisi Information Technology. Adapun nilai KKP masing-masing anggota dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil perhitungan, KKP Divisi Infotmation Technology ini memiliki nilai yang beragam
24
yaitu 6.7, 7, 7.1, 7.4, dan 7.6. Nilai 6.7 pada subjek analisa nomor 4 (memastikan server) dan pada subjek analisa nomor 6 (memastikan DRC) termasuk dalam katagori peringkat sedang. Sedangkan nilai 7, 7.1, 7.4, dan 7.6 pada subjek analisa 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, dan 10 terasuk dalam katagori peringkat tinggi. Berdasarkan Tabel 4 mengenai skala dan indikator KKP, berikut adalah penjelasan dari KKP dengan kategori peringkat sedang: (1) oleh orang lain keterampilannya dianggap cukup, (2) memerlukan bimbingan tetapi berangsur-angsur mampu bekerja sendiri, (3) merasa dirinya cukup tapi tidak berlebihan, (4) hasil pekerjaan memerlukan sedikit perbaikan. Sedangkan penjelasan dari katagori peringkat tinggi adalah sebagai berikut: (1) oleh orang lain dianggap sebagai ahli atau dapat melatih, (2) tidak memerlukan bimbingan, (3) puas dengan kemampuan dirinya, (4) hasil pekerjaan pada umumnya tidak memerlukan perbaikan.
Tabel 14 Hasil rata-rata nilai kemampuan kerja pribadi pada Divisi Policy Service
No Subjek Analisa Nilai Kategori Peringkat
1 Input polis 6.7 Sedang
2 Mendistribusikan polis 5.7 Sedang
3 Pengecekan polis 6.7 Sedang
4 Validasi data dan kelengkapan dokumen 6.8 Sedang
Hasil KKP Divisi Policy Services merupakan hasil perhitungan jumlah nilai KKP anggota Divisi Policy Services dibagi dengan jumlah anggota divisi Policy Services. Artinya, hasil KKP ini merupakan rata-rata nilai kemampuan kerja pribadi (KKP) divisi Policy Services. Adapun nilai KKP masing-masing anggota dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil perhitungan, KKP divisi Policy Services ini memiliki nilai 5.7, 6.7, dan 6.8, dimana nilai-nilai tersebut seluruhnya terasuk dalam katagori peringkat sedang.
Berdasarkan Tabel 4 mengenai skala dan indikator KKP, berikut adalah penjelasan dari KKP dengan kategori peringkat sedang: (1) oleh orang lain keterampilannya dianggap cukup, (2) memerlukan bimbingan tetapi berangsur-angsur mampu bekerja sendiri, (3) merasa dirinya cukup tapi tidak berlebihan, (4) hasil pekerjaan memerlukan sedikit perbaikan.
Analisis KKJ dan KKP
Analisis KKJ dan KKP yang dimaksud adalah analisis selisih antara hasil nilai Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan hasil rata-rata nilai Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) pada setiap tugas dan tanggung jawab setiap divisi. Apabila nilai selisih >1 (lebih besar dari satu) maka karyawan membutuhkan pelatihan. Analisis selisih KKJ dan KKP pada Direktorat Operasional PT Asuransi Takaful Umum dapat dilihat pada Tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17.
25 Tabel 15 Analisis selisih Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) Divisi Customer solution
No Subjek Analisa Nilai
KKJ
Nilai
KKP Selisih
1 Menerima permintaan peserta 8 7.5 0.5
2 Menindaklanjuti permintaan peserta 8 8 0
3 Menerima dan mendistribusikan telepon 8 8 0
4 Menangani complain 8 7.5 0.5 5 Hubungan internal 8 7.5 0.5 6 Hubungan eksternal 8 7.5 0.5 7 Kerjasama internal 8 7 1 8 Kerjasama eksternal 8 7 1 9 Support tim 9 7.5 1.5 10 Pelayanan internal 9 7 2 11 Pelayanan eksternal 9 7.5 1.5
Pada Tabel 15, diketahui bahwa subjek analisa nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 memiliki nilai selisih <1 (lebih kecil dari satu), subjek analisa nomor 6 dan 7 memiliki nilai selisih =1 (satu), sedangkan subjek analisa nomor 9, 10, dan 11 memiliki nilai selisih >1 (lebih besar dari satu). Dalam teori dijelaskan bahwa apabila selisih >1 (lebih besar dari satu) maka karyawan membutuhkan pelatihan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek analisa nomor 9 (support team), subjek analisa nomor 10 (pelayanan internal), dan subjek analisa nomor 11 (pelayanan eksternal) merupakan subjek-subjek yang membutuhkan pelatihan, karena memiliki nilai selisih lebih besar dari satu. Analisis ini hanya dapat memperlihatkan apakah suatu subjek analisa membutuhkan pelatihan atau tidak. Sedangkan katagori tingkat kebutuhan pelatihan Divisi Customer solution akan dijelaskan pada Gambar 5 mengenai diagram penentuan daerah kebutuhan pelatihan.
Tabel 16. Analisis selisih Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan kemampuan kerja pribadi (KKP) Divisi Information Technology
No Subjek Analisa Nilai
KKJ
Nilai
KKP Selisih
1 Mengatur Proyek Aplikasi 7 7.6 -0.6
2 Menyediakan Aplikasi 8 7.4 0.6
3 Memastikan Jaringan 7 7.1 -0.1
4 Memastikan Server 7 6.7 0.3
5 Memastikan Backup 8 7.1 0.9
6 Memastikan DRC 8 6.7 1.3
7 Memastikan Support hardware & software 8 7 1
8 Memastikan Standarisasi IT 7 7.1 -0.1
9 Memastikan Komunikasi Antar System 8 7.1 0.9
26
Pada Tabel 16, diketahui bahwa subjek analisa nomor 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, dan 10 memiliki nilai selisih <1 (lebih kecil dari satu), subjek analisa nomor 7 memiliki nilai selisih =1 (satu), sedangkan subjek analisa nomor 6 memiliki nilai selisih >1 (lebih besar dari satu). Dalam teori dijelaskan bahwa apabila selisih >1 (lebih besar dari satu) maka karyawan membutuhkan pelatihan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek analisa nomor 6 (memastikan DRC) merupakan subjek yang membutuhkan pelatihan, karena memiliki nilai selisih lebih besar dari satu. Analisis ini hanya dapat memperlihatkan apakah suatu subjek analisa membutuhkan pelatihan atau tidak. Sedangkan katagori tingkat kebutuhan pelatihan Divisi Information Technology akan dijelaskan pada Gambar 6 mengenai diagram penentuan daerah kebutuhan pelatihan.
Tabel 17. Analisis selisih Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan kemampuan kerja pribadi (KKP) Divisi Policy Services
No Subjek Analisa Nilai
KKJ Nilai KKP Selisih 1 Input Polis 9 6.7 2.3 2 Distribusi Polis 9 5.7 3.3 3 Pengecekan Polis 9 6.7 2.3
4 Validasi Data dan Kelengkapan Dokumen 9 6.8 2.2 Pada Tabel 17, diketahui bahwa subjek analisa 1, subjek analisa 2, subjek analisa 3, dan subjek analisa 4 seluruhnya memiliki nilai selisih >1 (lebih besar dari satu). Dalam teori dijelaskan bahwa apabila selisih >1 (lebih besar dari satu) maka karyawan membutuhkan pelatihan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh subjek analisa pada Divisi Policy Services (input polis, distribusi polis, pengecekan polis, dan validasi data dan kelengkapan dokumen) membutuhkan pelatihan, karena memiliki nilai selisih lebih besar dari satu. Analisis ini sudah dapat memperlihatkan apakah suatu subjek analisa membutuhkan pelatihan atau tidak, namun belum bisa menjelaskan seperti apa tingkat kebutuhan pelatihannya, apakah kebutuhannya kritis, tidak kritis, cukup, atau tidak perlu pelatihan. Untuk mengetahui sejauh mana subjek anallisa